Saturday 5 January 2019

Berbagi Tips: Berbagai ragam Manfaat Serai Wangi Untuk Pestisida Nabati


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...

Berbagai ragam Manfaat Serai Wangi Untuk Pestisida Nabati

Selama ini petani selalu mengandalkan pestisida kimia untuk mengusir hama pada tanaman budidaya. Dilihat dari sisi efektifitasnya pestisida kimia memang bisa diandalkan. Namun sadar atau tidak penggunaan pestisida kimia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang memiliki efek yang sangat berbahaya. Sifat beracun bahan pestisida kimia dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom) dan sebagainya.

Penggunaan pestisida kimia sintetik yang intensif dan kurang bijaksana telah menimbulkan pencemaran yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Dampak negatif tersebut telah menstimulasi pengembangan produk-produk turunan dari tanaman untuk menggantikan produk-produk bahan kimia sintetik yang banyak digunakan untuk makanan, kosmetik, obat-obatan, dan pestisida (Dubey et al., 2008; Dubey et al., 2010; Koul et al, 2008; Isman, 2000).

Seiring dengan bertambahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap efek penggunaan pestisida kimia, saat ini sudah mulai banyak petani yang mempertimbangkan keamanan produk pertanian yang diciptakannya. Segala cara dilakukan untuk menciptakan alternatif yang lebih aman untuk menggantikan peran pestisida kimia. Petani mulai mempertimbangkan keamanan bagi konsumen dan lingkungan. Beberapa komponen teknologi pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT) telah ditemukan antara lain varietas tahan, musuh alami, dan beberapa jenis pestisida nabati yang aman bagi lingkungan dan konsumen.

Berdasarkan pengalaman empirik dan hasil beberapa penelitian menunjukkan, bahwa beberapa jenis minyak atsiri mempunyai aktivitas biologi terhadap mikroba seperti bakteri, jamur, ragi, virus, dan nematoda maupun terhadap serangga hama dan vektor patogen yang merugikan manusia, hewan, dan tanaman (Isman, 2000; Upadhyay, 2010). Properti minyak atsiri tersebut berhubungan dengan senyawa yang dikandungnya terutama dari golongan terpen, alkohol, aldehid, dan fenol seperti karvakrol, eugenol, timol, sinamaldehid, asam sinamat, dan perilaldehid (Burt, 2007).

Pada saat ini minyak atsiri telah banyak digunakan secara luas di berbagai jenis industri bahan-bahan kebutuhan rumah tangga, kosmetik, makanan dan minuman, farmasi obat-obatan, parfum, pestisida dan sebagainya (Isman, 2000; Koul et al., 2008). Minyak atsiri juga mempunyai peluang untuk dikembangkan menjadi produk-produk derivat lainnya seperti pestisida. Pengembangan produk-produk derivat dari minyak atsiri diharapkan dapat mengurangi atau menggantikan produk-produk yang berasal dari bahan kimia sintetik.

Beberapa pestisida nabati yang diperoleh dari alam telah banyak ditemukan. Pestisida nabati yang terbuat dari bahan-bahan alami tentu lebih aman karena mudah terurai dan tidak menimbulkan residu. Salah satu bahan alami yang bisa digunakan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah minyak atsiri serei wangi (Cymbopogon nardus). Berdasarkan informasi dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa minyak atsiri serei wangi bisa digunakan untuk menghambat perkembangan bahkan membunuh hama tanaman.

Pestisida nabati yang banyak dimanfaatkan untuk pengendalian penyakit tanaman pada saat ini adalah serai wangi (Nakahara, Alzoreky, Yoshihashi, Nguyen  and Trakoontivakom, 2003; Nurmansyah, 2010; Supriadi, 2011) karena mudah didapat dan bersifat membunuh patogen (fungisidal). Pemanfaatan fungisida nabati serai wangi untuk mengendalikan penyakit tanaman, dan penyakit pascapanen telah dilaporkan oleh Nakahara et al. (2003), Nurmansyah (2010) dan Harni, Amaria dan Supriadi (2013).

Indonesia cukup kaya akan potensi tanaman penghasil minyak atsiri berupa racun untuk memberantas organisme pengganggu tanaman atau yang berfungsi sebagai insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Tumbuhan yang dapat menghasilkan minyak atsiri untuk menanggulangi hama harus memenuhi kriteria sebagai berikut; bukan merupakan tanaman inang dari hama dan penyakit, bahan anti hama, serta dapat diambil tanpa mematikan tanaman yang bersangkutan (Rukmana, 2002). Dan salah satu tanaman yang dapat diambil miyak atsirinya dan dijadikan sebagai pestisida nabati yaitu tanaman serai wangi.

Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati tanaman penghasil minyak atsiri. Dengan tersedianya berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri tersebut, maka Indonesia mempunyai peluang yang sangat besar untuk mengembangkan minyak atsiri sebagai pestisida nabati. Adanya larangan penggunaan beberapa jenis pestisida kimia sintetis karna dapat merusak tanaman tersebut dan lingkungannya, akan meningkatkan kesempatan produk pestisida berbahan minyak atsiri untuk dikembangkan dan diproduksi secara komersial dan diharapkan mampu bersaing dengan pestisida kimia sintetis. Pengembangan pestisida berbasis minyak atsiri secara komersial juga sering dihadapkan pada beberapa kendala, seperti  kurang tersedianya bahan baku dalam jumlah yang memadai karena pada umumnya tanaman penghasil miyak atsiri di Indonesia belum dibudidayakan secara baik.

Aktivitas biologi minyak atsiri terhadap mikroba telah banyak diteliti terutama terhadap bakteri patogen pada manusia dan hewan. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa sejumlah minyak atsiri mempunyai aktivitas terhadap bakteri patogen baik yang bersifat gram negatif maupun positif. Beberapa jenis pestisida yang berbahan minyak atsiri pada saat ini juga telah diproduksi secara komersial di luar negeri. Semua produk pestisida berbahan aktif minyak atsiri tersebut telah lolos registrasi dari EPA (Environmental Protection Agency) dan dinyatakan aman (GRAS = Generally Recogniced As Safe) dan sering digunakan untuk bercocok tanam secara organik (Koul et al., 2008).

Serai wangi (Cymbopogon nardus. L) merupakan salah satu jenis tanaman minyak atsiri. Dari hasil penyulingan daunnya diperoleh minyak serai wangi yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama Citronella Oil. Minyak serai wangi Indonesia dipasaran dunia terkenal dengan nama “Citronella Oil of Java”. Serai wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) tumbuhan ini ditanam di pekarangan yang biasanya digunakan sebagai tanaman obat. Serai wangi dapat berkhasiat sebagai obat sakit kepala, batuk, nyeri lambung, diare, penghangat badan, penurun panas dan pengusir nyamuk (Fauzi, 2009). Dalam serai wangi terkandung senyawa sitronellal sekitar 32 - 45%, geraniol 10 - 12%, sitronellol 11 - 15%, geranil asetat 3 - 8%, sitronellal asetat 2 - 4% dan sedikit mengandung seskuiterpen serta senyawa lainnya (Masada, 1976).

Komponen kimia dalam minyak serai wangi sangat komplek, namun komponen yang terpenting adalah citronellal dan geraniol. Kedua komponen tersebut menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak serai wangi. Komposisi minyak serai wangi terdiri dari 30-40 komponen, yang termasuk kelompok alkohol, hidrokarbon, ester, aldehid, keton, oxida,  terpene dan sebagainya. Menurut Guenther (2006), komponen utama penyusun minyak serai wangi adalah (1) citronellal (C10H16O) atau rhodinal atau 3,7- dimethyloct-6-en-1-al (C10H18O) adalah monoterpenoid,  komponen utama dalam campuran senyawa kimia terpenoid yang memberikan aroma lemon yang khas; (2) geraniol (C10H18O) adalah monoterpenoid dan alkohol; dan (3) citronelol (C10H20O) atau dihydrogeraniol, adalah monoterpenoid asiklik. Komposisi terbesar dalam minyak serai wangi adalah citronellal, yaitu 32-45%, geraniol 12-18%, citronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%, sitronelil asetat 2-4%. Menurut Wie andWee (2013) terdapat 24 jenis komponen kimia yang menyusun minyak serai wangi (Tabel 1).

Tanaman serai dapat dikembangkan dengan memanfaatkan kandungan minyak atsiri sebagai pengganti pestisida kimia yaitu untuk insektisida, bakterisida, dan nematisida. Senyawa aktif dari tanaman ini berbentuk minyak atsiri yang terdiri dari senyawa sitral, sitronella, geraniol, mirsena, nerol, farnesol, metil heptenol dan dipentena. Tanaman ini dapat mengendalikan kumbang beras (Tribolium sp), Sitophilus sp.,  Callosobruchus sp., Nematoda (Meloidogyne sp.), Jamur Pseudomonas sp, kutu sisik, aphids, lalat buah, kutu kebul, thrips, kutu dompolan dan penggerek buah jeruk.

Minyak serai wangi mengandung senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman.  Hal ini  berkaitan dengan  sifatnya yang mampu membunuh, mengusir, dan menghambat makan hama, serta mengendalikan penyakit tanaman yang bersifat antijamur, antibakteri, antivirus, dan antinematoda.

Aktivitas minyak serai wangi sebagai anti bakteri telah dilaporkan  terutama  untuk mengendalikan patogen manusia dan hewan. Wei and Wee (2013) menguji minyak serai wangi pada bakteri Edwardsiella, Vibrio, Aeromonas, Escherichia coli, Salmonela, Flavobacteria, Pseudomonas dan Streptococcus yang berasal dari hewan laut. Penggunaan minyak serai wangi dengan konsentrasi 0.244 μg/ml sampai 0.977 μg/ml dapat menghambat pertumbuhan bakteri sehingga minyak serai wangi ini kemudian direkomendasikan sebagai pengganti antibiotik untuk pengawetan hasil laut. Selanjutnya Luangnarumitchai et al. (2007) melaporkan pengunaan minyak serai wangi untuk mengendalikan Propionobacterium acnes pada manusia, dengan konsentrasi 1,25% dapat menghambat pertumbuhan bakteri  tersebut.

Penggunaan minyak serai wangi untuk mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri telah dilaporkan oleh Pradhanang, Momol, Olson, & Jones (2003) dan Hartati, Adhi, Asman, dan Karyani (1994), dimana aplikasi serai wangi pada konsentrasi 10.000 ppm dapat menekan perkembangan Ralstonia solanacearum yang merupakan patogen pada tanaman jahe, dan pengunaan sebanyak 7 g daun/liter tanah dapat menekan R. solanacearum patogen pada tomat.

Aktivitas anti-jamur dari serai wangi telah banyak dilaporkan untuk mengendalikan patogen penyebab penyakit tanaman baik pada tanaman pangan, hortikultura maupun pada tanaman perkebunan. Pada tanaman perkebunan terutama kakao minyak serai wangi telah digunakan untuk mengendalikan penyakit busuk buah kakao (BBK) yang disebabkan oleh P. palmivora pada tingkat laboratorium dan lapangan (Nurmansyah, 2010; Harni et al., 2013 dan 2014). Nurmansyah (2010) mengunakan sitronella dan fraksi sitronella terhadap P. palmivora, dimana keduanya terbukti dapat menekan perkembangan dan biomassa jamur  tersebut. Sementara Harni et al. (2013) menguji formula minyak serai wangi dalam bentuk EC terhadap P. palmivora, yang menunjukan bahwa formula dengan dosis 5 ml/l dapat menghambat 100% pertumbuhan P. palmivora di laboratorium dan 66,25% pada fase bibit. Nakahara et al. (2003) mengunakan minyak serai wangi untuk mengendalikan Aspergillus sp. dan Penicillium sp pada biji kakao di penyimpanan karena salah satu sifat dari pestisida nabati ini adalah sebagai fumigan (Istianto, 2009). Di samping itu minyak serai wangi juga dapat digunakan untuk mengendalikan Phytophthora pada tanaman durian.

Aktivitas dari minyak serai wangi terhadap serangga adalah sebagai penolak (repelent), menarik (attractant), racun kontak, racun pernafasan, mengurangi nafsu makan, menghambat peletakkan telur, menghambat pertumbuhan, menurunkan fertilitas dan sebagai anti serangga vektor (Isman, 2000). Sitronella yang berasal dari serai wangi pada konsentrasi 5 ml/l mampu mengendalikan hama penggerek buah kakao C. cramerella Snell. sebesar 46,26-65,01% pada tingkat serangan berat (Laba et al., 2011). Selanjutnya Nurmansyah (2011) menguji serai wangi untuk mengendalikan hama Helopeltis antonii pada tanaman kakao. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rajangan daun serai wangi sebanyak 50 g/tabung memperlihatkan sifat menolak (repelent) terhadap serangga H. antonii dengan persentase rendah, yaitu 53,33%. Demikian juga dengan pemberian minyak serai wangi dan fraksi sitronellal pada dosis 0,1 ml/tabung, juga menunjukkan penolakan dengan persentase 53,33-73,33%. Pada dosis 0,30 ml/tabung pestisida nabati serai wangi bersifat membunuh (insektisida), dengan persentase kematian serangga H. antonii sebesar 76,67% pada pemberian minyak serai wangi dan 80% pada penggunaan fraksi sitronella di laboratorium. Penyemprotan minyak serai wangi dan fraksi sitronellal pada konsentrasi 2.000 ppm mampu membunuh serangga H. antonii sebesar 91,62%, sedangkan pada konsentrasi 4.000 ppm dapat mencapai 100%.

Cara pembuatan:
-Daun dan batang ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l.
-Endapkan selama 24 jam kemudian disaring agar didapat larutan yang siap diaplikasikan.
-Aplikasi dilakukan dengan cara disemprotkan atau disiramkan.
-Untuk pengendalian hama gudang dilakukan dengan cara membakar daun atau batang hingga  didapatkan abu, lalu sebarkan / letakkan didekat sarang atau dijalur hama tersebut mencari makan.

Mekanisme minyak atsiri serai wangi sebagai pestisida:
-Sebagai bahan penolak, minyak atsiri serai wangi mampu mengacaukan aroma penarik yang dikeluarkan tanaman inang sehingga penggerakan hama menuju tanaman inang dapat dialihkan.
-Sabagai bahan penghambat makan, minyak atsiri serai wangi yang diaplikasikan pada tanaman inang mampu menekan peran bahan perangsang makan yang dihasilkan tanaman tersebut dan menimbulkan ketidaksukaan pada hama sehingga konsumsi hama pada tanaman inang menjadi jauh berkurang. Akibatnya pertumbuhan hama dan perkembangan populasi menjadi terhambat..
-Sebagai pembunuh hama. Minyak atsiri mempunyai efek iritasi. Efek ini menyebabkan kerusakan pada integumen hama sehingga terjadi proses transpirasi tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan kematian pada hama tersebut.

Keuntungan menggunakan minyak atsiri sebagai pestisida nabati:
-Merupakan bahan alami yang mudah terurai sehingga aman terhadap lingkungan dan produk pertanian.
-Mudah didapatkan di pasar karena banyak usaha rumah tangga yang bergerak dalam bidang produksi minyak atsiri serai wangi.
-Harga yang relative lebih murah dibandingkan pestisida sintetik.
-Aplikasi yang relative mudah sehingga dapat dilakukan oleh setiap orang.


Selain sebagai pengendali hama tanaman, minyak atsiri serei wangi juga mampu digunakan untuk mengusir nyamuk. Aroma minyak atsiri serei wangi tidak sisukai oleh nyamuk dan serangga lainnya.

Serai wangi (Cymbopogon nardus L.) yang termasuk dalam famili Graminae merupakan salah satu jenis tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak ditanam sebagai tanaman konservasi dan sela pada perkebunan kopi maupun kakao. Tanaman ini dapat hidup dengan baik di daerah beriklim panas maupun basah, sampai ketinggian 1200 m di atas permukaan laut (dpl) namun berproduksi optimum pada 250 m dpl, dengan intensitas cahaya 75-100% (Sukamto dan Djazuli, 2011). Di samping itu, serai wangi juga dapat tumbuh di tempat yang kurang subur bahkan di daerah yang tandus karena mampu beradaptasi baik dengan lingkungannya. Cara berkembang biaknya adalah dengan anakan atau akarnya yang bertunas.

Selain minyak, bagian lain yang dapat dimanfaatkan adalah limbah serai wangi (ampas hasil penyulingan). Limbah serai wangi dapat digunakan sebagai pakan ternak karena mutunya yang lebih baik dibanding dengan jerami. Limbah serai wangi mengandung 7% protein sedangkan limbah jerami hanya mengandung 3,9%. Kadar proteinnya dapat ditingkatkan dengan perlakuan fermentasi, yaitu menambahkan probion dan molase sehingga protein dapat meningkat sampai 11,2% (Sukamto & Djazuli, 2011).

Limbah serai wangi sisa pakan ternak dapat dijadikan kompos sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemupukan tanaman kakao sehingga biomassa yang berasal dari kebun kakao dapat dikembalikan ke dalam kebun. Hal ini sesuai dengan  konsep pertanian bioindustri, yaitu sistem pertanian yang mengelola dan/atau memanfaatan secara optimal seluruh sumberdaya hayati termasuk biomassa dan/atau limbah organik pertanian, bagi kesejahteraan masyarakat dalam suatu ekosistem secara harmonis.
Serai wangi sebagai pestisida nabati mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah aktivitas biologinya berspektrum luas (dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman, seperti telah  diuraikan sebelumnya), tidak toksik,  sistemik,  kompatibel dengan teknik pengendalian lain (seperti pengendalian dengan agens hayati), mudah terurai dan lebih ramah lingkungan. Serai wangi tidak bersifat toksik terhadap mamalia, burung, dan ikan. Di samping itu serai wangi juga bersifat tidak persisten karena mudah terurai secara alami sehingga tidak tahan lama dalam air, udara, di dalam tanah dan tubuh mamalia (Hartati, 2012).

Kelemahan dari pestisida berbahan aktif minyak serai wangi adalah:
-keefektifannya kurang meyakinkan, terutama apabila dibuat  pada skala rumah tangga.
-Sulitnya standarisasi mutu produk akibat besarnya keragaman genetik tanaman  dan tempat tumbuhnya, serta pemanenan yang masih dilakukan secara tradisional.
-Kesulitan dalam pendaftaran dan paten.
-Nilai usaha tani belum pasti karena pengaruh musim, sumber bahan baku, dan tingkat keefektifannya.
-Stabilitas bahan aktif rendah karena bahan aktifnya bersifat volatil, yaitu tidak tahan terhadap sinar matahari (mudah terdegradasi oleh sinar ultraviolet).
-Tidak kompetitif terhadap pestisida sintetis (harga dan spektrum kerja).
-Terbatasnya data keamanan terhadap mamalia dan lingkungan (Rajashekar et al. (2012) cited in Supriadi (2013).

Serai wangi mempunyai peluang yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi produk-produk pestisida, karena bahan aktif dari tanaman ini mempunyai spektrum luas baik sebagai pengendali hama yang bersifat menolak (repellent), menarik (attractant), racun kontak, racun pernafasan, mengurangi nafsu makan, menghambat peletakkan telur, menghambat pertumbuhan, menurunkan fertilitas. Sebagai pengendali penyakit tanaman yang bersifat antibakteri, antijamur, antivirus dan antinematoda. Serai wangi juga dapat digunakan sebagai bahan pengawet pada produk - produk makanan dan hasil laut sebagai pengganti antibiotik seperti telah diuraikan di atas.



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...