Monday 14 October 2019

Reaksi serta Tanda Fisik Ketika Mengalami Orgasme


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...

Reaksi serta Tanda Fisik Ketika Mengalami Orgasme

Meskipun alasan untuk berhubungan seks bisa sangat bervariasi dan kompleks, mencapai orgasme pada umumnya adalah tujuan utamanya. Satu hal yang dapat disetujui oleh banyak orang adalah orgasme merupakan pengalaman menyenangkan yang sangat intens.

Hubungan seks bersama pasangan merupakaan salah satu kegiatan menyenangkan yang bisa mempererat jalinan kasih sayang pasangan suami dan istri. Tidak hanya mengubah suasana menjadi semakin romantis, hubungan seks yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan juga bisa mengubah kondisi fisik perempuan saat mengalami orgasme.

The Oxford English Dictionary mendefinisikan orgasme sebagai “sebuah gerakan tubuh yang tiba-tiba; seperti kejang, kontraksi, atau getaran akibat lonjakan gairah seksual.” Merriam-Webster menggambarkan pengalaman seksual ini dengan lebi rinci, menyatakan bahwa orgasme adalah serangkaian tanda dan gejala fisik yang terjadi pada puncak kenikmatan seksual yang biasanya ditandai dengan ejakulasi air mani pada pria dan kontraksi vagina pada wanita.

Berhubungan seks sebenarnya mengubah tubuh Anda dalam jangka pendek dan panjang. Perbedaan jangka pendek yang paling mudah dan menonjol dilihat adalah ukuran payudara Anda. Selain itu seks yang dilakukan secara rutin juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh. Seks juga membuat suasana hati menjadi lebih bahagia dan banyak manfaat lainnya.

Orgasme merupakan kondisi saat seseorang mencapai titik puncak atau klimaks dalam aktivitas seksual. Wanita memiliki dua area sensitif pada organ intim yang sering disebut sebagai pusat orgasme, yaitu G-spot dan klitoris. Keduanya sangat sensitif karena memiliki banyak saraf tepi. G-spot berada di dinding atas dalam vagina, sedangkan klitoris terletak di bagian atas luar vagina.

Bukan hanya memberikan kepuasan batin, tetapi orgasme memiliki banyak manfaat kesehatan bagi tubuh. Walau kita tak menyadarinya, tapi ada beberapa perubahan yang terjadi pada tubuh saat kita mencapai kepuasan seks.


Tahapan reaksi tubuh menjelang orgasme


Dr. Alfred Kinsley, seorang peneliti seks terkemuka, pernah mengatakan bahwa orgasme dapat disamakan dengan klimaks crescendo dalam sebuah gubahan musik. Menurutnya, orgasme adalah kenikmatan seksual yang terjadi bertahap, dari ketenangan yang menjadi semakin nyaring, dan diakhiri oleh keheningan.

Dikutip dari WebMD, William Masters and Virginia Johnson (dua terapis seks terkemuka) menciptakan istilah “respon siklus seksual” untuk menggambarkan urutan kejadian yang dilalui tubuh saat pemiliknya terangsang secara seksual dan berpartisipasi dalam kegiatan yang merangsang secara seksual (seks penetratif, masturbasi, foreplay, dll). Respon siklus seksual dibagi menjadi empat tahap: gairah seksual, masa stabil, orgasme, dan resolusi. Tidak ada batas jelas di mana suatu tahap dimulai dan berakhir, semuanya menjadi bagian dari proses yang berkelanjutan dari respon seksual. Perlu diingat bahwa siklus ini adalah garis besar yang sangat umum dari apa yang terjadi pada tubuh masing-masing saat kita menjadi terangsang secara seksual. Ada banyak variasi antara individu, serta di antara peristiwa seksual yang berbeda.

Baik pria maupun wanita melalui empat fase tersebut, yang membedakan hanyalah waktu. Pria biasanya mencapai orgasme lebih dulu saat berhubungan seksual, sementara wanita bisa memakan waktu hingga 15 menit untuk mencapai poin yang sama. Namun, wanita tidak selalu membutuhkan stimulasi genital untuk bisa mencapai orgasme, beberapa wanita bahkan bisa mendapatkan klimaksnya hanya dari sentuhan tubuh atau pijatan badan. Hal ini sering dikaitkan dengan peningkatan aliran darah ke alat kelamin dan getaran yang merangsang klitoris. Meski hal ini tidak ideal untuk semua orang namun hal ini bisa saja terjadi.

-Reaksi tubuh saat mengalami gairah seksual
Fase ini biasanya dimulai dalam waktu 10 – 30 detik setelah stimulasi erotis, dan dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.
Pria: Penis menjadi sedikit tegak. Testis membengkak, skrotum mengencang, dan penis mulai mengeluarkan cairan pra-ejakulasi. Puting seorang pria juga dapat mengeras dan menegak.
Wanita: Pelumasan vagina dimulai. Vagina membengkak dan memperpanjang. Bibir luar, bibir bagian dalam, klitoris, dan terkadang payudara mulai membengkak. Payudara menjadi lebih penuh.
Vagina perempuan penuh dengan ujung saraf, yang ketika dirangsang selama pemanasan akan melepaskan zat kimia di otak yang disebut dopamin yang dapat membuat perempuan menjadi merasa luar biasa, terlebih saat sedang dirangsang dengan cara oral. Senyawa ini pula yang membuat perempuan akan mudah orgasme.
Keduanya: Otot menegang, pupil mata membesar, dan ambang nyeri Anda naik. Denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan meningkat.


Ada peningkatan vasocongestion, atau pembengkakan jaringan yang disebabkan oleh tambahan aliran darah, yang menyebabkan tiga tanda umum dari gairah: puting menegang, kulit memerah, dan ereksi. Di saat yang sama, otak Anda dibanjiri oleh hormon kuat: dopamin dan oksitosin, khususnya. Dopamin, yang dilepaskan pertama kali, memicu motivasi (dalam konteks ini, motivasi untuk mencapai orgasme). Oksitosin, yang datang kemudian, membuat Anda merasa terikat (hormon ini pula biasa disebut “hormon berpelukan”). Sebagai pasangan hormon, dua neurotransmitter ini (dopamin dan oksitosin) dapat menjelaskan mengapa kita merasa langsung (walau hanya sebentar) terikat dengan pasangan ketika kita mulai merasa bergairah. Dilansir dari Refinery 29, geografi otak menyala seperti kembang api selama gairah seksual: Setengah lusin bagian otak menjadi aktif, termasuk amigdala (yang terkait dengan emosi), hippocampus (yang terkait dengan manajemen memori), dan insula anterior (membantu memproses perasaan fisik).

Otak laki-laki dan perempuan tidak selalu merespon dengan cara yang sama terhadap rangsangan pembangkit gairah. Pria menunjukkan aktivitas otak yang lebih dalam amigdala sementara wanita hampir tidak ada.

-Reaksi tubuh saat dalam masa stabil (plateau)
Jika rangsangan seksual terus terjadi, tahap berikutnya dalam siklus respon seksual akan terjadi. Fase ini, yang disebut tahap stabil (plateau), mungkin atau mungkin tidak diungkapkan, baik secara lisan atau melalui tindakan atau perilaku.
Pria: Testis tertarik ke dalam skrotum. Penis menjadi sepenuhnya tegak.
Wanita: Bibir vagina menjadi lebih menggembung. Jaringan-jaringan dinding vagina, sepertiga dari bagian luar, membengkak akibat dipenuhi darah, dan bukaan vagina menyempit. Klitoris wanita menjadi sangat sensitif (bahkan mungkin terasa sakit jika disentuh) dan ‘bersembunyi’ di bawah tutup klitoris untuk menghindari rangsangan langsung dari penis. Labia bagian dalam (bibir) berubah warna (meskipun agak sulit untuk dilihat). Bagi wanita yang belum pernah memiliki anak, bibir berubah dari merah muda menjadi merah cerah. Pada wanita yang pernah memiliki anak, warna berubah dari merah cerah ke ungu tua.
Kedua: Laju pernapasan dan denyut nadi semakin dipercepat. Sebuah “sex flush” (bercak kemerahan) mungkin muncul di perut, dada, bahu, leher, atau wajah (seperti tersipu). Otot paha, pinggul, tangan dan pantat menegang, dan kejang mungkin dimulai.


Selama fase plateau, rangsangan gairah dapat mencapai tingkat paling tertingginya, dapat hilang, dan kemudian timbul kembali beberapa kali. Begitu Anda mencapai puncak tahapan plateau, orgasme akan mengikuti. Selama orgasme, segala ketegangan seksual dilepaskan. Hanya tepat sebelum orgasme, detak jantung, pernapasan, tekanan darah, dan ketegangan otot mencapai puncak tertinggi mereka. Orgasme adalah tahapan klimaks dari keempat rangkaian respon siklus seksual. Tahapan ini juga merupakan tahapan respon seks tersingkat, biasanya hanya berlangsung selama beberapa detik.

-Reaksi tubuh ketika mengalami orgasme
Pada pria, perubahan fisiologis saat mencapai orgasme termasuk cairan air mani yang terkumpul di dalam bola uretra. Kondisi ini terjadi ketika seorang pria merasa yakin akan mengalami orgasme, atau yang disebut dengan “keniscayaan ejakulasi”. Selanjutnya, penis melepaskan ejakulasi. Kontraksi juga terjadi pada penis selama fase orgasmik.
Bagi wanita, fase orgasmik akan ditandai dengan kontraksi dari sepertiga dinding vagina terdepan dengan irama delapan ketukan persepuluh detik. (Jumlah dan intensitas kontraksi bervariasi tergantung pada orgasme yang dialami individu.) Otot-otot rahim juga berkontraksi, meski hampir tidak terasa. Tidak ada panjang rata-rata untuk orgasme, semua tergantung pada gairah. Orgasme nyatanya bisa hilang dengan cepat atau bertahan lebih lama. Saat orgasme, otot vagina berkontraksi, itu yang menyebabkan seperti ada denyutan dari dalam tubuh. Dilansir dari Popsugar, orgasme ringan memiliki tiga sampai lima denyut nadi dan orgasme hebat memiliki sepuluh sampai lima belas denyut nadi.
Saat wanita orgasme, biasanya napas akan meningkat, tampak terengah-engah dan terjadi pelebaran pembuluh darah. Fase orgasmik akan dapat dirasakan ketika laju pernapasan, denyut nadi, dan tekanan darah terus meningkat. Denyut jantung dan tekanan darah bisa naik dua kali lipat untuk memompa darah ke area genital dan otot lainnya, sementara metabolisme dan suhu tubuh juga sedikit naik. Tidak jarang kondisi ini diikuti dengan gerak refleks menggenggam pada tangan dan kaki. Tidak hanya di sekitar organ intim wanita, orgasme juga dapat terlihat dari puting payudara yang menegang. Areola atau bagian gelap di sekitar puting payudara juga tampak semakin melebar saat orgasme. Ketegangan otot dan pembengkakan pembuluh darah akan mencapai puncaknya.
Pakar kesehatan seksual Dr. Neha Singh Rathod menjelaskan jika payudara juga merupakan bagian yang paling sensitif agar mendapat rangsangan seksual bagi wanita. Ketika sedang berhubungan intim, payudara wanita akan menjadi sangat sensitif jika dibelai, diremas, atau bahkan dihisap oleh pasangan intimnya. Pakar mencatat reaksi payudara juga mengalami perubahan saat wanita akan mengalami orgasme. Dimana salah satu ciri orgasme mempengaruhi ukuran payudara. Jika mengalami orgasme, maka payudara wanita akan mengalami reaksi pengerasan sehingga payudara wanita akan terasa lebih padat. Selain itu, areola di sekitar puting juga akan mengalami perubahan warna saat wanita akan mendapatkan orgasme.
Nicole Prause, pakar kesehatan pskofisiologis seksual, berkata bahwa ukuran payudara saat orgasme ternyata bisa meningkat hingga 15 persen lebih besar jika dibandingkan dengan saat pasangan melakukan foreplay. Selain itu, jika anda sedang hamil, baru saja melahirkan, atau masih dalam fase menyusui dan melakukan hubungan intim, maka payudara bisa mengeluarkan ASI sebagai salah satu cara tubuh mengekspresikan kepuasan karena mendapatkan orgasme. Keluarnya ASI ini disebabkan oleh pengaruh hormon oksitosin yang dilepaskan oleh tubuh saat wanita mengalami orgasme. Tak hanya membuat kita merasa bahagia, hormon oksitosin ternyata bertanggung jawab akan produksi ASI. Karena alasan inilah ASI bisa keluar dengan deras saat wanita terpuaskan saat berhubungan intim. Bagi wanita yang sedang menyusui, sebaiknya tetap menggunakan bra ketika melakukan hubungan intim. Tutuplah dengan kain yang berbahan menyerap cairan pada puting susu anda agar cairan ASI tidak berserakan dan jadi gangguan saat melakukan hubungan intim dengan suami Anda.
Orgasme pada wanita juga tampak dari adanya tanda yaitu kemerahan pada wajah karena aliran darah yang meningkat. Sebenarnya, peningkatan warna merah itu tidak hanya pada wajah, namun juga di berbagai bagian tubuh lain. Kontraksi otot di sekitar panggul dan di sekitar rahim akan terjadi saat wanita mengalami orgasme. Wanita orgasme juga akan merasakan dinding vagina yang berdenyut, dengan intensitas yang berbeda-beda pada tiap wanita.
Orgasme dikendalikan oleh sistem saraf otonom, sehingga tanda wanita orgasme sering kali dapat menimbulkan gerak refleks. Misalnya, kejang otot di beberapa bagian tubuh, munculnya gerak tubuh tertentu, hingga mengeluarkan suara tanpa disadari. Orgasmejuga  dapat menyebabkan otak kehilangan kendali selama beberapa saat. Hal ini disebabkan karena bagian otak yang mengendalikan tindakan tidak bekerja saat orgasme, sehingga menimbulkan sensasi lepas kendali.
Beberapa hormon akan dilepaskan oleh tubuh termasuk endorfin dan prolaktin setelah orgasme. Pelepasan hormon ini membuat wanita merasa relaks. Ada pula hormon oksitosin yang akan memenuhi otak setelah orgasme, sehingga memicu munculnya perasaan romantisme seorang wanita terhadap pasangannya. Itu sebabnya, banyak wanita yang ingin berpelukan atau bercengkrama setelah orgasme.


Hypothalmus sebagai bagian dari otak yang mengendalikan suhu tubuh, rasa lapar, dan tidur memiliki tanggung jawab besar selama proses bercinta hingga menuju klimaks. Sebelum tubuh mencapai garis akhir, otak akan diisi penuh oleh dopamin dan juga serotonin, yang merupakan senyawa hormon bahagia. Sebuah kondisi “wajar” jika kebahagiaan terasa seperti meledak-meledak. Otak bagian amygdala dan hipocampus merupakan area otak yang terkait dengan rasa takut dan kecemasan, menjadi rileks karena bagian otak yang berhubungan dengan sensasi mengambil alih. Aktivitas di area otak yang berkaitan dengan logika juga beristirahat sejenak.

Produksi dopamine mencapai puncaknya saat orgasme, ini sebabnya kita merasakan kepuasan yang penuh. Selain itu tubuh juga akan melepaskan hormon oksitosin yang membantu kita merasa lebih intim secara fisik dan emosi dengan pasangan. Selain itu setelah orgasme, tubuh akan mengeluarkan hormon yang bernama prolaktin yang berfungsi mematikan dorongan seksual selama satu jam. Hal ini berbeda dengan pria yang bisa memiliki banyak orgasme dalam waktu singkat.

Pupil mata akan membesar sampai 50 persen pada sebagian orang, dan kita akan merasakan penglihatan yang lebih baik walau sementara. Berbagai otot, termasuk yang ada di panggul, uterus, vagina, dan anus, berkontraksi, sehingga menimbulkan gelombang kepuasan.

Untuk pria dan wanita, ada empat jenis saraf yang bertanggung jawab untuk mengirimkan informasi ke otak selama orgasme. Saraf hipogastrik mengirimkan sinyal dari rahim dan leher rahim pada wanita, dan dari prostat pada pria; saraf panggul mentransmisikan sinyal dari vagina dan leher rahim pada wanita, dan dari dubur pada kedua jenis kelamin; saraf pudenda mentransmisikan dari klitoris pada wanita, dan dari skrotum dan penis pada pria; dan saraf vagus mentransmisikan dari leher rahim, rahim, dan vagina pada wanita.

Pelepasan hormon endorfin dan hormon lainnya bukan hanya membuat ambang nyeri kita meningkat, tapi juga membuat sirkulasi darah ikut meningkat. Kita akan merasakan rasa hangat di dada dan pipi tampak bersemu merah.


Perbedaan orgasme pria dan orgasme wanita


Orgasme antara pria dan wanita memiliki perbedaan. Jika Anda seorang pria, penting untuk memahami tanda wanita orgasme agar hubungan intim dengan pasangan semakin harmonis dan terasa menyenangkan.

Selama berhubungan seks, terjadi penurunan aktivitas yang terukur di daerah otak terkait dengan kontrol perilaku, ketakutan, kecemasan, dan penilaian. Hubungan seks juga menurunkan stres dan menciptakan suasana menyenangkan di antara pasangan. Saat merasakan kesenangan fisik selama hubungan intim, ribuan sinyal dikirim dari sistem saraf pusat ke otak dan membanjirinya dengan dopamin. Dopamin merupakan bahan kimia yang diproduksi tubuh untuk membuat kita merasa bahagia dan memperoleh sensasi kenikmatan.

Terdapat perbedaan area otak yang memengaruhi dua jenis kelamin yakni periaqueductal gray (PAG) selama orgasme. Meskipun kedua jenis kelamin ini cenderung terlibat dalam perilaku berbeda saat melakukan aktivitas seks, otak pria dan wanita tidak terlalu berbeda. Selama orgasme, lateral orbitofrontal cortex (daerah otak di belakang mata kiri) nonaktif selama orgasme. Wilayah ini dianggap memberikan alasan logis dan kontrol perilaku. Otak dari kedua pria dan wanita saat orgasme dikatakan terlihat seperti otak dari orang yang terpengaruh oleh heroin, dilansir dari Medical Daily, menurut sebuah studi dari Journal of Neuroscience. Orgasme tidak hanya bisa terjadi pada wanita muda. Wanita yang berusia lebih tua tetap dapat menikmati orgasme, dan bahkan lebih mudah, karena umumnya sudah mengenal dengan baik reaksi tubuhnya dan merasa nyaman dengan pasangannya.

Orgasme juga merupakan anugerah terindah yang dimiliki perempuan saat mencapai titik klimaks mereka. Beragam reaksi terhadap orgasme pun bisa dialami, dari mulai tubuh terguncang, kaki bergetar, hingga Miss V bergetar. Setiap perempuan dapat memiliki rasa dan reaksi orgasme yang berbeda-beda.

Pada pria, kenikmatan yang luar biasa saat klimaks bisa bertahan hingga 10 detik. Sementara orgasme seorang wanita rata-rata berlangsung 20 detik. Terkadang bisa lebih lama dari itu, wanita juga dapat memiliki multiorgasme. Akan tetapi multiorgasme akan bergantung pada stimulasi rangsangan yang terus berlanjut dan juga minat seksual dari masing-masing pihak.

-Wanita lebih melibatkan emosi dan rasa keamanan, pria menganggap seks sebagai aktivitas santai.
Perbedaan antara kedua jenis kelamin terletak pada periaqueductal gray (PAG) yaitu bagian dari otak yang diaktifkan ketika seorang wanita terlibat dalam hubungan seksual. PAG adalah bagian dari otak yang mengontrol respon fight-or-flight, dan itu tidak diaktifkan pada pria ketika mereka mencapai orgasme. Studi juga menemukan bahwa perempuan mengalami penurunan aktivitas di amgydala dan hippocampus ketika mereka mencapai orgasme, yang membantu mengontrol ketakutan dan kecemasan.


Para peneliti berteori bahwa bagian-bagian otak yang aktif ini adalah karena wanita perlu merasa aman dan santai untuk mencapai orgasme, sesuatu yang mungkin tidak penting untuk orgasme pria. Para peneliti juga percaya bahwa laki-laki mungkin tidak terlalu dipengaruhi oleh oksitosin (ikatan kimia), yang dilepaskan selama orgasme. Oksitosin dapat menginspirasi perasaan kedekatan, kasih sayang, dan keintiman, dan beberapa orang berteori bahwa ini adalah alasan mengapa wanita mungkin lebih rentan untuk terbawa perasaan setelah berhubungan seks. Para peneliti menunjukkan bahwa kadar testosteron dalam otak laki-laki mungkin memerangi oksitosin dan membuat kaum pria kurang terpengaruh oleh perasaan mesra, membuat kencan dan seks kasual memiliki makna yang dangkal bagi mereka.

-Wanita bisa mencapai orgasme berkali-kali, pria membutuhkan waktu untuk pulih.
Setelah fase orgasme turun, individu akan disambut oleh fase resolusi atau pemulihan, yang ditandai oleh kembalinya fungsi normal tubuh lambat laun. Bagian-bagian tubuh yang mengeras dan membengkak juga perlahan kembali ke ukuran dan warna normalnya. Fase ini ditandai dengan rasa kebahagiaan dan kenyamanan umum, peningkatan keintiman dan, seringnya, kelelahan.


Selain itu, perbedaan utama antara fase orgasmik perempuan dan laki-laki adalah bahwa jauh lebih banyak wanita daripada laki-laki yang memiliki kemampuan fisik untuk mencapai orgasme berkali-kali dalam waktu singkat tanpa harus “terjatuh” ke dalam fase plateau terlebih dahulu.

Namun demikian, fenomena multiorgasme akan bergantung pada stimulasi rangsangan yang terus berlanjut dan juga minat seksual dari masing-masing pihak. Seorang wanita bisa tidak selalu mengalami salah satu di antara faktor penentu ini, maka dari itu orgasme berulang tidak terjadi dalam setiap hubungan seksual.

Di sisi lain, setelah ejakulasi, pria akan memasuki tahap pemulihan yang disebut periode refraktori. Selama tahapan refraktori, orgasme lebih lanjut atau ejakulasi secara fisiologis tidak memungkinkan. Durasi dari periode refraktori bervariasi antara satu pria dengan yang lain, dan biasanya akan semakin panjang mengikuti bertambahnya usia. Namun, beberapa orang dapat belajar untuk mencapai orgasme tanpa ejakulasi, sehingga memungkinkan untuk mencapai orgasme berulang kali.


Pada dasarnya, tidak semua wanita memiliki area sensitif yang sama. Selain memahami tanda wanita orgasme, penting bagi Anda selalu menjalin komunikasi dengan pasangan untuk mengetahui area sensitifnya dalam berhubungan intim. Hal ini penting agar hubungan suami istri tetap hangat dan harmonis. Dan, tidak setiap saat wanita bisa mendapatkan orgasmenya saat berhubungan seksual, beberapa wanita malah sengaja memalsukannya agar pasangannya puas dengannya. Ada berbagai macam faktor yang bisa mempengaruhi; faktor spiritual, fisik dan emosional seseorang bisa menjadi pemicunya. Kondisi ini disebut anorgasmia, yaitu kondisi dimana seorang wanita tidak mampu untuk mendapatkan orgasmenya. Jika seorang perempuan merasa tidak mampu mencapai orgasme saat beberapa kali berhubungan, disarankan untuk mulai berkonsultasi pada dokter.

Orgasme bukan hanya sensasi fisik. Tubuh dan pikiran terhubung saat mengalami orgasme. Hubungan emosional dan mental berkontribusi pada kesenangan dan gairah seks. Aktivitas seksual mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menghilangkan rasa sakit dan banyak lainnya. Bahkan, sebuah studi yang dikeluarkan oleh British Medical Journal mengatakan ada korelasi antara orgasme dan tingkat kematian. Seseorang yang mengalami orgasme seminggu dua kali atau lebih bisa berpotensi hidup delapan tahun lebih lama dibanding yang tidak.



pasang iklan disini




loading...