Loading...
Selain ejakulasi dini,
disfungsi ereksi adalah musuh besar kedua bagi kaum lelaki. Sebab, kondisi ini
dapat menyebabkan pria merasa tidak lagi percaya diri dengan kejantanannya.
Lebih jauh lagi, banyak pria yang juga ditinggalkan pasangan hidup karena tidak
dapat mempertahankan ereksinya.
Sebelum memahami disfungsi
ereksi, Anda terlebih dulu harus memahami proses terjadinya ereksi. Kondisi ini
terjadi ketika Anda -para lelaki- melihat, mendengar, menyentuh, mencium,
memikirkan, atau mengalami sesuatu yang membuat Anda terangsang secara seksual.
Setelah indra-indra Anda bekerja, otak akan mengirimkan sinyal pada otot halus
di penis Anda supaya merasa santai sehingga darah terkumpul di organ ini. Hal
inilah yang kemudian memungkinkan penis untuk tetap tegang selama
berlangsungnya hubungan seksual. Disfungsi ereksi terjadi ketika otot halus di
penis kembali pada keadaan semula. Sehingga hasilnya, Anda akan gagal dalam mempertahankan kondisi ereksi tersebut selama
berhubungan seksual.
Disfungsi ereksi merupakan
ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi dengan baik untuk
berhubungan seksual. Sebuah kondisi dimana seorang pria tidak mampu mencapai
atau mempertahankan ereksi penis untuk melakukan senggama yang memuaskan. Dan,
umumnya banyak pria merasa malu saat mengalami disfungsi ereksi. Bahkan, banyak
yang merasa segan untuk berkonsultasi kepada ahli medis tentang kondisi
tersebut. Padahal, disfungsi ereksi bisa diatasi jika diketahui penyebabnya. Perlu
untuk di ketahui, definisi dari disfungsi ereksi tersebut tidak berhubungan
dengan pancapaian klimaks saat senggama atau orgasme.
Ereksi yang terjadi dipengaruhi
oleh proses vascular yang dikendalikan oleh sistem saraf. Sistem saraf tidak
bisa melakukan proses vascular dan hal ini dapat disebabkan karena berbagai
hal, sehingga menganggu sinyal yang diperlukan oleh saraf untuk mengirim
isyarat kepada otak, otot, hormon, dan peredaran darah. Disfungsi ereksi
identik dengan pria yang telah berusia lanjut. Hal ini disebabkan karena pria
berusia lanjut memiliki banyak kondisi yang bisa menghalangi aliran darah ke
penis seperti aterosklerosis atau pun diabetes. Disfungsi ereksi tidak hanya
terjadi pada pria berusia lanjut namun kini banyak pria yang berusia muda
mengalami disfungsi ereksi.
Terdapat beberapa kondisi yang
bisa menjadi tanda-tanda terjadinya gangguan ereksi, yaitu ereksi yang kurang
kokoh sehingga tidak dapat melakukan hubungan seksual, ereksi yang kurang lama,
atau pun ereksi yang terjadi lebih sering dari biasanya.
Dalam istilah yang lebih
familiar di telinga, orang biasa menyebut disfungsi ereksi dengan lemah syahwat
atau impotensi. Disfungsi ereksi sendiri telah terjadi pada lebih dari 30% pria
antara umur 40 sampai dengan umur 70 tahun. Dan jangan salah, statistik
tersebut juga secara tidak langsung menyebutkan bahwa ada pria dibawah 30 tahun
yang mengalami disfungsi ereksi.
Menurut data The Global Study
of Secual Attitudes and Behavior yang telah meneliti 29 negara termasuk
Indonesia, menemukan jumlah penderita disfungsi ereksi terbanyak ada di Asia
Tenggara (28,1 persen), diikuti Asia Timur (27,1 persen), dan Eropa Utara (13,3
persen).
Secara umum penyebab disfungsi
ereksi cukup sederhana, yaitu; tidak adanya suplai darah ke penis yang cukup
untuk membuatnya ereksi. Seperti yang Anda ketahui bahwa darah memiliki
fungsinya sendiri terhadap sel-sel tertentu pada tubuh. Namun bukan hanya
faktor biologi saja, tetapi juga faktor psikologi dan pemakaian obat-obatan
yang tidak sesuai dengan fungsinya dapat menyebabkan atau berkontribusi dalam
disfungsi ereksi. dr. Nugroho Setiawan, seorang ahli andrologi dari Rumah Sakit
Umum Fatmawati, menjelaskan tentang fenomena disfungsi ereksi. "Yang
hardness, skornya 3 dan tetap bisa ereksi. Pada tingkat 3, dia (penis) besar,
keras tapi tidak seluruhnya, dan cukup untuk penetrasi ke vagina, ini seperti
sosis. Tapi mereka (pria) enggak tahu, kalau (di tingkat) ini sudah disebut
disfungsi ereksi karena tidak maksimal (ereksi). Kalau tidak maksimal, ruginya
pasti terjadi ejakulasi dini," Katanya memberi penjelasan. Sedangkan untuk
tingkat pertama dan kedua, dr. Nugroho Setiawan mengibaratkan penis bagaikan
kue moci yang kenyal. Ketika seorang pria mengalami ereksi di tingkat pertama
sampai ketiga dengan ciri-ciri seperti disebutkan di atas, dr. Nugroho
menyarankan agar segera berkonsultasi pada dokter.
dr. Nugroho Setiawan mengatakan
pria yang sehat adalah pria yang bisa ereksi kapan saja dan di mana saja.
"Pria yang ereksinya maksimal dan dapat dilakukan di mana saja dan kapan
saja, menunjukkan tubuhnya sehat. Nah jika dia disfungsi ereksi, artinya tubuh
pria itu tidak sehat," ungkapnya. Disfungsi ereksi sangat erat kaitannya
dengan pembuluh darah. Umumnya gangguan pembuluh darah terjadi pada usia di
atas 40 tahun. Di usia tersebut, ada proses degeneratif alami pada tubuh yang
mengarahkan munculnya disfungsi ereksi. Namun, dengan pola hidup sehat seperti
berolahraga kardio, menghindari rokok yang dapat mempersempit pembuluh darah,
dan rutin konsultasi kepada dokter kemungkinan besar kita dapat menghindari
proses degeneratif yang mengarah pada disfungsi ereksi.
Gangguan disfungsi ereksi
sering dianggap sebagai hal yang tabu. Alhasil, banyak pria atau pasangan segan
berkonsultasi dengan dokter jika mengalami hal tersebut. Padahal, disfungsi
ereksi bisa saja berkaitan dengan gangguan seksual pria lainnya, seperti
ejakulasi dini dan penurunan hasrat melakukan hubungan seksual.
Penyebab Disfungsi Ereksi
Terpicunya gairah seksual pria
merupakan proses yang tidak sederhana. Proses tersebut melibatkan otak, saraf,
otot, pembuluh darah, hormon, dan emosi. Disfungsi ereksi biasanya terjadi jika
hal-hal tersebut mengalami masalah. Bahkan, terdapat kemungkinan penyebabnya
merupakan kombinasi dari beberapa kondisi.
Salah satu faktor signifikan
yang berkontribusi terhadap masalah ini adalah usia. Lalu, kita pun bisa
melihat kecenderungan meningkatnya prevalensi disfungsi ereksi saat mengamati
garis keturunan. Saat memasuki fase andropause, defisiensi hormon testosteron
yang beredar di dalam tubuh pun terpengaruh. Andropause adalah kondisi pria
usia tengah baya yang mempunyai gejala-gejala dan keluhan yang mirip dengan
menopause pada wanita.
Selain itu, faktor gaya hidup
tertentu juga memegang peranan penting. Penyalahgunaan alkohol dan obat
terlarang, serta penggunaan produk tembakau, kerap dikaitkan dengan gangguan
ini. Juga, tak bisa dilupakan, penyakit jiwa dapat mempengaruhi fungsi ereksi
pria. Sebab sebenarnya problem disfungsi ereksi memang berawal dari dalam otak.
Gejala dan panik ketika seorang pria menyadari bahwa ia tidak dapat mencapai
ereksi saat menerima rangsangan seksual, hal itu akan terasa memalukan dan
mempengaruhi harga diri. Sayangnya, umumnya kecenderungan yang terjadi adalah
muncul rasa panik, dan pria langsung memikirkan hal yang terburuk. Padahal,
tidak bisa mencapai ereksi yang keras, atau tak bisa mempertahankan ereksi,
dalam waktu yang tidak setiap saat, terhitung relatif normal. Namun, bila
masalah terus berlanjut, maka kondisi tersebut barulah harus dianggap sebagai
peringatan untuk pemeriksaan. Jadi, jika
seseorang tidak mampu mencapai ereksi atau mempertahankannya, atau pun tidak
dapat mengalami ereksi hingga sulit melakukan hubungan intim, untuk waktu yang
lama, barulah kondisi tersebut memerlukan atensi. Sebaliknya, jika pria
mengalami gejala ini hanya sekali sebulan atau sesekali dalam beberapa bulan, mungkin
kondisi tersebut hanya karena hari-hari yang penuh tekanan. Meski begitu, pemeriksaan
umum ke dokter tetap merupakan langkah yang tidak salah.
Sebuah penelitian terbaru
kembali mengungkap penyebab disfungsi ereksi, dalam penelitian ini, para
ilmuwan dari University of Oxford dan University of Exeter menganalisis data
dari 6.000 pria. Hasilnya, mereka menemukan bahwa faktor genetik yang
berhubungan dengan diabetes tipe 2, berhubungan juga dengan disfungsi ereksi.
Ini berarti keduanya saling terkait. "Disfungsi ereksi dialami sedikitnya
1 dari 5 orang di atas usia 60 tahun, dan sampai sekarang sangat sedikit yang
kita tahu soal penyebabnya," kata Anna Murray dari University of Exeter
yang melakukan penelitian ini, dikutip dari Newscientist. Temuan ini juga mengungkap
kemungkinan bahwa gaya hidup sehat seperti rajin olahraga dan pola makan yang
seimbang, bisa mencegah munculnya disfungsi ereksi.
Penyebab yang bersifat fisik
lebih banyak ditemukan pada pria lanjut usia, sedangkan masalah psikis lebih
sering terjadi pada pria yang lebih muda. Semakin bertambah umur seorang pria,
maka impotensi semakin sering terjadi, meskipun impotensi bukan merupakan
bagian dari proses penuaan tetapi merupakan akibat dari penyakit yang sering
ditemukan pada usia lanjut. Sekitar 50% pria berusia 65 tahun dan 75% pria
berusia 80 tahun mengalami impotensi. Di bawah ini merupakan beberapa
kemungkinan penyebab terjadinya disfungsi ereksi:
Kondisi Medis
Disfungsi ereksi sering dipicu
oleh penyakit tertentu, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
penyumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis), diabetes, obesitas, sindrom
metabolik, penyakit Peyronie (perkembangan jaringan parut di dalam penis) dan
gangguan tidur. Beberapa kondisi lain juga diketahui dapat menyebabkan gangguan
ereksi adalah gagal ginjal, sirosis, kelebihan zat besi pada darah atau
hemokromatosis, skleroderma (pengerasan kulit), serta penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) yang sering diderita oleh perokok. Selain itu, penyakit yang
menyerang sistem saraf juga mampu memengaruhi ereksi, misalnya epilepsi,
stroke, multiple sclerosis, Alzheimer, Parkinson dan sindrom Guillain-Barré.
National Institute of Diabetes
and Digestive and Kidney Diseases
melaporkan, banyak penyakit yang mendasar dapat menyebabkan gejala
disfungsi ereksi. Diantaranya adalah penyakit peyronie, yaitu sebuah pengembangan
jaringan parut fibrosa di dalam penis yang menyebabkan penis melengkung, dan
membuat ereksi sangat menyakitkan.
Saat ereksi, alirah darah akan
menuju penis dan membuat penis menegang. Saat aliran darah ke penis terganggu,
maka akan menyebabkan disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi bukan hanya
permasalahan pria tetapi juga dapat memengaruhi psikologis pasangan. Gangguan
disfungsi ereksi juga bisa muncul karena adanya gejala penyakit lain, seperti
gejala saluran kemih bawah, penyakit peyronie, dan yang berhubungan dengan
perawatan terhadap kanker prostat. "Selain penyakit, faktor fisik dan
psikologis juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi," kata dr. Nugroho.
Agar bisa tegak, penis
memerlukan aliran darah yang cukup. Karena itu penyakit pembuluh darah
(misalnya aterosklerosis) bisa menyebabkan impotensi. Impotensi juga bisa
terjadi akibat adanya bekuan darah atau akibat pembedahan pembuluh darah yang
menyebabkan terganggunya aliran darah arteri ke penis. Kerusakan saraf yang
menuju dan meninggalkan penis juga bisa menyebabkan impotensi.
Banyak dijumpai sebuah kondisi
kesehatan yang berbeda dapat memengaruhi saraf, otot, atau aliran darah yang
dibutuhkan untuk ereksi. Cedera saraf tulang belakang dapat berkontribusi
terhadap terjadinya disfungsi ereksi.
Ketidakseimbangan hormon
tertentu juga cukup sering menjadi penyebab disfungsi ereksi. Kondisi tersebut
antara lain hipertiroid (kelebihan hormon tiroid), hipotiroid (kekurangan
hormon tiroid) dan hipogonadisme yang menyebabkan kekurangan hormon testosteron.
Berat badan ekstra pada tubuh
Anda dapat memengaruhi kinerja seksual Anda, dan bukan sekadar menurunkan
kepercayaan diri Anda. Pria obesitas memiliki tingkat hormon testosteron
laki-laki yang lebih rendah, padahal hormon tersebut penting untuk gairah
seksual dan ereksi. Kelebihan berat badan juga terkait dengan hipertensi dan
pengerasan pembuluh darah yang dapat mengurangi aliran darah ke penis.
Jarang yang tahu bahwa seorang
pria 2½ kali lebih mungkin mengalami disfungsi ereksi dibandingkan pria dengan
berat badan normal. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam The Journal
of Sexual Medicine, ditemukan fakta bahwa 42,4% pria dengan disfungsi
ereksi mengalami kelebihan berat badan,
dengan 12,1% di antaranya mengalami obesitas. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Giovanni Corona, MD, dari University of Florence menemukan bahwa tingkat
obesitas berhubungan dengan penurunan tingkat testosteron. Selain itu, obesitas
akan menyebabkan terjandinya penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga
menghambat aliran darah ke organ-organ termasuk penis.
Psikologis
Salah satu faktor penting saat
ereksi yaitu kesehatan mental. Otak memainkan peran penting dalam memicu
ereksi. Ereksi dimulai dengan adanya gairah seksual saat terjadi rangsangan,
namun hal ini dapat terganggu dikarenakan beberapa kondisi psikologis seperti
stres, depresi, kecemasan, atau masalah hubungan dengan pasangan.
Kadang impotensi terjadi akibat
rendahnya kadar hormon testosteron. Tetapi penurunan kadar hormon pria (yang
cenderung terjadi akibat proses penuaan), biasanya lebih sering menyebabkan penurunan
gairah seksual (libido).
Pria usia muda memiliki
keyakinan bahwa kinerja seksual dan ereksi kuat adalah hal yang paling
menentukan dan penting dalam memuaskan pasangan. Sehingga ketika mereka tidak
mampu mempertahankan ereksi, akan muncul rasa malu yang memicu terjadinya
disfungsi ereksi di waktu selanjutnya. Perasaan cemas dan takut ini
lama-kelamaan akan berubah menjadi rasa stres sehingga inilah yang menjadi
penyebab terjadinya disfungsi ereksi di usia muda. Kondisi psikologis yang
buruk akan menyebabkan produksi hormon testosteron yang memengrahui kualitas
dan kuantitas sperma mengalami penurunan.
Usia dan tingkat stres dapat
menjadi faktor-faktor penentu seseorang mengalami gangguan ereksi. Meski
begitu, terdapat juga faktor psikologis, seperti widower syndrome. Sindrom ini
muncul pada pria yang kehilangan istrinya. Pria dengan kepercayaan diri yang
rendah juga dapat mengalami disfungsi ereksi.
-Stres
Tidak mudah untuk mendapatkan
mood ketika Anda kewalahan oleh tanggung jawab di tempat kerja dan rumah. Stres
dapat mengambil korban dari banyak bagian yang berbeda dari tubuh Anda,
termasuk penis Anda. Mengatasi stres dengan membuat perubahan gaya hidup yang
meningkatkan kesejahteraan dan relaksasi, seperti berolahraga secara teratur,
cukup tidur, dan mencari bantuan profesional jika diperlukan.
-Marah
Kemarahan dapat membuat darah
mengalir ke wajah Anda, tetapi tidak ke satu tempat yang Anda butuhkan ketika
Anda ingin berhubungan seks. Tidak mudah untuk merasa romantis ketika Anda
mengamuk, apakah kemarahan Anda diarahkan pada pasangan Anda atau tidak.
Kemarahan terpendam atau tidak benar dalam mengekspresikan kemarahan dapat
berkontribusi untuk masalah kinerja kemampuan seksual.
-Kecemasan
Khawatir bahwa Anda tidak akan
dapat melakukan performa yang baik tempat tidur dapat membuat lebih sulit bagi
Anda untuk keluar dari masalah disfungsi ereksi. Kecemasan yang berasal dari
bagian lain di kehidupan Anda juga dapat meluas ke kamar tidur. Semua
kekhawatiran tersebut dapat membuat Anda takut dan menghindari keintiman, yang
dapat menjadi suatu lingkaran setan pada kehidupan seks dan hubungan Anda.
-Pemikiran negatif
Bila tidak menyukai apa yang
Anda lihat di cermin ketika bercermin, Anda pun akan menganggap pasangan tidak
akan menyukai Anda. Citra diri negatif dapat membuat Anda khawatir tidak hanya
tentang bagaimana melihat diri Anda, tetapi juga seberapa baik Anda akan tampil
di tempat tidur. Kecemasan kinerja dapat membuat Anda terlalu cemas untuk
bahkan mencoba memulai seks.
-Libido rendah
Libido adalah keinginan untuk
melakukan hubungan seks. Libido rendah tidak sama dengan disfungsi ereksi,
tetapi banyak faktor yang sama yang menahan ereksi juga dapat meredam keinginan
Anda pada seks. Rendah diri, stres, kecemasan, dan beberapa obat-obatan semua bisa
mengurangi gairah seks Anda. Ketika semua kekhawatiran mereka terikat dengan
bercinta, minat Anda pada seks dapat turun juga.
Faktor yang menyebabkan kenapa
banyak kasus disfungsi ereksi tidak terdeteksi adalah karena adanya beberapa
persepsi yang salah dari kaum pria mengenai disfungsi ereksi itu sendiri,
seperti:
-Disfungsi ereksi terjadi
karena masalah psikologis saja.
-Dengan bertambahnya usia, maka
wajar saja bila mengalami disfungsi ereksi.
-Disfungsi ereksi adalah
masalah pribadi, jadi sebaiknya jangan diceritakan ke orang luar termasuk
dokter.
-Hal-hal yang menyangkut
masalah seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan.
-Adanya penghalang dari segi
psikologis yaitu rasa malu untuk mencari pertolongan.
-Adanya penghalang dari segi
sosial-budaya yaitu lebih mempercayai bentuk pengobatan mistis untuk menangani
masalah disfungsi ereksi.
Masalah disfungsi ereksi tidak
boleh dihadapi dengan stres, karena bisa menambah masalah kelainan seksual
tersebut. Dr. Ng Beng Yeong, seorang konsultan psikiatri di Mount Elizabeth
Medical Centre mengatakan, masalah ini bisa diatasi dengan foreplay yang lama. Kepala
Departemen Psikiatri di Singapore General Hospital (SGH) ini juga mengatakan,
saat suami bertambah tua, istri harus bisa memahami bahwa usianya akan memengaruhi
kemampuan seksual suami di ranjang. Karena masalah kesulitan ereksi biasanya
disebabkan kondisi kesehatan mental suami, maka penting bagi istri untuk
membantu suami mengatasi masalah yang membuatnya stres atau depresi. Dan
membantu memancing gairah suami dengan foreplay yang lama sebagaimana disarankan
oleh Dr. Ng Beng Yeong.
Obat-obatan
Sekitar 25% kasus impotensi
disebabkan oleh obat-obatan (terutama pada pria usia lanjut yang banyak
mengonsumsi obat-obatan).
Obat-obat yang bisa menyebabkan
impotensi adalah:
-Anti-hipertensi.
-Anti-psikosa.
-Anti-depresi.
-Obat penenang.
-Simetidin.
-Litium.
Meski dapat mengobati kondisi
penyakit, obat-obatan tidak jarang menimbulkan efek samping, salah satunya
disfungsi ereksi. Pengobatan kanker prostat, penurun kolesterol, atau
penggunaan obat-obatan terlarang semacam kokain serta ganja juga merupakan
jenis obat yang mungkin dapat memicu disfungsi ereksi.
Gairah seksual dimulai di
kepala Anda dan bekerja menjalar ke bawah. Depresi dapat meredam keinginan Anda
dan dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Ironisnya, banyak obat yang dipakai
untuk mengobati depresi juga dapat menekan dorongan seksual Anda dan membuat
lebih sulit untuk mendapatkan ereksi, dan menyebabkan keterlambatan dalam
orgasme.
Anda mungkin mempertimbangkan
untuk meminum sedikit alkohol untuk mendapatkan mood, tetapi kebanyakan alkohol
membuat lebih sulit bagi Anda untuk menyelesaikan aktivitas seksual Anda.
Penggunaan alkohol berat juga dapat mengganggu ereksi, tetapi efek tersebut biasanya
bersifat sementara.
Kabar baiknya adalah bahwa
minum alkohol satu atau dua gelas sehari, mungkin memiliki manfaat kesehatan
seperti mengurangi risiko penyakit jantung dan risiko-risiko yang mirip dengan
risiko disfungsi ereksi.
Akibat cedera
Ketika bagian penis, bagian
saraf, atau pembuluh darah di bagian punggung mengalami cedera, maka perlu
diwaspadai karena hal itu dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Cedera di sekitar
penis, juga dapat memicu pembentukan jaringan parut serta posisi penis yang
melengkung secara tidak normal selama ereksi.
Selain itu, kebiasaan tertentu
yang dapat menekan area di sekitar anus, seperti mengendarai sepeda dalam waktu
yang lama, diduga dapat memicu terjadinya disfungsi ereksi juga. Cedera pada
panggul yang memengaruhi organ seksual pria juga dapat menyebabkan disfungsi
ereksi.
Efek tindakan operasi
Beberapa jenis tindakan operasi
dapat memicu disfungsi ereksi. Salah satunya adalah operasi pada otak dan
tulang belakang, pada bagian tersebut terdapat saraf-saraf yang mengatur proses
ereksi. Contoh lainnya adalah operasi yang dilakukan di panggul atau di bagian
tulang belakang karena prosedur pembedahan pada kedua area tersebut berisiko
merusak saraf dan pembuluh darah di sekitar penis.
Prosedur medis lain yang
memiliki kemungkinan memicu gangguan ereksi adalah operasi atau prosedur medis
pada kelenjar prostat, terapi radiasi untuk kanker usus besar atau kandung
kemih, dan operasi pengangkatan usus besar.
Gejala Disfungsi Ereksi
Gejala utama seorang pria yang
mengalami disfungsi meliputi sulitnya penis mencapai ereksi, sulitnya penis
bertahan di posisi ereksi, serta penurunan gairah seksual. Gejala disfungsi
ereksi mungkin termasuk persisten, di antaranya:
-Kesulitan mendapatkan ereksi.
-Kesulitan menjaga ereksi, penis
sulit masuk ke dalam vagina karena kurang keras.
-Penis tidak dapat
mempertahankan ereksi hingga istri mencapai orgasme
-Penis mengalami ejakulasi
terlalu cepat atau justru tidak mengalami ejakulasi karena tidak dapat ereksi.
-Hasrat seksual berkurang.
Selain itu, ada beberapa
keadaan yang dapat berkaitan dengan disfungsi ereksi, semisal bentuk penis yang
tidak normal, ukuran penis yang kecil, dan tekanan darah tinggi. Akan tetapi,
gejala ini belum tentu dialami oleh semua penderita disfungsi ereksi.
Menghubungi dokter keluarga
adalah yang baik untuk memulai bila Anda memiliki masalah ereksi. Berkonsultasilah
dengan dokter Anda jika:
-Anda memiliki kekhawatiran
tentang kesalahan Anda atau ejakulasi dini atau tertunda.
-Anda menderita diabetes,
penyakit jantung atau kondisi kesehatan lain yang diketahui terkait dengan
disfungsi ereksi.
-Anda memiliki gejala lain
bersamaan dengan disfungsi ereksi.
Langkah-langkah Pengobatan
Penanganan disfungsi ereksi
bervariasi tergantung pada penyebabnya. Pertama, Anda boleh berkonsultasi
dengan dokter umum. Dokter umum nanti akan merujuk Anda ke dokter spesialis
urologi, andrologi, psikiatri, dan dokter penyakit dalam sesuai dengan
kemungkinan penyebab disfungsi ereksi. Secara garis besar, beberapa pilihan
penanganan yang dapat dilakukan untuk disfungsi ereksi yakni:
-Konseling seksual. Konseling
seksual akan dilakukan pada pria yang mengalami disfungsi ereksi karena masalah
psikologis.
-Obat-obatan. Beberapa jenis
obat-obatan dapat merangsang terjadinya ereksi atau meningkatkan kadar hormon
reproduksi dalam tubuh Anda. Ada obat yang berbentuk obat minum, obat oles,
maupun obat suntik. Pilihan jenis obat ini akan diberikan oleh dokter sesuai
indikasi dan dalam pemantauan oleh dokter.
Dokter Anda mungkin dapat
membuat resep pil untuk mengobati disfungsi ereksi. Obat umum meliputi:
sildenafil (viagra), vardenafil (levitra, staxyn), tadalafil (cialis), avanafil
(stendra). Jika kesehatan Anda secara umum masih baik, dokter mungkin
meresepkan salah satu obat-obatan ini. Anda sebaiknya tidak mengonsumsi pil ini
untuk mengobati disfungsi ereksi jika Anda sudah mengonsumsi nitrat, sejenis
obat jantung. Semua pil disfungsi ereksi bekerja dengan meningkatkan aliran
darah ke penis. Mereka tidak menyebabkan ereksi otomatis. Bicarakan dengan
dokter Anda tentang kapan harus minum pil. Anda mungkin perlu bereksperimen
untuk mengetahui seberapa cepat pil tersebut bereaksi.
Beberapa pria mengalami
disfungsi ereksi yang mungkin diperumit oleh rendahnya tingkat hormon
testosteron. Dalam hal ini, terapi terapi testosteron mungkin direkomendasikan
sebagai langkah pertama.
-Alat vakum dan cincin penis.
Pada sebagian kasus, dokter akan memberikan alat vakum untuk merangsang darah
masuk ke dalam penis, sehingga terjadi ereksi. Sementara itu, pemakaian cincin
di bagian pangkal penis dapat membantu penis untuk mempertahankan ereksi.
Perangkat vakum merupakan
sebuah cara lain untuk ereksi, dengan menggunakan perangkat dengan tabung vakum
yang dirancang khusus. Anda menempatkan penis Anda ke dalam tabung, yang
terhubung ke pompa. Seperti udara yang dipompa keluar dari tabung, darah akan
mengalir ke penis Anda dan membuatnya lebih besar dan lebih kencang. Kemudian
Anda harus memindahkan cincin elastis yang dirancang khusus, dari ujung tabung
ke dasar penis Anda, untuk menjaga darah mengalir kembali ke dalam tubuh Anda.
Menggunakan alat vakum memerlukan beberapa kali latihan.
-Operasi. Operasi dilakukan
pada keadaan tertentu, seperti gangguan prostat, gangguan pembuluh darah pada
penis, kelainan bentuk penis, atau untuk pemasangan implan agar penis dapat
ereksi.
Implan penis melibatkan operasi
penempatan perangkat di kedua sisi penis. Implan ini terdiri dari batang karet
yang menggembung atau bisa jiga kaku. Perangkat yang menggembung memungkinkan
Anda untuk mengontrol kapan dan berapa lama Anda harus ereksi. Sedangkan batang
kaku akan menjaga penis Anda kencang tapi bisa ditekuk.
Obat yang Anda konsumsi dapat
mempengaruhi kinerja Anda dalam aktifitas seksual. Terdapat sederet daftar
panjang obat yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi, tapi jangan menghentikan
minum obat-obatan tanpa berbicara dengan dokter Anda terlebih dahulu. Perlu
diketahui, amfetamin, kokain, dan ganja dapat menyebabkan masalah seksual pada
pria.
Disfungsi ereksi secara
berkepanjangan dapat berdampak kepada keharmonisan hubungan dengan pasangan,
juga kesulitan mendapat keturunan. Untuk mengatasinya, maka dibutuhkan
pengobatan yang sesuai dengan penyebab dasarnya.
Anda mungkin malu untuk
berbicara dengan dokter Anda tentang kehidupan seks Anda, tetapi hal tersebut adalah
cara terbaik untuk mendapatkan pengobatan dan kembali menjadi intim dengan
pasangan Anda.
Karena itu, berkonsultasi dengan
dokter sangat diperlukan untuk mendiagnosa disfungsi ereksi. Secara umum, dokter
terlebih dahulu akan mencari tahu apa yang menjadi penyebabnya melalui
penelusuran riwayat medis dan pemeriksaan fisik, diikuti tes penunjang. Jika
sudah diketahui penyebabnya, maka selanjutnya akan dilakukan pengobatan.
Untuk mendiagnosis disfungsi
ereksi, dokter akan melakukan serangkaian wawancara medis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang pada Anda. Dalam wawancara, dokter akan menanyakan
keluhan yang Anda alami. Dokter juga akan menanyakan secara detail bagaimana
aktivitas seksual Anda, riwayat penyakit yang pernah dialami, kebiasaan yang
dapat berkaitan dengan disfungsi ereksi, obat-obatan yang sedang diminum, dan
beberapa pertanyaan lainnya.
Selanjutnya, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan fisik secara umum,
pemeriksaan sistem saraf, serta pemeriksaan pada organ intim. Bila dirasa
perlu, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan colok dubur untuk memeriksa
keadaan prostat Anda.
Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejalanya. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari adanya
perubahan ciri seksual pria, misalnya payudara, testis dan ukuran penis, serta
perubahan pada rambut, suara maupun kulit.
Sementara itu, pemeriksaan
penunjang yang akan dilakukan dapat berupa pemeriksaan laboratorium darah untuk
melihat kadar hormon reproduksi dalam tubuh Anda, serta pemeriksaan gula darah
dan kolesterol untuk mendeteksi ada tidaknya kelainan gula darah dan
kolesterol. Selain itu, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan air seni untuk
mengetahui ada tidaknya infeksi pada saluran kemih Anda. Pada rumah sakit
dengan fasilitas yang lebih lengkap, dokter dapat melakukan ultrasonografi
(USG) pada penis dan area sekitarnya untuk mengetaui ada tidaknya gangguan.
Untuk membedakan penyebab fisik
atau psikis, dapat dilihat dari ereksi tidur yang biasanya dijumpai pula saat
bangun pagi/morning erection. jika saat penderita masih mengalami morning erection,
berarti impotensinya disebabkan oleh masalah psikis dan sebaliknya, jika
penderita tidak mengalami morning erection maka penyebab impotensinya adalah
masalah fisik.
Sebagian dokter juga akan
melakukan pemeriksaan dengan menyuntikkan obat tertentu ke dalam penis. Hal ini
berguna untuk merangsang penis dan menilai kemampuan ereksi Anda. Namun,
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan.
Penanganan disfungsi ereksi
bisa dengan pemberian obat-obatan, konseling, hingga tindakan operasi jika
diperlukan. Obat-obatan yang bisa diberikan dokter antara lain obat perangsang
ereksi, atau pemberian hormon testosteron jika terdapat kekurangan pada hormon
tersebut.
Dokter Anda dapat menentukan
sumber masalah dan mungkin merekomendasikan intervensi gaya hidup seperti
berhenti merokok atau menurunkan berat badan. Pilihan pengobatan lain yang mungkin
termasuk obat disfungsi ereksi, perawatan hormon, perangkat hisap yang membantu
menciptakan ereksi, atau pun konseling.
Dokter juga mungkin menyarankan
untuk berkonsultasi kepada psikolog, jika dianggap disfungsi ereksi bersifat
psikologis, misalnya akibat stres atau depresi.
Untuk mengetahui adanya
kelainan pada arteri di panggul dan selangkangan (yang memasok darah ke penis),
dilakukan pengukuran tekanan darah di tungkai.
Pemeriksaan lainnya yang
mungkin perlu dilakukan:
-Pemeriksaan darah lengkap.
Sampel darah Anda mungkin akan
dikirim ke laboratorium untuk memeriksa tanda-tanda penyakit jantung, diabetes,
kadar testosteron yang rendah, dan kondisi kesehatan lainnya.
-Pemeriksaan gula darah untuk
diabetes.
-Pemeriksaan kadar TSH.
-Tes urin.
Seperti tes darah, tes urin
digunakan untuk mencari tanda-tanda diabetes dan kondisi kesehatan lain yang
mendasar.
-USG penis.
Ultrasound (USG) ini biasanya
dilakukan oleh spesialis di kantornya. Ini melibatkan penggunaan tongkat yang
diarahkan di atas pembuluh darah yang memasok darah ke penis. Ini menghasilkan
gambar video yang akan jadi petunjuk bagi dokter Anda jika Anda memiliki
masalah aliran darah. Tes ini kadang-kadang dilakukan dengan kombinasi suntikan
obat ke dalam penis untuk merangsang aliran darah dan menghasilkan ereksi.
-Uji ereksi semalam.
Kebanyakan pria mengalami
ereksi saat tidur tanpa mengingatnya. Tes sederhana ini melibatkan perangkat
khusus yang membungkus penis Anda sebelum tidur. Perangkat ini akan mengukur
jumlah dan kekuatan ereksi yang dicapai dalam semalam. Ini dapat membantu
menentukan apakah disfungsi ereksi Anda berhubungan dengan penyebab psikologis
atau fisik.
Impotensi biasanya bisa diobati
tanpa pembedahan dan jenis pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Terdapat
pula latihan khusus yang bisa dilakukan oleh penderita impotensi akibat masalah
psikis, yang biasa disebut teknik pemusatan sensasi 3 tahap. Teknik ini
mendorong hubungan intim dan kehangatan emosional, yang lebih menitikberatkan
kepada perbaikan dalam membangun sebuah hubungan:
-Tahap I: Bercumbu, pasangan
berkonsentrasi untuk menyenangkan satu sama lain tanpa menyentuh daerah
kemaluan.
-Tahap II: Pasangan mulai
menyentuh daerah kemaluan atau daerah erotis lainnya, tetapi belum melakukan
hubungan badan.
-Tahap III: Melakukan hubungan
badan.
Masing-masing mencapai
kenyamanan pada setiap tahap keintiman sebelum berlanjut ke tahap selanjutnya.
Jika teknik tersebut tidak berhasil, mungkin penderita perlu menjalani
psikoterapi atau terapi perilaku seksual. Jika penderita mengalami depresi,
bisa diberikan obat anti depresi.
Jika dengan pengobatan tidak
membuahkan hasil yang diharapkan, dokter mungkin akan merekomendasikan tindakan
operasi untuk mengatasi disfungsi ereksi.
Diskusikan dengan dokter
mengenai penanganan yang paling tepat untuk Anda. Selain itu, jika Anda
mengalami penyakit lain yang berhubungan dengan disfungsi ereksi (seperti
hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung), Anda juga harus melakukan kontrol
secara teratur untuk penyakit tersebut.
Jangan panik ketika Anda atau
pasangan mengalami disfungsi ereksi. Segera konsultasikan kepada dokter
mengenai kondisi tersebut. Bicarakan pula kemungkinan penyebab, sekaligus
solusi terbaik untuk mengatasinya. Dukungan emosional dan menjalin hubungan
yang baik dengan pasangan akan mendorong penderita disfungsi ereksi untuk
menjalani terapi dengan lebih baik.
loading...