Monday 2 December 2019

Penjelasan Tentang Disfungsi Ereksi – Penyebab serta Cara Mengobatinya


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...

Penjelasan Tentang Disfungsi Ereksi

Selain ejakulasi dini, disfungsi ereksi adalah musuh besar kedua bagi kaum lelaki. Sebab, kondisi ini dapat menyebabkan pria merasa tidak lagi percaya diri dengan kejantanannya. Lebih jauh lagi, banyak pria yang juga ditinggalkan pasangan hidup karena tidak dapat mempertahankan ereksinya.

Sebelum memahami disfungsi ereksi, Anda terlebih dulu harus memahami proses terjadinya ereksi. Kondisi ini terjadi ketika Anda -para lelaki- melihat, mendengar, menyentuh, mencium, memikirkan, atau mengalami sesuatu yang membuat Anda terangsang secara seksual. Setelah indra-indra Anda bekerja, otak akan mengirimkan sinyal pada otot halus di penis Anda supaya merasa santai sehingga darah terkumpul di organ ini. Hal inilah yang kemudian memungkinkan penis untuk tetap tegang selama berlangsungnya hubungan seksual. Disfungsi ereksi terjadi ketika otot halus di penis kembali pada keadaan semula. Sehingga hasilnya,  Anda akan gagal dalam  mempertahankan kondisi ereksi tersebut selama berhubungan seksual.

Disfungsi ereksi merupakan ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi dengan baik untuk berhubungan seksual. Sebuah kondisi dimana seorang pria tidak mampu mencapai atau mempertahankan ereksi penis untuk melakukan senggama yang memuaskan. Dan, umumnya banyak pria merasa malu saat mengalami disfungsi ereksi. Bahkan, banyak yang merasa segan untuk berkonsultasi kepada ahli medis tentang kondisi tersebut. Padahal, disfungsi ereksi bisa diatasi jika diketahui penyebabnya. Perlu untuk di ketahui, definisi dari disfungsi ereksi tersebut tidak berhubungan dengan pancapaian klimaks saat senggama atau orgasme.

Ereksi yang terjadi dipengaruhi oleh proses vascular yang dikendalikan oleh sistem saraf. Sistem saraf tidak bisa melakukan proses vascular dan hal ini dapat disebabkan karena berbagai hal, sehingga menganggu sinyal yang diperlukan oleh saraf untuk mengirim isyarat kepada otak, otot, hormon, dan peredaran darah. Disfungsi ereksi identik dengan pria yang telah berusia lanjut. Hal ini disebabkan karena pria berusia lanjut memiliki banyak kondisi yang bisa menghalangi aliran darah ke penis seperti aterosklerosis atau pun diabetes. Disfungsi ereksi tidak hanya terjadi pada pria berusia lanjut namun kini banyak pria yang berusia muda mengalami disfungsi ereksi.

Terdapat beberapa kondisi yang bisa menjadi tanda-tanda terjadinya gangguan ereksi, yaitu ereksi yang kurang kokoh sehingga tidak dapat melakukan hubungan seksual, ereksi yang kurang lama, atau pun ereksi yang terjadi lebih sering dari biasanya.

Dalam istilah yang lebih familiar di telinga, orang biasa menyebut disfungsi ereksi dengan lemah syahwat atau impotensi. Disfungsi ereksi sendiri telah terjadi pada lebih dari 30% pria antara umur 40 sampai dengan umur 70 tahun. Dan jangan salah, statistik tersebut juga secara tidak langsung menyebutkan bahwa ada pria dibawah 30 tahun yang mengalami disfungsi ereksi.

Menurut data The Global Study of Secual Attitudes and Behavior yang telah meneliti 29 negara termasuk Indonesia, menemukan jumlah penderita disfungsi ereksi terbanyak ada di Asia Tenggara (28,1 persen), diikuti Asia Timur (27,1 persen), dan Eropa Utara (13,3 persen).

Secara umum penyebab disfungsi ereksi cukup sederhana, yaitu; tidak adanya suplai darah ke penis yang cukup untuk membuatnya ereksi. Seperti yang Anda ketahui bahwa darah memiliki fungsinya sendiri terhadap sel-sel tertentu pada tubuh. Namun bukan hanya faktor biologi saja, tetapi juga faktor psikologi dan pemakaian obat-obatan yang tidak sesuai dengan fungsinya dapat menyebabkan atau berkontribusi dalam disfungsi ereksi. dr. Nugroho Setiawan, seorang ahli andrologi dari Rumah Sakit Umum Fatmawati, menjelaskan tentang fenomena disfungsi ereksi. "Yang hardness, skornya 3 dan tetap bisa ereksi. Pada tingkat 3, dia (penis) besar, keras tapi tidak seluruhnya, dan cukup untuk penetrasi ke vagina, ini seperti sosis. Tapi mereka (pria) enggak tahu, kalau (di tingkat) ini sudah disebut disfungsi ereksi karena tidak maksimal (ereksi). Kalau tidak maksimal, ruginya pasti terjadi ejakulasi dini," Katanya memberi penjelasan. Sedangkan untuk tingkat pertama dan kedua, dr. Nugroho Setiawan mengibaratkan penis bagaikan kue moci yang kenyal. Ketika seorang pria mengalami ereksi di tingkat pertama sampai ketiga dengan ciri-ciri seperti disebutkan di atas, dr. Nugroho menyarankan agar segera berkonsultasi pada dokter.

dr. Nugroho Setiawan mengatakan pria yang sehat adalah pria yang bisa ereksi kapan saja dan di mana saja. "Pria yang ereksinya maksimal dan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, menunjukkan tubuhnya sehat. Nah jika dia disfungsi ereksi, artinya tubuh pria itu tidak sehat," ungkapnya. Disfungsi ereksi sangat erat kaitannya dengan pembuluh darah. Umumnya gangguan pembuluh darah terjadi pada usia di atas 40 tahun. Di usia tersebut, ada proses degeneratif alami pada tubuh yang mengarahkan munculnya disfungsi ereksi. Namun, dengan pola hidup sehat seperti berolahraga kardio, menghindari rokok yang dapat mempersempit pembuluh darah, dan rutin konsultasi kepada dokter kemungkinan besar kita dapat menghindari proses degeneratif yang mengarah pada disfungsi ereksi.

Gangguan disfungsi ereksi sering dianggap sebagai hal yang tabu. Alhasil, banyak pria atau pasangan segan berkonsultasi dengan dokter jika mengalami hal tersebut. Padahal, disfungsi ereksi bisa saja berkaitan dengan gangguan seksual pria lainnya, seperti ejakulasi dini dan penurunan hasrat melakukan hubungan seksual.

Penyebab Disfungsi Ereksi
Terpicunya gairah seksual pria merupakan proses yang tidak sederhana. Proses tersebut melibatkan otak, saraf, otot, pembuluh darah, hormon, dan emosi. Disfungsi ereksi biasanya terjadi jika hal-hal tersebut mengalami masalah. Bahkan, terdapat kemungkinan penyebabnya merupakan kombinasi dari beberapa kondisi.


Salah satu faktor signifikan yang berkontribusi terhadap masalah ini adalah usia. Lalu, kita pun bisa melihat kecenderungan meningkatnya prevalensi disfungsi ereksi saat mengamati garis keturunan. Saat memasuki fase andropause, defisiensi hormon testosteron yang beredar di dalam tubuh pun terpengaruh. Andropause adalah kondisi pria usia tengah baya yang mempunyai gejala-gejala dan keluhan yang mirip dengan menopause pada wanita.

Selain itu, faktor gaya hidup tertentu juga memegang peranan penting. Penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang, serta penggunaan produk tembakau, kerap dikaitkan dengan gangguan ini. Juga, tak bisa dilupakan, penyakit jiwa dapat mempengaruhi fungsi ereksi pria. Sebab sebenarnya problem disfungsi ereksi memang berawal dari dalam otak. Gejala dan panik ketika seorang pria menyadari bahwa ia tidak dapat mencapai ereksi saat menerima rangsangan seksual, hal itu akan terasa memalukan dan mempengaruhi harga diri. Sayangnya, umumnya kecenderungan yang terjadi adalah muncul rasa panik, dan pria langsung memikirkan hal yang terburuk. Padahal, tidak bisa mencapai ereksi yang keras, atau tak bisa mempertahankan ereksi, dalam waktu yang tidak setiap saat, terhitung relatif normal. Namun, bila masalah terus berlanjut, maka kondisi tersebut barulah harus dianggap sebagai peringatan untuk pemeriksaan.  Jadi, jika seseorang tidak mampu mencapai ereksi atau mempertahankannya, atau pun tidak dapat mengalami ereksi hingga sulit melakukan hubungan intim, untuk waktu yang lama, barulah kondisi tersebut memerlukan atensi. Sebaliknya, jika pria mengalami gejala ini hanya sekali sebulan atau sesekali dalam beberapa bulan, mungkin kondisi tersebut hanya karena hari-hari yang penuh tekanan. Meski begitu, pemeriksaan umum ke dokter tetap merupakan langkah yang tidak salah.

Sebuah penelitian terbaru kembali mengungkap penyebab disfungsi ereksi, dalam penelitian ini, para ilmuwan dari University of Oxford dan University of Exeter menganalisis data dari 6.000 pria. Hasilnya, mereka menemukan bahwa faktor genetik yang berhubungan dengan diabetes tipe 2, berhubungan juga dengan disfungsi ereksi. Ini berarti keduanya saling terkait. "Disfungsi ereksi dialami sedikitnya 1 dari 5 orang di atas usia 60 tahun, dan sampai sekarang sangat sedikit yang kita tahu soal penyebabnya," kata Anna Murray dari University of Exeter yang melakukan penelitian ini, dikutip dari Newscientist. Temuan ini juga mengungkap kemungkinan bahwa gaya hidup sehat seperti rajin olahraga dan pola makan yang seimbang, bisa mencegah munculnya disfungsi ereksi.

Penyebab yang bersifat fisik lebih banyak ditemukan pada pria lanjut usia, sedangkan masalah psikis lebih sering terjadi pada pria yang lebih muda. Semakin bertambah umur seorang pria, maka impotensi semakin sering terjadi, meskipun impotensi bukan merupakan bagian dari proses penuaan tetapi merupakan akibat dari penyakit yang sering ditemukan pada usia lanjut. Sekitar 50% pria berusia 65 tahun dan 75% pria berusia 80 tahun mengalami impotensi. Di bawah ini merupakan beberapa kemungkinan penyebab terjadinya disfungsi ereksi:

Kondisi Medis
Disfungsi ereksi sering dipicu oleh penyakit tertentu, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, penyumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis), diabetes, obesitas, sindrom metabolik, penyakit Peyronie (perkembangan jaringan parut di dalam penis) dan gangguan tidur. Beberapa kondisi lain juga diketahui dapat menyebabkan gangguan ereksi adalah gagal ginjal, sirosis, kelebihan zat besi pada darah atau hemokromatosis, skleroderma (pengerasan kulit), serta penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang sering diderita oleh perokok. Selain itu, penyakit yang menyerang sistem saraf juga mampu memengaruhi ereksi, misalnya epilepsi, stroke, multiple sclerosis, Alzheimer, Parkinson dan sindrom Guillain-Barré.


National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases  melaporkan, banyak penyakit yang mendasar dapat menyebabkan gejala disfungsi ereksi. Diantaranya adalah penyakit peyronie, yaitu sebuah pengembangan jaringan parut fibrosa di dalam penis yang menyebabkan penis melengkung, dan membuat ereksi sangat menyakitkan.

Saat ereksi, alirah darah akan menuju penis dan membuat penis menegang. Saat aliran darah ke penis terganggu, maka akan menyebabkan disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi bukan hanya permasalahan pria tetapi juga dapat memengaruhi psikologis pasangan. Gangguan disfungsi ereksi juga bisa muncul karena adanya gejala penyakit lain, seperti gejala saluran kemih bawah, penyakit peyronie, dan yang berhubungan dengan perawatan terhadap kanker prostat. "Selain penyakit, faktor fisik dan psikologis juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi," kata dr. Nugroho.

Agar bisa tegak, penis memerlukan aliran darah yang cukup. Karena itu penyakit pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) bisa menyebabkan impotensi. Impotensi juga bisa terjadi akibat adanya bekuan darah atau akibat pembedahan pembuluh darah yang menyebabkan terganggunya aliran darah arteri ke penis. Kerusakan saraf yang menuju dan meninggalkan penis juga bisa menyebabkan impotensi.

Banyak dijumpai sebuah kondisi kesehatan yang berbeda dapat memengaruhi saraf, otot, atau aliran darah yang dibutuhkan untuk ereksi. Cedera saraf tulang belakang dapat berkontribusi terhadap terjadinya disfungsi ereksi.

Ketidakseimbangan hormon tertentu juga cukup sering menjadi penyebab disfungsi ereksi. Kondisi tersebut antara lain hipertiroid (kelebihan hormon tiroid), hipotiroid (kekurangan hormon tiroid) dan hipogonadisme yang menyebabkan kekurangan hormon testosteron.

Berat badan ekstra pada tubuh Anda dapat memengaruhi kinerja seksual Anda, dan bukan sekadar menurunkan kepercayaan diri Anda. Pria obesitas memiliki tingkat hormon testosteron laki-laki yang lebih rendah, padahal hormon tersebut penting untuk gairah seksual dan ereksi. Kelebihan berat badan juga terkait dengan hipertensi dan pengerasan pembuluh darah yang dapat mengurangi aliran darah ke penis.

Jarang yang tahu bahwa seorang pria 2½ kali lebih mungkin mengalami disfungsi ereksi dibandingkan pria dengan berat badan normal. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Sexual Medicine, ditemukan fakta bahwa 42,4% pria dengan disfungsi ereksi  mengalami kelebihan berat badan, dengan 12,1% di antaranya mengalami obesitas. Penelitian lain yang dilakukan oleh Giovanni Corona, MD, dari University of Florence menemukan bahwa tingkat obesitas berhubungan dengan penurunan tingkat testosteron. Selain itu, obesitas akan menyebabkan terjandinya penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah ke organ-organ termasuk penis.

Psikologis
Salah satu faktor penting saat ereksi yaitu kesehatan mental. Otak memainkan peran penting dalam memicu ereksi. Ereksi dimulai dengan adanya gairah seksual saat terjadi rangsangan, namun hal ini dapat terganggu dikarenakan beberapa kondisi psikologis seperti stres, depresi, kecemasan, atau masalah hubungan dengan pasangan.


Kadang impotensi terjadi akibat rendahnya kadar hormon testosteron. Tetapi penurunan kadar hormon pria (yang cenderung terjadi akibat proses penuaan), biasanya lebih sering menyebabkan penurunan gairah seksual (libido).

Pria usia muda memiliki keyakinan bahwa kinerja seksual dan ereksi kuat adalah hal yang paling menentukan dan penting dalam memuaskan pasangan. Sehingga ketika mereka tidak mampu mempertahankan ereksi, akan muncul rasa malu yang memicu terjadinya disfungsi ereksi di waktu selanjutnya. Perasaan cemas dan takut ini lama-kelamaan akan berubah menjadi rasa stres sehingga inilah yang menjadi penyebab terjadinya disfungsi ereksi di usia muda. Kondisi psikologis yang buruk akan menyebabkan produksi hormon testosteron yang memengrahui kualitas dan kuantitas sperma mengalami penurunan.

Usia dan tingkat stres dapat menjadi faktor-faktor penentu seseorang mengalami gangguan ereksi. Meski begitu, terdapat juga faktor psikologis, seperti widower syndrome. Sindrom ini muncul pada pria yang kehilangan istrinya. Pria dengan kepercayaan diri yang rendah juga dapat mengalami disfungsi ereksi.
-Stres
Tidak mudah untuk mendapatkan mood ketika Anda kewalahan oleh tanggung jawab di tempat kerja dan rumah. Stres dapat mengambil korban dari banyak bagian yang berbeda dari tubuh Anda, termasuk penis Anda. Mengatasi stres dengan membuat perubahan gaya hidup yang meningkatkan kesejahteraan dan relaksasi, seperti berolahraga secara teratur, cukup tidur, dan mencari bantuan profesional jika diperlukan.
-Marah
Kemarahan dapat membuat darah mengalir ke wajah Anda, tetapi tidak ke satu tempat yang Anda butuhkan ketika Anda ingin berhubungan seks. Tidak mudah untuk merasa romantis ketika Anda mengamuk, apakah kemarahan Anda diarahkan pada pasangan Anda atau tidak. Kemarahan terpendam atau tidak benar dalam mengekspresikan kemarahan dapat berkontribusi untuk masalah kinerja kemampuan seksual.
-Kecemasan
Khawatir bahwa Anda tidak akan dapat melakukan performa yang baik tempat tidur dapat membuat lebih sulit bagi Anda untuk keluar dari masalah disfungsi ereksi. Kecemasan yang berasal dari bagian lain di kehidupan Anda juga dapat meluas ke kamar tidur. Semua kekhawatiran tersebut dapat membuat Anda takut dan menghindari keintiman, yang dapat menjadi suatu lingkaran setan pada kehidupan seks dan hubungan Anda.
-Pemikiran negatif
Bila tidak menyukai apa yang Anda lihat di cermin ketika bercermin, Anda pun akan menganggap pasangan tidak akan menyukai Anda. Citra diri negatif dapat membuat Anda khawatir tidak hanya tentang bagaimana melihat diri Anda, tetapi juga seberapa baik Anda akan tampil di tempat tidur. Kecemasan kinerja dapat membuat Anda terlalu cemas untuk bahkan mencoba memulai seks.
-Libido rendah
Libido adalah keinginan untuk melakukan hubungan seks. Libido rendah tidak sama dengan disfungsi ereksi, tetapi banyak faktor yang sama yang menahan ereksi juga dapat meredam keinginan Anda pada seks. Rendah diri, stres, kecemasan, dan beberapa obat-obatan semua bisa mengurangi gairah seks Anda. Ketika semua kekhawatiran mereka terikat dengan bercinta, minat Anda pada seks dapat turun juga.

Faktor yang menyebabkan kenapa banyak kasus disfungsi ereksi tidak terdeteksi adalah karena adanya beberapa persepsi yang salah dari kaum pria mengenai disfungsi ereksi itu sendiri, seperti:
-Disfungsi ereksi terjadi karena masalah psikologis saja.
-Dengan bertambahnya usia, maka wajar saja bila mengalami disfungsi ereksi.
-Disfungsi ereksi adalah masalah pribadi, jadi sebaiknya jangan diceritakan ke orang luar termasuk dokter.
-Hal-hal yang menyangkut masalah seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan.
-Adanya penghalang dari segi psikologis yaitu rasa malu untuk mencari pertolongan.
-Adanya penghalang dari segi sosial-budaya yaitu lebih mempercayai bentuk pengobatan mistis untuk menangani masalah disfungsi ereksi.
Masalah disfungsi ereksi tidak boleh dihadapi dengan stres, karena bisa menambah masalah kelainan seksual tersebut. Dr. Ng Beng Yeong, seorang konsultan psikiatri di Mount Elizabeth Medical Centre mengatakan, masalah ini bisa diatasi dengan foreplay yang lama. Kepala Departemen Psikiatri di Singapore General Hospital (SGH) ini juga mengatakan, saat suami bertambah tua, istri harus bisa memahami bahwa usianya akan memengaruhi kemampuan seksual suami di ranjang. Karena masalah kesulitan ereksi biasanya disebabkan kondisi kesehatan mental suami, maka penting bagi istri untuk membantu suami mengatasi masalah yang membuatnya stres atau depresi. Dan membantu memancing gairah suami dengan foreplay yang lama sebagaimana disarankan oleh Dr. Ng Beng Yeong.

Obat-obatan
Sekitar 25% kasus impotensi disebabkan oleh obat-obatan (terutama pada pria usia lanjut yang banyak mengonsumsi obat-obatan).
Obat-obat yang bisa menyebabkan impotensi adalah:
-Anti-hipertensi.
-Anti-psikosa.
-Anti-depresi.
-Obat penenang.
-Simetidin.
-Litium.
Meski dapat mengobati kondisi penyakit, obat-obatan tidak jarang menimbulkan efek samping, salah satunya disfungsi ereksi. Pengobatan kanker prostat, penurun kolesterol, atau penggunaan obat-obatan terlarang semacam kokain serta ganja juga merupakan jenis obat yang mungkin dapat memicu disfungsi ereksi.


Gairah seksual dimulai di kepala Anda dan bekerja menjalar ke bawah. Depresi dapat meredam keinginan Anda dan dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Ironisnya, banyak obat yang dipakai untuk mengobati depresi juga dapat menekan dorongan seksual Anda dan membuat lebih sulit untuk mendapatkan ereksi, dan menyebabkan keterlambatan dalam orgasme.

Anda mungkin mempertimbangkan untuk meminum sedikit alkohol untuk mendapatkan mood, tetapi kebanyakan alkohol membuat lebih sulit bagi Anda untuk menyelesaikan aktivitas seksual Anda. Penggunaan alkohol berat juga dapat mengganggu ereksi, tetapi efek tersebut biasanya bersifat sementara.

Kabar baiknya adalah bahwa minum alkohol satu atau dua gelas sehari, mungkin memiliki manfaat kesehatan seperti mengurangi risiko penyakit jantung dan risiko-risiko yang mirip dengan risiko disfungsi ereksi.

Akibat cedera
Ketika bagian penis, bagian saraf, atau pembuluh darah di bagian punggung mengalami cedera, maka perlu diwaspadai karena hal itu dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Cedera di sekitar penis, juga dapat memicu pembentukan jaringan parut serta posisi penis yang melengkung secara tidak normal selama ereksi.


Selain itu, kebiasaan tertentu yang dapat menekan area di sekitar anus, seperti mengendarai sepeda dalam waktu yang lama, diduga dapat memicu terjadinya disfungsi ereksi juga. Cedera pada panggul yang memengaruhi organ seksual pria juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi.

Efek tindakan operasi
Beberapa jenis tindakan operasi dapat memicu disfungsi ereksi. Salah satunya adalah operasi pada otak dan tulang belakang, pada bagian tersebut terdapat saraf-saraf yang mengatur proses ereksi. Contoh lainnya adalah operasi yang dilakukan di panggul atau di bagian tulang belakang karena prosedur pembedahan pada kedua area tersebut berisiko merusak saraf dan pembuluh darah di sekitar penis.


Prosedur medis lain yang memiliki kemungkinan memicu gangguan ereksi adalah operasi atau prosedur medis pada kelenjar prostat, terapi radiasi untuk kanker usus besar atau kandung kemih, dan operasi pengangkatan usus besar.

Gejala Disfungsi Ereksi
Gejala utama seorang pria yang mengalami disfungsi meliputi sulitnya penis mencapai ereksi, sulitnya penis bertahan di posisi ereksi, serta penurunan gairah seksual. Gejala disfungsi ereksi mungkin termasuk persisten, di antaranya:
-Kesulitan mendapatkan ereksi.
-Kesulitan menjaga ereksi, penis sulit masuk ke dalam vagina karena kurang keras.
-Penis tidak dapat mempertahankan ereksi hingga istri mencapai orgasme
-Penis mengalami ejakulasi terlalu cepat atau justru tidak mengalami ejakulasi karena tidak dapat ereksi.
-Hasrat seksual berkurang.
Selain itu, ada beberapa keadaan yang dapat berkaitan dengan disfungsi ereksi, semisal bentuk penis yang tidak normal, ukuran penis yang kecil, dan tekanan darah tinggi. Akan tetapi, gejala ini belum tentu dialami oleh semua penderita disfungsi ereksi.


Menghubungi dokter keluarga adalah yang baik untuk memulai bila Anda memiliki masalah ereksi. Berkonsultasilah dengan dokter Anda jika:
-Anda memiliki kekhawatiran tentang kesalahan Anda atau ejakulasi dini atau tertunda.
-Anda menderita diabetes, penyakit jantung atau kondisi kesehatan lain yang diketahui terkait dengan disfungsi ereksi.
-Anda memiliki gejala lain bersamaan dengan disfungsi ereksi.

Langkah-langkah Pengobatan
Penanganan disfungsi ereksi bervariasi tergantung pada penyebabnya. Pertama, Anda boleh berkonsultasi dengan dokter umum. Dokter umum nanti akan merujuk Anda ke dokter spesialis urologi, andrologi, psikiatri, dan dokter penyakit dalam sesuai dengan kemungkinan penyebab disfungsi ereksi. Secara garis besar, beberapa pilihan penanganan yang dapat dilakukan untuk disfungsi ereksi yakni:
-Konseling seksual. Konseling seksual akan dilakukan pada pria yang mengalami disfungsi ereksi karena masalah psikologis.
-Obat-obatan. Beberapa jenis obat-obatan dapat merangsang terjadinya ereksi atau meningkatkan kadar hormon reproduksi dalam tubuh Anda. Ada obat yang berbentuk obat minum, obat oles, maupun obat suntik. Pilihan jenis obat ini akan diberikan oleh dokter sesuai indikasi dan dalam pemantauan oleh dokter.
Dokter Anda mungkin dapat membuat resep pil untuk mengobati disfungsi ereksi. Obat umum meliputi: sildenafil (viagra), vardenafil (levitra, staxyn), tadalafil (cialis), avanafil (stendra). Jika kesehatan Anda secara umum masih baik, dokter mungkin meresepkan salah satu obat-obatan ini. Anda sebaiknya tidak mengonsumsi pil ini untuk mengobati disfungsi ereksi jika Anda sudah mengonsumsi nitrat, sejenis obat jantung. Semua pil disfungsi ereksi bekerja dengan meningkatkan aliran darah ke penis. Mereka tidak menyebabkan ereksi otomatis. Bicarakan dengan dokter Anda tentang kapan harus minum pil. Anda mungkin perlu bereksperimen untuk mengetahui seberapa cepat pil tersebut bereaksi.
Beberapa pria mengalami disfungsi ereksi yang mungkin diperumit oleh rendahnya tingkat hormon testosteron. Dalam hal ini, terapi terapi testosteron mungkin direkomendasikan sebagai langkah pertama.
-Alat vakum dan cincin penis. Pada sebagian kasus, dokter akan memberikan alat vakum untuk merangsang darah masuk ke dalam penis, sehingga terjadi ereksi. Sementara itu, pemakaian cincin di bagian pangkal penis dapat membantu penis untuk mempertahankan ereksi.
Perangkat vakum merupakan sebuah cara lain untuk ereksi, dengan menggunakan perangkat dengan tabung vakum yang dirancang khusus. Anda menempatkan penis Anda ke dalam tabung, yang terhubung ke pompa. Seperti udara yang dipompa keluar dari tabung, darah akan mengalir ke penis Anda dan membuatnya lebih besar dan lebih kencang. Kemudian Anda harus memindahkan cincin elastis yang dirancang khusus, dari ujung tabung ke dasar penis Anda, untuk menjaga darah mengalir kembali ke dalam tubuh Anda. Menggunakan alat vakum memerlukan beberapa kali latihan.
-Operasi. Operasi dilakukan pada keadaan tertentu, seperti gangguan prostat, gangguan pembuluh darah pada penis, kelainan bentuk penis, atau untuk pemasangan implan agar penis dapat ereksi.
Implan penis melibatkan operasi penempatan perangkat di kedua sisi penis. Implan ini terdiri dari batang karet yang menggembung atau bisa jiga kaku. Perangkat yang menggembung memungkinkan Anda untuk mengontrol kapan dan berapa lama Anda harus ereksi. Sedangkan batang kaku akan menjaga penis Anda kencang tapi bisa ditekuk.


Obat yang Anda konsumsi dapat mempengaruhi kinerja Anda dalam aktifitas seksual. Terdapat sederet daftar panjang obat yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi, tapi jangan menghentikan minum obat-obatan tanpa berbicara dengan dokter Anda terlebih dahulu. Perlu diketahui, amfetamin, kokain, dan ganja dapat menyebabkan masalah seksual pada pria.

Disfungsi ereksi secara berkepanjangan dapat berdampak kepada keharmonisan hubungan dengan pasangan, juga kesulitan mendapat keturunan. Untuk mengatasinya, maka dibutuhkan pengobatan yang sesuai dengan penyebab dasarnya.

Anda mungkin malu untuk berbicara dengan dokter Anda tentang kehidupan seks Anda, tetapi hal tersebut adalah cara terbaik untuk mendapatkan pengobatan dan kembali menjadi intim dengan pasangan Anda.

Karena itu, berkonsultasi dengan dokter sangat diperlukan untuk mendiagnosa disfungsi ereksi. Secara umum, dokter terlebih dahulu akan mencari tahu apa yang menjadi penyebabnya melalui penelusuran riwayat medis dan pemeriksaan fisik, diikuti tes penunjang. Jika sudah diketahui penyebabnya, maka selanjutnya akan dilakukan pengobatan.

Untuk mendiagnosis disfungsi ereksi, dokter akan melakukan serangkaian wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang pada Anda. Dalam wawancara, dokter akan menanyakan keluhan yang Anda alami. Dokter juga akan menanyakan secara detail bagaimana aktivitas seksual Anda, riwayat penyakit yang pernah dialami, kebiasaan yang dapat berkaitan dengan disfungsi ereksi, obat-obatan yang sedang diminum, dan beberapa pertanyaan lainnya.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan fisik secara umum, pemeriksaan sistem saraf, serta pemeriksaan pada organ intim. Bila dirasa perlu, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan colok dubur untuk memeriksa keadaan prostat Anda.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari adanya perubahan ciri seksual pria, misalnya payudara, testis dan ukuran penis, serta perubahan pada rambut, suara maupun kulit.

Sementara itu, pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan dapat berupa pemeriksaan laboratorium darah untuk melihat kadar hormon reproduksi dalam tubuh Anda, serta pemeriksaan gula darah dan kolesterol untuk mendeteksi ada tidaknya kelainan gula darah dan kolesterol. Selain itu, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan air seni untuk mengetahui ada tidaknya infeksi pada saluran kemih Anda. Pada rumah sakit dengan fasilitas yang lebih lengkap, dokter dapat melakukan ultrasonografi (USG) pada penis dan area sekitarnya untuk mengetaui ada tidaknya gangguan.

Untuk membedakan penyebab fisik atau psikis, dapat dilihat dari ereksi tidur yang biasanya dijumpai pula saat bangun pagi/morning erection. jika saat penderita masih mengalami morning erection, berarti impotensinya disebabkan oleh masalah psikis dan sebaliknya, jika penderita tidak mengalami morning erection maka penyebab impotensinya adalah masalah fisik.

Sebagian dokter juga akan melakukan pemeriksaan dengan menyuntikkan obat tertentu ke dalam penis. Hal ini berguna untuk merangsang penis dan menilai kemampuan ereksi Anda. Namun, pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan.

Penanganan disfungsi ereksi bisa dengan pemberian obat-obatan, konseling, hingga tindakan operasi jika diperlukan. Obat-obatan yang bisa diberikan dokter antara lain obat perangsang ereksi, atau pemberian hormon testosteron jika terdapat kekurangan pada hormon tersebut.

Dokter Anda dapat menentukan sumber masalah dan mungkin merekomendasikan intervensi gaya hidup seperti berhenti merokok atau menurunkan berat badan. Pilihan pengobatan lain yang mungkin termasuk obat disfungsi ereksi, perawatan hormon, perangkat hisap yang membantu menciptakan ereksi, atau pun konseling.

Dokter juga mungkin menyarankan untuk berkonsultasi kepada psikolog, jika dianggap disfungsi ereksi bersifat psikologis, misalnya akibat stres atau depresi.

Untuk mengetahui adanya kelainan pada arteri di panggul dan selangkangan (yang memasok darah ke penis), dilakukan pengukuran tekanan darah di tungkai.
Pemeriksaan lainnya yang mungkin perlu dilakukan:
-Pemeriksaan darah lengkap.
Sampel darah Anda mungkin akan dikirim ke laboratorium untuk memeriksa tanda-tanda penyakit jantung, diabetes, kadar testosteron yang rendah, dan kondisi kesehatan lainnya.
-Pemeriksaan gula darah untuk diabetes.
-Pemeriksaan kadar TSH.
-Tes urin.
Seperti tes darah, tes urin digunakan untuk mencari tanda-tanda diabetes dan kondisi kesehatan lain yang mendasar.
-USG penis.
Ultrasound (USG) ini biasanya dilakukan oleh spesialis di kantornya. Ini melibatkan penggunaan tongkat yang diarahkan di atas pembuluh darah yang memasok darah ke penis. Ini menghasilkan gambar video yang akan jadi petunjuk bagi dokter Anda jika Anda memiliki masalah aliran darah. Tes ini kadang-kadang dilakukan dengan kombinasi suntikan obat ke dalam penis untuk merangsang aliran darah dan menghasilkan ereksi.
-Uji ereksi semalam.
Kebanyakan pria mengalami ereksi saat tidur tanpa mengingatnya. Tes sederhana ini melibatkan perangkat khusus yang membungkus penis Anda sebelum tidur. Perangkat ini akan mengukur jumlah dan kekuatan ereksi yang dicapai dalam semalam. Ini dapat membantu menentukan apakah disfungsi ereksi Anda berhubungan dengan penyebab psikologis atau fisik.

Impotensi biasanya bisa diobati tanpa pembedahan dan jenis pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Terdapat pula latihan khusus yang bisa dilakukan oleh penderita impotensi akibat masalah psikis, yang biasa disebut teknik pemusatan sensasi 3 tahap. Teknik ini mendorong hubungan intim dan kehangatan emosional, yang lebih menitikberatkan kepada perbaikan dalam membangun sebuah hubungan:
-Tahap I: Bercumbu, pasangan berkonsentrasi untuk menyenangkan satu sama lain tanpa menyentuh daerah kemaluan.
-Tahap II: Pasangan mulai menyentuh daerah kemaluan atau daerah erotis lainnya, tetapi belum melakukan hubungan badan.
-Tahap III: Melakukan hubungan badan.
Masing-masing mencapai kenyamanan pada setiap tahap keintiman sebelum berlanjut ke tahap selanjutnya. Jika teknik tersebut tidak berhasil, mungkin penderita perlu menjalani psikoterapi atau terapi perilaku seksual. Jika penderita mengalami depresi, bisa diberikan obat anti depresi.

Jika dengan pengobatan tidak membuahkan hasil yang diharapkan, dokter mungkin akan merekomendasikan tindakan operasi untuk mengatasi disfungsi ereksi.

Diskusikan dengan dokter mengenai penanganan yang paling tepat untuk Anda. Selain itu, jika Anda mengalami penyakit lain yang berhubungan dengan disfungsi ereksi (seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung), Anda juga harus melakukan kontrol secara teratur untuk penyakit tersebut.


Jangan panik ketika Anda atau pasangan mengalami disfungsi ereksi. Segera konsultasikan kepada dokter mengenai kondisi tersebut. Bicarakan pula kemungkinan penyebab, sekaligus solusi terbaik untuk mengatasinya. Dukungan emosional dan menjalin hubungan yang baik dengan pasangan akan mendorong penderita disfungsi ereksi untuk menjalani terapi dengan lebih baik.



pasang iklan disini




loading...