Tuesday 3 April 2018

Beberapa Penyebab serta Penjelasan Seputar Vaginitis


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...
          Beberapa Penyebab serta Penjelasan Seputar Vaginitis


Bagi para wanita, tentu saja kesehatan vagina selalu menjadi prioritas dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Karenanya, jika saja terdapat suatu keanehan atau hal yang tidak biasa pada area tersebut, Anda tentu bisa langsung mengetahuinya. Perhatikanlah, apakah terdapat perubahan warna pada keputihan Anda,  Atau apakah area vagina terasa gatal dan nyeri saat buang air kecil, Jika terjadi demikian maka berhati-hatilah dan segera periksakan, sebab mungkin saja hal itu termasuk gejala vaginitis.

Vaginitis berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari vagina atau lubang kemaluan wanita dan -itis yang berarti peradangan. Jadi, vaginitis berarti peradangan pada vagina. Peradangan dari vagina dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu infeksi bakteri, virus, jamur, gangguan keseimbangan hormon, bahkan alergi. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit tersering yang menyebabkan wanita pencari pengobatan ke dokter.

Perlu diketahui pada wanita, terdapat 3 lubang pada kemaluan dengan fungsinya masing-masing, yaitu:
Uretra atau saluran kencing/BAK.
Vagina atau lubang kemaluan untuk fungsi seksual dan tempat jalan lahir.
Anus atau saluran BAB.

Sedangkan pada pria, hanya terdapat dua saluran, yaitu :
Uretra atau saluran kencing dan saluran untuk keluarnya sperma menjadi satu pada penis.
Anus atau saluran untuk BAB.

Vaginitis adalah infeksi atau inflamasi yang terjadi pada vagina. Kondisi ini umumnya disertai indikasi berupa munculnya keputihan, perubahan warna dan jumlah keputihan yang dialami, bau yang ditimbulkan, iritasi atau gatal-gatal pada vagina, rasa sakit saat berhubungan seks maupun buang air kecil, serta flek atau pendarahan ringan.

Vaginitis merupakan peradangan yang terjadi pada vagina (biasanya peradangan ini disertai juga dengan peradangan vulva) bagian luar vagina- yang disebut vulvovaginitis. Penyebab umum dari penyakit ini adalah adanya ketidakseimbangan antara jumlah mikroorganisme normal dengan mikroorganisme lainnya yang menyebabkan peradangan. Meskipun terdengar menakutkan, namun terkena vaginitis bukan merupakan akhir dari segalanya. Karena jika ditangani dengan tepat, penyakit ini sebenarnya bisa sembuh dalam waktu yang cukup singkat.

Meski demikian, ada juga pengidap yang mungkin merasakan gejala lain, misalnya bau tidak sedap pada vagina (terutama setelah berhubungan seks) atau bahkan sama sekali tidak merasakan gejala.

Vaginitis sangat umum terjadi. Kebanyakan wanita pernah mengalami vaginitis setidaknya sekali dalam hidup. Kondisi ini dapat terjadi pada wanita dengan usia berapapun. Vaginitis paling sering terjadi pada wanita muda yang aktif secara seksual. Kondisi ini dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

Vaginitis memang bisa ditangani sendiri tanpa ke dokter, terutama jika sudah mengenali gejala-gejalanya karena pernah mengalami vaginitis dan sembuh sepenuhnya. Namun apabila merasakan gejala-gejala yang tidak biasa atau perubahan pada vagina, konsultasi pada dokter sebaiknya dilakukan. Khususnya jika:
Belum pernah mengalami infeksi vagina.
Merasakan gejala yang berbeda dengan infeksi vagina yang pernah dialami.
Berhubungan seks dengan lebih dari 1 orang. Gejala vaginitis terkadang mirip dengan penyakit menular seksual.
Mangalami demam, menggigil, atau nyeri pada panggul.
Tetap mengalami infeksi vagina meski sudah menggunakan obat antijamur yang dijual bebas.

Vaginitis adalah peradangan vagina yang menyebabkan pembengkakan, gatal, perih, atau infeksi pada vagina. Vaginitis dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit, atau virus. Penyebab paling umum dari vaginitis adalah bacterial vaginosis, infeksi jamur, trichomoniasis, dan vaginitis non infeksius. Anda perlu mengonsultasikan dengan dokter untuk menemukan penyebab pasti dari infeksi dan memilih perawatan yang tepat.

Umumnya, vaginitis terjadi pada wanita dewasa dan jarang terjadi pada perempuan yang belum mengalami pubertas, alias belum mengalami menstruasi. Presentase kejadian dari setiap tipe adalah sekitar 40-50% vaginosis bakterial, 20-25% kandidiasis vaginalis, dan 15-20% trikomoniasis. Secara usia, wanita yang sering terkena penyakit ini adalah wanita usia paruh baya dan wanita yang telah aktif secara seksual.


Kapan harus periksa ke dokter?
Anda harus menghubungi dokter bila Anda mengalami gejala-gejala berikut ini:
Cairan vagina Anda bertambah banyak, memiliki warna yang tidak normal, dan berbau berbeda dari biasanya.
Anda merasa gatal, perih, bengkak, atau nyeri pada sekitar atau di luar vagina.
Anda merasa sakit saat buang air kecil.
Anda merasa tidak nyaman atau sakit setelah berhubungan seksual.
Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda.

Penyebab Vaginitis
Peradangan pada vagina ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur atau virus. Harus Anda ingat bahwa tidak semua infeksi yang menyebabkan vaginitis merupakan Penyakit Menular Seksual (PMS), meskipun beberapa PMS memang dapat menyebabkan vaginitis. Selain itu, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh menurunnya kadar estrogen setelah menopause. Bahan-bahan kimia yang terkandung dalam sabun maupun pakaian bisa saja menjadi penyebab dari peradangan ini.

Penyebab dari vaginitis dapat bermacam-macam, yaitu infeksi bakteri, virus, jamur, gangguan keseimbangan hormon, bahkan alergi. Penyebab vaginitis yang berbeda-beda menyebabkan gejala da npengobatan yang diperlukan berbeda-beda pula. Berikut ini adalah vaginitis yang sering ditemukan, yaitu:

Vaginosis bakterialis
Gejala yang ditemukan dapat bermacam-macam, yaitu:
Tidak ada gejala : pada 50% dari penderita yang diagnosis dengan penyakit ini tidak merasakan gejala apapun. Pada pemeriksaan dari sekret atau cairan vagina secara mikroskopis dapat ditemukan bakteri anaerob walaupun penderita tidak menunjukkan gejala apapun.
Bau amis yang tidak sedap : ini merupakan gejala tersering yang dikeluhkan penderita. Bau amis makin terasa pada saat setelah berhubungan seksual dan saat menstruasi.
Cairan atau sekret vagina berwarna keabu-abuan : sekret vagina yang normal berwarna bening hingga putih. Perubahan warna pada sekret dari vagina dapat menjadi salah satu penanda terjadinya peradangan pada vagina
Kadang dapat ditemukan gatal pada kemaluan : keluhan ini jarang ditemukan
Tidak ada nyeri dan kemerahan pada kemaluan

Penyebab vaginosis bakterialis
Bacterial vaginosis terjadi apabila keseimbangan vagina terganggu, dimana bakteri jahat lebih banyak dibanding dengan bakteri baik. Namun jika bakteri anaerobik terlalu banyak dan mengganggu keseimbangan, ini akan menyebabkan bacterial vaginosis. Jenis vaginitis ini sepertinya terkait dengan hubungan seksual, terutama jika Anda memiliki beberapa pasangan seksual. Namun, kondisi ini juga dapat terjadi pada wanita yang tidak aktif secara seksual.

Vaginosis bakterialis dapat ditemukan 10-30% pada wanita usia subur dan merupakan penyebab tersering dari peradangan pada vagina. Pada kondisi vagina yang sehat, terdapat bakteri lactobacillus yang merupakan flora normal dari vagina. Bakteri tersebut bersifat asam dan melindungi vagina dari bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang tidak memerlukan oksigen untuk berkembang biak). Apabila terjadi penurunan jumlah dari bakteri lactobacillus dan terjadi peningkatan jumlah dari bakteri-bakteri anaerob, maka dapat terjadi vaginosis bakterialis. Contoh bakteri yang dapat menyebabkan vaginosis bakterialis adalah Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, dan bakteri anaerob lainnya. Faktor resiko untuk penyakit ini adalah
 Sosial ekonomi rendah
Sering mencuci vagina terutama yang mengandung antiseptik
Merokok
Penggunaan KB spiral/IUD
Penggunaan spermisida dosis tinggi
Hubungan seksual tanpa pengaman

Trikomoniasis
Gejala yang dapat ditemukan pada trikomoniasis adalah:
Tidak ada gejala
Bau busuk yang tidak sedap
Sekret atau cairan vagina yang berbusa dan berwarna kuning hingga kehijauan
Dapat disertai dengan iritasi atau kemerahan pada kemaluan
Nyeri saat berhubungan seksual
Nyeri saat berkemih

Penyebab trikomoniasis
Trichomoniasis, merupakan vaginitis ketiga tersering yang diakibatkan oleh trikomonas. Bakteri ini menular melalui hubungan seksual dengan seseorang yang terinfeksi. Pada pria, kuman ini menginfeksi saluran kencing, namun sering kali tidak menunjukkan gejala. Maka dari itu, ketika hubungan seksual, pria yang terinfeksi menularkan kuman tersebut pada pasangannya.

Penyakit trikominiasis disebabkan oleh infeksi dari parasit Trichomonas vaginalis. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit penular seksual (PMS) yang sangat mudah untuk menyebar ke orang lain. Seringkali penyakit ini ditemukan secara tidak sengaja pada saat penderita melakukan pemeriksaan Pap smear. Faktor resiko untuk penyakit ini adalah:
Sosial ekonomi rendah
Berganti-ganti pasangan seksual
Hubungan seksual tanpa pengaman
Merokok


Untuk tipe ini, dokter akan memberikan obat antibiotik –dapat berupa obat oral (minum) maupun gel/cream yang nantinya dioleskan pada vagina Anda. Biasanya, dokter akan melakukan tes khusus terlebih dahulu sebelum memberikan antibiotik ini, karena tidak jarang dalam beberapa kasus, antibiotik dapat menyebabkan alergi.

Kandidiasis vulvavagina
Gejala yang dapat ditemukan pada Kandidiasis vulvavagina adalah:
Gatal pada kemaluan sehingga dapat ditemukan bekas-bekas garukan. Kadang bekas garukan tersebut hingga menyebabkan luka pada kulit.
Kemerahan pada kemaluan
Sekret atau cairan vagina berwarna putih dan kental
Sensasi rasa terbakar pada kemaluan
Nyeri pada saat berkemih
Nyeri pada saat berhubungan seksual

Penyebab kandidiasis vulvavagina
Penyakit kandidiasis vulvavagina disebabkan oleh infeksi jamur Candida, sp. Menurut penelitian, sekitar 75% wanita pernah mengalami penyakit ini dan 40-45% mengalami keluhan berulang. Candida sp. merupakan salah satu flora normal yang terdapat di kulit manusia. Jamur dapat berkembang menjadi penyakit pada penderita apabila terdapat kondisi yang mendukung. Contoh kondisi tersebut adalah penggunaan antibiotik dalam jangka waktu lama, kencing manis yang tidak terkontrol, hamil, dan imunitas yang rendah.

Infeksi jamur terjadi apabila organisme jamur (terutama Candida albicans) tumbuh pada vagina. Bukan hanya menyebabkan infeksi jamur pada vagina, C. albicans juga adalah penyebab utama dari infeksi pada bagian tubuh lainnya yang lembap, seperti mulut (thrush), lipatan kulit, dan bantalan kuku. Jamur ini dapat menyebabkan ruam popok pada bayi.

Vaginitis atrofi
Gejala yang dapat ditemukan paca vaginitis atrofi adalah:
Keluhan dirasakan pada saat menopause
Iritasi dan kemerahan pada kemaluan
Nyeri pada saat berhubungan seksual dan vagina kering
Sekret atau cairan vagina dapat berwarna kuning kehijauan dan tidak berbau

Penyebab vaginitis atrofi
Vaginitis atrofi terjadi akibat penurunan kadar estrogen pada saat menopause. Penurunan kadar estrogen tersebut menyebabkan sel-sel lapisan vagina menjadi lebih tipis sehingga pH dan flora bakteri normal vagina terganggu. Normalnya, vagina sehat memiliki pH asam (<4 infeksi.="" mencegah="" o:p="" untuk="">

Faktor Risiko Vaginitis
Selain penyebabnya yang beragam, terdapat banyak faktor lain yang bisa meningkatkan risiko seorang wanita untuk mengidap vaginitis. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
Perubahan hormon, misalnya karena menopause, hamil, atau menggunakan pil kontrasepsi.
Aktif berhubungan seks, terutama jika memiliki lebih dari 1 pasangan ataupun infeksi akibat aktivitas seksual yang tidak terproteksi.
Mengidap penyakit menular seksual.
Efek samping obat-obatan, contohnya antibiotik dan steroid.
Penyakit diabetes yang tidak ditangani dengan baik.
Menggunakan produk pembersih daerah intim, misalnya sabun sirih, sabun busa, semprotan vagina, atau deodoran vagina.
Mengenakan pakaian lembab atau ketat.
Kebersihan yang buruk.
Penggunaan intrauterine device (IUD) untuk kontrasepsi.

Diagnosis Vaginitis
Langkah awal dalam proses diagnosis vaginitis adalah dengan menanyakan gejala-gejala yang dialami, riwayat kesehatan pasien, serta memeriksa kondisi vagina. Dokter kemudian akan mengambil sampel cairan vagina untuk diperiksa di laboratorium agar penyebabnya bisa terdeteksi.

Keseimbangan pH (suasana asam atau basa) pada vagina juga akan diperiksa. Peningkatan kadar pH dapat menandakan adanya vaginosis bakterialis.

Diagnosis vaginosis bakterialis
Untuk mendiagnosis vaginosis bakterialis digunakan kriteria Amsel, yaitu:
Sekret atau cairan vagina yang homogen dan encer
pH vagina > 4,5
Tes Whiff yang positif dimana ditemukan bau amis pada penambahan KOH 10% pada sekret vagina
Ditemukan 20% sel clue pada pemeriksaan mikroskopis

Apabila ditemukan 3 dari 4 kriteria tersebut sudah dapat mendiagnosis vaginosis bakterialis. Untuk pengobatan dapat diberikan antibiotik untuk bakteri anaerob. Probiotik lactobacillus juga dapat diberikan. Pengobatan kepada pasangan tidak diperlukan pada penyakit ini. Vaginosis bakterialis ditelah dikaitkan dengan meningkatnya resiko untuk HIV/AIDS, keguguran dan pecah ketuban dini.

Diagnosis Trikomoniasis
Untuk diagnosis dari trikomoniasis, perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari sekret atau cairan vagina. Apabila ditemukan bakteri Trichomonas vaginalis dan sel darah putih yang banyak, maka dapat didiagnosis dengan trikomoniasis.

Untuk pengobatan dapat diberikan antibiotik untuk membunuh parasit. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit PMS. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap pasangan. Selama pengobatan tidak boleh berhubungan seksual sampai sembuh agar mencegah penularan kembali terhadap diri sendiri maupun orang lain. Trikomoniasis telah dikaitkan dengan peningkatan resiko terhadap HIV/AIDS.

Diagnosis kandidiasis vulvavagina
Untuk mendiagnosis kandidiasis vulvavagina dengan cara pemeriksaan mikroskopis pada sekret vagina. Nilai pH pada penyakit ini normal, yaitu < 4,5. Untuk pengobatan dari penyakit ini dapat diberikan obat anti jamur. Selain itu, perlu dicari kondisi yang mendukung jamur ini untuk dapat berkembang biak. Kondisi tersebut perlu diatasi agar tidak terjadi infeksi berulang.

Diagnosis vaginitis atrofi
Untuk mendiagnosis penyakit ini dapat dilakukan pemeriksaan pH dan pemeriksaan mikroskopis. Nilai pH meningkat, yaitu 5- 7. Pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan sel lapisan vagina bagian dasar yang normalnya tidak ditemukan apabila sel lapisan vagina masih tebal.

Umumnya penyakit ini tidak memerlukan pengobatan kecuali keluhan berat dan mengganggu. Penderita tidak perlu khawatir karena penyakit ini disebabkan oleh perubahan hormon pada tubuh dan tidak berbahaya. Pada kondisi yang berat dapat diberikan terapi estrogen untuk mengurangi gejala. Umumnya gejala berkurang dalam beberapa minggu setelah terapi. Penggunaan lubrikan dapat membantu keluhan kering pada vagina.


Pengobatan Vaginitis
Setelah mengonfirmasi hasil diagnosis, dokter akan menerapkan metode pengobatan berdasarkan penyebab vaginitis. Langkah pengobatan yang diberikan biasanya meliputi:

Antibiotik. Berdasarkan Pedoman Nasional untuk Infeksi Menular Seksual, metronidazole merupakan obat pilihan untuk menangani kasus vaginitis akibat bakteri. Metronidazole dapat diberikan sebagai dosis tunggal atau diminum dua kali sehari selama 1 minggu. Penderita yang mengonsumsi metronidazole tidak disarankan untuk mengonsumsi alkohol, karena dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya.

Antijamur. Untuk vaginitis akibat jamur, berbagai pengobatan antijamur seperti miconazole, clotrimazole, fluconazole, maupun itraconazole dapat diresepkan oleh dokter. Khusus dua obat terakhir ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil, ibu menyusui, maupun anak di bawah 12 tahun.

Terapi pengganti hormon. Jika vaginitis disebabkan oleh penurunan hormon estrogen, dokter akan merekomendasikan terapi penggantian hormon untuk menggantikan hormon estrogen alami tubuh. Sedangkan dalam menangani vaginitis akibat reaksi alergi terhadap bahan-bahan kimia, dokter akan menyarankan penderita untuk menghindari substansi pemicu alerginya. Dokter juga terkadang akan memberikan obat oles estrogen untuk meredakan gejala-gejala vaginitis.

Di samping obat-obatan, ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk meringankan gejala, sekaligus mempercepat proses penyembuhan. Langkah-langkah sederhana tersebut meliputi:

Menjaga vagina dan area di sekitarnya tetap bersih serta kering. Gunakanlah sabun tanpa bahan pewangi dan seka hingga benar-benar kering. Hindari berendam air hangat selama infeksi belum pulih sepenuhnya.

Jangan membasuh bagian dalam vagina.

Gunakan kompres air dingin untuk mengurangi ketidaknyamanan pada vagina.

Kenakan pakaian dalam yang tidak ketat dan berbahan katun.



Vaginitis memang tidak berakibat fatal. Meski demikian, vaginitis yang dibiarkan dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi tertentu, misalnya menjadi lebih rentan terinfeksi penyakit menular seksual seperti klamidia dan HIV. Bagi pengidap yang sedang hamil, vaginitis akibat trikomoniasis dan vaginosis bakterialis diduga dapat memicu kelahiran prematur dan bayi yang lahir berisiko memiliki berat badan yang tidak memadai.

Demikianlah sedikit penjelasan tentang penyebab serta penjelasan seputar vaginitis yang harus Anda ketahui. Semoga bermanfaat dan Salam Sehat.



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...