Thursday 7 February 2019

Kreasi Usaha : Manfaat Bengkuang Sebagai Pestisida Nabati


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...

Manfaat Bengkuang Sebagai Pestisida Nabati

Tanaman bengkuang merupakan tanaman tahunan yang menghasilkan umbi akar, dengan bentuk membulat seperti gasing. Kulit umbi tipis dan berwarna kuning pucat. Bagian dalam umbi berwarna putih, mengandung air, serta berasa manis. Bengkuang dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi (1-1000 m dpl). Bengkuang merupakan tumbuhan semak semusim yang tumbuh membelit. Batang bulat, berambut dan berwarna hijau.

Tanaman bengkoang termasuk dalam famili Leguminose (polong-polongan). Tanaman tumbuh menjalar/merambat dan membelit, dengan permukaan daun kasar dan berbulu halus. Sepintas, bentuk daun mirip dengan bentuk daun kedelai, hanya ukurannya lebih besar.

Tanaman bengkuang termasuk dalam famili Leguminosae, Tanaman bengkuang berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah bagian Utara. Umbi (cormus) putihnya bisa dimakan sebagai komponen rujak dan asinan atau dijadikan masker untuk menyegarkan wajah dan memutihkan kulit. Tumbuhan ini termasuk dalam suku polong-polongan. Di tempat asalnya, tumbuhan ini dikenal sebagai xicama atau jícama. Orang Jawa menyebutnya sebagai besusu (Dasanovi, 2011).


Tanaman bengkuang memiliki daun tunggal, bulat, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, tulang daun menyirip, permukaan berbulu, panjang 7-10 cm, lebar 5-9 cm, berwarna hijau dengan bunga majemuk, bentuk tandan, letak di ketiak daun, tiap tangkai terdiri atas 2-4 kuntum, berwarna ungu kebiruan. Buah polong berbentuk pipih dan berwarna hijau. Biji berbentuk pipih kecil, keras, bentuk ginjal, berada dalam kantung buah yang berwarna hijau selagi muda, dan berubah coklat saat sudah tua.


Tanaman bengkuang memiliki akar tunggang berumbi serta metode perbanyakan tanaman dengan biji. Umumnya orang mengenal bengkuang adalah umbinya, karena kandungan vitamin dan gizi yang cukup tinggi. kandungan utama bengkuang adalah air, yaitu 85 gram per 100 gram umbi. Kadar energinya yang cukup rendah  (55 kkal/100 g) memungkinkan bengkuang untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan yang baik bagi pelaksana diet rendah kalori dan penderita diabetes melitus. Kandungan vitamin C yang cukup tinggi (20 mg/100 g), memungkinkan bengkuang digunakan sebagai sumber antioksidan yang potensial untuk menangkal serangan radikal bebas penyebab kanker dan penyakit degeneratif. Buah bengkuang bisa langsung dimakan, dibuat obat ataupun untuk kecantikan (identik dengan pemutih kulit).


Buah bengkuang sudah umum dikenal karena rasanya manis, banyak air, dan menyegarkan. Tapi mungkin belum banyak yang tahu, jika biji bengkoang memiliki racun. Racun ini bisa dimanfaatkan untuk bahan pembuatan pestisida nabati. Pestisida nabati yang sangat direkomendasikan untuk budidaya pertanian organik.

Penggunaan insektisida kimia masih diaplikasikan oleh sebagian besar petani Indonesia, kondisi ini dikhawatirkan dapat menimbulkan resistensi hama dan terbunuhnya musuh-musuh alami serta menimbulkan residu yang dapat menurunkan kualitas hasil, karena itulah cara pengendalian hama yang lebih efektif, murah dan ramah lingkungan dengan menggunakan insektisida nabati merupakan alternatif yang perlu dikembangkan, karena insektisida nabati memiliki keunggulan antara lain: degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari; memiliki pengaruh yang cepat dalam menghentikan nafsu makan serangga walaupun jarang menyebabkan kematian; toksisitasnya umumnya rendah terhadap hewan dan relatif lebih aman pada manusia dan lingkungan; memiliki spektrum pengendalian yang luas (broad spectrum); tidak bersifat phitotoksisitas; tidak meracuni dan merusak tanaman; murah dan dapat di buat oleh petani.

Selama ini penggunaan akarisida sintetik juga masih menjadi andalan utama bagi peternak. Namun akarisida sintetik ini sulit ditemukan di pedesaan dan harganya semakin mahal. Disamping itu hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan akarisida sintetik dapat menimbulkan residu pada produk asal hewan sehingga dapat menyebabkan efek toksik terhadap manusia (Murray et al., 1982), dan memicu perkembangan resistensi pada parasit sebagai target (Maingi et al., 1996). Situasi inilah yang mendorong munculnya pemikiran untuk mengembangkan metode pemberantasan dengan bahan alami (non sintetik) seperti pemanfaatan tanaman obat yang bersifat akarisida.


Umbi tanaman bengkuang memang tidak bisa dibuat pestisida nabati, yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah bagian daun dan biji karena mengandung racun di dalamnya. Namun demikian yang banyak digunakan sebagai pestisida nabati adalah bijinya. Biji bengkuang mengandung zat-zat seperti rotenone, pachyrrhizid, pachyrrhizine, saponin, dan lain-lain yang bekerja secara sinergis sebagai insektisida dan juga akarisida. Cara kerjanya bersifat racun mulut yang mengandung senyawa bioaktif alkolid dan pachyrrhizid yang dapat mengikat N2 dalam tanah (Soelaksono dkk, 1994). Bengkuang merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai insektisida nabati yang berspektrum  luas (Grainge dan Ahmed, 1988). Semua bagian tanaman bengkuang kecuali umbi mengandung rotenon, dimana kandungan rotenon yang paling tinggi ditemukan pada bagian biji (Duke, 1981). Kandungan rotenon murni pada biji yang telah masak berkisar 0,5 – 1,0% (Sorensen, 1996).

OPT sasaran
-Hortikultura: Croccidolomia binotalis, Aphis fabae, A.craccivora, Bombix mori, Dysdercus megalopygus, Epilachna varivestis, Myzus persicae, Nezara viridula, Plutella xylostella dan Spodoptera litura.

-Tanaman pangan: Serbuk atau tepung biji bengkuang dapat digunakan untuk melindungi benih tanaman dari serangan hama gudang. Serangga yang teracuni mati kelaparan yang disebabkan oleh kelumpuhan alat-alat mulut.

Cara membuat:
Pada umumnya, teknik yang sederhana untuk menghasilkan bahan pestisida nabati yaitu: penggerusan, penumbukan, pembakaran/pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta. Perendaman untuk produk ekstrak dengan cara ekstraksi menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus untuk menghasilkan produk berupa ekstrak yang dikerjakan dengan tenaga terampil dan peralatan khusus.


Ekstraksi sederhana yang mudah dibuat oleh petani yaitu: Biji dan daun dicuci, ditumbuk, ekstraknya diencerkan dengan aquades. Alkohol dan petroleum eter dapat digunakan sebagai pelarut. Aplikasi dilakukan dengan penghembusan atau penyemprotan ke bagian tanaman. Ekstrak air merupakan bentuk yang paling aplikatif karena paling murah dan mudah dibuat. Walaupun demikian zat aktif dalam suatu tanaman dengan ekstrak air umumnya tidak dapat bertahan lama.

Metode lain juga dapat dilakukan dengan cara ekstrak biji bengkuang dibuat melalui penyaringan campuran tepung biji bengkuang dengan pelarut air, etanol 96%, atau metanol 96%. Menurut Wiwin Setiawati, dkk. 2008, penggunaan biji bengkuang sebagai insektisida dilakukan dengan cara menghaluskan 160 gram biji bengkuang, kemudian diayak halus. Selanjutnya tepung biji bengkoang direndam hingga lunak dan diperas hingga keluar cairan berwarna putih. Hasil saringan dicampurkan dengan 10 Liter air dan digunakan untuk penyemprotan OPT sasaran.

Pembuatan ekstrak menurut metode Prijono (1994), yaitu 10 g masing- masing biji atau daun yang telah dihancurkan diekstraksi dengan 100 ml air dan 100 ml aseton. Kemudian dikocok dengan menggunakan alat shaker selama 2 jam. Supernatan dipisahkan dengan cara menyaring dengan kertas saring kasar. Ampasnya diekstraksi kembali dengan 50 ml pelarut organik dan kocok kembali seperti pada ekstraksi pertama. Supernatannya dipisahkan dan disatukan dengan hasil saringan pertama, kemudian dilakukan pengeringan ekstrak pelarut organik dengan menggunakan rotary- evaporator (suhu 40°C) dan buat larutan dengan variasi konsentrasi dari masing- masing ekstrak tanaman (Tabel 1). Khusus untuk hasil ekstrak pelarut organik ditambah Tween 20 sebanyak 0,2% dari berat ekstrak sebelum dilarutkan dengan air sampai homogen.


Cara kerja biji bengkuang sebagai insektisida adalah dengan cara menghambat metabolisme dan sistem syaraf, serta penghambat makan (antifeedant). Ekstrak air maupun ekstrak aseton biji bengkuang mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai akarisida nabati.

Biji bengkuang mempunyai sifat akarisida yang efektif terhadap tungau S. Scabiei pada konsentrasi 5% baik ekstrak air maupun aseton. Ekstrak aseton biji bengkuang mempunyai nilai konsentrasi letal yang lebih rendah dan waktu letal yang lebih pendek daripada ekstrak air.

Ekstrak biji bengkuang bersifat toksik terhadap larva ulat krop dengan LC50 : 11,48 %. Tingkat kematian terendah 13 % pada 4 hari setelah perlakuan dengan konsentrasi 12,5 % (125 gram per liter air) (Soekarto, et al, 1999).


Senyawa rotenon yang terkandung didalam bengkuang diduga juga berkhasiat sebagai larvasida dan telah diuji mampu membunuh jentik nyamuk Aedes aegypti serta larva lalat Musca domestica. Senyawa ini dilaporkan memiliki mekanisme kerja dengan menghambat metabolisme serangga (Koul dan Walia, 2009). Hasil penapisan fitokimia dari ekstrak etanol biji bengkuang menunjukkan hasil yang positif mengandung senyawa golongan flavonoid, terpenoid, tanin, dan alkaloid. Salah satu senyawa golongan flavonoid dari tanaman bengkuang adalah rotenon. Senyawa ini dilaporkan bersifat insektisida/ larvasida pada beberapa jenis serangga (Mustika et al., 2016).

Rotenon bekerja dengan menginterfensi rantai transport elektron pada mitokondria dengan cara menghalangi ikatan antara NADH pada proses respirasi sel sehingga menghambat pembentukan energi metabolik. Rotenon merupakan racun kontak dan racun sistemik. Senyawa aktif akan berpenetrasi ke dalam tubuh serangga melalui kutikula yang tipis seperti selaput antar ruas, selaput persendian pada pangkal embelan dan kemoreseptor pada tarsus (Prijono, 1994).

Rotenon yang terkandung di dalam biji bengkuang memiliki sifat sebagai racun perut dan juga antifeedant. Ekstrak etanol biji bengkuang pada konsentrasi 0,25 % telah teruji memiliki aktifitas larvasida yang paling efektif . Gejala klinis larva yang terpapar dengan ekstrak menunjukkan adanya larva yang hiperaktif dan konvulsi sebelum akhirnya larva tersebut mati serta larva yang lemah sebelum akhirnya mati tanpa adanya konvulsi. Senyawa rotenon ini masuk ke dalam tubuh serangga melalui aliran hemolimfe dan bekerja dengan dua mekanisme yang berbeda. Mekanisme yang pertama bekerja dengan cara menghambat fungsi enzim kolinesterase, sehingga pemecahan asetilkolin menjadi kolin dan asam asetat tidak terjadi. Akibatnya, terjadi penimbunan senyawa asetilkolin pada ujung-ujung saraf, karena sebagian besar asetilkolin tidak dapat terhidrolisis. Hal ini dapat mengakibatkan aktivitas kolinergik yang berlebihan, karena sel-sel efektor me- nerima signal-signal secara terus menerus. Gejala klinis yang dapat dilihat pada mekanisme pertama ini adalah depresi saluran pernafasan, konvulsi serta mengeluarkan cairan dari anus (diare) sebagai respon terhadap peristaltik yang meningkat (Mustika et al., 2016). Mekanisme kerja yang kedua adalah dengan menghambat metabolisme energi yang terjadi di mitokondria, gejala klinis yang terlihat adalah larva yang mulai terlihat lemah dan mati secara akut/cepat (Han et al., 2014).

Menurut Askitosari dkk (2006) bahwa ekstrak biji bengkuang cukup efektif digunakan untuk mengendalikan larva ulat S. litura, terutama pada larva instar II. Ekstrak biji bengkuang pada konsentrasi 20 mg/ml, mampu membunuh larva ulat grayak instar II sampai 93,33%, sedangkan konsentrasi lebih atau sama dengan 40 mg/ml mampu membunuh 100% larva ulat grayak instar II.

Rotenon juga bersifat sangat toksik dan dapat digunakan untuk mengurangi populasi ikan dan kutu parasit pada ayam. Serbuk biji bengkuang dapat digunakan untuk melindungi benih dari hama utama kacang hijau dan kacang tunggak serta kepik sebagai hama utama dalam tanaman (Ibadurrahman, Mustikawati dan Martono., 1993). Selain itu bahan ini juga mengakibatkan mortalitas tinggi pada  ulat kubis dan bersifat toksik terhadap beberapa jenis serangga dari ordo Coleoptera, Diptera, Hemiptera, Lepidoptera dan Orthoptera (Grainge dan Ahmed, 1988).



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...