Wednesday 23 January 2019

Kreasi Usaha: Hama Kepik Hitam sebagai Organisme Pengganggu Tanaman


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...

Hama Kepik Hitam sebagai Organisme Pengganggu Tanaman

Kepik hitam merupakan hewan dari famili Plataspididae yang mempunyai ciri morfologi menyerupai kumbang. Kepik ini adalah true bugs, dari ordo Hemiptera. Serangga dewasa berwarna hitammengkilap, berbentuk cembung, dengan skutelum yang besar hampir menutupi seluruh bagian abdomennya. Kepik Plataspidid juga sering disebut kudzu bug, kudzu beetle, globular stink bug dan lablab bug. Serangga ini memiliki alat mulut pencucuk penghisap, dan umumnya merupakan herbivora yang memakan bagian floem dari tanaman. Serangga ini banyak dijumpai pada tanaman kacang-kacangan. Famili Plataspididae terdiri lebih dari 60 genus dan 560 spesies di seluruh dunia. Distribusi serangga ini meliputi berbagai negara di Asia, seperti Cina, India, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Myanmar, Pakistan, Srilanka, Taiwan, Thailand dan Vietnam. Satu spesies, Megacopta cribraria, baru-baru ini dikenal sebagai hama kedelai di Amerika Serikat. Dua spesies di antaranya yang terdapat di Indonesia ialah Brachyplatys sp. dan Coptosoma sp.

Genus Brachyplatys memiliki ciri oceli yang terletak saling berdekatan, rasio jarak antara mata dan oceli terhadap jarak interocellar lebih besar dari 1:2; sterna abdominal tidak atau sedikit cembung; kepala melintang, biasanya 0,5-0,7 kali lebar pronotum; pseudoskutelum tidak ada atau kurang berkembang; tubuh rata; warna hitam, kadang-kadang terlihat kuning, sering dengan garis submarginal kuning di kepala, pronotum dan skutelum.

Genus Coptosoma memiliki ciri yaitu oceli yang terdapat di dekat mata; rasio jarak antara mata dan oceli terhadap jarak interocellar kurang dari 1:2; sterna abdominal biasanya cembung; kepala biasanya  sempit, kira-kira 0,3-0,5 kali lebih lebar dari pronotum; dan dasar skutelum (pseudoskutelum) biasanya muncul.


Secara alami serangga hama akan mampu memilih sumber makanan yang disenangi. Serangga akan mempunyai suatu kecenderungan tertentu dalam mengakses sumber makanannya. Perbedaan dalam hal tekstur dan struktur, jenis varietas dan komposisi kimia yang terkandung dalam suatu bahan akan berpengaruh besar pada sifat prefensi tersebut (Yasin, 2009). Hampir 50% dari serangga adalah pemakan tumbuhan (fitofagus), selebihnya pemakan serangga lain atau sisa-sisa tumbuhan dan  binatang (Sodiq, 2009).

Kepik berkembangbiak ketika banyak makanan. Saat makanan langka, mereka bersembunyi pada inang sementara yang berupa gulma di sekitar lahan. Begitu bibit ditanam, kepik akan langsung menyerbu. Tanaman yang diserang oleh kepik ini akan menunjukkan gejala daun dan tunas mengkeriting, kering, dan layu. Buah dan polong muda rusak kemudian rontok. Runas mendadak mengeriting dan layu. Pentil buah mengkriput dan tidak berkembang sempurna atau bentuknya menjadi tidak beraturan. Jika diamati terdapat lubang bekas tusukan pada pangkal. Racun yang dikeluarkan oleh kelenjar ludah kepik akan membuat bagian yang terkena mati atau rusak.


Serangga ini sebagian besar merupakan herbivora yang memakan bagian floem dengan inang yang beragam. Serangga ini juga diketahui menyerang tanaman turi (Sesbania grandiflora), gamal (Gliricida maculata) dan akasia (Acacia sp.). Tanaman gamal dan akasia juga berfungsi sebagai tanaman pelindung pada kebun kakao dan kopi. Tanaman inang yang lain dari jenis holtikultura yaitu kacang panjang, kedelai, kacang koro dan tanaman kacang-kacangan lainnya. Karena kisaran inangnya yang cukup beragam, maka serangga ini berpotensi untuk menjadi hama penting. Serangan kepik ini dalam jumlah banyak pada bagian pucuk menyebabkan pucuk menjadi layu dan mati. Serangan yang tinggi akan menyebabkan daun berguguran kemudian mati. Serangga ini biasanya ditemukan berkelompok pada pangkal ranting dan dapat berpindah ke ranting yang lain.

Ukuran serangga Plataspididae umumnya cukup kecil, dengan panjang 2,5 – 7 mm dan sering ditemukan dalam kelompok-kelompok kecil pada batang, tunas muda dan bunga pada tanaman inang. Genus Coptosoma memiliki ukuran tubuh 2,5 – 5 mm, hampir berbentuk lingkaran, dan Brachyplatys dengan ukuran 5 – 7 mm. Sayap depan lebih panjang dibandingkan dengan tubuhnya, dan dapat dilipat secara melintang di bawah skutelum. Antena terdiri atas 4 ruas dan tarsi 2 ruas.

Kepik Hitam/Kepik Biji mempunyai ciri khusus dengan adanya femur (paha) pada tungkai depan cenderung membesar dan masing-masing mempunyai 4 duri (spina) yang berukuran agak besar dan 4 duri kecil. Kepala berbentuk oval dengan mata ocelli yang menonjol.

Serangga ini mengalami metamorfosis tidak sempurna, tanpa fase pupa. Imago betina meletakkan telurnya pada batang, ranting muda, daun dan buah secara berkelompok dan tersusun dalam 2 baris. Sebelum meletakkan telur, serangga betina menyimpan partikel yang berisi simbion yang kemudian akan dimakan oleh nimfa yang baru menetas. Jumlah telur pada setiap kelompok antara 25-75 butir. Telur berwarna putih berbentuk seperti tabung dengan panjang 1 mm dan diameter 0,5 mm. Masa telur berlangsung antara 7-10 hari. Nimfa yang baru keluar berwarna coklat muda dan berangsur-angsur berubah menjadi coklat tua. Nimfa instar 1 yang baru keluar dari telur akan segera mencari bakteri simbion yang terdapat pada bagian tengah dan belakang telur. Bakteri ini membantu nimfa dalam proses pergantian instar ke instar selanjutnya. Nimfa yang kehilangan akses dengan simbion menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat, ukuran tubuh lebih kecil dan mortalitas yang lebih tinggi. Nimfa instar 2 sampai instar 4 akan mencari makanan pada pucuk tanaman.  Perkembangan nimfa menjadi imago ditandai dengan perubahan dari instar 1 sampai instar 5. Siklus hidup serangga ini yaitu sekitar 30 hari.

Nimfa dan kepik merusak tanaman pada bagian polong dengan cara menusuk stiletnya pada kulit polong dan biji lalu mengisap cairan biji. Serangan pada fase pembentukan dan pertumbuhan polong/biji menyebabkan polong/biji kempis, mengering dan gugur. Serangan pada fase pengisapan biji, menyebabkan biji menjadi hitam dan busuk. Serangan pada polong tua, menyebabkan kualitas biji menurun karena ada bintik hitam pada biji atau biji menjadi keriput. Gejala serangan jelas terlihat pada kulit biji dan kulit polong bagian dalam berupa bintik hitam atau coklat. Kerusakan di lapangan biasanya terjadi bersamaan dengan pengisap polong yang lain dan tanda serangannya tidak dapat dibedakan.

Nimfa dan imago aktif pada pagi dan senja hari. Pada siang hari nimfa dan imago bersembunyi pada pangkal batang. Nimfa instar awal (1-2) umumnya berada pada pangkal batang, mengisap cairan pangkal batang tanaman. Nimfa instar berikutnya dan imago merusak bulir dengan menusukkan stiletnya ke dalam bulir sambil menghisap cairan buah tanaman inang.


Populasi kepik mulai dijumpai di pertanaman sejak fase pembentukan bunga sekitar umur 35 hari setelah tanam (hst) sampai menjelang panen. Stadia tanaman yang paling disukai sekitar umur  58 hst serta puncak populasi imago dan nimfa terjadi pada umur 50 hst. Periode kritis tanaman adalah fase pembentukan polong sampai pengisap biji (49-70 hst).

Kerusakan yang ditimbulkan oleh Kepik Hitam pada tanaman padi antara lain yaitu beras menjadi coklat kehitaman, mudah hancur apabila digiling dan apabila dimasak terasa pahit. Serangga cenderung mengisap bulir-bulir padi pada pagi hari dan serangan ini berimbas pada bulir padi yang kosong serta hasil panen berupa beras memiliki kualitas rendah, sebagian didapatkan pada daun maupun batang. Serangga dapat ditemukan pada tanaman muda sampai dengan tanaman menjelang panen. Pada sore hari serangga sangat aktif bergerak di bagian tanaman dan di bagian tanah, sebagian lagi cenderung bersembunyi di rekahan tanah. Pada setiap rumpun dapat ditemukan  10 – 20 ekor serangga dengan berbagai stadia.


Anda dapat melakukan Penanggulangan hama kepik dengan membersihkan gulma di sekitar tanaman utama. Serta melakukan sanisati lahan sebelum penanaman. Anda disarankan pula untuk melakukan tanam secara serentak dan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang. Tanam serempak dalam satu wilayah administratif untuk menghindari terjadinya populasi tinggi, pada sitem tanam legowo populasi ditemukan lebih rendah, Pemanfaatan predator laba-laba juga dapat Anda lakukan untuk menggendalikan hama kepik hitam ini. Hasil kajian yang dilakukan di IP3OPT Luwu menunjukkan bahwa entomopatogen ini cukup efektif mengendalikan kepik hitam ini.Dan jika Anda melakukan penanganan menggunakan pestisida maka sangat disarankan untuk menggunakan pestisida hayati dan nabati.



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...