Wednesday 23 January 2019

Kreasi Usaha: Hama Ulat Grayak Sebagai Organisme Pengganggu Tanaman


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...

Hama Ulat Grayak Sebagai Organisme Pengganggu Tanaman

Ulat Grayak ( Spodoptera litura ) merupakan salah satu hama yang  menyerang  hampir semua tanaman : Tebu, Jeruk, Padi, Jagung, Bawang, Cabai, Tomat, Kubis, Buncis, Tembakau, Kapas, Terung, Kentang, Kedelai, Kacang tanah, Kangkung, Bayam, Pisang dan Sayuran lainnya. Ulat ini yang tidak berbulu biasa disebut oleh petani sebagai ulat tentara yang umumnya melakukan serangan terhadap tanaman pada malam hari, sedangkan pada siang hari ulat ini bersembunyi dibawah tanaman, mulsa atau dalam tanah. Pada umumnya, ulat grayak menyerang satu tanaman secara bersama-sama sampai seluruh daun tanaman tersebut habis, baru kemudian ke tanaman lain. Ulat ini berumur 20 hari selama hidupnya menyerang tanaman. Hama ini bersifat polifag (mempunyai kisaran inang yang cukup luas). Jika daun suatu tanaman rusak, maka tanaman tidak dapat fotosintesis dan tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman tersebut. Ulat grayak juga menyerang berbagai gulma, seperti Limnocharis sp., Passiflora foetida,  geratum sp., Cleome sp., Clibadium sp., dan Trema sp.


Hama ulat grayak menyerang daun dan juga buah – buahan holtikultura. Serangannya ditandai dengan daun-daun yang terlihat berwarna agak putih, karena yang tertinggal hanya selaput daun bagian atas. Bagian daging daun sebelah bawah telah dimakan oleh ulat ini. Pada serangan awal terlihat daun berlubang-lubang, dan kemudian jika dibiarkan akhirnya hanya tertinggal tulang-tulang daun. Hama ini menyerang  secara bergerombol karenanya disebut ulat tentara. Hama ini tersebar di Asia, Pasifik dan Australia sedangkan di Indonesia propinsi yang melaporkan adanya serangan hama ini adalah DI Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya. Ulat grayak tersebar pada hampir seluruh propinsi di Indonesia, hampir seluruh kabupaten di Jawa Timur, dan hampir seluruh kabupaten di Lampung (Ditlintan-ATA 1989; Tengkano et a l. 1991; Tengkano et a l. 2003).


Serangan berat, biasanya terjadi saat musim kemarau, ketika ulat yang masih kecil sangat aktif makan  yang mengakibatkan bagian daun tanaman yang tersisa tinggal epidermis bagian atas dan tulang daunnya saja, kemudian jika ulat sudah besar akan memakan semua tulang daun sehingga menyebabkan tanaman menjadi gundul.

Serangan parah hama ulat grayak juga menyerang tanaman jagung petani di Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, dan diprediksi menurunkan produksi jagung petani hingga 20 persen. "Kalau yang diserang hama, pertumbuhan jagungnya tidak bisa bagus, bahkan bisa puso," kata Petugas Organisme Penganggu Tanaman (POPT) Kecamatan Gurah, Yusuf Tri Wahyono mengungkapkan. Tingginya serangan ulat pada tanaman jagung petani ini karena perubahan cuaca yang tidak menentu. Kupu-kupu penyebar hama dengan mudahnya meletakkan telur pada daun-daun jagung dan tumbuh.

Wabah ulat grayak juga meresahkan petani bawang merah di Probolinggo, Jawa Timur. Serangan ulat ini tergolong cepat dan sporadis. Hanya dalam beberapa saat, tanaman yang diserang langsung layu. Daun bawang lantas menguning dan mati.Tidak hanya merusak daun, serangan ulat juga merusak biji (buah) bawang sehingga tidak laku dijual. "Sudah hampir sepekan ini ulat muncul. Serangannya begitu cepat. Malam diserang, paginya sudah layu dan kuning. Padahal tinggal dua pekan lagi panen," kata Manen (4/7/2018), salah seorang pemilik lahan. "Rugi besar kalau sudah terserang ulat seperti ini. Bila dikalkulasi ruginya bisa Rp100 juta per hectare,” tambahnya.


Ulat grayak juga pernah menyerang ribuan hektar tanaman padi di Kabupaten Pandeglang, Banten. Daun padi yang terserang hama akan berwarna putih dan kemudian mengering. Bila tidak segera diatasi, ulat grayak yang memakan daun tanaman padi dengan cepat akan menyerang batang dan akar. Sedangkan di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, hama ulat grayak juga menyerang sedikitnya 350 hektare tanaman cabai milik petani setempat.

Stadium yang membahayakan dari Ulat grayak ( Spodoptera litura ) ini adalah stadium larva (ulat) karena menyerang secara bersama-sama dalam jumlah yang sangat besar dan sangat aktif dalam mencari makan untuk menunjang metamorfosisnya. Ulat/larva menjadi pupa kemudian berubah menjadi Imago atau gengat atau kupu - kupu.


Serangga dewasa jenis Spodoptera litura betina disebut sebagai Imago atau ngengat atau kupu-kupu dapat bertelur  2.000 – 3.000 butir dalam bentuk kelompok-kelompok, tersusun atas ±11 kelompok dengan rata-rata 25 -200 butir per kelompok. Telur Spodoptera litura berbentuk hampir bulat dengan bagian dasar melekat pada daun (kadang- kadang tersusun dua lapis), berwarna coklat kekuningan. telur – telur tersebut diletakkan pada daun, bentuk telurpun bervariasi. Dan kelompok telur tersebut tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu- bulu tubuh bagian ujung ngengat betina, 3 hari kemudian telur menetas menjadi ulat/larva dan tinggal untuk sementara waktu di tempat telur diletakkan. Beberapa hari kemudian ulat tersebut mulai berpencaran.

Larva memiliki 5 instar dengan ukuran instar 1 panjang 1,0 mm dan instar 5 panjang 40 – 50 mm dan setelah 20 – 26 hari berwarna coklat sampai coklat kehitaman dengan bercak-bercak kuning dan berumur 20 - 26 hari. Sepanjang badan pada kedua sisinya masing-masing terdapat 2 garis coklat muda. Ciri khas ulat grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Sedangkan ulat dewasa berwarna abu-abu gelap atau cokelat. Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat tanah, namun terdapat perbedaan yang cukup mencolok, yaitu pada ulat grayak terdapat tanda bulan sabit berwarna hijau gelap dengan garis punggung gelap memanjang. Larva kemudian berubah menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan tanah membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,60 cm. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 – 61 hari dan umumnya aktif pada malam hari, sementara pada siang hari serangga dewasa/Imago/Ngengat/Kupu – kupu ini diam ditempat yang gelap dan bersembunyi. Kemampuan terbang ngengat pada malam hari mencapai 5 km. Ngengat memiliki sayap bagian depan berwarna coklat atau keperakan, dan sayap belakang berwarna keputihan dengan bercak hitam.

Berdasarkan siklus hidup ulat grayak, maka perlu kita ketahui bahwa semua ini bermula dari Imago/gengat yang menghasilkan telur pada daun dan kemudian telur tersebut menetas menjadi ulat/larva dan menjadi hama yang sangat aktif  memakan tanaman terutama pada malam hari. Periode ini hanya berlaku selama 20-26 hari. Dan kemudian hama ini beristrahat membentuk pupa/kepompong yang siap untuk menjadi Imago/gengat baru yang siap menghasilkan telur baru dan kemudian menjadi hama baru dalam waktu pendek 30 – 61 hari.

Dari pemahaman tentang siklus hidup hama ini, maka untuk mengendalikan dapat dilakukan dengan cara:
-Pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyia hama, serta melakukan rotasi tanaman. Pembersihan gulma dilakukan dengan tujuan supaya tidak menjadi tempat berkembang biak dan berembunyi ngengat dan ulat.

-Kendalikan Imago/gengat/kupu - kupu sehingga tidak menghasilkan telur. Jika cara ini sukses, maka tidak akan ada telur dan tidak akan ada Ulat/Larva.

-Pengendalian telur, Jika pada areal tanaman sudah terlanjur ditemukan banyak telur maka gunakan pestisida yang mampu membuat telur-telur tersebut mati dan tidak menetas.
Pengendalian telur juga dapat dilakukan secara mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya kemudian langsung membunuhnya. Dapat pula dilakukan dengan pemangkasan daun yang telah menjadi sarang telur ngengat dan membakarnya.

-Mengendalikan Larva, jika terlanjur banyak larva ditemukan karena telur sudah menetas, maka kendalikan larva tersebut dengan pestisida yang tepat, penyemprotan akan efektif dilakukan pada waktu malam hari sesudah matahari terbenam atau pagi hari sebelum matahari terbit. Jika penyemprotan dilakukan pada pagi hari, maka diarahkan ke tanah tempat ulat bersembunyi.

Pembuatan perangkap ulat grayak dapat dilakukan dengan cara pembuatan parit sepanjang sisi kebun dengan lebar 60 cm dan dalam 45 cm. Ulat grayak yang masuk ke dalam parit dimatikan dengan menggulung kayu bulat yang digerakkan maju mundur di atas ulat grayak. Cara lain adalah paritnya diisi dengan jerami atau bahan lainnya yang mudah terbakar, lalu dibakar hingga ulat grayak mati.

Pengolahan tanah dengan cara yang baik dapat membunuh kepompong ulat grayak yang bersembunyi di dalam tanah.

Teknologi lampu perangkap bisa menjadi langkah alternatif yang ampuh mengurangi populasi ulat grayak. Caranya, lampu perangkap dinyalakan pada malam hari, kemudian ulat-ulat grayak akan mendekat dan jatuh ke dalam wadah yang berisi air yang berada di bawah lampu.

Anda juga dapat menyemprotkan Bacillus thuringienis atau Borrelinavirus litura sebagai agen hayati untuk mengendalikan Ulat grayak.

-Pengendalian secara kimiawi, dapat dilakukan dengan cara pemasangan sex pheromone, yaitu perangkap ngengat (kupu-kupu) jantan. Sex pheromone merupakan aroma yag dikeluarkan oleh serangga betina dewasa yang dapat menimbulkan rangsangan seksual (birahi) pada serangga jantan dewasa untuk menghmapiri dan melakukan perkawinan sehingga membuahkan keturunan. Sex pheromone ini sangat efektif untuk dijadikan perangkap kupu-kupu dewasa dari ulat grayak (S. litura). Cara pemasangan Sex pheromone ini adalah dimasukkan ke dalam botol bekas Aqua yang diberi lubang kecil untuk tempat masuknya ngengat jantan. Perangkap ini akan diisi air sabun untuk mencegah serangga jantan bisa terbang lagi. Satu hektar kebun cukup dipasang 5 buah hingga 10 buh Sex pheromone dengan cara digantungkan sedikit lebih tinggi di atas tanaman holtikultura. Daya tahan (efektivitas) Sex pheromone ini ±tiga minggu dan tiap malam bekerja efektif sebagai perangkap ngengat jantan. Keuntungan penggunaan metode ini, antara lain, adalah aman bagi manusia dan ternak, tidak berdampak negatif tehadap lingkungan, dapat menekan penggunaan insektisida yang dapat menimbulkan kekebalan pada hama, dan dapat memperlambat perkembangan hama tersebut. Dalam semalam, perangkap feromon mampu menangkap hingga 400 lebih serangga jantan.


Pertumbuhan populasi ulat grayak (Spodoptera litura) sering dipicu oleh situasi dan kondisi lingkungan, yakni:
Cuaca panas
Pada kondisi kering dan suhu tinggi, metabolisme serangga hama meningkat sehingga memperpendek siklus hidup. Akibatnya jumlah telur yang dihasilkan meningkat dan akhirnya mendorong peningkatan populasi.

Penanaman tidak serentak dalam satu areal yang luas
Penanaman tanaman seperti kedelai yang tidak serentak menyebabkan tanaman berada pada fase pertumbuh- an yang berbeda-beda sehingga makanan ulat grayak selalu tersedia di lapangan. Akibatnya, pertumbuhan populasi hama makin meningkat kare- na makanan tersedia sepanjang musim.

Aplikasi insektisida
Penggunaan insektisida yang kurang tepat baik jenis maupun dosisnya, dapat mematikan musuh alami dari ulat grayak (Spodoptera litura).



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...