Loading...
Meskipun alasan untuk berhubungan seks bisa sangat
bervariasi dan kompleks, mencapai orgasme pada umumnya adalah tujuan utamanya.
Satu hal yang dapat disetujui oleh banyak orang adalah orgasme merupakan pengalaman
menyenangkan yang sangat intens.
Hubungan seks bersama pasangan merupakaan salah satu
kegiatan menyenangkan yang bisa mempererat jalinan kasih sayang pasangan suami
dan istri. Tidak hanya mengubah suasana menjadi semakin romantis, hubungan seks
yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan juga bisa mengubah kondisi fisik
perempuan saat mengalami orgasme.
The Oxford English Dictionary mendefinisikan orgasme sebagai
“sebuah gerakan tubuh yang tiba-tiba; seperti kejang, kontraksi, atau getaran
akibat lonjakan gairah seksual.” Merriam-Webster menggambarkan pengalaman
seksual ini dengan lebi rinci, menyatakan bahwa orgasme adalah serangkaian
tanda dan gejala fisik yang terjadi pada puncak kenikmatan seksual yang
biasanya ditandai dengan ejakulasi air mani pada pria dan kontraksi vagina pada
wanita.
Berhubungan seks sebenarnya mengubah tubuh Anda dalam jangka
pendek dan panjang. Perbedaan jangka pendek yang paling mudah dan menonjol
dilihat adalah ukuran payudara Anda. Selain itu seks yang dilakukan secara
rutin juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh. Seks juga membuat suasana
hati menjadi lebih bahagia dan banyak manfaat lainnya.
Orgasme merupakan kondisi saat seseorang mencapai titik
puncak atau klimaks dalam aktivitas seksual. Wanita memiliki dua area sensitif
pada organ intim yang sering disebut sebagai pusat orgasme, yaitu G-spot dan
klitoris. Keduanya sangat sensitif karena memiliki banyak saraf tepi. G-spot
berada di dinding atas dalam vagina, sedangkan klitoris terletak di bagian atas
luar vagina.
Bukan hanya memberikan kepuasan batin, tetapi orgasme
memiliki banyak manfaat kesehatan bagi tubuh. Walau kita tak menyadarinya, tapi
ada beberapa perubahan yang terjadi pada tubuh saat kita mencapai kepuasan
seks.
Dr. Alfred Kinsley, seorang peneliti seks terkemuka, pernah
mengatakan bahwa orgasme dapat disamakan dengan klimaks crescendo dalam sebuah
gubahan musik. Menurutnya, orgasme adalah kenikmatan seksual yang terjadi
bertahap, dari ketenangan yang menjadi semakin nyaring, dan diakhiri oleh
keheningan.
Dikutip dari WebMD, William Masters and Virginia Johnson
(dua terapis seks terkemuka) menciptakan istilah “respon siklus seksual” untuk
menggambarkan urutan kejadian yang dilalui tubuh saat pemiliknya terangsang
secara seksual dan berpartisipasi dalam kegiatan yang merangsang secara seksual
(seks penetratif, masturbasi, foreplay, dll). Respon siklus seksual dibagi
menjadi empat tahap: gairah seksual, masa stabil, orgasme, dan resolusi. Tidak
ada batas jelas di mana suatu tahap dimulai dan berakhir, semuanya menjadi
bagian dari proses yang berkelanjutan dari respon seksual. Perlu diingat bahwa
siklus ini adalah garis besar yang sangat umum dari apa yang terjadi pada tubuh
masing-masing saat kita menjadi terangsang secara seksual. Ada banyak variasi
antara individu, serta di antara peristiwa seksual yang berbeda.
Baik pria maupun wanita melalui empat fase tersebut, yang
membedakan hanyalah waktu. Pria biasanya mencapai orgasme lebih dulu saat
berhubungan seksual, sementara wanita bisa memakan waktu hingga 15 menit untuk
mencapai poin yang sama. Namun, wanita tidak selalu membutuhkan stimulasi
genital untuk bisa mencapai orgasme, beberapa wanita bahkan bisa mendapatkan
klimaksnya hanya dari sentuhan tubuh atau pijatan badan. Hal ini sering
dikaitkan dengan peningkatan aliran darah ke alat kelamin dan getaran yang
merangsang klitoris. Meski hal ini tidak ideal untuk semua orang namun hal ini
bisa saja terjadi.
-Reaksi
tubuh saat mengalami gairah seksual
Fase ini biasanya dimulai dalam waktu 10 – 30 detik setelah
stimulasi erotis, dan dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.
Pria: Penis menjadi sedikit tegak. Testis membengkak,
skrotum mengencang, dan penis mulai mengeluarkan cairan pra-ejakulasi. Puting
seorang pria juga dapat mengeras dan menegak.
Wanita: Pelumasan vagina dimulai. Vagina membengkak dan
memperpanjang. Bibir luar, bibir bagian dalam, klitoris, dan terkadang payudara
mulai membengkak. Payudara menjadi lebih penuh.
Vagina perempuan penuh dengan ujung saraf, yang ketika
dirangsang selama pemanasan akan melepaskan zat kimia di otak yang disebut
dopamin yang dapat membuat perempuan menjadi merasa luar biasa, terlebih saat
sedang dirangsang dengan cara oral. Senyawa ini pula yang membuat perempuan akan
mudah orgasme.
Keduanya: Otot menegang, pupil mata membesar, dan ambang
nyeri Anda naik. Denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan meningkat.
Ada peningkatan vasocongestion, atau pembengkakan jaringan
yang disebabkan oleh tambahan aliran darah, yang menyebabkan tiga tanda umum
dari gairah: puting menegang, kulit memerah, dan ereksi. Di saat yang sama,
otak Anda dibanjiri oleh hormon kuat: dopamin dan oksitosin, khususnya.
Dopamin, yang dilepaskan pertama kali, memicu motivasi (dalam konteks ini,
motivasi untuk mencapai orgasme). Oksitosin, yang datang kemudian, membuat Anda
merasa terikat (hormon ini pula biasa disebut “hormon berpelukan”). Sebagai
pasangan hormon, dua neurotransmitter ini (dopamin dan oksitosin) dapat
menjelaskan mengapa kita merasa langsung (walau hanya sebentar) terikat dengan
pasangan ketika kita mulai merasa bergairah. Dilansir dari Refinery 29,
geografi otak menyala seperti kembang api selama gairah seksual: Setengah lusin
bagian otak menjadi aktif, termasuk amigdala (yang terkait dengan emosi),
hippocampus (yang terkait dengan manajemen memori), dan insula anterior
(membantu memproses perasaan fisik).
Otak laki-laki dan perempuan tidak selalu merespon dengan
cara yang sama terhadap rangsangan pembangkit gairah. Pria menunjukkan
aktivitas otak yang lebih dalam amigdala sementara wanita hampir tidak ada.
-Reaksi
tubuh saat dalam masa stabil (plateau)
Jika rangsangan seksual terus terjadi, tahap berikutnya
dalam siklus respon seksual akan terjadi. Fase ini, yang disebut tahap stabil
(plateau), mungkin atau mungkin tidak diungkapkan, baik secara lisan atau
melalui tindakan atau perilaku.
Pria: Testis tertarik ke dalam skrotum. Penis menjadi
sepenuhnya tegak.
Wanita: Bibir vagina menjadi lebih menggembung.
Jaringan-jaringan dinding vagina, sepertiga dari bagian luar, membengkak akibat
dipenuhi darah, dan bukaan vagina menyempit. Klitoris wanita menjadi sangat
sensitif (bahkan mungkin terasa sakit jika disentuh) dan ‘bersembunyi’ di bawah
tutup klitoris untuk menghindari rangsangan langsung dari penis. Labia bagian
dalam (bibir) berubah warna (meskipun agak sulit untuk dilihat). Bagi wanita
yang belum pernah memiliki anak, bibir berubah dari merah muda menjadi merah
cerah. Pada wanita yang pernah memiliki anak, warna berubah dari merah cerah ke
ungu tua.
Kedua: Laju pernapasan dan denyut nadi semakin dipercepat.
Sebuah “sex flush” (bercak kemerahan) mungkin muncul di perut, dada, bahu,
leher, atau wajah (seperti tersipu). Otot paha, pinggul, tangan dan pantat
menegang, dan kejang mungkin dimulai.
Selama fase plateau, rangsangan gairah dapat mencapai
tingkat paling tertingginya, dapat hilang, dan kemudian timbul kembali beberapa
kali. Begitu Anda mencapai puncak tahapan plateau, orgasme akan mengikuti.
Selama orgasme, segala ketegangan seksual dilepaskan. Hanya tepat sebelum
orgasme, detak jantung, pernapasan, tekanan darah, dan ketegangan otot mencapai
puncak tertinggi mereka. Orgasme adalah tahapan klimaks dari keempat rangkaian
respon siklus seksual. Tahapan ini juga merupakan tahapan respon seks
tersingkat, biasanya hanya berlangsung selama beberapa detik.
-Reaksi
tubuh ketika mengalami orgasme
Pada pria, perubahan fisiologis saat mencapai orgasme
termasuk cairan air mani yang terkumpul di dalam bola uretra. Kondisi ini
terjadi ketika seorang pria merasa yakin akan mengalami orgasme, atau yang
disebut dengan “keniscayaan ejakulasi”. Selanjutnya, penis melepaskan
ejakulasi. Kontraksi juga terjadi pada penis selama fase orgasmik.
Bagi wanita, fase orgasmik akan ditandai dengan kontraksi
dari sepertiga dinding vagina terdepan dengan irama delapan ketukan persepuluh
detik. (Jumlah dan intensitas kontraksi bervariasi tergantung pada orgasme yang
dialami individu.) Otot-otot rahim juga berkontraksi, meski hampir tidak
terasa. Tidak ada panjang rata-rata untuk orgasme, semua tergantung pada
gairah. Orgasme nyatanya bisa hilang dengan cepat atau bertahan lebih lama.
Saat orgasme, otot vagina berkontraksi, itu yang menyebabkan seperti ada
denyutan dari dalam tubuh. Dilansir dari Popsugar, orgasme ringan memiliki tiga
sampai lima denyut nadi dan orgasme hebat memiliki sepuluh sampai lima belas
denyut nadi.
Saat wanita orgasme, biasanya napas akan meningkat, tampak
terengah-engah dan terjadi pelebaran pembuluh darah. Fase orgasmik akan dapat dirasakan
ketika laju pernapasan, denyut nadi, dan tekanan darah terus meningkat. Denyut
jantung dan tekanan darah bisa naik dua kali lipat untuk memompa darah ke area
genital dan otot lainnya, sementara metabolisme dan suhu tubuh juga sedikit
naik. Tidak jarang kondisi ini diikuti dengan gerak refleks menggenggam pada
tangan dan kaki. Tidak hanya di sekitar organ intim wanita, orgasme juga dapat
terlihat dari puting payudara yang menegang. Areola atau bagian gelap di
sekitar puting payudara juga tampak semakin melebar saat orgasme. Ketegangan
otot dan pembengkakan pembuluh darah akan mencapai puncaknya.
Pakar kesehatan seksual Dr. Neha Singh Rathod menjelaskan
jika payudara juga merupakan bagian yang paling sensitif agar mendapat
rangsangan seksual bagi wanita. Ketika sedang berhubungan intim, payudara
wanita akan menjadi sangat sensitif jika dibelai, diremas, atau bahkan dihisap
oleh pasangan intimnya. Pakar mencatat reaksi payudara juga mengalami perubahan
saat wanita akan mengalami orgasme. Dimana salah satu ciri orgasme mempengaruhi
ukuran payudara. Jika mengalami orgasme, maka payudara wanita akan mengalami
reaksi pengerasan sehingga payudara wanita akan terasa lebih padat. Selain itu,
areola di sekitar puting juga akan mengalami perubahan warna saat wanita akan
mendapatkan orgasme.
Nicole Prause, pakar kesehatan pskofisiologis seksual,
berkata bahwa ukuran payudara saat orgasme ternyata bisa meningkat hingga 15
persen lebih besar jika dibandingkan dengan saat pasangan melakukan foreplay. Selain
itu, jika anda sedang hamil, baru saja melahirkan, atau masih dalam fase
menyusui dan melakukan hubungan intim, maka payudara bisa mengeluarkan ASI
sebagai salah satu cara tubuh mengekspresikan kepuasan karena mendapatkan
orgasme. Keluarnya ASI ini disebabkan oleh pengaruh hormon oksitosin yang
dilepaskan oleh tubuh saat wanita mengalami orgasme. Tak hanya membuat kita
merasa bahagia, hormon oksitosin ternyata bertanggung jawab akan produksi ASI.
Karena alasan inilah ASI bisa keluar dengan deras saat wanita terpuaskan saat
berhubungan intim. Bagi wanita yang sedang menyusui, sebaiknya tetap
menggunakan bra ketika melakukan hubungan intim. Tutuplah dengan kain yang
berbahan menyerap cairan pada puting susu anda agar cairan ASI tidak berserakan
dan jadi gangguan saat melakukan hubungan intim dengan suami Anda.
Orgasme pada wanita juga tampak dari adanya tanda yaitu
kemerahan pada wajah karena aliran darah yang meningkat. Sebenarnya,
peningkatan warna merah itu tidak hanya pada wajah, namun juga di berbagai
bagian tubuh lain. Kontraksi otot di sekitar panggul dan di sekitar rahim akan
terjadi saat wanita mengalami orgasme. Wanita orgasme juga akan merasakan
dinding vagina yang berdenyut, dengan intensitas yang berbeda-beda pada tiap
wanita.
Orgasme dikendalikan oleh sistem saraf otonom, sehingga
tanda wanita orgasme sering kali dapat menimbulkan gerak refleks. Misalnya,
kejang otot di beberapa bagian tubuh, munculnya gerak tubuh tertentu, hingga
mengeluarkan suara tanpa disadari. Orgasmejuga dapat menyebabkan otak kehilangan kendali
selama beberapa saat. Hal ini disebabkan karena bagian otak yang mengendalikan
tindakan tidak bekerja saat orgasme, sehingga menimbulkan sensasi lepas
kendali.
Beberapa hormon akan dilepaskan oleh tubuh termasuk endorfin
dan prolaktin setelah orgasme. Pelepasan hormon ini membuat wanita merasa
relaks. Ada pula hormon oksitosin yang akan memenuhi otak setelah orgasme,
sehingga memicu munculnya perasaan romantisme seorang wanita terhadap
pasangannya. Itu sebabnya, banyak wanita yang ingin berpelukan atau
bercengkrama setelah orgasme.
Hypothalmus sebagai bagian dari otak yang mengendalikan suhu
tubuh, rasa lapar, dan tidur memiliki tanggung jawab besar selama proses
bercinta hingga menuju klimaks. Sebelum tubuh mencapai garis akhir, otak akan diisi
penuh oleh dopamin dan juga serotonin, yang merupakan senyawa hormon bahagia.
Sebuah kondisi “wajar” jika kebahagiaan terasa seperti meledak-meledak. Otak bagian
amygdala dan hipocampus merupakan area otak yang terkait dengan rasa takut dan
kecemasan, menjadi rileks karena bagian otak yang berhubungan dengan sensasi
mengambil alih. Aktivitas di area otak yang berkaitan dengan logika juga
beristirahat sejenak.
Produksi dopamine mencapai puncaknya saat orgasme, ini
sebabnya kita merasakan kepuasan yang penuh. Selain itu tubuh juga akan
melepaskan hormon oksitosin yang membantu kita merasa lebih intim secara fisik
dan emosi dengan pasangan. Selain itu setelah orgasme, tubuh akan mengeluarkan
hormon yang bernama prolaktin yang berfungsi mematikan dorongan seksual selama
satu jam. Hal ini berbeda dengan pria yang bisa memiliki banyak orgasme dalam
waktu singkat.
Pupil mata akan membesar sampai 50 persen pada sebagian
orang, dan kita akan merasakan penglihatan yang lebih baik walau sementara.
Berbagai otot, termasuk yang ada di panggul, uterus, vagina, dan anus,
berkontraksi, sehingga menimbulkan gelombang kepuasan.
Untuk pria dan wanita, ada empat jenis saraf yang
bertanggung jawab untuk mengirimkan informasi ke otak selama orgasme. Saraf
hipogastrik mengirimkan sinyal dari rahim dan leher rahim pada wanita, dan dari
prostat pada pria; saraf panggul mentransmisikan sinyal dari vagina dan leher
rahim pada wanita, dan dari dubur pada kedua jenis kelamin; saraf pudenda
mentransmisikan dari klitoris pada wanita, dan dari skrotum dan penis pada
pria; dan saraf vagus mentransmisikan dari leher rahim, rahim, dan vagina pada
wanita.
Pelepasan hormon endorfin dan hormon lainnya bukan hanya membuat
ambang nyeri kita meningkat, tapi juga membuat sirkulasi darah ikut meningkat.
Kita akan merasakan rasa hangat di dada dan pipi tampak bersemu merah.
Orgasme antara pria dan wanita memiliki perbedaan. Jika Anda
seorang pria, penting untuk memahami tanda wanita orgasme agar hubungan intim
dengan pasangan semakin harmonis dan terasa menyenangkan.
Selama berhubungan seks, terjadi penurunan aktivitas yang
terukur di daerah otak terkait dengan kontrol perilaku, ketakutan, kecemasan,
dan penilaian. Hubungan seks juga menurunkan stres dan menciptakan suasana
menyenangkan di antara pasangan. Saat merasakan kesenangan fisik selama
hubungan intim, ribuan sinyal dikirim dari sistem saraf pusat ke otak dan
membanjirinya dengan dopamin. Dopamin merupakan bahan kimia yang diproduksi
tubuh untuk membuat kita merasa bahagia dan memperoleh sensasi kenikmatan.
Terdapat perbedaan area otak yang memengaruhi dua jenis
kelamin yakni periaqueductal gray (PAG) selama orgasme. Meskipun kedua jenis
kelamin ini cenderung terlibat dalam perilaku berbeda saat melakukan aktivitas
seks, otak pria dan wanita tidak terlalu berbeda. Selama orgasme, lateral
orbitofrontal cortex (daerah otak di belakang mata kiri) nonaktif selama
orgasme. Wilayah ini dianggap memberikan alasan logis dan kontrol perilaku.
Otak dari kedua pria dan wanita saat orgasme dikatakan terlihat seperti otak
dari orang yang terpengaruh oleh heroin, dilansir dari Medical Daily, menurut
sebuah studi dari Journal of Neuroscience. Orgasme tidak hanya bisa terjadi
pada wanita muda. Wanita yang berusia lebih tua tetap dapat menikmati orgasme,
dan bahkan lebih mudah, karena umumnya sudah mengenal dengan baik reaksi
tubuhnya dan merasa nyaman dengan pasangannya.
Orgasme juga merupakan anugerah terindah yang dimiliki
perempuan saat mencapai titik klimaks mereka. Beragam reaksi terhadap orgasme
pun bisa dialami, dari mulai tubuh terguncang, kaki bergetar, hingga Miss V
bergetar. Setiap perempuan dapat memiliki rasa dan reaksi orgasme yang
berbeda-beda.
Pada pria, kenikmatan yang luar biasa saat klimaks bisa
bertahan hingga 10 detik. Sementara orgasme seorang wanita rata-rata
berlangsung 20 detik. Terkadang bisa lebih lama dari itu, wanita juga dapat memiliki
multiorgasme. Akan tetapi multiorgasme akan bergantung pada stimulasi
rangsangan yang terus berlanjut dan juga minat seksual dari masing-masing
pihak.
-Wanita
lebih melibatkan emosi dan rasa keamanan, pria menganggap seks sebagai
aktivitas santai.
Perbedaan antara kedua jenis kelamin terletak pada
periaqueductal gray (PAG) yaitu bagian dari otak yang diaktifkan ketika seorang
wanita terlibat dalam hubungan seksual. PAG adalah bagian dari otak yang
mengontrol respon fight-or-flight, dan itu tidak diaktifkan pada pria ketika
mereka mencapai orgasme. Studi juga menemukan bahwa perempuan mengalami penurunan
aktivitas di amgydala dan hippocampus ketika mereka mencapai orgasme, yang
membantu mengontrol ketakutan dan kecemasan.
Para peneliti berteori bahwa bagian-bagian otak yang aktif
ini adalah karena wanita perlu merasa aman dan santai untuk mencapai orgasme,
sesuatu yang mungkin tidak penting untuk orgasme pria. Para peneliti juga
percaya bahwa laki-laki mungkin tidak terlalu dipengaruhi oleh oksitosin
(ikatan kimia), yang dilepaskan selama orgasme. Oksitosin dapat menginspirasi
perasaan kedekatan, kasih sayang, dan keintiman, dan beberapa orang berteori
bahwa ini adalah alasan mengapa wanita mungkin lebih rentan untuk terbawa
perasaan setelah berhubungan seks. Para peneliti menunjukkan bahwa kadar
testosteron dalam otak laki-laki mungkin memerangi oksitosin dan membuat kaum
pria kurang terpengaruh oleh perasaan mesra, membuat kencan dan seks kasual
memiliki makna yang dangkal bagi mereka.
-Wanita
bisa mencapai orgasme berkali-kali, pria membutuhkan waktu untuk pulih.
Setelah fase orgasme turun, individu akan disambut oleh fase
resolusi atau pemulihan, yang ditandai oleh kembalinya fungsi normal tubuh
lambat laun. Bagian-bagian tubuh yang mengeras dan membengkak juga perlahan
kembali ke ukuran dan warna normalnya. Fase ini ditandai dengan rasa kebahagiaan
dan kenyamanan umum, peningkatan keintiman dan, seringnya, kelelahan.
Selain itu, perbedaan utama antara fase orgasmik perempuan
dan laki-laki adalah bahwa jauh lebih banyak wanita daripada laki-laki yang
memiliki kemampuan fisik untuk mencapai orgasme berkali-kali dalam waktu
singkat tanpa harus “terjatuh” ke dalam fase plateau terlebih dahulu.
Namun demikian, fenomena multiorgasme akan bergantung pada
stimulasi rangsangan yang terus berlanjut dan juga minat seksual dari
masing-masing pihak. Seorang wanita bisa tidak selalu mengalami salah satu di
antara faktor penentu ini, maka dari itu orgasme berulang tidak terjadi dalam
setiap hubungan seksual.
Di sisi lain, setelah ejakulasi, pria akan memasuki tahap
pemulihan yang disebut periode refraktori. Selama tahapan refraktori, orgasme
lebih lanjut atau ejakulasi secara fisiologis tidak memungkinkan. Durasi dari
periode refraktori bervariasi antara satu pria dengan yang lain, dan biasanya
akan semakin panjang mengikuti bertambahnya usia. Namun, beberapa orang dapat
belajar untuk mencapai orgasme tanpa ejakulasi, sehingga memungkinkan untuk
mencapai orgasme berulang kali.
Pada dasarnya, tidak semua wanita memiliki area sensitif
yang sama. Selain memahami tanda wanita orgasme, penting bagi Anda selalu menjalin
komunikasi dengan pasangan untuk mengetahui area sensitifnya dalam berhubungan
intim. Hal ini penting agar hubungan suami istri tetap hangat dan harmonis. Dan,
tidak setiap saat wanita bisa mendapatkan orgasmenya saat berhubungan seksual,
beberapa wanita malah sengaja memalsukannya agar pasangannya puas dengannya.
Ada berbagai macam faktor yang bisa mempengaruhi; faktor spiritual, fisik dan
emosional seseorang bisa menjadi pemicunya. Kondisi ini disebut anorgasmia,
yaitu kondisi dimana seorang wanita tidak mampu untuk mendapatkan orgasmenya.
Jika seorang perempuan merasa tidak mampu mencapai orgasme saat beberapa kali
berhubungan, disarankan untuk mulai berkonsultasi pada dokter.
Orgasme bukan hanya sensasi fisik. Tubuh dan pikiran
terhubung saat mengalami orgasme. Hubungan emosional dan mental berkontribusi
pada kesenangan dan gairah seks. Aktivitas seksual mampu meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, menghilangkan rasa sakit dan banyak lainnya. Bahkan, sebuah
studi yang dikeluarkan oleh British Medical Journal mengatakan ada korelasi
antara orgasme dan tingkat kematian. Seseorang yang mengalami orgasme seminggu
dua kali atau lebih bisa berpotensi hidup delapan tahun lebih lama dibanding
yang tidak.
loading...