Wednesday 16 January 2019

Berbagi Tips: Berbagai ragam Jenis Blush-On Pilihan Sesuai Jenis Kulit Anda


Jenis Blush-On Pilihan Sesuai Jenis Kulit Anda

Tidak dipungkiri bahwa sebagian besar wanita menyukai merias wajah mereka dengan menggunakan berbagai alat make-up yang mereka miliki. Memang cukup menarik untuk dibahas, karena make-up yang benar bisa membuat wajah dan tampilan Anda ikut berubah dan Anda akan semakin tampil cantik dan memukau.

Bagi sebagian bersar orang khususnya para wanita tentu ingin tampil dengan cantik dan menarik pada setiap kegiatan ataupun pekerjaan mereka baik di kantor maupun yang bekerja sebagai ibu rumah tangga atau yang membuka usahanya sendiri di rumah.

Tidak hanya orang kantoran atau orang yang bekerja sebagai model saja yang menginginkan riasan pada wajah mereka. Mereka yang membuka usahanya sendiri dirumah, atau sebagai ibu rumah tangga pun pastilah ingin tetap terlihat cantik dan segar. Untuk itulah banyak wanita ingin mempelajari dan mencari informasi mengenai bagaimana cara merias wajah mereka dengan baik dan akhirnya bisa merias diri mereka sendiri tanpa perlu pergi ke salon kecantikan.

Menggunakan berbagai macam make-up kosmetik untuk merias wajah bukan hanya sekedar berguna untuk membuat Anda terlihat lebih cantik, tetapi riasan juga dapat berguna untuk menyamarkan beberapa kelemahan yang ada di wajah Anda. Setiap orang memiliki bentuk wajah yang berbeda-beda dan apabila make-up tersebut tidak disesuaikan dengan bentuk wajah maka hasil yang didapat juga akan kurang sempurna, sangatlah penting untuk mengetahui bentuk wajah dan kekurangannya supaya Anda bisa memilih Make-up sesuai bentuk wajah yang tepat untuk kebutuhan Anda.

Jika Anda ingin orang lain melihat Anda cantik, hal pertama yang harus dilakukan adalah jatuh cinta dengan penampilan Anda, merangkul keunikan Anda sendiri dan menyajikannya kepada dunia dengan percaya diri.

Perona pipi atau blush adalah salah satu item make-up yang wajib dimiliki oleh wanita. Blush mampu memunculkan kesan tampilan yang terlihat lebih fresh. Di zaman yang semakin maju ini bentuk dan macam kosmetik semakin beragam. Tetapi tidak semua jenis blush akan cocok untuk jenis kulit Anda. Salah memilih blush dapat membuat tampilan make-up menjadi kacau.


Blush-on memang menjadi salah satu kunci suksesnya sebuah tampilan make-up. Dengan penggunaan blush-on, bentuk wajah yang kurang proporsional dapat di bentuk dengan sempurna. Blush-on disebut juga dengan blusher yang mempunyai fungsi untuk memberikan kesan merona pada pipi. Selain itu juga untuk memberikan kontur yang baik pada wajah, sehingga wajah akan terlihat lebih cantik.

Seiring perkembangan zaman Ada banyak jenis perona pipi yang tersedia di pasaran yang dapat Anda pilih sesuai jenis kulit Anda. Bahkan kini blusher sering dihadirkan dalam bentuk crayon, stik atau bahkan yang dual fungsi, bisa untuk pipi dan bibir.

Dibawah ini adalah penjelasan dari beberapa jenis blush yang beredar:


Compact Blush


Compact Blush adalah jenis blush yang paling umum dijumpai. Compact blush sendiri muncul dalam dua bentuk, yaitu single package dan juga palette yang terdiri dari banyak warna. Penggunaan jenis blush ini cenderung lebih mudah meskipun demikian Anda perlu berhati-hati karena jika jatuh kemasan akan rawan pecah. Tekstur yang powdery juga membuat blush jenis ini akan cocok untuk semua jenis kulit terutama untuk kulit berminyak.


Jenis blush-on yang paling digemari. Karena bentuknya yang praktis serta mudah dibawa. Beberapa produk kecantikanpun terkadang telah menyertakan kuas kecil di dalam kemasan untuk mempermudah Anda dalam mengaplikasikannya.


Powder Blush


Blush-On powder atau jenis bubuk adalah blush-on yang kerap di pakai sehari-sehari atau banyak dipakai oleh kalangan make-up artis. Blush-on ini mempunyai bentuk seperti bubuk. Blush-on ini harus digunakan dengan brush agar hasilnya lebih merata dan bagus.

Powder blush-on adalah jenis blush-on yang cocok untuk kulit berminyak atau kulit yang memproduksi sebum terlalu banyak. Karena blush-on jenis bubuk mempunyai keunggulan untuk dapat menyerap minyak dan tidak akan menggumpal saat Anda berkeringat sehingga Anda bisa memakainya tanpa khawatir pipi akan terlihat mengkilap. Blush-on jenis ini juga lebih tahan lama meskipun memiliki kecenderungan tidak tahan terhadap keringat maupun air. Oleh karena itu, produk tipe ini tidak terlalu direkomendasikan untuk Anda yang banyak mempunyai kegiatan di luar ruangan. Karena produk ini memungkin Anda harus retouch blush-on, tapi jika Anda bekerja di dalam ruangan maka memilih blush jenis ini sangat direkomendasikan. Andapun harus hati-hati dalam menyimpan produk blush jenis ini karena bentuknya yang powder, jika terjatuh akan membuat pecah dan membuat blush-on bertebaran.

Sebagian besar blush-on yang bertekstur bubuk berbahan matte atau shimmer dalam formulanya.


Cream Blush


Tekstur cream blush yang cenderung sedikit basah membuat blush jenis ini dapat diaplikasikan dengan mudah tanpa bantuan aplikator, Anda dapat mengaplikasikan blush jenis ini dengan ujung jari saja. Tampilan yang dihasilkan cenderung dewy look namun tetap terlihat natural seperti riasan ala Korea. Cream blush umumnya mengandung pelembap di dalamnya sehingga akan cocok digunakan untuk kulit yang cenderung kering. Bagi pemilik kulit yang berminyak tidak disarankan menggunakan jenis blush ini karena cream blush akan mudah meleleh saat wajah berminyak.

Cream blush-on sedang menjadi favorit di kalangan wanita. Blush-on jenis ini mempunyai tekstur cream yang mudah untuk di aplikasikan. Ada berbagai jenis cream blush-on dari yang berwarna putih sampai dengan warna asli. Cream blush-on yang berwarna putih biasanya mempunyai warna putih dan baru berubah warna ketika di oleskan pada pipi. Biasanya cream blush-on yang berwarna putih bisa digunakan untuk pemerah bibir juga.


Cream blush-on mempunyai kualitas yang bagus pada sisi ketahanan saat diaplikasikan padawajah. Blush-on jenis ini mampu bertahan dari air dan keringat. Blush-on jenis krim lebih mudah menyatu dengan kulit. Memberikan hasil make-up wajah yang lebih natural dan tidak terlihat fake. Dengan penggunaan yang tipis akan menghasilkan rona seperti pipi merah asli Anda dan natural seperti tidak terlihat memakai make-up. Blush-on krim mempunyai kandungan pelembab di dalamnya. Untuk pemilik kulit berminyak atau yang memiliki kandungan sebum banyak, blush-on ini dikhawatirkan lebih cepat hilang di wajah. Penggunaan krim tanpa menggunakan aplikator akan membuat tangan Anda merah terkena blush-on, gunakan dengan teliti, karena blush-onjenis  krim mudah menyebar ke bagian wajah yang lain.


Liquid Blush


Liquid blush saat ini mulai banyak dijumpai dan digemari karena penggunaannya yang tidak hanya terbatas untuk pipi saja, melainkan juga dapat digunakan pada bibir. Bagi pemula yang baru belajar menggunakan blush mungkin jenis ini tidak akan cocok karena lebih susah digunakan. Ketika liquid blush sudah dioleskan maka perlu segera dibaurkan supaya tidak mengering dan meninggalkan bekas olesan. Blush jenis ini cocok untuk pemilik kulit berminyak. Namun bagi pemilik kulit yang kering tetap bisa menggunakan liquid blush-on hanya saja perlu hati-hati saat mengaplikasikan supaya tidak menghasilkan efek kerutan pada kulit wajah.

Liquid blush-on memiliki tekstur yang cenderung berbentuk cair. Liquid blush-on biasa di kemas dalam packaging yang hampir mirip dengan liquid foundation. Tekstur dari liquid blush-on ini juga hampir sama dengan foundation. Anda bisa membaurkan liquid blush ini dengan blender khusus blush-on. Perona pipi jenis ini lebih cepat dapat menyatu dengan bedak. Blush-on jenis ini juga sering diaplikasilan bersama dengan penggunaan foundation, untuk memberikan kesan lebih segar pada wajah.

Dengan mengaplikasikan blush jenis ini Anda bisa dengan mudah mendapatkan hasil akhir yang natural dengan warna yang segar. Tips untuk memakai blush-on tipe ini adalah dengan menggunakan kuas ataupun dioleskan di punggung tangan terlebih dahulu, setelah itu sedikit demi sedikit diratakan ke pipi dengan ujung jari. Penggunaan blush-on ini sangat menghemat, Anda hanya perlu menggunakan sedikit Produk blush-on untuk hasil maksimal. Penggunaan liquid dengan jari tangan akan membuat tangan Anda merah terkena blush-on, blush-on jenis ini juga sangat mudah menyebar ke bagian wajah yang lain, kerana itulah Anda harus teliti dalam mengaplikasikannya.


Mousse Blush


Jenis blush ini mungkin belum banyak dijumpai saat ini. Dari segi kemasan dan cara penggunaannya memang mirip dengan cream blush, namun mousse blush memiliki tekstur yang berbeda dan unik seperti whipped cream. Saat diaplikasikan mousse blush akan lebih mudah dibaurkan daripada jenis cream. Produk ini juga cocok untuk pemilik kulit kering.


Gel Blush


Blush-on jenis ini dapat memberi kesan kemilau pada wajah. Gel blush memiliki bentuk yang hampir mirip dengan liquid blush namun sedikit lebih kental. Untuk penggunaanya tidak perlu menggunakan aplikator dan cukup hanya dengan bantuan jari saja. Blush jenis ini cocok untuk kulit normal atau kulit yang cenderung berminyak.


Ball Blush


Bentuk blush jenis ini memang terlihat cukup unik yaitu berupa bola-bola kecil. Penggunaanya cukup sederhana yaitu memutar kuas beberapa kali di atas bola-bola tersebut dan butiran-butiran halus blush akan menempel pada kuas. Blush in ini cocok untuk digunakan semua jenis kulit terutama kulit berminyak karena teksturnya yang cenderung powdery.


Crayon/Stik Blush

Blush-on yang satu ini memang agak jarang ditemukan. Teksturnya hampir mirip dengan lip balm yang sering Anda gunakan, sehingga jenis crayon atau stik ini juga dapat digunakan sebagai lip gloss. Caranya dengan mencampurkannya dengan lip balm menggunakan jari atau kuas lipstik.





*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

Kreasi Usaha: Hama Ulat pada Bawang Merah (Spodoptera exigua)


Hama Ulat pada Bawang Merah (Spodoptera exigua)

Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki peranan penting dalam menentukan kondisi perekonomian nasional Indonesia. Komoditas ini berperan dalam menyumbangkan angka inflasi terutama pada saat produksinya menurun di musim-musim tertentu.

Bagi pembudidaya bawang merah rasanya tak asing lagi dengan namanya ulat bawang (spodoptera exigua), hewan ini merupakan hama utama yang sering merusak jenis tanaman bawang merah dan apabila terus dibiarkan tanpa adanya penanganan serta tidak mengetahui cara membasmi hama ulat pada bawang merah maka serangan hama ulat ini dapat menyebabkan turunnya produksi tanaman.

Ulat bawang (Spodoptera exigua) merupakan hama utama yang umum merusak tanaman bawang merah. Serangan hama ini dapat menyebabkan penurunan produksi bawang merah atau kehilangan hasil yang tidak sedikit jika tidak dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian. Supaya pengendalian hama ulat bawang dapat dilakukan secara tepat, maka harus dikenali terlebih dahulu morfologi/bioekologi, gejala serangan, tanaman inang, serta cara pengendaliannya.


Dampak perubahan iklim global (climate global change) mulai dirasakan oleh sebagian para petani. Selain menyulitkan petani untuk mengatur pola dan jadwal tanam, ternyata perubahan iklim ini juga berdampak terhadap meningkatnya serangan hama dan penyakit tanaman, dan salah satunya adalah hama ulat. Bahkan di beberapa tempat serangan hama ulat sudah merusak hampir 80 persen tanaman bawang petani. Menurut Kaslil, serangan hama ulat kali ini terjadi secara sporadis dan merata hampir di semua wilayah, “Tidak seperti biasanya, serangan hama ulat kali ini luar biasa. Hanya dalam hitungan hari, ulat-ulat itu sudah merusak hampir 80 persen tanaman bawang milik petani. Sebelumnya tidak pernah terjadi seperti ini. Kami cukup kewalahan mengatasi masalah ini,” ungkap Kaslil, seorang penyuluh pertanian. Saat ditemui di sela-sela kesibukannya memantau serangan hama ulat. Serangan hama yang terbilang parah ini sebagai dampak dari perubahan iklim yang terjadi belakangan ini. Curah hujan yang masih cukup tinggi menyebabkan kelembapan tanah dan udara meningkat, dan inilah yang memicu berkembangnya hama dan penyakit tanaman, ungkap penyuluh yang juga eksis membudidayakan bawang merah ini.


Tanaman yang dijadikan inang hama ulat bawang diantaranya adalah bawang daun, kucai, jagung, cabai, kapas dan tanaman kacang-kacangan seperti kacang tanah, kapri, dan kedelai. Oleh karena itu perlu diperhatikan populasi tanaman inang ini di lingkungan budidaya bawang merah agar tidak menjadi sumber serangan hama.


Ciri-ciri hama ulat bawang:

-Ngengat memiliki sayap depan berwarna coklat tua, bergari-garis kurang tegas dan memiliki bitnik-bintik hitam.
-Sayap belakang berwarna keputih-putihan disertai garis-garis hitam dibagian tepinya.
-Memiliki panjang rentan sayap antara 25 mm – 30 mm.
-Ngengat sangat menyukai cahaya, ngengat dewasa akan aktif, makan, berpindah tempat dan kawin pada waktu malam hari. Sedangkan pada siang hari mereka beristirahat di dasar tanaman.
-Umumnya ngengat betina sudah mulai bertelur pada umur 2 hari – 10 hari. Telur ngengat berbentuk bulat panjang.



- Telur biasanya diletakkan pada permukaan daun atau batang tertutup oleh bulu-bulu putih yang bersumber dari indukannya, untuk telurnya umumnya diletakkan dalam bentuk kelompok (bergerombol). Setiap kelompoknya, paling banyak terdiri dari 80 butir telur. Sedangkan, satu indukan (betina) ngengat dapat bertelur kurang lebih 500 butir – 600 butir.
-Setelah 2 hari seteleh peneluran, telur pun akan menetas dan menjadi larva.



-Ulat atau larva muda mempunyai warna hijau dengan garis-garis hitam dibagian punggunnya, sedangkan untuk ulat dewasa memiliki warna yang bervariasi mulai dari warna hijau, hitam kecoklatan, dan coklat muda. Untuk ulat yang hidup di dataran tinggi pada umumnya berwarna coklat. Stadium larva akan berlangsung selama 8 hari – 10 hari.
-Stadium ulat terdiri dari 5 instar, panjang instar pertama kurang lebih 1,2 mm – 1,5 mm dan panjang instar kedua sampai instar ke lima kurang lebih 1,5 mm – 1,9 mm.
-Selama 9 hari – 14 hari ulat akan mendekami rongga dan akan menggerek daun yang ditempati.
-Pada tahap stadium instar ke lima (terahkir), ulat akan merayap atau pun menjatuhkan diri ke tanah untuk menjadi kempompong. Ulat akan lebih aktif pada malam hari.
-Pupa atau kepompong memiliki warna coklat muda serta memiliki panjang 9 mm – 11 mm, tanpa adanya rumah pupa. Pupa berada di dalam tanah, dengan kedalam tanah kurang lebih 1 cm, dan mudah dijumpai pada pangkal batang, terlidung di bawah daun kering atau di bawah partikel tanah. Untuk berubah dan berkembang menjadi ngengat pupa membutuhkan waktu 5 hari.


Gejala serangan

Bagian tanaman inang yang diserang terutama adalah bagian daun, baik daun pada tanaman yang masih muda ataupun yang sudah tua.

Setelah menetas dari telur, ulat muda segera melubangi bagian ujung daun lalu masuk ke dalam daun bawang, sehingga ujung daun tampak berlubang/ terpotong.

Dalam serangannya ulat akan menggerek permukaan bagian dalam daun, sedang epidermis luar ditinggalkannya. Akibat serangan tersebut daun bawang terlihat menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak putih, akhirnya daun menjadi terkulai. Pada tahap awal serangan ulat akan berkumpul. Setelah isi daun habis, ulat segera menyebar dan jika populasi terjadi dalam jumlah yang besar besar, ulat juga akan memakan umbi dari tanaman inang.

Pengendalian Hama Ulat Bawang

Pengendalian kultur teknis
Pengendalian dengan cara mengelola lingkungan atau ekosistem sedemikian rupa sehingga kurang cocok bagi kehidupan dan perkembangan hama. Pengendalian kultur teknis meliputi sanitasi, pengolahan tanah, pengelolaan air, pengaturan jarak tanam, tumpangsari, rotasi tanaman, penggunaan tanaman perangkap, pengaturan waktu tanam, dan penggunaan tanaman resisten.

Pengendalian mekanis
Pengendalian secara mekanis bertujuan untuk mematikan hama secara langsung, baik dengan tangan maupun bantuan alat atau bahan lain. Penanganan dengan tangan yaitu dengan mengumpulkan kelompok telur dan ulat bawang (nguler) lalu dibakar atau dimusnahkan.

Daun yang terserang hama ulat sebaiknya dipetik bersama ulatnya dan matikan ulatnya serta musnahkan sisa-sisa daun yang terserang hama.

Pengendalian fisik
Pengendalian yang dilakukan dengan cara mengatur faktor-faktor fisik yang dapat mempengaruhi perkembangan hama dengan memberi kondisi tertentu yang menyebabkan hama sulit untuk hidup.

Penggunaan perangkap feromon seks
Feromon seks adalah senyawa kimia yang dibuat secara sintetik sebagai media komunikasi antara serangga jantan dan betina yang digunakan untuk mengendalikan hama ulat bawang.

Pengaplikasian feromon sex agar pejantan agar terperangkap dan tidak sempat melakukan pembuahan pada kupu-kupu betina.

Penggunaan lampu perangkap/light trap
Perangkap ini didesain sedemikian rupa secara sederhana dengan cara kerja menarik ngengat melalui cahaya lampu dengan waktu nyala yang efektif dan efisien jam 18.00-24.00 WIB. Dalam satu hektar dibutuhkan 25-30 unit perangkap lampu.


Light trap dipergunakan supaya kupu-kupu terperangkap dan tidak sempat bertelur serta menghasilkan larva ulat baru.

Penggunaan kelambu kasa/shading net
Penggunaan kelambu kasa akan mencegah ngengat masuk ke areal pertanaman. Kelambu kasa dibuat dari bahan khusus yang tahan cuaca dan bisa dipakai hingga 6-8 kali musim tanam.

Pengendalian hayati
Memanfaatkan agens hayati yaitu dengan menggunakan virus Se-NPV (Spodoptera exigua-Nuclear polyhedrosis Virus). Virus Se-NPV adalah salah satu virus patogen yang dapat dibuat dari larva S. exigua yang telah terinveksi oleh Se-NPV yang digunakan sebagai insektisida biologis untuk pengendalian ulat bawang.

Menyebarkan agens hayati berupa beuvaria basiana, basilus turngensis juga dapat dilakukan dan bertujuan sebagai pemangsa alami bagi ulat daun.

Pengendalian kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan insektisida.

Namun demikian, sangat disarankan agar petani menggunakan pestisida organik yang ramah lingkungan karena penggunaan perstisida kimia akan berdampak buruk bagi lingkungan dan bisa membuat hama justru menjadi kebal terhadap pestisida.

Penyemprotan insektisida dianjurkan menggunakan flat-nozzle karena butiran semprotan lebih halus dibandingkan dengan spuyer holocone empat lubang dan dapat menghemat penggunaan insektisida. Penyemprotan insektisida dianjurkan pada sore hari karena hama ini aktif pada malam hari.

“Kalau tidak segera dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan, maka tanaman bawang petani bisa terancam gagal panen total, karena serangan hama ini sudah mencakup wilayah yang cukup luas,” pungkas Kaslil menambahkan.



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

Kreasi Usaha: Hama Kepik Hijau sebagai Organisme Pengganggu Tanaman


Hama Kepik Hijau sebagai Organisme Pengganggu Tanaman

Kepik hijau (N. viridula L.) sudah lama dikenal sebagai Organisme Pengganggu Tanaman serta memiliki wilayah sebaran yang cukup luas. Hama ini sering menyerang tanaman padi, jagung, kacang-kacangan, kentang, cabai, kapas, dan tembakau.

Secara alami serangga hama akan mampu memilih sumber makanan yang disenangi. Serangga akan mempunyai suatu kecenderungan tertentu dalam mengakses sumber makanannya. Perbedaan dalam hal tekstur dan struktur, jenis varietas dan komposisi kimia yang terkandung dalam suatu bahan akan berpengaruh besar pada sifat prefensi tersebut (Yasin, 2009). Hampir 50% dari serangga adalah pemakan tumbuhan (fitofagus), selebihnya pemakan serangga lain atau sisa-sisa tumbuhan dan  binatang (Sodiq, 2009).

Serangga dewasa kepik hijau (Nezara viridula L.) berwarna hijau yang merata dan kadang-kadang berwarna kuning pada bagian kepala dan protorak, dan jarang sekali ditemukan yang seluruh tubuhnya berwarna kuning. Tubuh kepik hijau berbentuk segilima seperti perisai, panjang tubuh sekitar 1—1,5 cm, tipe mulut haustelata, dan kepalanya bersungut. Nimfa kepik hjau memiliki warna yang berbeda-beda, awalnya berwarna coklat muda, kemudian berubah menjadi hitam dengan bintik- bintik putih lalu menjadi hijau (imago) (Nurjanah, 2008).


Menurut Hidayat (2013), kepik hijau memiliki sayap depan setengah tipis, setengah tebal (sayap hemilitron), alat mulut menusuk-mengisap (haustelata), dan metamorfosisnya paurometabola.  N. viridula ditemukan di seluruh daerah tropis dan subtropis yang menyerang tanaman dengan cara menghisap beberapa bagian dari tanaman, hama ini dikenal dari warna hijau yang seragam serta panjangnya sekitar 16 mm.

Menurut Fortes et al. (2006, dalam Prayogo, 2012), seekor imago betina kepik hijau mampu menghasilkan telur berkisar 104-470 butir yang diletakkan secara berkelompok pada permukaan daun bagian atas maupun bawah. Setiap kelompok telur terdiri dari 10-50 butir. Telur akan menetas kurang lebih enam hingga tujuh hari setelah diletakkan imago. Telurnya berwarna kekuningan, kemudian berubah menjadi kuning, tetapi menjelang menetas warnanya berubah menjadi kemerahan (merah bata) dan telur berbentuk oval agak bulat seperti tong. Selanjutnya, nimfa yang telah menetas berwarna transparan dan mengkilat. Perkembangan dari telur sampai menjadi serangga dewasa kurang lebih selama 4-8 minggu (Nurjanah, 2008).

Kepik berkembangbiak ketika banyak makanan. Saat makanan langka, mereka bersembunyi pada inang sementara yang berupa gulma di sekitar lahan. Begitu bibit ditanam, kepik akan langsung menyerbu. Tanaman yang diserang oleh kepik ini akan menunjukkan gejala daun dan tunas mengkeriting, kering, dan layu. Buah dan polong muda rusak kemudian rontok. Runas mendadak mengeriting dan layu. Pentil buah mengkriput dan tidak berkembang sempurna atau bentuknya menjadi tidak beraturan. Jika diamati terdapat lubang bekas tusukan pada pangkal. Racun yang dikeluarkan oleh kelenjar ludah kepik akan membuat bagian yang terkena mati atau rusak.

Kehidupan kepik hijau sangat bervariasi tergantung pada keadaan iklim dan tanaman inangnya. Kepik meletakkan telur secara berkelompok pada bagian bawah daun. Telur kepik akan menjadi serangga dewasa dalam waktu 4-8 minggu. Bentuk telur seperti cangkir berwarna kuning dan tertata rapi. Setelah 5-7 hari telur menetas menjadi nimfa. Total seluruh siklus hidup dicapai dalam 60-80 hari, terkadang bisa mencapai 6 bulan. Kepik betina dapat meletakkan telur yang jumlahnya mencapai 1.100 butir pada kuncup daun inang yang masih menutup. Telur tersebut akan menetas menjadi nimfa mirip kepik dewasa yang akan langsung memakan daun.Dan akan melewati 5 tahap nimfa sambil terus memakan daun tanaman inang. Nimfa instar 1 bergerombol di atas kulit telur, setelah berganti kulit pindah ke plong untuk makan dan hidup. Nimfa instar 3,4,5 dan imago diam di permukaan daun bagian atas, pada pagi hari setelah pukul 09.00 pindah ke polong untuk makan. Imago meletakkan telur mulai pukul 15.00 sampai 21.00. Lalu setelah kepik menjadi dewasa akan berpindah tempat dan mencari pasangan.

Nimfa dan kepik merusak tanaman pada bagian polong dengan cara menusuk stiletnya pada kulit polong dan biji lalu mengisap cairan biji. Serangan pada fase pembentukan dan pertumbuhan polong/biji menyebabkan polong/biji kempis, mengering dan gugur. Serangan pada fase pengisapan biji, menyebabkan biji menjadi hitam dan busuk. Serangan pada polong tua, menyebabkan kualitas biji menurun karena ada bintik hitam pada biji atau biji menjadi keriput. Gejala serangan jelas terlihat pada kulit biji dan kulit polong bagian dalam berupa bintik hitam atau coklat. Kerusakan di lapangan biasanya terjadi bersamaan dengan pengisap polong yang lain dan tanda serangannya tidak dapat dibedakan.


Populasi kepik mulai dijumpai di pertanaman sejak fase pembentukan bunga sekitar umur 35 hari setelah tanam (hst) sampai menjelang panen. Stadia tanaman yang paling disukai sekitar umur  58 hst serta puncak populasi imago dan nimfa terjadi pada umur 50 hst. Periode kritis tanaman adalah fase pembentukan polong sampai pengisap biji (49-70 hst).

Anda dapat melakukan Penanggulangan hama kepik dengan membersihkan gulma di sekitar tanaman utama. Serta melakukan sanisati lahan sebelum penanaman. Anda disarankan pula untuk melakukan tanam secara serentak dan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang. Dan jika Anda melakukan penanganan menggunakan pestisida maka sangat disarankan untuk menggunakan pestisida hayati dan nabati.



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

Tuesday 15 January 2019

Kreasi Usaha: Pengendalian Hama Tungau Pada Tanaman Jeruk


Pengendalian Hama Tungau Pada Tanaman Jeruk

Tanaman jeruk di Indonesia merupakan komoditas hortikultura jenis buah yang merupakan tanaman tahunan dan tersebar di beberapa sentra utama, seperti Tanah Karo, Sumatera Utara; Soe, Nusa Tenggara Timur; Sambas, Kalimantan Barat; Kintamani, Bali dan Garut, Jawa Barat. Sebagai komoditas buah – buahan yang khas dan cocok di daerah sub tropis dan tropis maka pengembangan luas areal tanam jeruk terus menerus ditingkatkan guna memenuhi pangsa pasar domestik yang tersedia. Pada saat ini produksi jeruk Indonesia hanya menempati 2,6% pangsa pasar jeruk dunia.

Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah tropis dengan beberapa negara tujuan ekspor, salah satunya negara Jepang, khusus negara Jepang mempunyai persyaratan khusus dalam hal Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan residu pestisida. Buah jeruk yang berasal dari Indonesia merupakan salah satu komoditas buah – buahan yang diawasi sangat ketat untuk masuk ke pasar buah di Jepang.

Dalam menghadapi pasar bebas (ekonomi pasar global) sesuai dengan kesepakatan bersama dalam World Trade Organization (WTO) yang berlaku mulai tahun 2003, maka otomatis buah-buahan Indonesia salah satunya jeruk juga akan menghadapi banyak persaingan yang tidak ringan. Pasar ekspor menghendaki buah dengan kriteria bermutu tinggi sesuai standar mutu dan bebas residu pestisida, volume buah bermutu harus memenuhi kebutuhan pasar, buah yang dikirim harus tiba tetap waktunya, serta ketersediaan buah jeruk harus kontinu / berkelanjutan.

Salah satu permasalahan yang menjadi tantangan dalam alur distribusi dan rantai pasokan komoditas jeruk adalah manjamurnya jeruk impor. Menurut hasil kajian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Subtropika, bahwa upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk membendung gempuran jeruk impor adalah pertama dengan penerapan ketentuan keamanan pangan internasional melalui Codex yang mengatur batas ambang maksimum terkait residu pestisida kimia pada buah jeruk, kedua dengan meningkatkan mutu dan ketersediaan jeruk dalam negeri sehingga mudah dijumpai di masyarakat.

Penerapan ketentuan keamanan pangan internasional melalui Codex yang mengatur batas ambang maksimum terkait residu kimia makanan termasuk buah jeruk, SNI 3165 : 2009 yang mengatur standar jeruk menetapkan ketentuan tentang mutu, ukuran, toleransi, penampilan, pengemasan, pelabelan, rekomendasi dan higienis pada buah jeruk. Selain itu, perbaikan dan ketersediaan jeruk dalam negeri berkesinambungan juga perlu dilakukan. Permasalahan yang ada selama ini yang dihadapi petanin jeruk, ongkos produksi tinggi, keberlanjutan usaha tidak pasti, serta biaya transaksi dan pemasaran yang tinggi.

Pada tingkat usahatani petani sendiri, Produktivitas tanaman jeruk di Indonesia memang menjanjikan, namun seperti permasalahan umum pada usahatani setiap komoditas pertanian, terdapat kendala berupa gangguan abiotik dan biotik. Salah satu faktor biotik yang mengurangi hasil produksi jeruk adalah gangguan OPT. Peningkatan produksi dan mutu buah jeruk dapat dilakukan melalui berbagai upaya antara lain dengan peningkatan penerapan teknologi mulai pra-panen sampai pasca panen terintegrasi dengan dukungan berbagai sektor termasuk diantaranya sektor pengendalian OPT pada tanaman jeruk.


Salah satu OPT utama yang juga menyebabkan kehilangan hasil pada tanaman jeruk, yaitu tungau karat jeruk (Phyllocoptruta oleivora).

Tungau karat jeruk memangsa buah terutama pada buah muda mulai yang ukurannya sebesar kacang dan kerusakan yang diakibatkan biasanya tampak setelah buah berukuran sebesar kelereng. Lapisan epidermis kulit buah ikut rusak, seiring dengan membesarnya buah maka akan tampak gejala bekas tusukan pada buah, meskipun hama tungaunya sudah tidak ada. Apabila serangan yang terjadi dalam kategori parah, selain cabang, daun dan buah muda, buah yang masak bisa juga terserang.


Populasi tungau merah banyak ditemukan di permukaan daun bagian atas, dan sebagian kecil menyerang buah dan cabang.  Dalam proses memangsa, tungau merah akan menghisap klorofil dari daun, sehingga warnanya berubah menjadi bintik-bintik kelabu dan keperakan.  Serangan hama tungau akan lebih  parah terjadi pada musim kering di mana kelembapan dalam tanaman menurun.  Pada kondisi demikian kombinasi dari efek serangan tungau, iklim dan faktor fisiologis dapat mengakibatkan gugurnya buah dan daun.

Serangan awal pada buah menimbulkan gejala warna buah keperakan atau coklat keperakan.Pada fase selanjutnya buah yang terserang akan berubah warna menjadi coklat, hingga ungu kehitaman. Serangan P. oleivora berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter, bobot dan kandungan nutrisi buah serta dapat mengakibatkan gugur buah lebih dini. Serangan yang lebih parah dapat mengakibatkan ranting muda mati. Buah yang masih hijau lebih disenangi oleh hama tungau daripada yang tua, tetapi gejala serangan lebih jelas terlihat pada buah yang tua dan bersifat permanen.

Varietas jeruk berpengaruh terhadap tingkat serangan hama tungau pada buah.  Kerusakan akibat serangan yang parah pada buah mencapai 90%, dan dapat  menurunkan harga jual hingga 50%. Tungau karat jeruk memangsa dengan memasukkan cheliceral stylet dalam sel tanaman dan mengisap cairan tanaman dan menginvestasi hampir semua varietas jeruk.


Imago tungau berwarna kuning sampai orange, panjang lebih kurang 0.2 mm. Telur akan diletakkan pada permukaan daun dan buah. Siklus hidup hama tungau ini berlangsung dari telur sampai imago antara 7-10 hari pada musim panas atau 14 hari pada kondisi dingin. Satu betina dapat meletakkan 17-37 butir telur yang berlangsung 11-14 hari. Perkembangan dari telur menjadi dewasa berlangsung 12 hari. Lama hidup tungau dewasa berlangsung 23 hari.

Telur yang berwarna merah tua dan berbentuk bulat adalah fase yang mudah untuk membedakan dari tungau jenis lain. Telur sebagian besar diletakkan di permukaan bagian atas sepanjang tulang daun, tetapi sebagian lainnya diletakkan pada permukaan daun bagian bawah  dan pada bagian tanaman yang lain terutama yang muda dan sukulen. Imago betina dari tungau ini berbentuk oval, berwarna merah tua dan mempunyai bulu-bulu yang panjang serta menarik perhatian. Tungau jantan ukuran tubuhnya lebih kecil, lebih runcing dan mempunyai kaki yang relatif panjang dengan gerakan yang lebih aktif daripada yang betina.


Pemantauan populasi hama tungau dapat dilakukan pada permukaan daun bagian atas dan bawah daun serta permukaan kulit buah. Untuk menentukan ada tidaknya hama ini dapat ditentukan oleh gejala warna keperakan atau coklat kekuningan pada permukaan kulit buah. Karena ukuran tungau sangat kecil maka pengamatan dilakukan menggunakan alat bantu kaca pembesar minimal 10 kali atau dengan mikroskop di laboratorium.

Populasi tungau dapat dikendalikan secara alami menggunakan musuh alami seperti predator Amblyseius citri. Namun demikian perkembangan dari musuh alami masih kalah cepat dibandingkan dengan tungaunya sendiri, sehingga populasinya masih tetap tinggi. Selain itu musuh alami banyak yang mati apabila pengendalian dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Pengendalian hayati juga dapat dilakukan dengan entomopatogen Hirsutella sp. dan predator Chrysopidae. Hirsutella merupakan cendawan entomopatogen yang dapat menginfeksi tungau karat jeruk dan merupakan mycoakaricide yang berpotensi untuk mengendalikan tungau karat jeruk.

Beberapa musuh alami lainnya yang dapat menekan perkembangan populasi tungau karat jeruk adalah predator Amblyseius victoriensis. Menempatkan predator ini dengan jumlah 40 ekor per 100 daun akan mampu menurunkan populasi tungau karat jeruk kurang lebih 5% dari buah jeruk yang terserang. Pelepasan secara augmentasi A. victoriensis sangat diperlukan untuk menyeimbangkan kembali setelah aplikasi pestisida.


Penggunaan pestisida kimia yang kurang bijaksana dapat menimbulkan dampak negatif terhadap keanekaragaman musuh alami (predator dan parasitoid) dari tungau, sehingga kemungkinan resurgensi tungau karat jeruk semakin besar.

Secara kimia hama tungau dapat dikendalikan dengan akarisida. Apabila pengendalian terhadap serangan penyakit menggunakan fungisida yang berbahan aktif belerang (Sulfur) seperti Maneb, Mankozeb atau Zineb maupun bubur California maka pengendalian terhadap tungau kadang-kadang tidak diperlukan lagi karena sulfur diketahui dapat mengurangi populasi tungau. Pengendalian sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil pemantauan dan pada periode kritis tanaman. Penyemprotan dengan akarisida sebanyak 2-3 kali pada tanaman menjelang berbunga sangat efektif dalam mengendalikan hama tungau.


Tiga faktor abiotik yang menyebabkan meningkatnya populasi tungau, yaitu :
-Tertekannya populasi predator tungau akibat perlakuan pestisida.
-Kondisi tanaman jeruk yang lebih baik karena perlakuan pemupukan, pemangkasan yang  diduga ikut memicu peningkatan pertumbuhan tanaman yang ikut meningkatkan gizi / nutrisi bagi tungau. Peningkatan nutrisi akan meningkatkan keperidian tungau, sehingga populasi tungau akan meningkat dan berada di luar kendali musuh alaminya, bisa juga terjadi akibat induksi pestisida yang mengubah fisiologi tanaman atau trophobiosis.
-Rangsangan langsung pada tungau oleh dosis sublethal dari pestisida atau disebut dengan istilah hormoligosis
- Kondisi lembab pada setengah bagian bawah tanaman.
-Suhu optimal di lapangan/pertanaman untuk perkembangan dan penyebaran tungau karat jeruk di lapangan yaitu suhu yang relatif konstan antara 25 – 35oC.
-Pengairan yang berasal dari air  hujan pada tanaman jeruk di lahan kering sangat memengaruhi perkembangan populasi tungau karat jeruk.

Tungau karat jeruk dapat menyerang tanaman jeruk pada musim kemarau maupun musim hujan. Tungau sangat peka terhadap arah datangnya sinar matahari. Buah yang terserang akan terhambat ukuran pertumbuhannya. Pada musim kemarau, tungau karat jeruk lebih menyukai habitat buah dan daun bagian luar kanopi dari tanaman jeruk.


Melakukan monitoring sangat menentukan keberhasilan suatu pengendalian, saat yang tepat dalam melakukan pengamatan populasi berpengaruh terhadap perkembangan populasi tungau karat jeruk. Monitoring terhadap tungau karat jeruk sebaiknya dilakukan mulai dari buah masih muda (± 2 bulan dari bunga), karena tungau populasinya tinggi pada saat bunga setengah tua atau 4 – 5 bulan setelah bunga. Monitoring dengan metode yang efektif dan efisien diharapkan dapat menggambarkan keadaan populasi tungau karat jeruk, sehingga kegiatan pengendalian yang dilakukan lebih tepat sasaran dan dapat meningkatkan peran dari musuh alami yang ada sehingga dapat berpotensi mengendalikan tungau karat jeruk.



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

Kreasi Usaha: Hama Tungau Pada Tanaman Anggrek


Hama Tungau Pada Tanaman Anggrek

Salah satu hama pada tanaman anggrek yang terkadang tidak disadari kehadirannya adalah tungau anggrek atau spider mites. Tidak disadari karena dari segi ukuran tungau atau spider mites ini sangat kecil. Tungau atau kutu pada tanaman anggrek ini hanya berukuran sekitar 0.05 mm sehingga sulit dikenali orang awam. Selain itu spider mite atau tungau anggrek ini banyak hidup di bagian bawah daun anggrek yang tidak terlihat. Spider mite banyak menyerang anggrek jenis Dendrobium dan Phalaenopsis. Serangan Spider Mite baru disadari setelah daun mengalami kerusakan cukup parah.

Tungau adalah kerabat laba-laba yang sangat kecil, tetapi masih bisa dilihat dengan mata dan dapat diamati secara jelas dengan kaca pembesar. Jenis tungau yang sering ditemukan menyerang anggrek adalah tungau merah.



Spider mite atau kutu anggrek ini mampu berkembang dengan cepat jika tidak segera diatasi. Kutu ini akan hidup dengan baik jika kondisi panas, suhu kelembaban rendah dan berdebu. Karena itu serangan tungau banyak dijumpai pada musim kemarau.

Untuk mengenali kesehatan tanaman anggrek dari serangan tungau bisa dilihat permukaan daun bagian bawah. Spider mite ini akan meninggalkan bekas gigitan berwarna perak pada bagian permukaan daun tersebut. Jika spider mite masih ada di permukaan daun anggrek maka akan terlihat hewan berwarna merah dengan ukuran sangat kecil. Gejala daun yang terserang tungau bagian bawah daun nampak berwarna perak kadang ada bintik kuning kemudian menjadi coklat. Selanjutnya bagian pinggir daun mengering dan akhirnya gugur. Pada anggrek Phalaenopsis, permukaan daun bagian bawah tampak berlekuk-lekuk dan berwarna keperakan.


Tungau biasanya menyerang permukaan daun anggrek bagian bawah. Karena itu, kerusakan anggrek karena tungau sering kali diketahui sudah dalam keadaan parah.

Siklus hidup dari spider mite ini cukup cepat, spider mite betina bertelur dan kemudian menjadi nimfa berkembang menjadi spider mite dewasa dalam waktu kurang lebih seminggu dengan kondisi lingkungan yang hangat dan panas. Selanjutnya setelah koloni dari spider mite membesar, mulai muncul sayap dan berpindah ke daun lain membentuk koloni baru.

Imago tungau berwarna kuning sampai orange, panjang lebih kurang 0.2 mm. Telur akan diletakkan pada permukaan daun dan buah. Siklus hidup hama tungau ini berlangsung dari telur sampai imago antara 7-10 hari pada musim panas atau 14 hari pada kondisi dingin. Satu betina dapat meletakkan 17-37 butir telur yang berlangsung 11-14 hari. Perkembangan dari telur menjadi dewasa berlangsung 12 hari. Lama hidup tungau dewasa berlangsung 23 hari.

Telur yang berwarna merah tua dan berbentuk bulat adalah fase yang mudah untuk membedakan dari tungau jenis lain. Telur sebagian besar diletakkan di permukaan bagian atas sepanjang tulang daun, tetapi sebagian lainnya diletakkan pada permukaan daun bagian bawah  dan pada bagian tanaman yang lain terutama yang muda dan sukulen. Imago betina dari tungau ini berbentuk oval, berwarna merah tua dan mempunyai bulu-bulu yang panjang serta menarik perhatian. Tungau jantan ukuran tubuhnya lebih kecil, lebih runcing dan mempunyai kaki yang relatif panjang dengan gerakan yang lebih aktif daripada yang betina.


Populasi tungau dapat dikendalikan secara alami menggunakan musuh alami seperti predator Amblyseius citri. Namun demikian perkembangan dari musuh alami masih kalah cepat dibandingkan dengan tungaunya sendiri, sehingga populasinya masih tetap tinggi. Selain itu musuh alami banyak yang mati apabila pengendalian dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Beberapa musuh alami lainnya yang dapat menekan perkembangan populasi tungau karat jeruk adalah predator Amblyseius victoriensis. Pelepasan secara augmentasi A. victoriensis sangat diperlukan untuk menyeimbangkan kembali setelah aplikasi pestisida.

Jika tanaman anggrek yang terserang spider mite ini tidak banyak bisa dilakukan pengelapan dengan kain basah bagian yang terkena serangan setiap pagi paling tidak selama seminggu. Pengelapan juga akan efektif menggunakan air dengan campuran sedikit sabun cair dan sedikit minyak. Cairan sabun merupakan bahan yang umum dipakai membunuh tungau, untuk anggrek perlu dites sabun yang tidak membakar daun misalnya sabun bayi, atau sabun cuci piring dengan dosis rendah. Minyak goreng juga dipercaya membuat kutu mati lemas dan memudahkan cairan menempel. Ada juga penghobi anggrek yang melakukan lap dengan alkohol. Yang dilap adalah bagian bawah permukaan daun. Penambahan ekstrak bawang putih sebagai bahan untuk mencegah jamur dan infeksi lanjutan akibat luka gigitan spider mite pada daun juga sangat dianjurkan.


Pada dasarnya tungau tidak dapat berpindah sendiri antara tanaman yang satu dengan yang lain, tetapi bisa terbawa angin sehingga menular ke tanaman lain. Menyemprotkan air dengan tekanan tinggi bisa menghilangkan tungau dari tanaman anggrek. Penyemprotan dengan tekanan tinggi dilakukan pada bagian bawah daun. Diupayakan bagian bawah daun mudah terkena semprotan sehingga tungau bisa hilang saat disemprot. Cara menyemprotkan air ini merupakan cara paling aman dan murah.

Lakukan secara rutin penyemprotan dengan mempertimbangkan kelembaban sehingga tidak ada telur spider mite yang tersisa.

Dengan rutin menyemprot air pada tanaman anggrek mengakibatkan kelembaban meningkat sehingga menjadi lingkungan yang tidak nyaman untuk tungau. Namun kelembaban yang terlalu tinggi juga bisa memicu muncul penyakit baru yang berasal dari jamur dan bakteri. Hal ini juga perlu untuk diwaspadai.

Penggunaan pestisida kimia yang kurang bijaksana dapat menimbulkan dampak negatif terhadap keanekaragaman musuh alami (predator dan parasitoid) dari tungau. Secara kimia hama tungau dapat dikendalikan dengan akarisida. Apabila pengendalian terhadap serangan penyakit menggunakan fungisida yang berbahan aktif belerang (Sulfur) seperti Maneb, Mankozeb atau Zineb maupun bubur California maka pengendalian terhadap tungau kadang-kadang tidak diperlukan lagi karena sulfur diketahui dapat mengurangi populasi tungau. Pengendalian sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil pemantauan dan pada periode kritis tanaman. Penyemprotan dengan akarisida diaplikasikan setiap 5 hari selama 3 sampai dengan 6 kali pada tanaman sangat efektif dalam mengendalikan hama tungau.

Pemberian akarisida yang berlebihan bisa membunuh serangga lain yang merupakan predator tungau anggrek. Pemberian yang terlalu sering juga dapat menyebabkan imun, sehingga harus ganti merk lain dengan formulasi berbeda.


Melakukan monitoring sangat menentukan keberhasilan suatu pengendalian. Monitoring dengan metode yang efektif dan efisien diharapkan dapat menggambarkan keadaan populasi tungau, sehingga kegiatan pengendalian yang dilakukan lebih tepat sasaran dan dapat meningkatkan peran dari musuh alami yang ada sehingga dapat berpotensi mengendalikan hama tungau pada tanaman anggrek. Jika terdapat tanaman anggrek yang terpantau terserang kutu, sebaiknya dijauhkan dari anggrek yang lain agar tidak terjadi perpindahan spider mite antar tanaman. Jika kerusakan daun sudah parah, buang daun tersebut dan lebih baik lagi jika dibakar.

Lingkungan yang bersih juga akan mengurangi serangan penyakit tungau anggrek, bersihkan daun-daun tua dan buang di tempat yang jauh. Kecukupan kelembaban, cahaya, suhu lingkungan juga patut diperhatikan. Jika ada tanda-tanda serangan hama tungau segera ambil tindakan secepat mungkin sebelum efeknya lebih parah.



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.