Wednesday 16 January 2019

Kreasi Usaha: Hama Ulat pada Bawang Merah (Spodoptera exigua)


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...

Hama Ulat pada Bawang Merah (Spodoptera exigua)

Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki peranan penting dalam menentukan kondisi perekonomian nasional Indonesia. Komoditas ini berperan dalam menyumbangkan angka inflasi terutama pada saat produksinya menurun di musim-musim tertentu.

Bagi pembudidaya bawang merah rasanya tak asing lagi dengan namanya ulat bawang (spodoptera exigua), hewan ini merupakan hama utama yang sering merusak jenis tanaman bawang merah dan apabila terus dibiarkan tanpa adanya penanganan serta tidak mengetahui cara membasmi hama ulat pada bawang merah maka serangan hama ulat ini dapat menyebabkan turunnya produksi tanaman.

Ulat bawang (Spodoptera exigua) merupakan hama utama yang umum merusak tanaman bawang merah. Serangan hama ini dapat menyebabkan penurunan produksi bawang merah atau kehilangan hasil yang tidak sedikit jika tidak dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian. Supaya pengendalian hama ulat bawang dapat dilakukan secara tepat, maka harus dikenali terlebih dahulu morfologi/bioekologi, gejala serangan, tanaman inang, serta cara pengendaliannya.


Dampak perubahan iklim global (climate global change) mulai dirasakan oleh sebagian para petani. Selain menyulitkan petani untuk mengatur pola dan jadwal tanam, ternyata perubahan iklim ini juga berdampak terhadap meningkatnya serangan hama dan penyakit tanaman, dan salah satunya adalah hama ulat. Bahkan di beberapa tempat serangan hama ulat sudah merusak hampir 80 persen tanaman bawang petani. Menurut Kaslil, serangan hama ulat kali ini terjadi secara sporadis dan merata hampir di semua wilayah, “Tidak seperti biasanya, serangan hama ulat kali ini luar biasa. Hanya dalam hitungan hari, ulat-ulat itu sudah merusak hampir 80 persen tanaman bawang milik petani. Sebelumnya tidak pernah terjadi seperti ini. Kami cukup kewalahan mengatasi masalah ini,” ungkap Kaslil, seorang penyuluh pertanian. Saat ditemui di sela-sela kesibukannya memantau serangan hama ulat. Serangan hama yang terbilang parah ini sebagai dampak dari perubahan iklim yang terjadi belakangan ini. Curah hujan yang masih cukup tinggi menyebabkan kelembapan tanah dan udara meningkat, dan inilah yang memicu berkembangnya hama dan penyakit tanaman, ungkap penyuluh yang juga eksis membudidayakan bawang merah ini.


Tanaman yang dijadikan inang hama ulat bawang diantaranya adalah bawang daun, kucai, jagung, cabai, kapas dan tanaman kacang-kacangan seperti kacang tanah, kapri, dan kedelai. Oleh karena itu perlu diperhatikan populasi tanaman inang ini di lingkungan budidaya bawang merah agar tidak menjadi sumber serangan hama.


Ciri-ciri hama ulat bawang:

-Ngengat memiliki sayap depan berwarna coklat tua, bergari-garis kurang tegas dan memiliki bitnik-bintik hitam.
-Sayap belakang berwarna keputih-putihan disertai garis-garis hitam dibagian tepinya.
-Memiliki panjang rentan sayap antara 25 mm – 30 mm.
-Ngengat sangat menyukai cahaya, ngengat dewasa akan aktif, makan, berpindah tempat dan kawin pada waktu malam hari. Sedangkan pada siang hari mereka beristirahat di dasar tanaman.
-Umumnya ngengat betina sudah mulai bertelur pada umur 2 hari – 10 hari. Telur ngengat berbentuk bulat panjang.



- Telur biasanya diletakkan pada permukaan daun atau batang tertutup oleh bulu-bulu putih yang bersumber dari indukannya, untuk telurnya umumnya diletakkan dalam bentuk kelompok (bergerombol). Setiap kelompoknya, paling banyak terdiri dari 80 butir telur. Sedangkan, satu indukan (betina) ngengat dapat bertelur kurang lebih 500 butir – 600 butir.
-Setelah 2 hari seteleh peneluran, telur pun akan menetas dan menjadi larva.



-Ulat atau larva muda mempunyai warna hijau dengan garis-garis hitam dibagian punggunnya, sedangkan untuk ulat dewasa memiliki warna yang bervariasi mulai dari warna hijau, hitam kecoklatan, dan coklat muda. Untuk ulat yang hidup di dataran tinggi pada umumnya berwarna coklat. Stadium larva akan berlangsung selama 8 hari – 10 hari.
-Stadium ulat terdiri dari 5 instar, panjang instar pertama kurang lebih 1,2 mm – 1,5 mm dan panjang instar kedua sampai instar ke lima kurang lebih 1,5 mm – 1,9 mm.
-Selama 9 hari – 14 hari ulat akan mendekami rongga dan akan menggerek daun yang ditempati.
-Pada tahap stadium instar ke lima (terahkir), ulat akan merayap atau pun menjatuhkan diri ke tanah untuk menjadi kempompong. Ulat akan lebih aktif pada malam hari.
-Pupa atau kepompong memiliki warna coklat muda serta memiliki panjang 9 mm – 11 mm, tanpa adanya rumah pupa. Pupa berada di dalam tanah, dengan kedalam tanah kurang lebih 1 cm, dan mudah dijumpai pada pangkal batang, terlidung di bawah daun kering atau di bawah partikel tanah. Untuk berubah dan berkembang menjadi ngengat pupa membutuhkan waktu 5 hari.


Gejala serangan

Bagian tanaman inang yang diserang terutama adalah bagian daun, baik daun pada tanaman yang masih muda ataupun yang sudah tua.

Setelah menetas dari telur, ulat muda segera melubangi bagian ujung daun lalu masuk ke dalam daun bawang, sehingga ujung daun tampak berlubang/ terpotong.

Dalam serangannya ulat akan menggerek permukaan bagian dalam daun, sedang epidermis luar ditinggalkannya. Akibat serangan tersebut daun bawang terlihat menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak putih, akhirnya daun menjadi terkulai. Pada tahap awal serangan ulat akan berkumpul. Setelah isi daun habis, ulat segera menyebar dan jika populasi terjadi dalam jumlah yang besar besar, ulat juga akan memakan umbi dari tanaman inang.

Pengendalian Hama Ulat Bawang

Pengendalian kultur teknis
Pengendalian dengan cara mengelola lingkungan atau ekosistem sedemikian rupa sehingga kurang cocok bagi kehidupan dan perkembangan hama. Pengendalian kultur teknis meliputi sanitasi, pengolahan tanah, pengelolaan air, pengaturan jarak tanam, tumpangsari, rotasi tanaman, penggunaan tanaman perangkap, pengaturan waktu tanam, dan penggunaan tanaman resisten.

Pengendalian mekanis
Pengendalian secara mekanis bertujuan untuk mematikan hama secara langsung, baik dengan tangan maupun bantuan alat atau bahan lain. Penanganan dengan tangan yaitu dengan mengumpulkan kelompok telur dan ulat bawang (nguler) lalu dibakar atau dimusnahkan.

Daun yang terserang hama ulat sebaiknya dipetik bersama ulatnya dan matikan ulatnya serta musnahkan sisa-sisa daun yang terserang hama.

Pengendalian fisik
Pengendalian yang dilakukan dengan cara mengatur faktor-faktor fisik yang dapat mempengaruhi perkembangan hama dengan memberi kondisi tertentu yang menyebabkan hama sulit untuk hidup.

Penggunaan perangkap feromon seks
Feromon seks adalah senyawa kimia yang dibuat secara sintetik sebagai media komunikasi antara serangga jantan dan betina yang digunakan untuk mengendalikan hama ulat bawang.

Pengaplikasian feromon sex agar pejantan agar terperangkap dan tidak sempat melakukan pembuahan pada kupu-kupu betina.

Penggunaan lampu perangkap/light trap
Perangkap ini didesain sedemikian rupa secara sederhana dengan cara kerja menarik ngengat melalui cahaya lampu dengan waktu nyala yang efektif dan efisien jam 18.00-24.00 WIB. Dalam satu hektar dibutuhkan 25-30 unit perangkap lampu.


Light trap dipergunakan supaya kupu-kupu terperangkap dan tidak sempat bertelur serta menghasilkan larva ulat baru.

Penggunaan kelambu kasa/shading net
Penggunaan kelambu kasa akan mencegah ngengat masuk ke areal pertanaman. Kelambu kasa dibuat dari bahan khusus yang tahan cuaca dan bisa dipakai hingga 6-8 kali musim tanam.

Pengendalian hayati
Memanfaatkan agens hayati yaitu dengan menggunakan virus Se-NPV (Spodoptera exigua-Nuclear polyhedrosis Virus). Virus Se-NPV adalah salah satu virus patogen yang dapat dibuat dari larva S. exigua yang telah terinveksi oleh Se-NPV yang digunakan sebagai insektisida biologis untuk pengendalian ulat bawang.

Menyebarkan agens hayati berupa beuvaria basiana, basilus turngensis juga dapat dilakukan dan bertujuan sebagai pemangsa alami bagi ulat daun.

Pengendalian kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan insektisida.

Namun demikian, sangat disarankan agar petani menggunakan pestisida organik yang ramah lingkungan karena penggunaan perstisida kimia akan berdampak buruk bagi lingkungan dan bisa membuat hama justru menjadi kebal terhadap pestisida.

Penyemprotan insektisida dianjurkan menggunakan flat-nozzle karena butiran semprotan lebih halus dibandingkan dengan spuyer holocone empat lubang dan dapat menghemat penggunaan insektisida. Penyemprotan insektisida dianjurkan pada sore hari karena hama ini aktif pada malam hari.

“Kalau tidak segera dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan, maka tanaman bawang petani bisa terancam gagal panen total, karena serangan hama ini sudah mencakup wilayah yang cukup luas,” pungkas Kaslil menambahkan.



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...