Loading...
Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura
yang memiliki peranan penting dalam menentukan kondisi perekonomian nasional
Indonesia. Komoditas ini berperan dalam menyumbangkan angka inflasi terutama
pada saat produksinya menurun di musim-musim tertentu.
Bagi pembudidaya bawang merah rasanya tak asing lagi dengan
namanya ulat bawang (spodoptera exigua), hewan ini merupakan hama utama yang
sering merusak jenis tanaman bawang merah dan apabila terus dibiarkan tanpa
adanya penanganan serta tidak mengetahui cara membasmi hama ulat pada bawang
merah maka serangan hama ulat ini dapat menyebabkan turunnya produksi tanaman.
Ulat bawang (Spodoptera exigua) merupakan hama utama yang
umum merusak tanaman bawang merah. Serangan hama ini dapat menyebabkan
penurunan produksi bawang merah atau kehilangan hasil yang tidak sedikit jika
tidak dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian. Supaya pengendalian hama
ulat bawang dapat dilakukan secara tepat, maka harus dikenali terlebih dahulu
morfologi/bioekologi, gejala serangan, tanaman inang, serta cara
pengendaliannya.
Dampak perubahan iklim global (climate global change) mulai
dirasakan oleh sebagian para petani. Selain menyulitkan petani untuk mengatur
pola dan jadwal tanam, ternyata perubahan iklim ini juga berdampak terhadap
meningkatnya serangan hama dan penyakit tanaman, dan salah satunya adalah hama
ulat. Bahkan di beberapa tempat serangan hama ulat sudah merusak hampir 80
persen tanaman bawang petani. Menurut Kaslil, serangan hama ulat kali ini
terjadi secara sporadis dan merata hampir di semua wilayah, “Tidak seperti
biasanya, serangan hama ulat kali ini luar biasa. Hanya dalam hitungan hari,
ulat-ulat itu sudah merusak hampir 80 persen tanaman bawang milik petani.
Sebelumnya tidak pernah terjadi seperti ini. Kami cukup kewalahan mengatasi
masalah ini,” ungkap Kaslil, seorang penyuluh pertanian. Saat ditemui di
sela-sela kesibukannya memantau serangan hama ulat. Serangan hama yang
terbilang parah ini sebagai dampak dari perubahan iklim yang terjadi belakangan
ini. Curah hujan yang masih cukup tinggi menyebabkan kelembapan tanah dan udara
meningkat, dan inilah yang memicu berkembangnya hama dan penyakit tanaman,
ungkap penyuluh yang juga eksis membudidayakan bawang merah ini.
Tanaman yang dijadikan inang hama ulat bawang diantaranya
adalah bawang daun, kucai, jagung, cabai, kapas dan tanaman kacang-kacangan
seperti kacang tanah, kapri, dan kedelai. Oleh karena itu perlu diperhatikan
populasi tanaman inang ini di lingkungan budidaya bawang merah agar tidak
menjadi sumber serangan hama.
-Ngengat memiliki sayap depan berwarna coklat tua,
bergari-garis kurang tegas dan memiliki bitnik-bintik hitam.
-Sayap belakang berwarna keputih-putihan disertai
garis-garis hitam dibagian tepinya.
-Memiliki panjang rentan sayap antara 25 mm – 30 mm.
-Ngengat sangat menyukai cahaya, ngengat dewasa akan aktif,
makan, berpindah tempat dan kawin pada waktu malam hari. Sedangkan pada siang hari
mereka beristirahat di dasar tanaman.
-Umumnya ngengat betina sudah mulai bertelur pada umur 2
hari – 10 hari. Telur ngengat berbentuk bulat panjang.
- Telur biasanya diletakkan pada permukaan daun atau batang
tertutup oleh bulu-bulu putih yang bersumber dari indukannya, untuk telurnya
umumnya diletakkan dalam bentuk kelompok (bergerombol). Setiap kelompoknya,
paling banyak terdiri dari 80 butir telur. Sedangkan, satu indukan (betina)
ngengat dapat bertelur kurang lebih 500 butir – 600 butir.
-Ulat atau larva muda mempunyai warna hijau dengan
garis-garis hitam dibagian punggunnya, sedangkan untuk ulat dewasa memiliki
warna yang bervariasi mulai dari warna hijau, hitam kecoklatan, dan coklat
muda. Untuk ulat yang hidup di dataran tinggi pada umumnya berwarna coklat. Stadium
larva akan berlangsung selama 8 hari – 10 hari.
-Stadium ulat terdiri dari 5 instar, panjang instar pertama
kurang lebih 1,2 mm – 1,5 mm dan panjang instar kedua sampai instar ke lima
kurang lebih 1,5 mm – 1,9 mm.
-Selama 9 hari – 14 hari ulat akan mendekami rongga dan akan
menggerek daun yang ditempati.
-Pada tahap stadium instar ke lima (terahkir), ulat akan
merayap atau pun menjatuhkan diri ke tanah untuk menjadi kempompong. Ulat akan
lebih aktif pada malam hari.
-Pupa atau kepompong memiliki warna coklat muda serta
memiliki panjang 9 mm – 11 mm, tanpa adanya rumah pupa. Pupa berada di dalam
tanah, dengan kedalam tanah kurang lebih 1 cm, dan mudah dijumpai pada pangkal
batang, terlidung di bawah daun kering atau di bawah partikel tanah. Untuk
berubah dan berkembang menjadi ngengat pupa membutuhkan waktu 5 hari.
Bagian tanaman inang yang diserang terutama adalah bagian
daun, baik daun pada tanaman yang masih muda ataupun yang sudah tua.
Setelah menetas dari telur, ulat muda segera melubangi
bagian ujung daun lalu masuk ke dalam daun bawang, sehingga ujung daun tampak
berlubang/ terpotong.
Dalam serangannya ulat akan menggerek permukaan bagian dalam
daun, sedang epidermis luar ditinggalkannya. Akibat serangan tersebut daun
bawang terlihat menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak putih,
akhirnya daun menjadi terkulai. Pada tahap awal serangan ulat akan berkumpul.
Setelah isi daun habis, ulat segera menyebar dan jika populasi terjadi dalam
jumlah yang besar besar, ulat juga akan memakan umbi dari tanaman inang.
Pengendalian Hama Ulat Bawang
Pengendalian
kultur teknis
Pengendalian dengan cara mengelola lingkungan atau ekosistem
sedemikian rupa sehingga kurang cocok bagi kehidupan dan perkembangan hama.
Pengendalian kultur teknis meliputi sanitasi, pengolahan tanah, pengelolaan
air, pengaturan jarak tanam, tumpangsari, rotasi tanaman, penggunaan tanaman
perangkap, pengaturan waktu tanam, dan penggunaan tanaman resisten.
Pengendalian
mekanis
Pengendalian secara mekanis bertujuan untuk mematikan hama
secara langsung, baik dengan tangan maupun bantuan alat atau bahan lain.
Penanganan dengan tangan yaitu dengan mengumpulkan kelompok telur dan ulat
bawang (nguler) lalu dibakar atau dimusnahkan.
Daun yang terserang hama ulat sebaiknya dipetik bersama
ulatnya dan matikan ulatnya serta musnahkan sisa-sisa daun yang terserang hama.
Pengendalian
fisik
Pengendalian yang dilakukan dengan cara mengatur
faktor-faktor fisik yang dapat mempengaruhi perkembangan hama dengan memberi
kondisi tertentu yang menyebabkan hama sulit untuk hidup.
Penggunaan
perangkap feromon seks
Feromon seks adalah senyawa kimia yang dibuat secara
sintetik sebagai media komunikasi antara serangga jantan dan betina yang
digunakan untuk mengendalikan hama ulat bawang.
Pengaplikasian feromon sex agar pejantan agar terperangkap
dan tidak sempat melakukan pembuahan pada kupu-kupu betina.
Penggunaan
lampu perangkap/light trap
Perangkap ini didesain sedemikian rupa secara sederhana
dengan cara kerja menarik ngengat melalui cahaya lampu dengan waktu nyala yang
efektif dan efisien jam 18.00-24.00 WIB. Dalam satu hektar dibutuhkan 25-30
unit perangkap lampu.
Light trap dipergunakan supaya kupu-kupu terperangkap dan
tidak sempat bertelur serta menghasilkan larva ulat baru.
Penggunaan
kelambu kasa/shading net
Penggunaan kelambu kasa akan mencegah ngengat masuk ke areal
pertanaman. Kelambu kasa dibuat dari bahan khusus yang tahan cuaca dan bisa
dipakai hingga 6-8 kali musim tanam.
Pengendalian
hayati
Memanfaatkan agens hayati yaitu dengan menggunakan virus
Se-NPV (Spodoptera exigua-Nuclear polyhedrosis Virus). Virus Se-NPV adalah
salah satu virus patogen yang dapat dibuat dari larva S. exigua yang telah
terinveksi oleh Se-NPV yang digunakan sebagai insektisida biologis untuk
pengendalian ulat bawang.
Menyebarkan agens hayati berupa beuvaria basiana, basilus
turngensis juga dapat dilakukan dan bertujuan sebagai pemangsa alami bagi ulat
daun.
Pengendalian
kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan insektisida.
Namun demikian, sangat disarankan agar petani menggunakan
pestisida organik yang ramah lingkungan karena penggunaan perstisida kimia akan
berdampak buruk bagi lingkungan dan bisa membuat hama justru menjadi kebal
terhadap pestisida.
Penyemprotan insektisida dianjurkan menggunakan flat-nozzle
karena butiran semprotan lebih halus dibandingkan dengan spuyer holocone empat
lubang dan dapat menghemat penggunaan insektisida. Penyemprotan insektisida
dianjurkan pada sore hari karena hama ini aktif pada malam hari.
“Kalau tidak segera dilakukan upaya pencegahan dan
penanggulangan, maka tanaman bawang petani bisa terancam gagal panen total, karena
serangan hama ini sudah mencakup wilayah yang cukup luas,” pungkas Kaslil
menambahkan.
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
loading...