Tidak dipungkiri bahwa sebagian
besar wanita menyukai merias wajah mereka dengan menggunakan berbagai alat
make-up yang mereka miliki. Memang cukup menarik untuk dibahas, karena make-up
yang benar bisa membuat wajah dan tampilan Anda ikut berubah dan Anda akan
semakin tampil cantik dan memukau.
Make-up sering kali kita
aplikasikan ke area wajah, namun ada sedikit mereka yang tidak paham mengenai
pemakaian dan cara mengaplikasikan make-up sesuai dengan wajahnya. Kebanyakan
dari wanita kurang percaya diri jika berpergian tanpa menggunakan riasan
ataupun make-up pada wajahnya. Namun jika terlalu berlebihan make-up juga tidak
enak untuk dilihat, karena itulah Anda harus lebih memperhatikan riasan di
wajah serta jangan sampai menjadi bahan tertawaan orang lain.
Bagi seorang wanita tampil
dengan wajah dan riasan wajah yang sempurna merupakan salah satu hal yang
membanggakan dan menyenangkan. Mereka akan tampil lebih percaya diri. Namun
perlu diingat untuk merias wajah hal pertama yang perlu diperhatikan yaitu
bentuk wajah. Make-up yang sesuai dengan bentuk wajah memang sangat
mempengaruhi keberhasilan dari make-up itu sendiri.
Bentuk wajah menjadi salah satu faktor besar yang menentukan
teknik saat merias wajah. Apabila Anda asal memulaskan make-up, maka Anda akan
sulit menemukan tampilan wajah cantik seperti yang Anda dambakan.
Menggunakan berbagai macam
make-up kosmetik untuk merias wajah bukan hanya sekedar berguna untuk membuat Anda
terlihat lebih cantik, tetapi riasan juga dapat berguna untuk menyamarkan
beberapa kelemahan yang ada di wajah Anda. Setiap orang memiliki bentuk wajah
yang berbeda-beda dan apabila make-up tersebut tidak disesuaikan dengan bentuk
wajah maka hasil yang didapat juga akan kurang sempurna, sangatlah penting
untuk mengetahui bentuk wajah dan kekurangannya supaya Anda bisa memilih Make-up
sesuai bentuk wajah yang tepat untuk kebutuhan Anda.
Wajah oval merupakan bentuk yang paling mudah untuk dimake-up,
karena Anda tidak membutuhkan banyak teknik counturing. Secara umum, wajah Anda
sudah seimbang dan hanya perlu tambahan sedikit hal yang bisa menjadikan make-up
Anda tampak lebih tegas.
Wajah oval dianggap sebagai wajah yang berbentuk sempurna, dan
Anda perlu menerapkan beberapa langkah berikut untuk membuatnya semakin menawan:
Foundation
Pilih warna dasar foundation dan biarkan menyatu warnanya
dengan kulit Anda. Pulaskan tipis-tipis pada seluruh area wajah hingga leher.
Tepat di bagian rahang, berikan foundation yang lebih gelap warnanya dari kulit
alami untuk menegaskan bentuk wajah.
Highlight
Keluarkan kecantikan alami Anda dengan menerapkan highlight
di bagian tengah dahi dan dagu. Trik ini akan membuat beberapa bagian wajah
lebih menonjol.
Aplikasikan pula concealer di bagian bawah mata sehingga
wajah tidak terlihat lelah.
Apabila ingin tulang pipi lebih menonjol, maka Anda bisa
menambahkan warna foundation gelap atau bronzer di cekungan bawah tulang pipi
dan menambahkan bedak yang warnanya lebih terang pada area pipi yang lain.
Bagi Anda yang ingin membuat
wajah tampak lebih kecil, Anda bisa mengaplikasikan alas bedak yang memiliki
warna lebih gelap dari warna kulit Anda dan aplikasikan perona pipi di bawah
bantalan pipi.
Make-up Alis
Alis yang cocok dan membuat si wajah oval tampak cantik
adalah alis yang mengikuti kontur tulang. Buatlah
alis Anda mengikuti alis yang sudah ada supaya tidak terlalu aneh dan mencolok,
tebalkan alis Anda dengan pensil alis berwarna gelap. Anda juga dapat memberikan
sedikit sudut kaku pada alis untuk menjadikan wajah Anda tidak terkesan terlalu
bulat. Jangan hilangkan bentuk alami
dari alis tersebut supaya kamu tidak terlihat berlebihan.
Mata dan bibir
Tekankan make-up Anda pada area mata atau bibir. Apabila
Anda sedang mengunjungi event malam, maka tampilkan smokey eyes natural dan
pakai lipstik berwarna netral.
Di siang hari, pulaskan eye shadow berwarna cokelat dengan
satu lapisan maskara saja, namun pulaskan lipstik berwarna merah merona.
Dengan mix match make-up yang cocok Anda akan menemukan
bahwa Anda jauh lebih cantik dari hari ini.
Bentuk wajah oval dianggap
sebagai bentuk wajah yang paling ideal atau profesional. Jadi bagi Anda yang
memiliki bentuk wajah oval, sangatlah beruntung karena proses merias wajah akan
menjadi lebih mudah.
Bentuk wajah oval juga merupakan
bentuk wajah yang paling fleksibel dibandingkan bentuk-bentuk wajah lainnya.
Karenanya, merias wajah pada bentuk wajah oval tidak akan menjadi masalah
besar. Riasan bertema natural atau “no-makeup“ serta make-up ala artis drama
Korea yang menekankan pada alis dan menghaluskan kulit pipi sangat cocok
diaplikasikan pada kalian yang bentuk wajahnya oval.
Itulah beberapa tips make-up
yang dapat Anda coba dan pastinya akan menjadikan wajah Anda lebih terlihat
menawan dan natural.
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
Hama Tungau Merah Sebagai Organisme Pengganggu
Tanaman
Tungau merah Tetranychus spp. (red spider mite) termasuk
hama yang tergolong dalam ordo Acari, famili Tetranychidae (Silva et.al., 2009;
Kalshoven 1981). Famili Tetranychidae terdiri dari dua spesies yaitu
Tetranychus urticae dan Tetranychus cinnabarius (= telarius, bimaculatus)
(Klashoven 1981). T. urticae memiliki tubuh berwarna hijau dengan bintik gelap
pada setiap sisi belakang, sedangkan T. cinnabarinus memiliki tubuh berwarna
merah (Álvarez et al. 2012) (Gambar 2). Imago T. cinnabarius berukuran 0,5 mm
dengan warna merah tua, serta dengan kaki dan mulut berwarna putih. T.
cinnabarinus dianggap sebagai sinonim dari polimorfik T. urticae yang berwarna
merah (Auger et al. 2013). Tungau dapat menyerang pada beberapa tanaman antara
lain; kapas, strowberi, tomat, kedelai, kacang panjang dan tanaman hias seperti
bunga ros (Silva et.al., 2009). Larva Tetranychus spp. berwarna kuning
kehijau-hijauan sedangkan yang dewasa berwarna hijau, kuning, oranye dan merah
cerah dan biasanya ditemukan diantara jala-jala sutera halus yang dijalin oleh
tungau ini dari kelenjar uniselular besar yang terletak di palpi. Tungau dewasa
berukuran ± 1 mm (Kalshoven (1981).
Tungau merah berasal dari Eropa dan Asia, saat ini menyebar
ke sebagian besar negara di dunia (Raworth et al. 2002) meliputi sebagian besar
negara di Eropa, Asia, Afrika, Australia, Pasifik dan Kepu- lauan Karibia,
Amerika Utara, Tengah dan Selatan (Gambar 1) (CABI 2015).
Tungau merah bergerak dengan cara merayap, penyebaran jarak
jauh dibantu oleh angin dan aktifitas manusia. Tungau merah memiliki mekanisme
penyebaran yang kompleks, yang menjadikan struktur populasi dan keragamannya
menjadi kompleks (Sun et al. 2012).
Tungau merah Tetranychus spp. merupakan hama yang banyak
merusak tanaman pangan maupun tanaman hias dan sering menyebabkan kerusakan
atau kematian pada tanaman inangnya. Serangan tungau merah dapat merusak tanaman
inang karena baik nimfa maupun imago mengisap cairan dari daun, cabang muda dan
buah dari inangnya. Tungau merah juga mengeluarkan toksin pada waktu makan
sehingga mengganggu proses metabolisme tanaman yang berakibat pada pengurangan
serat, biji dan buah serta menyebabkan daun menjadi kuning, kering dan akhirnya
daun gugur. Pada serangan yang berat dapat menyebabkan kematian tanaman. Cuaca
dengan kombinasi suhu tinggi dan kelembaban yang rendah berkorelasi dengan
meledaknya populasi tetranychid (Huffaker et.al., 1969). Tungau ini banyak
ditemukan pada bagian permukaan daun, hidup berkoloni di bawah jaring yang
dibuatnya (Silva et.al., 2009). Hama ini mengisap pada daun menyebabkan gejala
klorotik pada daun dan gugur daun sehingga menurunkan buah yang dihasilkan.
Tungau merah merusak sel-sel mesofil dan mengisap isi sel, termasuk
klorofil. Daun terluka akibat serangan tungau merah mempunyai laju fotosintesis
yang rendah, transpirasi meningkat, dan kadar klorofil rendah. Luka akibat
serangan tungau merah menyebabkan bintik-bintik pada daun, dan daun berubah warna
menjadi cokelat (Berry 2000). Meskipun luka yang disebabkan oleh individu
tungau merah sangat kecil, namun apabila serangan disebabkan oleh ratusan atau
ribuan tungau merah dapat menyebabkan ribuan luka, dengan demikian secara nyata
dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berfotosintesis (Fasulo dan Denmark
2009).
Gejala awal dari serangan tungau merah adalah adanya
bintik-bintik berwarna kuning pada bagian dasar daun, selanjutnya ke tulang
daun utama. Pada saat populasi
berkembang, tungau menyebar ke
seluruh daun, termasuk permukaan atas daun, dan bintik-bintik kuning menyebar
ke seluruh daun, yang menyebabkan daun berwarna kemerahan seperti karat. Pada
serangan parah, daun bagian tengah dan bawah akan rontok, selanjutnya serangan
mengarah ke bagian pucuk di mana tunas mengalami penyu- sutan ukuran dan banyak
dijumpai adanya jaring warna putih menyelimuti daun pada sepertiga bagian atas
tanaman, dan pada tahap ini dapat menyebabkan tanaman mati (Fasulo dan Denmark
2009). Kerusakan berat dapat menyebabkan daun kering dan luruh (Abdel-Wali et
al. 2012).
Populasi tungau juga dipengaruhi oleh spesies tanaman inang.
Spesies tanaman inang yang sesuai, dapat memacu perkembangan populasi tungau
merah hingga menyebabkan kerusakan tanaman inang (Razmjou et al. 2009). Tingkat
kerusakan lebih tinggi terjadi pada daun yang tidak berbulu dibandingkan dengan
daun yang berbulu (Reddal et al. 2011). Menurut Skorupska (2004), kepadatan
bulu pada permukaan atas daun berkorelasi negatif dengan daya tetas tungau
betina. Kerapatan bulu daun menentukan aktivitas pergerakan tungau. Pada
tingkat kerapatan bulu rendah, aktivitas pergerakan tungau lebih tinggi
dibandingkan pada kerapatan bulu yang tinggi (Warabieda 2003). Hasil penelitian
Skorupska (2003) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi ketahanan
tanaman terhadap tungau merah adalah kandungan polipenol, morfologi, dan
anatomi daun.
Serangan tungau merah dapat menyebabkan kehilangan hasil
secara nyata pada banyak tanaman dengan nilai ekonomis tinggi, seperti sayuran
dan pohon buah-buahan (Salman 2007), tanaman hias dan agronomi di seluruh dunia
(James dan Price 2002). Serangan tungau merah dapat menyebabkan perubahan
morfologi dan biokimia daun, serta komposisi buah (Sivretepe et al. 2009;
Farouk dan Osman 2012).
Tubuh tungau dibagi menjadi dua bagian yang berbeda: (1)
gnathosoma dan (2) idiosoma. Gna- thosoma mencakup bagian mulut, dan idiosoma
mencakup sisa tubuh yang sejajar dengan kepala, dada dan perut serangga. Tungau
merah betina memiliki tubuh berbentuk elips, dengan panjang 0,4 mm dan memiliki
12 pasang duri di punggung. Tungau merah jantan berbentuk elips dengan ujung
ekor runcing dan ukurannya lebih kecil dari tungau betina (Fasulo dan Denmark
2010).
Perkembangan Tetranychus spp. relatif cepat dan siklus
hidupnya relatif singkat, tetapi keperidiannya tidak tinggi untuk golongan
arthropoda. Oviposisi pada tetranychidae didahului oleh masa oviposisi yang
singkat dan mencapai puncaknya secara cepat dan diikuti penurunan oviposisi
secara perlahan (Huffaker et.al., 1969). Seekor betina akan menghasilkan
sekitar 15-20 telur per hari. Karena jumlah generasinya yang tinggi dalam satu
musim menyebabkan kerusakan yang ditimbulkannya juga besar.
Siklus hidup tungau terdiri dari telur, nimfa, dan dewasa.
Nimfa terdiri dari dua tahap yaitu protonymph dan deutonymph. Siklus hidup
mulai dari telur hingga dewasa sangat bervariasi tergantung pada suhu. T.
urticae dapat berkembang dan bereproduksi pada kisaran suhu yang lebar, dan
suhu yang paling sesuai untuk perkembangan, kelangsungan hidup, dan reproduksi
tungau adalah 27–30 oC. Ambang batas suhu terendah untuk menyelesaikan
perkembangan T. urticae betina dan jantan masing-masing adalah 13,8 dan 12,1 °C
(Riahi et al. 2013). Suhu juga mempengaruhi tingkat kesuburan betina dan rasio
jenis kelamin. Kesuburan betina tertinggi dicapai pada suhu 30 oC, dengan
produksi telur mencapai 156,8 telur/betina, dengan proporsi betina lebih banyak
(El- Wahed dan El-Halawany 2012).
Perkembangan T. urticae dari telur hingga dewasa membutuhkan
waktu antara 7–24 hari, mortalitas dewasa tertinggi pada musim dingin mencapai
78,70%. Pada musim gugur tungau merah betina mampu menghasilkan 88 telur dan
pada musim panas menghasilkan 71 telur (Hoque et al. 2008). Tungau merah
memiliki pertumbuhan populasi yang sangat cepat, waktu perkembangan singkat,
tingkat kelahiran tinggi, dan kelangsungan hidup nimfanya panjang (Clotuche et
al. 2011).
Pada kondisi suhu optimum (sekitar 80 ºF), tungau
menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu 5–20 hari. Betina dewasa hidup 2–4
minggu dan selama hidupnya mampu bertelur hingga ratusan butir. Telur menetas
menjadi larva dengan tiga pasang kaki, larva berkembang menjadi nimfa dan
dewasa dengan empat pasang kaki (Fasulo dan Denmark 2010).
Nimfa jantan dan betina dewasa berbentuk oval dan umumnya
berwarna kuning atau kehijauan. Terdapat satu atau lebih bintik-bintik gelap
pada setiap sisi tubuhnya dan bagian atas perut bebas dari bintik- bintik.
Tungau dewasa mempunyai ukuran antara 0,25 mm hingga 0,5 mm. Tungau betina dewasa
dapat berhenti bereproduksi selama musim dingin, pada tahap ini warna berubah
menjadi oranye terang.
Tungau bereproduksi secara cepat pada cuaca panas dan
populasi menjadi tinggi pada bulan Juni hingga September. Jika suhu dan
persediaan makanan menguntungkan, satu generasi dapat diselesaikan dalam kurun
waktu kurang dari seminggu. Tungau lebih suka kondisi panas, berdebu, dan biasa
ditemukan pada tanaman yang berdekatan dengan jalan raya yang berdebu atau di
pinggir kebun. Tanaman yang tercekam kekeringan lebih rentan terhadap tungau.
Populasi tungau akan mengalami penurunan yang cepat pada akhir musim panas,
ketika populasi predator tinggi, kondisi tanaman inang menjadi tidak
menguntungkan, dan cuaca berubah dingin serta hujan (Godfrey 2011).
Meskipun tungau merah lebih suka dengan kondisi panas, namun
rentan terhadap radiasi ultra violet (UV), untuk menghindari efek buruk dari
paparan langsung radiasi UV, hama ini tetap berada di bawah permukaan daun
(Otsuka dan Osakabe 2009). Komponen radiasi UV yang dapat menyebab- kan efek
merusak adalah ultraviolet-B (UVB: panjang gelombang 280–315 nm), sedangkan
ultraviolet-A (UVA: panjang gelombang 315–400 nm) tidak mempengaruhi
kelangsungan hidup dan fekunditas dari T. urticae (Suzuki et al. 2009; Ohtsuka
dan Osakabe 2009; Sakai dan Osakabe 2010).
Pengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan
memanfaatkan musuh alami (predator) yang ada di alam. Keberadaan predator
sangat penting dalam mengatur populasi tungau, sehingga kebera- daannya harus
dilindungi. Menurut Pickel et al. (2014), populasi predator di lapangan
dikategorikan menjadi tiga, yaitu: rendah (predator sulit dijumpai, pada setiap
enam daun dijumpai kurang dari satu predator), sedang (predator mudah dijumpai,
setiap tiga daun dijumpai satu predator), dan tinggi (pada setiap daun dijumpai
satu atau lebih predator). Terdapat beberapa tungau predator yang dinilai
efektif untuk mengendalikan T. urticae (Rhodes dan Liburd, 2006; Fraulo dan
Liburd, 2007; Cakmak et al. 2009). Menurut Fraulo et.al., (2007) pengendalian
hama tungau merah Tetranychus spp. Dapat menggunakan tungau predator yaitu;
Phytoscilus persimis dan Neoseiulus californis.
Terdapat 32 jenis predator yang telah dilaporkan menyerang
tungau. Predator tungau yang paling penting adalah:
-Oligota minuta untuk
Monony- chellus tanajoa.
-Stethorus tridens untuk T. urticae dan T. Cinnabarinus.
-Phytoseiidae. Terdapat 30 jenis predator dari keluarga
Phytoseiidae yang menyerang tungau (Belloty et al. 1986).
Yanagita et al. (2014) melaporkan bahwa Scolothrips
takahashii merupakan thrip predator yang dapat digunakan sebagai agen hayati
yang efektif terhadap T. urticae pada tanaman strawberry. Predator lainnya
seperti Orius minutus (Fathi 2013), Coccinellla septempunctata (Sirvi dan Singh
2014), Stethorus gilvifrons (Ahmad et al. 2010), dan Stethorus punctillum
(Gorski dan Eajfer 2003) dinilai sebagai agen hayati yang potensial. Di Amerika
Serikat terdapat lima jenis tungau predator yang tersedia secara komersial, yaitu:
Phytoseiulus persimilis, Mesoseiulus longipes, Neo- seiulus californicus,
Galendromus occidentalis dan Amblyseius fallicus.
Feltiella acarisuga merupakan salah satu predator yang
mempunyai daya mangsa tinggi. Kemampuan F. acarisuga memangsa tungau merah lebih
tinggi dibandingkan dengan Neoseiulus californicus dan Amblyseius swirskii.
Larva F. acarisuga mempunyai kemampuan memakan telur tungau merah sebanyak 50
telur/hari, diikuti N. californicus sebanyak 25,6 telur/hari, dan A. swirskii
sebanyak 15,1 telur/ hari. N. californicus betina mampu memproduksi telur lebih
banyak dibandingkan dengan A. swirskii betina (Xiao et al. 2013).
Untuk pengendalian tungau merah ini selain pengaturan
populasinya dengan musuh alami, juga melalui pengaturan faktor-faktor yang
mempengaruhi populasinya dengan memanipulasi lingkungan hidupnya yang kurang
disukai oleh tungau tersebut.
Penggunaan insektisida dalam spektrum luas sering
menyebabkan predator tungau mati, dan berakibat pada munculnya wabah tungau,
sehingga penggunaan pestisida perlu dihindari. Semprotan air, minyak,
insektisida, atau sabun dapat digunakan untuk pengendalian tungau merah.
Sebelum melakukan penyemprotan, pemantauan tingkat populasi tungau harus
dilakukan (Godfrey 2011).
Tungau merah (Tetranychus urticae Koch) merupakan jenis hama
yang paling penting dalam keluarga Tetranychidae, bersifat polifag dan dapat
menyerang sekitar 1.200 jenis tanaman (Xie et al. 2006, Naher et al. 2006),
termasuk sayuran (paprika, tomat, dan kentang), tanaman pangan (kacang-kacangan,
jagung, dan ubikayu), tanaman buah (strawberry), dan tanaman hias (bunga mawar)
(Fasulo dan Denmark 2009). Di India, hama ini banyak dijumpai pada tanaman
Withania somnifera (ginseng India) (Sharma dan Pati 2012). Serangan hama tungau
merah dapat menyebabkan kehilangan hasil dan kerugian secara ekonomi (Tehri et
al. 2014).
Tungau merah (Tetranychus urticae) muncul pada musim
kemarau, pada periode musim panas dan kering yang panjang mampu memintal
benang-benang jaring (web) (Knapp et al. 2003). Menurut Wright et al. (2006),
cuaca kering dan panas mendukung reproduksi dan kelangsungan hidup tungau
merah, karena pada kondisi demikian pengendalian secara biologis oleh cendawan
entomopatogen hampir tidak ada. Budianto dan Praktinyo (2009), menyatakan bahwa
populasi tungau laba-laba (T. urticae) lebih tahan terhadap perubahan iklim termasuk
pemanasan global dibandingkan tungau predatornya. Zundel et al. (2009)
mengemukakan bahwa kondisi lingkungan seperti kelembaban udara yang rendah dan
suhu yang tinggi akan menyebabkan terjadinya peningkatan populasi tungau hama
dan menurunkan biodiversitas tungau predator.
Populasi tungau merah menurun pada awal musim hujan dan
tetap pada tingkat yang sangat rendah di musim dingin. Suhu maksimum dan
minimum memiliki korelasi nyata positif dengan serangan tungau (Meena et al.
2013). Pada kondisi yang tidak menguntungkan, tungau betina dewasa berada pada
kondisi diam (diapause) yang disebabkan oleh periode penyinaran yang pendek,
penurunan suhu dan suplai makanan yang tidak menguntungkan. Pada kondisi
demikian, tungau betina dewasa berhenti makan dan bertelur, serta meninggalkan
tanaman inang untuk bersembunyi di tempat-tempat yang terlindung, dan
melanjutkan aktivitasnya di musim semi (CABI 2015).
Tungau merah mempunyai kemampuan untuk mengembangkan
ketahanan terhadap pestisida (Van Leeuwen et al. 2010). Pengendalian kimia
sering menyebabkan resistansi silang yang luas di dalam dan di antara kelas
pestisida, sehingga menyebabkan resistensi terhadap pestisida yang baru dalam
kurun waktu 2–4 tahun. Banyak aspek biologi tungau merah yang menyebabkan
terjadinya perubahan resistensi yang cepat terhadap pestisida, di antaranya
perkembangan yang pesat, daya tetas tinggi, dan penentuan seks haplodiploid.
Pengendalian tungau multi-resisten terhadap pestisida menjadi semakin sulit
dengan terbatasnya pemahaman dasar genetik resistensi (Khajehali et al. 2011).
Aplikasi insektisida dalam pengendalian tungau merah harus
memperhatikan cara penyemprotan. bagian bawah daun harus menjadi target
penyemprotan supaya terjadi kontak antara insektisida yang diaplikasikan dengan
tungau sebanyak mungkin, karena sisi bawah daun merupakan tempat berkumpulnya
tungau merah. Aplikasi insektisida dilakukan pada interval 5–10 hari. Telur
tungau yang belum menetas tidak terpengaruh oleh sebagian insektisida, kelakuan
yang sama kemungkinan juga terjadi pada larva dan nimfa yang mengalami
pergantian kulit (molting). Selama molting, tungau tetap tidak aktif di bawah
bekas kulit yang berfungsi sebagai penghalang terhadap insektisida. Pada fase
ini tungau juga tidak makan, yang menyebabkan insektisida yang bersifat
sistemik tidak berpengaruh. Apabila aplikasi hanya dilakukan sekali, maka
tungau dapat bertahan hidup (Potter 2013).
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
Salah satu hama pemakan daun dan keberadaanya cukup
menganggu tanaman adalah Belalang. Jenis serangga ini umumnya memilih
perkebunan sebagai sasaran empuk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, biasanya
belalang membuat koloni atau sebuah kelompok yang kemudian menyerang tanaman
secara bersama-sama.
Jika hal tersebut terus dibiarkan dan tidak segera diatasi,
belalang akan terus mengerogoti semua tanaman tanpa kecuali, bahkan tanaman yang
baru tumbuh sekalipun. Hama belalang juga menjadi teror mengerikan bagi petani,
sebab dapat menurunkan atau menjadikan hasil panen kurang maksimal. Padahal
bisa dibilang sumber penghasilan utama petani adalah hasil panen.
Belalang pasti sudah tidak asing lagi bagi petani. Belalang
bisa menjadi momok yang menakutkan bagi petani ketika mereka sudah membentuk
sebuah kelompok atau koloni. Serangan hama ini menyebabkan penurunan hasil
panen dalam jumlah yang drastis.
Ada beberapa jenis belalang yang kerap menjadi hama bagi
pertanaman padi, salah satunya adalah Belalang Kembara.
Belalang kembara (Locusta migratoria, L) merupakan salah
satu hama penting di Indonesia yang potensial terdapat di beberapa propinsi
yaitu Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Lampung, Sumatera
Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Hama ini merupakan salah satu
faktor penghambat dalam program peningkatan produksi tanaman. Kerusakan dan
kerugian yang ditimbulkan oleh hama belalang kembara sangat bervariasi diikuti
dengan peningkatan populasi yang tinggi. Belalang ini cenderung untuk membentuk
kelompok besar dan suka berpindah-pindah sehingga dalam waktu yang singkat
dapat menyebar pada areal yang luas. Kelompok yang bermigrasi dapat memakan
tumbuhan yang dilewatinya selama dalam perjalanan. Perilaku makan belalang
kembara dewasa biasanya hinggap waktu sore hari dan malam hari sampai pagi hari
sebelum terbang. Kelompok nimfa yang bermigrasi dapat memakan tumbuhan di
lokasi selama dalam perjalanan. Belalang ini lebih cenderung memilih makanan
yang lebih disukainya terutama dari famili gramineae.
Belalang kembara (Locusta migratoria, L). dapat berkembang
secara baik pada akhir musim hujan yang sebelumnya didahului oleh musim kemarau
yang panjang.
Belalang kembara menyerang dengan memakan daun-daun tanaman
sehingga mengurangi luas permukaan daun dan mengganggu fungsi fisiologis dari
tanaman yang diserang. Kerusakan daun ini berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman tersebut. Jika serangan belalang ini terjadi dalam jumlah populasi yang
tinggi, daun tanaman yang diserang akan habis dimakannya.
Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT)
Jatisari menjelaskan, belalang kembara atau Locusta Migratoria ini sangat
menyukai tanaman dari kelompok Graminae seperti padi, jagung, sorgum dan jenis
rumput-rumputan. Sedangkan tanaman yang tidak disukainya antara lain kacang
hijau, kedelai, kacang panjang, ubi kayu, tomat, ubi jalar dan tanaman kapas.
Jenis belalang lain yang juga gemar memakan tamanan padi,
dan tanaman dari famili graminae lain yakni Nomadacris succincta. Belalang ini
tubuh lebih besar dari belalang kembara. Sedangkan belalang yang umumnya menyerang
tanaman jagung ada dua jenis, yaitu Locusta sp., dan Oxya chinensis. Hama jenis
ini menyerang tanaman jagung saat masih muda, dengan cara memakan tunas jagung
muda (baru tumbuh). Hama belalang pada tanaman jagung merupakan hama migran,
dimana tingkat kerusakannya tergantung dari jumlah populasi serta tipe tanaman
yang diserang.
Hama belalang kembara betina biasa meletakkan telurnya dalam
bentuk paket telur di dalam tanah. Seekor betina mampu menghasilkan hingga 270
butir telur. Siklus hidupnya rata-rata 76 hari meliputi stadia telur (17 hari)
dan stadia nimfa (38 hari) dan stadia praoviposisi (21 hari).
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
Tuhan telah memberi karunia
yang sangat besar kepada negara Indonesia berupa kesuburan tanah dan sumberdaya
lainnya. Berbagai budidaya tanaman berupa pertanian tanaman pangan dan perkebunan
holtikultura sangat mudah untuk ditemukan memungkinkan industri pertanian atau
agro industri maupun wisata pertanian atau agrowisata berkembang pesat seiring
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagian besar pekerjaan rakyat
Indonesia adalah petani, oleh karena itu sektor pertanian menjadi penting dan
peningkatan pendapatan petani akan berdampak secara langsung terhadap bangsa
Indonesia. Salah satu kendala yang dihadapi petani selain langkanya pupuk dan
bibit juga masalah dalam pengendalian hama. Kesulitan dalam masalah
pengendalian hama ini adalah mahalnya harga pestisida sintetik maupun organik.
Diperlukan sebuah terobosan penting untuk mengatasi masalah pestisida ini,
Salah satu solusinya adalah penggunaan pestisida nabati, yaitu pestisida yang
berbahan dasar dari alam misalnya tumbuhan.
Riset dan penelitian tentang
pertanian atau perkebunan tengah digalakan menyangkut varietas unggul,
pembibitan, rekayasa genetika, teknologi pengendalian hama termasuk dari sisi
managerial dan pemasaran, tiada lain untuk lebih memaksimalkan hasil panen
dalam rangka swadaya pangan maupun untuk meningkatkan kualitas untuk dapat
bersaing dengan produk impor.
Hama merupakan organisme yang
merusak tanaman atau hasil tanaman karena aktifitas hidupnya, terutama
aktifitas untuk memperoleh makanan. Hama tanaman memiliki kemampuan merusak
yang sangat hebat. Akibatnya tanaman dapat rusak atau bahkan tidak dapat
menghasilkan sama sekali (Tim Bina Karya Tani. 2009: 63).
Adanya gangguan hama
menyebabkan masyarakat tidak dapat melakukan budidaya tanaman. Sebenarnya sejak
benih disebarkan hingga tanaman dipanen selalu dihadapkan kepada gangguan alami
yang bersifat biotik maupun abiotik. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil
panen yang sesuai dengan kemampuan genetiknya seperti benih induk semula maka
masyarakat harus mampu mencegah atau mengatasi terjadinnya gangguan pada
tanaman tersebut. Di alam ada 2 golongan besar pengganggu tanaman yaitu biotik
(gulma, penyakit tumbuhan, dan hama) dan abiotik (cuaca) (Sinaga, 2003).
Hasil penelitian Wachid (2003)
dalam Wulandari (2013), Pestisida adalah bahan yang cocok untuk membasmi hama
yang dapat menurunkan populasi hama, hingga meluasnya serangan hama dapat
dicegah.
Pestisida adalah suatu bahan
yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme
pengganggu. Pengambilan nama ini berasal dari pest (“hama”) yang diberi akhiran
-cide (“pembasmi”). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma,
burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida
umumnya memiliki sifat beracun, meskipun tidak selalu, dan dalam bahasa
sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai “racun”.
Pada saat ini pestisida yang
dipakai untuk membasmi hama masih bersumber dari zat kimia, yang mengakibatkan
dampak negatif untuk kesehatan masyarakat dan lingkungan. Dari permaslahan
tersebut di butuhkan adanya pemecahan masalah yang dapat meringankan beban
petani. Salah satu cara yang dapat dipakai adalah menggantikan pestisida
berbahan kimia ke pestisida organik yang alami.
Hasil penelitian Djojosumarto
(2008), salah satu cara pengendalian hama adalah penggunaan pestisida. Maka
pestisida bersifat racun dibuat, dijual, dan dipakai untuk meracuni organisme
pengganggu tanaman (OPT). Pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang
khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah, atau menangkis gangguan hama.
Setiap racun pestisida berpotensi mengandung racun yang berbahaya. Pestisida
kimia atau anorganik mengandung senyawa kimia yang tidak mudah diuraikan oleh
lingkungan.
“Pemakaian kimia sintetik
berlebihan akan menimbulkan dampak buruk, yakni terjadinya pencemaran
lingkungan, resurjensi, resistensi, dan musnahnya organisme bukan sasaran,” kata Harwanto, Peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Jawa Timur.
Diperlukan sebuah terobosan
penting untuk mengatasi masalah pestisida ini. Penggunaan pestisida Sintetik
selain harganya mahal juga mengandung resiko pencemaran lingkungan, sehingga
mesti dicari pestisida yang murah tetapi tidak mencemari lingkungan. Salah satu
solusinya adalah penggunaan pestisida nabati, yaitu pestisida yang berbahan
dasar dari alam misalnya tumbuhan, pestisida ini tidak mencemari lingkungan
karena mudah terurai dan mudah hilang.
Didasari oleh banyaknya
tumbuhan penghasil racun yang berkhasiat sebagai insektisida maka tanaman yang potensial
dipilih untuk digunakan membasmi hama adalah jenis tanaman daun tembakau
(Nicotiana tabacum).
Tanaman tembakau (Nicotianae tabacum L ) merupakan
salah satu jenis tanaman yang potensial digunakan sebagai pestisida alami.
Bagian yang sering digunakan adalah bagian daun dan batang. Daun tembakau
kering mengandung 2 – 8 % nikotin. Tanaman tembakau dapat dijadikan sebagai
pestisida organik karena kandungan nikotinnya yang tinggi mampu mengusir hama
pada tanaman, sehingga tembakau bukan hanya digunakan untuk konsumsi rokok
semata, tetapi bisa diolah menjadi pestisida organik (Wulandari, 2013).
Pestisida tembakau, sebagai
pestisida nabati, dapat menghambat dan menurunkan nafsu makan dari hama. Selain
itu, pestisida nabati ini juga sangat aman untuk diaplikasikan karena tidak
mengandung residu bahan kimia sehingga sangat ramah lingkungan.
Tumbuhan yang potensial untuk
digunakan sebagai pestisida nabati umumnya mempunyai karakteristik rasa pahit
(mengandung alkaloid dan terpen), berbau busuk dan berasa agak pedas. Tanaman
atau tumbuhan ini jarang diserang oleh hama sehingga banyak digunakan sebagai
ekstrak pestisida nabati dalam pertanian organik (Hasyim, A. dkk , 2010).
Tembakau, mendengar kata itu
yang terbersit pertama kali dalam otak pasti racun yang terkandung dalam rokok.
Beberapa orang bahkan meyakini bahwa tak ada secuil pun manfaat positif dari
tembakau.
Tembakau merupakan salah satu
tanaman yang ada di Indonesia yang cukup besar menyumbangkan devisa untuk
Negara yaitu melalui produksi rokok. Namun, disisi lain rokok sangat
membahayakan tubuh manusia serta lingkungannya sehingga perlu dicari manfaat
lain dari tanaman tembakau tersebut agar dapat bermanfaat dan tidak
membahayakan tubuh manusia serta lingkungan.
Menurut Harwanto, ekstrak
limbah daun tembakau yang mempunyai kandungan nikotin tinggi di Indonesia masih
terbatas penelitiannya dan belum banyak diungkap secara mendalam. Pendalaman
itu khususnya dari aspek ilmiah terhadap respon S.exigua pada skala
laboratorium, terutama untuk tingkat toksisitas dari berbagai pelarut,
mortalitas dan perkembangan, aktivitas makan, efisiensi konsumsi pakan, dan
perkembangan dan penekanan produksi. “Ekstrak limbah daun tembakau itu
berpengaruh terhadap mortalitas dan perkembangan S.exigua dan tidak berpengaruh
terhadap variabel reproduksi," kata Harwanto di Yogyakarta. Harwanto
menambahkan, banyak contoh bahan alam yang sudah terkenal digunakan sebagai
insektisida nabati, antara lain daun tembakau dengan kandungan nikotinnya.
Tembakau adalah produk
pertanian yang diproses dari daun tanaman dari genus Nicotiana. Tembakau dapat
dikonsumsi, digunakan sebagai pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat yang
dapat digunakan sebagai obat. Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk
mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Berikut
manfaat tembakau dalam memberantas hama:
Membunuh Serangga
Rendam sebatang rokok di dalam
satu liter air dan diamkan semalam. Nikotin akan dilepaskan ke dalam air dan
larutan dapat disemprotkan ke tanaman untuk membunuh serangga.
Air rendaman tembakau berwarna
coklat pekat kehitaman karena mengandung zat nikotin. Zat nikotin pada tembakau
merupakan racun yang dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa jenis hama
pada tanaman, antara lain adalah hama jenis kutu-kutuan dan ulat.
Mencegah Serangan Kutu Tanaman
Siapkan campuran yang terdiri
atas setengah cangkir bubuk bawang putih, satu cangkir kompos, dan satu cangkir
tembakau. Sebarkan campuran ini di sekitar pangkal tanaman untuk mencegah
serangan kutu tanaman.
Mencegah Penyakit Daun Menggulung
Campur larutan tembakau dengan
bubuk pyrethrum dan semprotkan pada daun untuk mencegah penyakit daun
menggulung. Penyakit ini disebabkan larva serangga yang menggulung daun untuk
dijadikan tempat tinggalnya.
Mencegah Hama Pengerek
Sebarkan tembakau di sekitar
pangkal pohon persik untuk mencegah hama penggerek.
Membasmi Kelabang
Jika Anda memiliki masalah
kelabang, basahi tanah dengan campuran air, bawang putih dan tembakau. Kelabang
bisa menimbulkan masalah karena memakan tanaman yang masih muda.
Membasmi Tikus Tanah
Jika Anda memiliki masalah
dengan tikus tanah, sebarkan tembakau pada lubang yang menjadi sarang mereka.
Menyingkirkan Laba-Laba
Masukkan tembakau ke dalam
sepanci air mendidih. Biarkan dingin dan saring. Tambahkan setengah cangkir
sabun cair wangi lemon. Semprotkan larutan ini di sekitar halaman untuk
menyingkirkan laba-laba.
Dalam pengaplikasiannya, yakni
dalam pembasmian hama tanaman, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan,
diantaranya adalah dengan membuat ekstrak tembakau atau dengan cara langsung.
Selain itu, tidak jarang juga, pestisida tembakau ini dicampur dengan bahan
organik lainnya untuk lebih membantu dalam meningkatkan kerja dari pestisida
nabati tersebut.
Ekstrak merupakan kegiatan
penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang
tidak dapat larut dengan pelarut cair. Ekstraksi nikotin dengan alkohol dan air.
Ekstrak ini didapatkan melalui liquid-liquid extraction menggunakan corong
pisah dengan prinsip pemisahannya berdasarkan kelarutan.
Untuk pengaplikasiannya sendiri
hampir sama dengan teknik pengaplikasian pestisida pada umumnya. Setelah
melakukan proses penyaringan pada ekstrak tembakau, masukkan ke dalam wadah
penyemprot tanaman yang biasa digunakan. Kemudian, semprotkan pestisida
tembakau tersebut pada seluruh tanaman yang terserang hama secara merata. Anda
dapat pula mengaplikasikan dengan cara langsung memasukkan tembakau ke dalam
tanah, kemudian ditutupi dengan abu kayu dan sekam untuk menunjang pertumbuhan
tanaman tersebut.
Pentingnya pemanfaatan tembakau
sebagai pestisida alami mempunyai peran sebagai ajang peremajaan tanah,
sehingga masyarakat setempat dapat memanfaatkan bahan sisa panen yang melimpah
di lingkungan sekitar mereka terutama tembakau. Serta dapat mengurangi
penggunanaa bahan pestisida kimia secara terus menerus dan berlebihan. Yang
akan menimbulkan bahaya terhadap kesehatan dan lingkungan hidup, sehingga
pembuatan pestisida dengan memanfaatkan bahan-bahan yang terdapat di alam
sebagai pestisida nabati atau pestisida ramah lingkungan.
Pribadi (2008) mengemukakan
bahwa kandungan bahan aktif yang
terdapat dalam tanaman tembakau adalah nikotin, alkaloida, saponin, flavonoida,
dan polifenol.
Nikotin merupakan racun,
pastikan untuk tidak menyemprot di daerah tempat anak bermain. Jauhkan juga
larutan ini dari tanaman mawar. Ini akan membuat mawar berubah menjadi hitam.
Nikotin yang mempunyai struktur
kimia C10H14N2 termasuk alkaloid yang tingkat keracunannya tinggi, yang dapat
digunakan sebagai insektisida tanaman budidaya. Alkaloid merupakan senyawa yang
bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan biasanya berupa
sistem siklis. Alkaloid mengandung atom karbon, hidrogen, nitrogen dan pada
umumnya mengandung oksigen (Tobing, 1989). Nikotin dalam tanaman tembakau
merupakan bahan beracun yang dapat digunakan sebagai insektida, fungisida,
akarisida, moluskisida yang bekerja secara racun kontak, perut, dan berperan
sebagai fumigan yang akan menguap dan juga menembus secara langsung ke
integumen. Nikotin juga dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa macam
penyakit tanaman dan nematode (Meikawati, 2013).
Nikotin yang terkandung di
dalam daun tembakau bersifat racun yang dapat membunuh sehingga dapat di
gunakan sebagai moluskasida alami. Sebelumnya nikotin ini juga sering digunakan
sebagai insektisida dan zat penolak serangga (repellent). Insektisida atau
repellent dari nikotin ini digunakan untuk membasmi dan mengendalikan
serangga-serangga bertubuh lunak dan hewan-hewan penghisap seperti kutu daun
dan wereng (Subiyakto: 1990).
Peneliti Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, Harwanto, mengatakan ekstrak limbah daun
tembakau (Nicotiana Tabacum L.) sebagai insektisida nabati dapat digunakan untuk
membasmi ulat bawang merah Spodoptera exigua Hubner (Lepidoptera:Noctuidae)
yang selama ini merugikan petani.
Hama yang bisa dikendalikan
dengan tembakau adalah jenis hama penghisap, hama jenis ini biasanya menggangu
tanaman dengan cara menusukan mulutnya kelapisan epidermis dan menghisap cairan
yang terdapat didalam tanaman dan lebih dari itu hama ini bisa menyebabkan
penyakit pada tanaman seperti bercak-bercak.
Diantara banyaknya jenis hama
penghisap diantaranya adalah walangsangit, hama jenis kutu dan hama tungau.
membuat pestisida nabati dari tembakau terbilang sederhana dan bahan yang
dipakaipun cenderung ada disekitar kita.
Penggunaan pestisida tanpa
mengikuti aturan yang diberikan akan dapat membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Dengan adanya pestisida nabati,
akan diharapkan produksi pertanian dapat meningkat dan kesejahteraan petani
juga semakin baik.
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
Kegiatan belanja akan menjadi lebih mudah apabila Anda tahu
apa yang sedang Anda cari. Begotu juga dengan urusan foundation. Jika Anda tahu
masalah apa yang Anda miliki dengan wajah Anda, maka akan lebih mudah mencari
foundation yang tepat.
Foundation harus sesuai dengan warna kulit Anda (undertone).
Kulit dengan undertone kuning seperti kulit sawo matang yang rata-rata dimiliki
oleh perempuan Indonesia dan harus dipasangkan dengan foundation yang didesain
khusus untuk undertone tersebut.
Perempuan Indonesia mayoritas memiliki warna kulit sawo
matang, hal ini tentu berbeda dengan warna kulit perempuan Korea atau Jepang
yang umumnya putih. Oleh karena itu, jika Anda ingin mengaplikasikan riasan ala
Korea atau negara Asia Timur, maka penting Anda ketahui dulu apa warna kulit
wajah Anda. Jangan sampai, Anda mengikuti warna foundation yang digunakan wanita
Korea berkulit putih sedangkan kulit wajah Anda sendiri berwarna sawo matang. Karena
itu, penting memilih warna foundation yang sesuai dengan warna kulit sawo
matang yang Anda miliki.
Warna kulit sawo matang tidak terlihat putih, tidak juga
terlihat kuning. Warna kulit sawo matang juga tidak gelap, namun warna kulit
sawo matang terkesan seperti cokelat, tapi lebih ke arah cokelat muda. Warnanya
mirip dengan warna sawo yang sudah matang.
Menentukan warna foundation yang tepat sangatlah penting.
Salah satu akibat jika Anda salah menentukan warna foundation yang tepat antara
lain warna kulit wajah Anda kan terlihat kurang merata. Mungkin ada juga yang
terlihat sedikit belang. Keliru memilih warna foundation juga bisa membuat
kulit wajah Anda justru terlihat kusam. Flek hitam juga sulit tersamar jika warna
foundation tidak menyatu dengan kulit wajah Anda.
Memilih warna foundation yang cocok untuk kulit wajah bisa
dikatakan gampang-gampang susah. Apalagi memilih foundation untuk kulit sawo
matang. Jangan sampai penampilan Anda menjadi tidak maksimal hanya karena Anda menuruti
selera dengan warna-warna tertentu yang Anda sukai.
Dibawah ini adalah beberapa hal dasar yang bisa Anda jadikan
panduan untuk memilih foundation yang tepat.
Ketahui jenis kulit Anda
Kenali dulu jenis kulit wajah Anda, apakah kategori normal,
kering atau berminyak. Jenis kulit mempengaruhi juga jenis foundation yang Anda
pilih. Karena ada beberapa produk foundation yang dikhususkan untuk jenis kulit
tertentu. Pilih yang sesuai dengan jenis kulit Anda.
Setiap orang memiliki jenis kulit wajah yang berbeda-beda.
Jenis wajah yang umum dijumpai adalah kulit normal, kulit kering, dan juga
kulit berminyak. Namun pada kenyataannya, jenis kulit wajah manusia sangat
bervariasi. Ada juga kulit wajah dengan jenis kombinasi. Misalnya kulit wajah
bisa termasuk dalam jenis kulit normal, tapi normal yang kering. Ada pula jenis
kulit wajah yang masuk kedalam jenis kulit normal, tapi normal agak berminyak.
Dengan mengetahui jenis kulit wajah maka Anda akan lebih
mudah menentukan foundation manakah yang sesuai bagi kulit wajah Anda. Di era
modern ini, banyak pula foundation yang mencantumkan keunggulan serta kelebihan
produk brand mereka pada kemasannya.
Ketahui warna dasar kulit Anda
Cara termudah dari rangkaian tips memilih foundation untuk
kulit sawo matang adalah dengan mengetahui rona asli kulit Anda dari warna
pembuluh darah yang terdapat pada lengan. Apabila warna yang muncul adalah
kehijauan, maka Anda memang memiliki kulit dengan nuansa hangat.
Perempuan dengan warna kulit sawo matang termasuk dalam jenis
warna kulit yang netral. dan warna foundation yang cocok untuk kulit sawo
matang, antara lain warna cokelat natural, beige, expresso, walnut, ataupun
warna-warna sejenis cokelat yang masih menyerupai warna kulit dasar yang Anda
miliki.
Jangan hanya memikirkan warna-warna foundation yang Anda
sukai dan inginkan. Anda perlu membandingkan, apakah warna foundation tersebut
serupa dengan warna kulit Anda atau tidak. Memilih foundation untuk kulit sawo
matang sebaiknya pilih warna foundation yang paling mendekati dengan warna
kulit.
Pastikan Anda tidak memilih warna foundation yang setingkat
lebih cerah ataupun setingkat lebih gelap dari warna dasar kulit wajah Anda. Bila
tidak mendapatkannya, Anda bisa menggunakan foundation yang lebih cerah dari
kulit. Tidak perlu khawatir, tampilan Anda bisa disempurnakan dengan bronzer
atau contouring sehingga hasilnya akan terihat natural.
Pegang selembar kertas di samping wajah Anda
Membandingkan kulit wajah Anda dengan sesuatu berwarna putih
dapat menunjukkan kepada Anda rona asli kulit Anda yang sebenarnya. Jika shade
muka Anda lebih kuning daripada kertas tersebut, maka dipastikan Anda memiliki
kulit dengan nuansa hangat.
Pertimbangkan warna perhiasan yang paling cocok untuk Anda
Apakah Anda lebih pantas mengenakan perhiasan berbahan perak
atau emas?. Jika perhiasan dari emas selalu membuat Anda memancarkan kecantikan
lebih, maka Anda memiliki kulit dengan nuansa hangat yang kuat.
Memperhatikan warna pakaian yang Anda kenakan
Tanpa disadari, ada beberapa pakaian dengan warna tertentu
yang selalu Anda kenakan secara berulang-ulang. Jika pakaian-pakaian tersebut
memiliki warna coklat, hijau lumut, atau jingga, maka Anda cenderung memiliki
undertone yang hangat.
Pilih Tekstur Foundation
Bagi Anda yang masih baru di dunia make up, mungkin Anda
masih belum begitu paham dengan aneka tekstur foundation. Tapi bagi yang sudah
sering memakai make up, tentu Anda sudah mengetahui macam-macam tekstur
foundation.
Ada beragam pilihan tekstur foundation, mulai dari yang
cair, padat, gel, cream dan lainnya. Pilihlah yang paling tepat dengan jenis
kulit Anda.
Foundation
Cream. Foundation dengan jenis ini biasanya digunakan oleh para
wanita yang sudah mulai mengalami tanda-tanda penuaan. Sesuai jenisnya,
foundation ini berbentuk cream. Oleh karena itu sangat cocok untuk menyamarkan
garis halus, kerutan hingga menutupi flek hitam pada wajah.
Foundation
Gel.
Selain berbentuk cream, faoundation juga ada yang berbentuk gel. Jenis
foundation ini lebih cocok bila digunakan pada jenis kulit kering, namun ada
pula yang bisa digunakan untuk kulit berminyak.
Foundation
Cair. Foundation dengan bentuk cair memiliki kandungan dan
formula yang lebih ringan dibanding foundation jenis lain. Foundation jenis ini
biasanya cocok untuk melebabkan kulit. Oleh karena itu baik jika digunakan
untuk jenis kulit wajah yang kering.
Foundation
Padat. Foundation berbentuk padat sangat cocok dipakai oleh Anda
yang memiliki jenis kulit berminyak.
Foundation
Powder. Kulit wajah yang berminyak juga cocok menggunakan
foundation berbentuk tepung. Meskipun bentuknya hampir sama dengan bedak tabur,
namun foundation berbentuk powder atau tepung ini memiliki kemampuang menutupi
kulit dengan lebih baik.
Cari foundation palette dengan beragam pilihan warna
Setelah Anda memahami undertone kulit Anda, maka saatnya
Anda mengunjungi konter kecantikan yang terpercaya. Biasanya, mereka menawarkan
sampel produk yang bisa Anda coba secara gratis. Cari konter yang menawarkan
sampel foundation dengan beragam pilihan warna. Tidak hanya itu, Anda mungkin
membutuhkan satu foundation palette yang mencakup beragam undertone. Daripada
Anda membeli secara langsung namun hasilnya kurang sesuai dengan keinginan
Anda.
Pilih warna yang sesuai dengan undertone Anda
Jangan mudah terkecoh dengan warna-warna yang kelihatannya
mendekati kulit Anda. Anda benar-benar harus teliti dalam melakukan langkah
yang satu ini. Anda ingin hanya ada satu warna yang cocok dengan kulit Anda.
Tandanya adalah apabila foundation tersebut diaplikasikan pada kulit Anda,
kulit Anda tidak tampak lebih gelap atau lebih terang daripada warna kulit
leher Anda.
Pemilihan warna menjadi kunci utama dalam merias kulit sawo
matang, make-up artist Iman Pulungan pun memberikan tips yang bisa Anda ikuti.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah alas bedak yang tepat. Iman Pulungan
menyarankan untuk mencari warna foundation dengan palet kekuningan serta
menghindari produk dengan palet pink. “Warna kuning akan membuat kulit sawo
matang terlihat lebih cerah, sementara pink bisa menimbulkan efek kemerahan dan
akhirnya menjadi terlihat kusam”.
Aplikasikan primer sebelum foundation
Setelah Anda puas dengan foundation yang Anda pilih, maka
sekarang saatnya untuk praktek. Oleskan primer ke seluruh bagian muka untuk
base make-up yang lebih sempurna. Hal ini bertujuan supaya memberi kesan natural
pada make-up Anda.
Coba langsung foundation pada wajah Anda
Langkah yang satu ini dapat membantu Anda untuk mendapatkan
tampilan make-up natural dengan warna muka dan leher yang sama. Anda dapat
menggunakan aplikator apa saja yang Anda rasa nyaman untuk mempraktekkan tips
ini. Perhatikan baik-baik apakah warna foundation tersebut menyatu dengan warna
kulit wajah atau tidak.
Biasanya kalau kita pergi ke mall dan memilih foundation,
shop keeper akan memberikan tester foundation pada bagian kulit tangan. Namun
hal ini sebenarnya tidak bisa dijadikan acuan. Pasalnya, secara umum warna
kulit tangan berbeda dengan warna kulit wajah.
Anda harus menguji apakah foundation yang Anda pilih sesuai
dengan kulit Anda, gunakan di area pipi atau leher. Jika ingin mencoba di pipi,
oleskan foundation di area bawah mata. Jika kulit wajah Anda lebih terang
daripada leher, Anda bisa mengoleskan foundation di bagian leher. Sebelumnya,
pilihlah warna foundation yang warnanya mendekati bagian leher. Bila warna
kulit leher Anda lebih gelap, sebagai cara memilih foundation untuk kulit sawo
matang, sebaiknya pilih warna foundation yang lebih gelap atau sebaliknya.
Bandingkan dengan produk lain yang memiliki undertone sama
Tidak hanya foundation saja yang harus Anda perhatikan, Anda
pun juga harus memiliki concealer, bedak, bahkan blush on dengan undertone
serupa. Untuk memudahkan Anda, sangat disarankan untuk Anda membeli
produk-produk dari brand atau merk yang sama untuk konsistensi yang lebih
presisi.
Gunakan produk secara tipis - tipis
Anda tidak ingin hasil akhir dari foundation Anda justru
tampak seperti topeng?, karena itulah, Anda harus pandai-pandai dalam
mengontrol jumlah produk yang Anda aplikasikan ke wajah. Walaupun keseluruhan
dari kosmetik tersebut memiliki warna yang sama, namun karena tumpukan yang
semakin menebal, ronanya dapat berubah jadi semakin terang.
Demikianlah ulasan tentang cara memilih fondation untuk
kulit sawo matang. Semoga ulasan diatas dapat membantuAnda dalam menentukan
foundation favorit Anda.
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.