Loading...
Tanaman sirsak merupakan salah satu jenis tanaman buah yang
banyak tumbuh di pekarangan rumah dan di ladang-ladang sampai ketinggian tempat
kira- kira 1000 m dari permukaan laut. Sirsak juga memiliki manfaat yang besar
bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai buah yang syarat dengan gizi dan
merupakan bahan obat tradisional yang memiliki multi khasiat. Dalam industri
makanan, sirsak dapat diolah menjadi selai buah dan sari buah, sirup dan dodol
sirsak.
Daun sirsak mengandung senyawa kimia dari golongan annanoin
dan resin yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama thrips. Selain hama
thrips, daun sirsak juga dapat dijadikan pestisida untuk beberapa hama lain
seperti wereng, belalang, ulat dan banyak lagi.
Pada umumnya, petani melakukan pengendalian dengan
menggunakan pestisida sintetik (kimia) dengan asumsi bahwa pestisida sintetik
lebih efektif untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman. Padahal jika
dikaji lebih dalam penggunaan pestisida kimia mempunyai dampak negatif bagi
kehidupan baik tanaman, hewan, maupun manusia. Hal ini karena pestisida
sintetik (kimia) dapat menimbulkan dampak residu dan mengakibatkan terjadinnya
pencemaran pada tanah, air dan udara (rina, 2007).
Tidak dapat dipungkiri, dampak pemakaian pestisida
sintetis/kimia pada produksi pertanian telah
menimbulkan dampak yang tidak baik untuk kesehatan, mulai dari munculnya
penyakit-penyakit berbahaya seperti kanker, maupun kasus keracunan yang
berakhir pada kematian. Tak hanya itu, pemakaian pestisida kimia secara terus
menerus dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan keseimbangan ekologis
terganggu. Selain menyebabkan revolusi genetis pada hama-hama tertentu, dimana
mereka menjadi tahan terhadap hama, juga dapat membunuh predator-predator alami
yang bermanfaat bagi pertanian.
Mengacu pada hal tersebut maka salah satu solusi yang
ditempuh adalah dengan penggunaan pestisida nabati yang sifatnya ramah terhadap
lingkungan. Selain itu, penggunaan pestisida nabati dinilai sangat ekonomis
karena bahan yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati mudah diperoleh
dan biaya yang dibutuhkan relatif murah, sehingga petani dapat menekan biaya
produksi.
Secara ekonomis bila dibandingkan dengan pestisida kimia, biaya
penggunaan pestisida nabati relatif lebih murah. Selain itu pestisida nabati
relatif lebih mudah dibuat dan didapat oleh petani dengan kemampuan dan
pengetahuan terbatas. Dari sisi lain, pestisida nabati mempunyai keistimewaan
yaitu bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan
relatif lebih aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah
terurai.
Dalam upaya pengembangan pestisida nabati, beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah:
- Mudah didapat,
bahan baku cukup tersedia, berkualitas, kuantitas dan kontinuitas
terjamin.
-Mudah dibuat ekstrak, sederhana dan dalam waktu yang tidak
lama.
-Kandungan senyawa pestisida harus efektif pada kisaran 3-5
% bobot kering bahan.
-Selektif.
-Bahan yang digunakan bisa dalam bentuk segar/kering.
-Efek residunya singkat, tetapi cukup lama efikasinya.
-Sedapat mungkin pelarutnya air (bukan senyawa sintetis).
-Budidayanya mudah, tahan terhadap kondisi suhu optimal.
-Tidak menjadi gulma atau inang hama penyakit.
-Bersifat multiguna.
Tanaman sirsak (Annona muricata, L) sangat potensial sebagai
pestisida nabati. Daun dan biji sirsak dapat berperan sebagai insektisida,
larvasida, revellent (penolak serangga), dan antifeedant (penghambat makanan)
dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut. Ekstrak daun sirsak
dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama-hama lainnya.
Kandungan aktif yang terdapat pada sirsak yaitu buah yang mentah, biji, daun
dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain yang bersifat racun pada serangga
(Agus Kardinan. 2002 ).
Daun sirsak mengandung senyawa acetoginin, antara lain
asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin
memiliki keistimewan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak
lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada
konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama
menemui ajalnya (Septerina, 2002). Senyawa acetogenins ini tidak hanya
terkandung pada buah, tetapi juga hampir seluruh bagian pada tanaman sirsak
baik itu daun, batang, akar maupun bijinya.
Acetogenin adalah senyawa polyketides dengan struktur 30–32
rantai karbon tidak bercabang yang terikat pada gugus 5-methyl-2-furanone.
Rantai furanone dalam gugus hydrofuranone pada C23 memiliki aktifitas
sitotoksik, dan derivat acetogenin yang berfungsi sitotoksik adalah asimicin,
bulatacin, dan squamocin (Shidiqi dkk., 2008). Kandungan acetogenins yang ada
pada ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati yang
ramah lingkungan. Senyawa acetogenin bersifat sebagai toksin yang dapat
meracuni sel-sel lambung (A. Tenrirawe. 2011 ).
Senyawa aktif dari daun sirsak diantaranya yaitu tanin dan
acetogenin sebagai pestisida akan mulai bekerja ketika sampai di usus. Tanin
menghambat aktivitas enzim pada saluran pencernaan serangga sedangkan senyawa
acetogenin meracuni sel-sel saluran pencernaan akhirnya serangga uji mengalami
kematian. Menurut Dadang (1999), tanin merupakan senyawa yang dapat menghambat
ketersedian protein dengan membentuk kompleks yang kurang bisa dicerna oleh
serangga, sedangkan menurut Mulyaman, dkk (2000).
Menurut Mitsui et al. (1991), bahwa squamocin yang
terkandung dalam daun sirsak mampu menghambat transport elektron pada sistem
respirasi sel, sehingga menyebabkan gradien proton terhambat dan cadangan
energi tidak dapat membentuk ATP. Bulatacin diketahui menghambat kerja enzim
NADH-ubiquinone reduktase yang diperlukan dalam reaksi respirasi di mitokondria
(Panji, 2009).
Rislansyah (2000), membuktikan hasil penelitiannya, bahwa
ekstrak daun sirsak dapat digunakan untuk membunuh jentik Anopheles aconitus
dengan tingkat kematian sebesar 100%.
Cara
sederhana cara membuat pestisida dari daun sirsak:
-50-100 lembar daun sirsak ditumbuk sampai halus.
-Hasil tumbukan daun direndam dalam 5 liter air dan 15 gr
detergen (sabun colek atau lainnya).
-Diamkan rendaman selama 12 jam (semalam).
-Saring dengan kain halus.
-Tiap 1 liter larutan diencerkan dengan 10-15 liter air atau
1 tangki sprayer diberi 1 liter larutan.
-Semprotkan pada tanaman.
Pemakaian pestisida alami dengan penggunaan dan dosis yang
benar, tidak saja bisa mengurangi hama, tapi juga mengurangi biaya produksi
karena bahan dasar pestisida alami dapat dibudidayakan dan dibuat setiap saat
sesuai kebuthan, dan yang penting adalah tidak mencemari lingkungan. Pestisida
alami bersifat mengurangi serangan hama, bukan membunuh. Oleh karenanya
pestisida alami tidak akan membunuh predator alami hama tersebut. Cara kerjanya
adalah mengusir hama dengan tertentu ataupun mengandung zat kimi tertentu yang
dapat menghilangkan nafsu makan hama.
Keuntungan menggunakan pestisida nabati organik selain untuk
menghemat biaya produksi, juga aman digunakan untuk lingkungan, hasil panen
yang diproduksi juga lebih aman dikonsumsi. Namun pestisida nabati sangat mudah
terdegradasi oleh alam, maka dari itu pemberian pestisida nabati harus lebih
sering terutama pada musim hujan.
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
loading...