Loading...
Pestisida yang berkembang sekarang adalah pestisida kimia,
yang efeknya tidak baik untuk manusia maupun lingkungan. Selain itu, pestisida
kimia juga mahal dan sulit untuk didapatkan. Demi meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, maka pemerintah membuat program kembali ke alam dengan memanfaatkan
tanaman di Indonesia sebagai pestisida alami. Selain aman untuk manusia dan
lingkungan, bahannya pun mudah didapat di sekitar kita (Winarti dan Tim Redaksi
Cemerlang, 2015, hlm. 20).
Bawang putih merupakan tanaman umbi yang banyak
dibudidayakan di Indonesia. Ciri khas bawang putih adalah aromanya yang khas
dan sangat menyengat. Dalam kehidupan sehari-hari bawang putih dimanfaatkan sebagai
bumbu masakan. Keistimewaan bawang putih bukan hanya sekedar sebagai bumbu
makanan, tetapi bawang putih juga memiliki segudang khasiat dan manfaat lainnya.
Bawang Putih adalah nama tanaman dari genus Allium sekaligus
nama dari umbi yang dihasilkan. Bawang putih dalam biasa dikenal dalam nama
daerah; Lasum, bawang mental, bawang hong, bawang handak, palasuna (Sumatera);
bawang bodas, bawang putih, bhabang pote (Jawa), laisona maboteik (Nusa
Tenggara); lasuna kebo, lasuna pute (Sulawesi); bawa subodo, bawa iso (Maluku).
Bawang putih memiliki Ciri herba sebagai berikut, semusim,
tinggi 50-60 cm. Berakar serabut kecil berjumlah banyak. Batang semu, beralur,
hijau. Daun tunggal, berupa reset akar bentuk lanset, tepi rata, ujung runcing,
beralur, panjang 60 cm, lebar ± 1,5 cm, menebal dan berdaging serta mengandung
persediaan makanan yang terdiri atas subang yang dilapisi daun sehingga menjadi
umbi lapis, berwarna hijau. Bunga memiliki 3 daun kelopak, dan 3 daun mahkota
serta 6 benang sari. Buah tidak berdaging. Biji berbentuk kecil dan berwarna
hitam.
Dalam bidang kesehatan bawang putih bermanfaat untuk
mengatasi hipertensi, asma, batuk, masuk angin, sakit kepala, sakit kuning;
sesak nafas, busung air, ambeien, sembelit, luka memar, abses, luka benda
tajam, digigit serangga, cacingan, dan insomnia (sulit tidur).
Habitat dari bawang putih yang semula merupakan tumbuhan
daerah dataran tinggi, tetapi sekarang di Indonesia, jenis tertentu
dibudidayakan di dataran rendah. Bawang putih banyak mengandung senyawa kimia.
Senyawa kimia yang terkandung dalam bawang putih antara lain tanin, minyak
atsiri, dialilsulfida, aliin, alisin, enzim aliinase. Bagian tanaman yang
digunakan untuk ekstrak bawang putih adalah Seluruh bagian tanaman, umbi, daun
dan bunga.
Sejarah masuknya bawang putih ke Indonesia diduga melalui
jalur perdagangan dengan bangsa India, Arab, dan Cina. Kemudian penggunaan
bawang putih semakin menyebar. Konsumsi bawang putih memang telah meluas dari
Asia Tengah ke Eropa, Afrika, Asia Timur, Amerika bahkan hingga seluruh tanah
air kita (Kuswardhani, 2016, hlm. 12).
Bawang putih termasuk salah satu rempah yang telah terbukti
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Golongan senyawa yang diperkirakan
memiliki aktivitas antimikroba pada bawang putih, seperti allisin, ajoene,
dialil sulfida, dialil disulfida, yang termasuk dalam golongan senyawa
tiosulfinat. Tiosulfinat adalah golongan senyawa yang mengandung 2 atom
belerang yang saling berikatan rangkap dengan atom oksigen seperti allisin.
Bawang putih juga berkhasiat untuk menyehatkan tanaman.
Ekstrak bawang putih diketahui berguna untuk mengendalikan beberapa jenis
organisme pengganggu tanaman (OPT), mulai dari hama serangga, bakteri maupun
jamur patogen.
Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk
membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Berdasarkan asal katanya pestisida
berasal dari bahasa inggris yaitu pest berarti hama dan cida berarti pembunuh.
Yang dimaksud hama bagi petani sangat luas yaitu tungau, tumbuhan pengganggu,
penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus,
nematoda (cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain yang
dianggap merugikan. Menurut peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 (yang dikutip
oleh Djojosumarto, 2008, hlm. 2) pestisida adalah semua zat kimia atau bahan
lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
-Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak
tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
-Memberantas rerumputan.
-Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman atau
bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk.
-Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
peliharaan dan ternak.
-Memberantas dan mencegah hama-hama air.
-Memberikan atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad
renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
-Memberantas atau
mencegah binatang-binatang yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu
dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
Penggologan Pestisida
Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran (Wudianto R,
2010, hlm. 12) yaitu:
-Insektisida
adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang bisa mematikan semua jenis
serangga.
-Fungisida adalah
bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk
memberantas dan mencegah fungi/cendawan.
Fungisida merupakan jenis pestisida yang secara khusus
dibuat dan digunakan untuk mengedalikan (membunuh, menghambat atau mencegah)
jamur atau cendawan patogen penyebab penyakit. Bentuk fungisida bermacam-macam,
ada yang berbentuk tepung, cair, gas dan butiran. Fungisida yang bebentuk
tepung dan cair adalah yang paling banyak digunakan. Fungisida dalam bidang
pertanian diunakan untuk mengendalikan cendawan pada benih, bibit, batang,
akar, daun, bunga dan buah. Aplikasinya dilakukan dengan penyemprotan langsung
ketanaman, injeksi batang, pengocoran
pada akar, perendaman benih dan pengasapan (fumigan) (Sudarmo, 1991, hlm. 50).
-Bakterisida.
Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif beracun yang bisa
membunuh bakteri.
-Nermatisida,
digunakan untuk mengendalikan nematoda.
-Akarisida atau
mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang digunakan untuk
membunuh tungau, caplak dan laba-laba.
-Rodenstisida adalah
bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan
berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.
-Moluskisida
adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu: siput, bekicot serta tripisan
yang banyak dijumpai di tambak.
-Herbisida adalah
senyawa kimia beracun yang
dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.
-Pestisida lain
seperti Pisisida, Algisida, Advisida dan lain-lain.
-Pestisida berperan
ganda yaitu pestisida yang berperan untuk membasmi 2 atau 3 golongan
organisme pengganggu tanaman.
Pestisida Organik
pestisida nabati merupakan kearifan lokal di Indonesia yang
sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT), guna mendukung terciptanya sistem pertanian organik. Dan banyak
sekali bahan di alam sekitar kita yang bisa digunakan untuk membuat pestisida
nabati.
Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk
yang berasal dari tumbuhan (daun, buah, biji atau akar) berfungsi sebagai
penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh danbentuk lainnya. dapat
untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Pestisida nabati
bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari
lingkungan, dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu
mudah hilang (Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, 2012, hlm. 1)
Pestisida jenis ini bisa dibilang paling aman bagi
lingkungan dibandingankan dengan pestisida kimia serta bersahabat dengan
manusia, karena semua bahan-bahannya diracik sendiri dan menggunakan bahan
alami maka bisa dipastikan jenis pestisida ini aman.
Cara
kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu:
- Merusak perkembangan telur, larva dan pupa.
-Menghambat pergantian kulit.
-Mengganggu komunikasi serangga.
-Menyebabkan serangga menolak makan.
-Menghambat reproduksi serangga betina.
-Mengurangi nafsu makan.
-Memblokir kemampuan makan serangga.
-Mengusir serangga.
-Menghambat perkembangan patogen penyakit.
Pestisida
nabati mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Keunggulan pestisida nabati
antara lain:
-Mudah didapat, bahan
baku cukup tersedia, berkualitas, kuantitas dan kontinuitas terjamin.
-Mudah dibuat ektrak, sederhana, murah dan membutuhkan waktu
yang tidak lama.
-Relatif aman terhadap lingkungan.
-Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman.
-Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama.
-Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain.
-Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu
pestisida kimia.
Menurut
Winarti dan Tim Redaksi Cemerlang (2015, hlm. 20) ada beberapa pertimbangan
dalam pengembangan pestisida organik, yaitu:
-Kandungan senyawa pestisida harus efektif pada kisaran 3-5%
bobot kering bahan.
-Selektif dan pengendalian yang luas.
-Bahan yang digunakan bisa dalam bentuk segar/kering.
-Efek residunya singkat, tetapi cukup lama efikasinya.
-Cepat diuraikan oleh matahari.
-Sedapat mungkin pelarutnya air (bukan senyawa sintetis).
-Budidayanya mudah dan tahan terhadap kondisi suhu optimal.
-Tidak menjadi gulma atau inang hama penyakit.
-Bersifat multiguna.
Kelemahan
pestisida nabati, adalah:
-Daya kerja relatif lambat.
-Tidak membunuh jasad sasaran secara langsung.
-Tidak tahan terhadap sinar matahari.
-Kurang praktis.
-Tidak tahan disimpan.
-Terkadang harus diaplikasikan / disemprotkan
berulang-ulang.
Allisin adalah komponen utama hasil degradasi secara
enzimatis dari prekursir pembentuk citarasa (Alliin) bawang putih yang tidak
stabil dan sangat reaktif yang disebabkan lemahnya ikatan S-S (Block, 1992
dalam Hadittama, 2009, hlm. 11).
Ekstrak bawang putih bekerja sebagai repellent (penolak)
hama tanaman, aromanya yang menyengat membuat serangga hama enggan mendekati
tanaman. Ekstrak bawang putih bersifat sebagai insektisida, nematisida,
fungisida dan antibiotik.
Bawang putih sangat efektif untuk mengendalikan hama pada
tanaman seperti trips, apids, ulat, belalang dan beberapa jenis hama pada
tanaman terutama pada tanaman hortikultura. Efektifitas bawang putih sebagai
pengendali hama pada tanaman karena mempunyai senyawa kimia yang mudah menguap
yang tidak disukai oleh hama tanaman. Senyawa kimia bawang yang mudah menguap
ini menyebabkan gangguan visual pada hama sehingga dapat mempengaruhi tingkah
laku dan kecepatan kolonisasi serangga.
Dari beberapa penelitian umbi bawang putih mengandung zat aktif
awcin, enzim alinase, germanium (mampu mencegah rusaknya sel darah merah),
sativine (mempercepat pertumbuhan sel dan jaringan serta merangsang susunan sel
saraf), sinistrine, selenium (mikromineral penting yang berfungsi sebagai
antioksidan), scordinin (antioksidan), nicotrinic acid. Kandungan allisin pada
bawang putih mermanfaat sebagai bakterisida, fungisida, dan dapat menghambat
perkembangan cendawan maupun antimikroba lainnya (Solihin, 2009, hlm. 58).
Bawang putih diduga mengandung senyawa alilsistein.
Alilsistein merupakan salah satu senyawa antijamur yang bekerja dengan
mengganggu metabolisme sel Candida albicans dengan cara inaktivasi protein,
penghambatan kompetitif dari senyawa sulfidril atau dengan penghambatan non
kompetitif dari fungsi enzim melalui oksidasi. Selain itu alilsistein juga
dapat menghambat sintesis DNA dan protein (Khaira, dkk, 2016, hlm. 39).
Senyawa kimia lain yang dapat merusak membran jamur adalah
saponin. Saponin mempunyai kerja merusak membran plasma dari jamur. Senyawa
saponin dapat merusak sel membran sitoplasma jamur dengan cara meningkatkan
permeabilitas membran sel jamur. Saponin dapat terkondensasi pada permukaan
suatu benda atau cairan dikarenakan memiliki gugus hidrokarbon yang larut lemak
(berada pada membran sel), sehingga dapat menyebabkan sel-sel pada membran
sitoplasma lisis (Kulsum, 2014, hlm. 15). Senyawa kimia flavoniod pada bawang
putih juga memiliki aktivitas antijamur. Flavonoid yang berada di dalam sel
jamur akan mengendapkan protein yang tersusun atas asam amino sebagai hasil
translasi dari RNA. Gangguan pada pembentukan partikel protein dapat mencegah
proses sintesis protein di dalam inti sel sehingga menyebabkan kematian pada
sel jamur (Supriyono, 2016, hlm.17).
Bawang putih memiliki potensi sebagai antimikroba, kemampuan
dalam menghambat pertumbuhan mikroba meliputi virus, bakteri, protozoa, dan
jamur. Fungsi bawang putih dalam menghambat pertumbuhan bakteri memiliki
spektrum yang luas, karena dapat menghambat pertumbuhan gram positif maupun
bakteri gram negatif. Dialildisulfida (DADS) dan dialiltetrasulfida (DATS) yang
merupakan kandungan dari bawang putih memiliki berpotensi sebagai antibakteri.
Cara senyawa ini bekerja dengan mereduksi sistein dalam bakteri yang akhirnya
mengganggu ikatan disulfida dalam protein bakteri (Damayanti, 2014, hlm. 8).
Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat
semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya. Namun, apabila
tidak dijumpai alat semprot, aplikasi pestisida nabati dapat dilakukan dengan
bantuan kuas penyapu (pengecat) dinding atau merang yang diikat. Caranya, alat
tersebut dicelupkan kedalam ember yang berisi larutan pestisida nabati, kemudian
dikibas-kibaskan pada tanaman.
Supaya penyemprotan pestisida nabati memberikan hasil yang
baik, butiran semprot harus diarahkan ke bagian tanaman dimana jasad sasaran
berada. Apabila sudah tersedia ambang kendali hama, penyemprotan pestisida nabati
sebaiknya berdasarkan ambang kendali.
Untuk menentukan ambang kendali, perlu dilakukan pengamatan
hama seteliti mungkin. Pengamatan yang tidak teliti dapat mengakibatkan hama
sudah terlanjur besar pada pengamatan berikutnya dan akhirnya sulit dilakukan
pengendalian.
Penelitian yang dilakukan oleh Supriyono (2016, hlm. 20)
menunjukan ekstrak bawang putih mampu untuk pengendalian jamur S. Rolfsii yang
menyebabkan penyakit pada kedelai dengan kandungan senyawa bawang putih yaitu
alliin sebagai antifungi yang disintesis dari asam amino sistein. Menurut
Desvani dkk (2015) ekstrak bawang putih juga dapat berfungsi sebagai penolak
kehadiran serangga. Pestisida dari bawang putih juga dapat berfungsi untuk
mengusir keong, siput dan bekicot, bahkan mampu membasmi siput dengan merusak
sistem saraf.
Menurut Kulsum (2014, hlm. 10) bawang putih berpotensi
sangat kuat dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans, hal ini disebabkan
dalam bawang putih terdapat suatu zat yang disebut minyak atsiri. Minyak atsiri
ini sifatnya mudah menguap pada suhu kamar sehingga disebut Terpenoid Essential
Oils. Minyak atsiri dapat digunakan sebagai pewangi, antibakteri dan antijamur.
Salah satu zat aktif yang terdapat di dalam minyak atsiri adalah allicin.
Allicin dapat bergabung dengan protein dan mengubah strukturnya agar mudah
untuk dicerna. Kemampuan bergabung dengan protein itulah yang akan mendukung
daya antibiotiknya, karena allicin menyerang protein mikroba dan akhirnya
membunuh mikroba tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Supriyono (2014), bahwa
penelitian yang berjudul “Potensi Ekstrak Bawang Putih Sebagai Fungisida Nabati
Terhadap Pertumbuhan Jamur Sclerotium rolfsi SACC” berdasarkan penelitiannya
dengan mengamati pengembangan koloni jari, presentase penghambatan koloni jamur
bobot kering dan jumlah sklerotia, hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak bawang
putih mampu menghambat perkembangan pertumbuhan koloni jamur hingga 92,66% pada
konsentrasi 5%.
Penelitian yang dilakukan oleh Haefa Kulsum S (2015), bahwa
penelitian yang berjudul “Aktivitas Antifungi Ekstrak Bawang Putih dan Black
Garlic varietas kumbu hijau dengan Metode Ekstraksi yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Candida albicans” berdasarkan hasil penelitiannya secara in vitro
menunjukkan bahwa ekstrak black garlic tidak mempunyai aktivitas antifungi,
sedangkan ekstrak bawang putih mempunyai aktivitas antifungi terhadap Candida
albicans.
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
loading...