Loading...
Dalam era globalisasi, konsumen
sangat menghendaki produk pertanian yang bebas residu pestisida. Oleh sebab itu
untuk pengendalian penyakit tanaman perlu didukung dengan teknologi ramah
lingkungan dengan komponen bibit sehat, fungisida nabati, biopestisida, dan bahan organik haruslah
terus dikembangkan.
Cengkeh merupakan tanaman asli
Indonesia yang tumbuh dengan baik di hampir seluruh propinsi di Indonesia,
terutama di Sulawesi dan Maluku. Sampai saat luas arel pertanaman cengkeh di
Indonesia diperkirakan sekitar 200.000 ha. Cengkeh terutama banyak digunakan
untuk industri rokok dan minyak atsiri.
Senyawa yang terdapat dalam
ekstrak tanaman cengkeh yaitu eugenol dan eugenol asetat ternyata dapat
bersifat anti fungal terhadap pathogen penyakit yang sering menyerang tanaman
antara lain, Fusarium, Phytopthora, Sclerotium, Jamur akar putih, Gadoderma,
Phytium. Sehingga tanaman cengkeh sangat potensial digunakan sebagai pestisida.
Penemuaan ini telah membuka peluang baru dalam pemanfaatan limbah cengkeh
sebagai pestisida nabati yang ramah terhadap lingkungan. Senyawa eugenol dapat
diperoleh dari daun kering, gagang dan bunga cengkeh.
Uji lapangan menunjukkan bahwa
efektifitas pestisida dari ekstrak cengkeh tidak kalah dengan fungisida kimiawi
berbahan aktif mankozeb, keunggulan dari
pestisida ekstrak cengkeh adalah sangat ramah lingkungan.
Salah satu indikator suatu
produk dikatakan ramah lingkungan adalah ketika produk tersebut diaplikasikan
ke dalam lingkungan tidak berdampak buruk terhadap lingkungan tersebut,
termasuk dampak terhadap kehidupan mikroorganisme dalam tanah.
Berbagai jenis penyakit tanaman
seperti layu bakteri, busuk lunak maupun bercak daun merupakan kendala penting
bagi berbagai jenis tanaman. Kendala lain yang dihadapi adalah serangan rayap,
baik pada tanaman hidup maupun kayu kering sehingga menyebabkan kerugian pada
peralatan dan bangunan kayu serta meubel air. Pengendalian hama penyakit
tersebut umumnya menggunakan senyawa pestisida sintetik yang berdampak negatif
terhadap kesehatan dan lingkungan, selain itu menimbulkan resistensi pada hama
dan penyakit. Penggunaan bahan tanaman yang bersifat pestisida nabati lebih
aman dilakukan. Penelitian menunjukkan bahwa cengkeh, baik sebagai minyak
maupun serbuk, bersifat toksik terhadap beberapa jenis jamur dan bakteri
patogen tanaman. Penggunaan minyak atsiri sebagai pestisida nabati sudah banyak
dilakukan, namun bahan pencampurnya masih terlalu kompleks serta cara
pembuatannya memerlukan alat yang spesifik.
Minyak cengkeh merupakan salah
satu sumber pestisida nabati yang banyak dilaporkan memiliki spektrum
penggunaan yang sangat luas karena sangat efektif digunakan sebagai
bakterisida, fungisida, insektisida, nematisida maupun moluskisida dikarenakan
keberadaan bahan aktif eugenol dan komponen non fenolat lainnya yang terdapat
pada minyak cengkeh tersebut.
Dalam aplikasinya sebagai
pestisida, minyak cengkeh dan bahan aktifnya yang bersifat volatil, mudah
terurai, tidak larut dalam air dan sensitif terhadap suhu, panas, oksigen,
kelembaban, dan cahaya matahari sehingga memberikan kondisi yang tidak efisien,
efektif, dan praktis. Minyak cengkeh juga dilaporkan bersifat fitotoksik.
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
loading...