Penggunaan Talc / Talek dalam Produk Kosmetika
Talc atau talek/talkum adalah
mineral magnesium silikat (terhidrasi) dengan rumus kimia H2Mg3(SiO3)4. Talc
merupakan mineral alam yang didapatkan dari pertambangan. Talc atau
talek/talkum dapat ditemukan dalam endapan batu di seluruh muka bumi dan
menjadi komoditas tambang, seperti banyak mineral lainnya. Setelah diambil dari
sumbernya, talk dihancurkan sebagian, dipilah, dan ditentukan tingkat
kualitasnya. Bijih talk yang memenuhi standar akan digiling menjadi bubuk,
diuji ukuran partikelnya, dan diperiksa untuk memenuhi standar sebuah produk.
Talc atau talek/talkum adalah
mineral yang terbentuk secara alami, ditambang dari bumi, terdiri dari
magnesium, silikon, oksigen, dan hidrogen. Secara kimiawi, talk adalah
magnesium silikat hidro. Mineral ini dapat digunakan untuk menyerap kelembapan,
mencegah pengerasan, membuat riasan wajah menjadi buram, atau untuk
meningkatkan rasa produk.
Talc atau talek/talkum juga
dikenal sebagai French chalk, terkadang mengandung sedikit aluminium silikat.
Ini adalah mineral abu-abu keputihan yang terjadi secara alami. Dalam
penggunaannya Talc juga berfungsi dalam membantu kulit terasa lembut, segar,
sejuk dan kering. Mineral ini juga dapat mengurangi gesekan yang mengiritasi
kulit. Dalam kosmetik warna, Talc digunakan untuk membantu mengontrol kilau dan
menyerap minyak.
Talc atau talek/talkum telah
digunakan secara luas dalam industri, seperti dalam pembuatan kertas, keramik,
coating, plastik, elektronik, krayon, kosmetik, dan masih banyak lagi. Dalam
kosmetik, talc menjadi bahan dasar bedak, blush on, eyeshadow dan aneka
kosmetik lainnya, baik yang berbentuk padat (solid) maupun non-solid.
Bubuk bedak Talc atau
talek/talkum adalah mineral terlembut di bumi dalam bentuk bubuk yang sudah
dimurnikan. Talc adalah bahan kimia “lengai”. Ini adalah mineral yang tidak
menimbulkan reaksi kimia saat ditelan atau digunakan pada kulit. Banyak orang
yang telah memanfaatkan kelembutan, keamanan, dan daya serap alaminya sejak
zaman Mesir kuno.
Talc atau talek/talkum telah
digunakan selama berabad-abad. Dan merupakan mineral terlembut di dunia, dan
telah dimanfaatkan untuk beragam penggunaan. Mineral ini sangat umum ditemukan terkandung
dalam makanan yang kita konsumsi, termasuk permen karet, beras, dan minyak
zaitun, serta berbagai produk yang kita gunakan setiap hari (seperti produk
tata rias, sabun, dan antiperspiran).
Talc atau talek/talkum muncul
secara alami sebagai deposit mineral dan dihargai karena kelembutannya. Talk
grade kosmetik diproduksi sehingga sesuai dengan United States Pharmacopeia
(USP) dan spesifikasi industri.
Lima ribu tahun yang lalu,
orang-orang Mesir dan India barat laut menggunakan mineral alami untuk
mencerahkan kulit mereka. Orang Cina membuat serbuk wajah yang mirip dari bubuk
beras yang dicampur dengan bedak dan sejenis tanah liat yang disebut kaolin. Saat
ini, bedak adalah bahan umum dalam blush, eyeshadow, foundation dan berbagai
produk kecantikan lainnya. Mineral lembut memberi riasan tekstur sutra yang
membuatnya lebih mudah diaplikasikan. Bedak juga mampu menyerap minyak,
mencegah pengelupasan dan membuat riasan wajah lebih transparan. Produk-produk
make up yang sering mengandung Talc atau talek/talkum antara lain; Foundation, Concealer,
Blush, Eye shadow, Bedak wajah, Maskara, Rouge, Eyeliner, Pensil alis, Lipstik,
Krim pelembab, Losion, Masker wajah, merupakan kisaran produk make up dimana talc
dapat ditemukan.
Konsentrasi talc dalam produk
make up berbeda dari item ke item. Bedak wajah sering mengandung hingga 100
persen talc, menurut laporan keamanan dari Panel Pakar Peninjau Bahan Kosmetik.
Produk-produk lain, seperti basa rias aerosol bisa mencapai 35 persen talc.
Kebanyakan orang akan mentolerir
bedak dengan baik, tetapi mineral tersebut dapat memiliki efek samping yang
tidak diinginkan. Talk dapat menyebabkan masalah jika tertelan atau terhirup.
Selain itu, jika make up yang mengandung bedak masuk ke mata Anda, itu dapat
menyebabkan kemerahan dan sensasi bahwa ada sesuatu yang tersangkut di mata
Anda.
Talc atau talek/talkum adalah
bahan kimia alami berupa senyawa mineral. Untuk serbuknya sendiri berwarna
putih terang dan halus. Talkum sulit sekali larut bahkan dalam pelarut apapun
termasuk air. Senyawa ini diperoleh dengan cara penambangan.
Dalam pembuatan tablet talkum
digunakan agar tablet tidak rapuh. Namun, kini penggunaanya sudah jarang. Dan,
dalam kosmetik talkum digunakan agar make up tidak cepat luntur, karena
sifatnya yang tidak larut air. Sedangkan dalam pembuatan bedak, talkum
berfungsi agar serbuk bedak mudah dimasukkan dari mesin ke wadah tempat
bedaknya. Bisa dibilang pelicin atau antiadherent dalam kefarmasian. Selain itu
talkum juga berfungsi sebagai penambah masa, bobot dan volume sediaan bedak.
Didalam produk bedak yang umum
dipasaran terkandung bahan tambahan (exipient dalam farmasi) yaitu
talcum/talk/talek. Dan, bahan ini telah menjadi perbincangan hangat sejak dulu
hingga kini karena dibeberapa penelitian menyebutkan bahwa talkum bisa
menyebabkan kanker paru dan ovarium.
Sejak lama talkum ramai
diperbincangkan mengenai efek jangka panjangnya. Ada sebuah penelitian yang
menyimpulkan bahwa talkum yang terhirup dalam jangka panjang bisa mengakibatkan
kerusakan pada sistem pernafasan. Tapi penelitiannya menggunakan jumlah talkum
maksimal pada hewan percobaan. Yang pasti ketahanannya berbeda dengan manusia. Talc
atau talek/talkum ini merupakan senyawa mineral yang ditambang. Sumbernya
sangat berdekatan dengan penambangan asbes. Dan berdasarkan penelitian, unsur asbes
inilah yang sudah terbukti memiliki sifat karsinogenik atau bisa mengakibatkan
kanker.
Meskipun talk memiliki sejarah
panjang penggunaan yang aman dalam berbagai produk, beberapa orang
mempertanyakan apakah penggunaan bubuk bedak talk dapat meningkatkan risiko
kanker. Baru-baru ini, publik bertanya apakah talk yang digunakan dalam
berbagai produk tersebut telah terkontaminasi dengan asbes. Ratusan uji coba
telah dilakukan berulang kali untuk membuktikan bahwa suatu produk talk haruslah
bebas dari asbes. Talk yang berkualitas berasal dari sumber bijih mineral
terpercaya yang akan melewati persyaratan yang ketat dan akan diuji secara
rutin untuk memastikan talk tidak mengandung asbestos, serta melewati uji
berbagai laboratorium independen ataupun universitas.
Sumber bahan yang berdekatan
sering mengakibatkan kontaminasi asbes pada talkum. Sehingga asbes yang
mengkontaminasi talkum jika dihirup dan masuk kedalam jaringan dan dapat memicu
terjadinya kanker. Karena itulah, industri yang menggunakan talkum pada produk bedaknya
harus lulus uji bebas asbes. Talkum free asbestos ini ada dalam foodgrade,
pharmaceutical grade, cosmetic grade, dan sertifikasi lainnya.
Penggunaan produk bedak yang mengandung
talkum pada area genital (miss v) tidak diperbolehkan karena disinyalir talkum
bisa terserap kedalam indung telur dan mengendap. Sudah terdapat kasus kanker
ovarium yang terjadi karena bertahun-tahun menggunakan bedak talkum untuk
mengeringkan miss v setelah buang air kecil.
Literatur ilmiah yang
diterbitkan kembali ke tahun 1960-an telah menyarankan hubungan yang mungkin
antara penggunaan bubuk yang mengandung talc dan kejadian kanker ovarium.
Namun, studi-studi ini belum secara meyakinkan menunjukkan hubungan semacam
itu, atau jika hubungan semacam itu ada, faktor risiko apa yang mungkin
terlibat. FDA memiliki penelitian berkelanjutan di bidang ini. Selain itu,
pertanyaan tentang potensi kontaminasi bedak dengan asbes telah diajukan sejak
tahun 1970-an.
Dugaan hubungan antara mineral
talc dan kanker ovarium tersebut berawal dari sebuah studi ilmiah pada tahun
1997 yang menemukan partikel talc di dalam jaringan kanker ovarium. Hal
tersebut diduga akibat penggunaan bedak pada area genital. Banyak penelitian
sudah dilakukan untuk menemukan hubungan kausal antara talc dan kanker ovarium,
sebagian ada yang mengatakan penggunaan talc pada area genital bisa meningkatkan
resiko kanker ovarium, sebagian lagi mengatakan tidak sama sekali.
Sangat tidak direkomendasikan
menggunakan talc di area genital meski yang dipakai adalah talc bebas asbes
sekalipun. Jadi, jangan dibiasakan menggunakan bedak di area sela paha dan
sekitarnya, stop kebiasaan orang tua dulu yang suka nepukin bedak di area nappy
setelah ganti popok.
Pada 1998, Dr. Hugh MacDonald,
saat itu menjabat sebagai direktur neonatal di Santa Monica Hospital dan
anggota divisi janin dan newborn di American Academy of Pediatrics, sudah
melarang penggunaan talc. “Kebanyakan dokter anak merekomendasikan agar tidak
menggunakan talc. Semua orang yang menggunakan bedak talek harus hati-hati bila
menghirupnya, karena bisa menimbulkan reaksi pneumonia,” ujarnya pada Los
Angeles Times. Namun, sampai saat ini penelitian mengenai hubungan talc dan
kanker masih terus dilakukan. Sebab beberapa studi dilakukan dalam jumlah
terbatas, sehingga perlu diteliti lebih lanjut.
Secara natural, talc dapat
bercampur dengan mineral silikat lain, salah satunya yaitu asbes. Kontaminasi
asbes pada talc terjadi dikarenakan sumber alami mereka yang berdekatan. Asbes
ini lah yang menjadi ancaman kesehatan, karena dapat menyebabkan berbagai
gangguan paru-paru seperti asbestosis, edema pleura sampai kanker paru-paru bila
serat-serat asbes terhirup.
Asbes juga merupakan mineral
silikat yang terbentuk secara alami, tetapi dengan struktur kristal yang
berbeda. Talek dan asbes, keduanya adalah mineral yang terbentuk secara alami
yang dapat ditemukan di dekat bumi. Tidak seperti talc, asbes adalah karsinogen
yang dikenal. Ada potensi kontaminasi talc dengan asbes dan oleh karena itu,
penting untuk memilih lokasi penambangan bedak dengan hati-hati dan mengambil
langkah-langkah untuk menguji bijih secukupnya.
Sebuah studi tahun 2018 oleh
Kelompok Penelitian Minat Publik AS (PIRG) melaporkan asbes tingkat tinggi
dalam tiga jenis make up yang dijual oleh Claire. Pengecer sejak itu menyatakan
bangkrut. Pada tahun yang sama, Justice, sebuah toko pakaian eceran milik
Ascena Retail Group, Inc., menarik kembali delapan produk rias "Just
Shine" yang mengandung mineral berserat beracun.
Penyandang resiko tertinggi
terkena kanker paru adalah para penambang, penghancur dan penggiling batu talc,
terutama bila standar keamanan kerjanya rendah.Karena secara alami Talc atau
talek/talkum memang bisa terkontaminasi asbes yang sifatnya karsinogenik
(menyebabkan kanker).
Nellie Kershaw merupakan seorang
pekerja tambang asbes yang meninggal karena asbestosis. Dan, menjadi orang
pertama yang menjadi studi kasus literatur medis mengenai bahaya asbes.
Pada proses penambangan dan
penggilingan batuan talc, masih terdapat resiko terhirupnya serat asbes yang
bercampur pada talc. Sedangkan talc yang sudah sampai ke tangan konsumen, telah
dipastikan aman karena melalui proses purifikasi supaya talc bebas dari
berbagai mineral lain termasuk asbes.
Talc atau talek/talkum aman
digunakan. Riset, bukti klinis, dan studi selama hampir 40 tahun oleh pakar
medis independen di seluruh dunia, terus mendukung keamanan talk. Mineral ini tidak
menimbulkan kanker. The National Cancer Institute’s Physician Data Query
Editorial Board menyimpulkan bahwa bukti kaitan antara paparan talk pada
perineum dan peningkatan risiko kanker ovarium tidak terlalu kuat.
Talc atau talek/talkum terus digunakan
dalam berbagai produk dengan fondasi ilmu pengetahuan selama berpuluh-puluh tahun
yang menjamin keamanannya. Otoritas kesehatan di seluruh dunia telah meninjau
data tentang talk, dan telah digunakan di seluruh dunia.
Talc atau talek/talkum telah
digunakan dalam tata rias selama berabad-abad, tetapi tuntutan hukum terhadap
talek dan produk yang tercemar asbes telah meningkatkan masalah keamanan di
kalangan konsumen. Ketika para peneliti terus mempelajari hubungan antara bedak
dan kanker, konsumen dapat melindungi diri mereka sendiri dengan membaca label
kosmetik dan menggunakan produk hanya sesuai petunjuk.
Sejak tahun 1973, di Amerika
Serikat penggunaan talc sudah dijamin asbestos-free dan dianggap aman untuk
digunakan secara luas. Namun perdebatan talc dan kanker masih berlanjut, meski
studi ilmiah sudah banyak dilakukan untuk menemukan korelasinya. Dan tidak ada
satupun bukti ilmiah yang menyatakan bahwa penggunaan talc dalam make-up (yang
dikhawatirkan terhirup) dapat menyebabkan kanker. IARC (nternational Agency for
Research on Cancer) yang berada langsung dibawah WHO, menyatakan bahwa
menghirup talc yang tidak mengandung asbes dinyatakan: “not classifiable as to
carcinogenicity in humans.” Menggunakan
talc untuk make-up tidak mengancam kesehatan paru-paru, karena bahan baku
make-up masa kini harus menggunakan cosmetic grade talc yang dijamin bebas
asbes yang bisa menyebabkan kanker paru.
Food and Drug Administration
telah menetapkan bahwa Talc umumnya diakui sebagai aman (GRAS) untuk digunakan
sebagai agen anti-caking dalam makanan. Talc juga diizinkan sebagai agen
anti-caking dalam bubuk vanila. FDA telah mendaftarkan Talc sebagai aditif
warna yang dapat digunakan dalam pewarnaan produk obat dan sebagai komponen
warna untuk digunakan dalam obat dan kosmetik.
Pada tahun 2009, FDA memutuskan
untuk melihat lebih dekat pada kemurnian talek kosmetik dan meminta sembilan
pemasok bedak untuk sampel talek mereka. Hanya empat yang dipenuhi. Badan ini
juga menganalisis 34 produk kosmetik, termasuk blush on, foundation, bedak
wajah, bedak tubuh dan eye shadow. Meskipun tidak ada asbes yang ditemukan di
salah satu bedak atau kosmetik yang diuji, FDA memperingatkan agar tidak
terlalu banyak mengumpulkan dari penelitian. Dikatakan hasilnya dibatasi oleh
jumlah pemasok bedak yang berpartisipasi, dan mencatat bahwa hanya sebagian
kecil dari semua kosmetik di pasar diuji. FDA menyebut hasil informatif tetapi
menyatakan bahwa "mereka tidak membuktikan bahwa sebagian besar atau semua
produk kosmetik yang mengandung talek atau talek saat ini dipasarkan di Amerika
Serikat kemungkinan bebas dari kontaminasi asbes."
Pada 18 Oktober 2019, FDA
memperbarui Safety Alert dan
mengeluarkan Pembaruan Konstituen baru yang memperingatkan konsumen untuk tidak
menggunakan produk kosmetik tertentu yang dinyatakan positif mengandung asbes. FDA
terus menganalisis kosmetik untuk kontaminasi asbes dan akan memberikan
pembaruan dengan informasi tambahan yang tersedia.
Di bawah Federal Food, Drug and
Cosmetic Act, produk dan bahan kosmetik, dengan pengecualian zat warna, tidak harus
menjalani tinjauan atau persetujuan FDA sebelum produk tersebut dipasarkan.
Kosmetik harus diberi label dengan benar, dan mereka harus aman untuk digunakan
oleh konsumen dalam kondisi penggunaan yang berlabel atau kebiasaan.
Undang-undang tidak mewajibkan perusahaan kosmetik untuk berbagi informasi
keselamatan dengan FDA.
Dari waktu ke waktu, FDA telah
menerima pertanyaan tentang keamanannya dan apakah bedak mengandung kontaminan
berbahaya, seperti asbes. FDA memantau kemungkinan masalah keamanan dengan
produk kosmetik di pasar dan mengambil tindakan saat diperlukan untuk
melindungi kesehatan masyarakat. Sebelum kita dapat mengambil tindakan terhadap
kosmetik, kita perlu data ilmiah untuk menunjukkan bahwa itu berbahaya
berdasarkan penggunaan yang dimaksudkan.
Talc atau talek/talkum jarang
mengganggu kulit. Bahkan, orang sering menggunakan Talc untuk menenangkan kulit
kering atau teriritasi. Tetapi mineral bubuk dapat menyebabkan masalah jika
masuk ke bawah kulit melalui luka terbuka. Talc tidak boleh diterapkan pada
kulit ketika penghalang epidermis hilang atau terganggu secara signifikan. Menerapkan
bedak pada luka dapat menyebabkan infeksi dan peradangan. Sebuah laporan kasus
tahun 2006 dalam Jurnal Akademi Dermatologi dan Venereologi Eropa menggambarkan
seorang anak berusia enam tahun yang mengalami kantung peradangan keras di
wajahnya, yang dikenal sebagai granuloma, setelah menerapkan bedak talek pada
lesi cacar air. Jika Anda memiliki luka atau lecet di wajah Anda, mungkin lebih
baik untuk tidak menggunakan bedak atau make up dengan kandungan Talc pada
kulit. Jika Anda mengalami tanda-tanda iritasi atau infeksi pada bagian kulit
tempat Anda menggunakan produk bedak, hentikan penggunaannya dan segera
kunjungi dokter atau dokter kulit.
Menghirup bedak kosmetik dapat
menyebabkan masalah pernapasan serius. Sebagian besar laporan melibatkan anak
atau bayi yang secara tidak sengaja menghirup atau menelan bedak bayi,
keracunan bubuk wajah juga dapat terjadi. Dikutip dari Cancer.org, bedak bayi
dengan kandungan asbes yang terhirup bisa menjadi salah satu penyebab kanker. Gejala
keracunan bubuk wajah meliputi; batuk, gangguan pernapasan, iritasi mata, dan
sensasi terbakar di tenggorokan. Ini juga dapat menyebabkan sakit perut, mual,
muntah dan diare. Tidak seperti keracunan Talc, keracunan bubuk wajah jarang
serius atau fatal, tetapi mungkin memerlukan perawatan medis darurat jika
gejalanya parah.
Bila Anda sangat harus
menggunakan bedak bayi untuk bayi Anda, coba pilih bedak bayi yang tidak
mengandung talc. Pilih bedak bayi yang mengandung tepung tapioka, tepung
jagung, tepung oat, baking soda, atau bahkan krim untuk ruam, bukan bertekstur bubuk.
Konsultasikan juga pada dokter anak, alternatif bedak bayi atau bedak talek
untuk buah hati. Anda juga harus memperhatikan beberapa hal saat
mengaplikasikan bedak bayi bagi anak Anda, antara lain:
-Hindari langsung
mengaplikasikan bedak bayi ke genitalia. Cukup tepuk-tepuk tipis ke bagian
kulit di sekitar genitalia dan di kaki.
-Hindari mengaplikasikan bedak
bayi di sekitar mata bayi Anda.
-Jauhkan bedak bayi dari wajah Anda
dan bayi Anda, supaya tidak terhirup.
-Jauhkan bedak bayi dari
jangkauan anak.
-Tuang bedak bayi langsung ke
tangan dan beri jarak jauh dari wajah.
-Jangan keluarkan bedak bayi
langsung ke bagian tubuh bayi. Tuang dulu ke kain lembut, lalu tepuk-tepuk kain
tersebut ke kulit anak Anda.
Menghirup Talc berulang juga
dapat menyebabkan masalah paru-paru yang serius pada orang dewasa, termasuk
asma, dan bronkitis. Talcosis adalah peradangan paru-paru yang dapat
menyebabkan kekakuan atau jaringan parut paru-paru dan gagal paru-paru. Gejala
umum termasuk sesak napas dan batuk kering. Diagnosis menggunakan sinar-X pada paru-paru
biasanya dapat mengidentifikasi talcosis murni, yang muncul sebagai nodul kecil
di lobus bawah paru-paru. Tes fungsi paru biasanya akan menunjukkan tanda-tanda
penyakit paru restriktif, yang menyebabkan penurunan volume paru-paru dan sesak
napas.
Untuk membantu mencegah
penghirupan Talc oleh konsumen, bedak yang digunakan dalam produk bubuk longgar
di Amerika Serikat digiling menjadi ukuran partikel yang relatif besar, yang
tidak terhirup (> 5 μm). Keamanan inhalasi bedak telah dipelajari oleh
Program Toksikologi Nasional (NTP). Sementara sebuah studi pada hewan uji yang
menghirup dosis besar talc selama dua tahun menunjukkan beberapa hewan
mengembangkan efek kesehatan yang merugikan, para ahli yang menghadiri
lokakarya ISRTP / FDA Talc menyimpulkan bahwa penelitian ini tidak relevan
untuk memprediksi risiko manusia karena melebihi dosis maksimum yang dapat
ditoleransi secara fungsional, yang berarti melebihi kemampuan sistem uji untuk
menghasilkan hasil yang bermakna. Tingkat pajanan sangat tinggi sehingga
menyebabkan partikel berlebih di paru-paru. Karena itu, tumor paru-paru yang
diamati pada beberapa hewan uji kemungkinan besar terkait dengan toksisitas
kronis sebagai akibat kelebihan partikel, daripada efek langsung dari Talc. Ini
berarti bahwa sangat mungkin bahwa efek yang diamati akan terlihat dengan zat
partikulat lainnya yang diuji dengan cara yang serupa, terlepas dari sifat
bahan yang diuji.
Paparan pekerjaan dan
penggunaan obat adalah penyebab paling umum dari talcosis paru, "menghirup
talc murni dalam kosmetik" juga dapat menyebabkan penyakit paru-paru,
menurut para peneliti di Moffitt Cancer Center.
Studi dan tuntutan hukum juga
mengaitkan Talc dan mesothelioma. Mesothelioma adalah kanker mematikan yang
disebabkan oleh paparan asbes. Penyakit tambahan yang terkait dengan Talc termasuk
kanker paru-paru, kanker rahim, kanker serviks dan penyakit yang berhubungan
dengan asbes.
Perdebatan tentang hubungan potensial
antara kanker dan produk-produk yang mengandung talek seperti produk-produk
kesehatan wanita dan bedak bayi terus berlanjut, produk-produk rias yang
mengandung talc belum masuk dalam pengawasan hukum yang sama. Hal ini mungkin dikarenakan,
sebagian, dari cara make up digunakan. Sementara Talc dapat digunakan secara
bebas di seluruh tubuh, kebanyakan orang hanya merias wajah dalam jumlah
sedikit.
Toksikologi NasionalProgram
(NTP) menunda pertimbangan untuk mendaftarkan Talc dalam Laporannya tentang
Karsinogen setelah peninjauan pada tahun 2000 menemukan kebingungan yang cukup
besar mengenai sifat mineral dan konsekuensi dari paparan terhadap Talc,
keduanya mengandung serat asbestiform dan tidak mengandung serat asbestiform.
Pada Oktober 2005, NTP menarik Talc dari peninjauan, menjelaskan bahwa telah
menjadi jelas bahwa literatur tentang kedua bentuk Talc, dengan beberapa
pengecualian, memberikan karakterisasi yang tidak memadai dari bahan-bahan
aktual yang sedang dipelajari untuk memungkinkan seseorang mencapai kesimpulan
definitif mengenai zat spesifik yang bertanggung jawab untuk berbagai hasil
kesehatan yang merugikan yang dilaporkan. Sebuah meta-analisis yang diterbitkan
pada tahun 2007 oleh Muscat dan Huncharek menunjukkan tidak ada hubungan antara
penggunaan perineal (area genital) talc dan kanker ovarium. Namun, sejumlah
case-controlepidemiologipenelitian pada tahun 1990-an melaporkan peningkatan
kecil pada kanker ovarium di kalangan wanita yang menggunakan bedak di daerah
perineum. Di antara sembilan studi yang ditinjau oleh 1994 International
Society of Regulatory Toxicology and Farmacology (ISRTP) / workshop FDA
mengenai penggunaan konsumen dan perspektif kesehatan Talc, delapan studi
menemukan risiko relatif 1,6 atau kurang, dan satu memiliki risiko relatif
tidak signifikan 3,9 . Risiko relatif kurang dari 2 umumnya dianggap tidak
cukup untuk menetapkan signifikansi biologis. Satu studi dengan risiko relatif
tidak signifikan 3,9 tidak dapat dipisahkan dari kesalahan acak karena
didasarkan pada hanya tujuh kasus dan tiga kontrol yang menggunakan bubuk debu.
Studi epidemiologi tambahan, selesai sejak lokakarya ISRTP / FDA, tidak
memberikan dukungan bahwa penggunaan bedak perineum dikaitkan dengan kanker
ovarium. Para ahli yang menghadiri lokakarya ISRTP / FDA Talc menyimpulkan
bahwa studi epidemiologi tidak menunjukkan hubungan nyata antara talc dan
kanker ovarium. Studi yang diselesaikan sejak lokakarya 1994 tidak memberikan
bukti bahwa bedak bersifat karsinogenik, atau merupakan faktor penyebab dalam
perkembangan kanker ovarium pada manusia.
Badan Internasional untuk
Penelitian Kanker (IARC) menjadwalkan evaluasi ulang Talc selama tahun 2006.
Evaluasi sebelumnya diklasifikasikan talc tidak mengandung serat asbestiform
sebagai "tidak diklasifikasikan sebagai karsinogenisitasnya kepada
manusia" pada tahun 1987. Talk (tidak mengandung asbes) ) telah diberikan
prioritas rendah untuk evaluasi ulang. Sementara laporan dari pertemuan IARC
belum dipublikasikan, laporan awal adalah bahwa untuk Talc Penghirupan
(Industri), data manusia disimpulkan "tidak memadai", data hewan
disimpulkan "terbatas" (satu studi saja); oleh karena itu diklasifikasikan
sebagai "tidak dapat diklasifikasikan sebagai karsinogenisitasnya kepada
manusia" Untuk penggunaan perineal Bedak Tubuh berbasis bedak, data
manusia disimpulkan "terbatas" dan tidak ada data hewan.
Laporan terbaru telah menemukan
talek yang terkontaminasi asbes dalam make up dari toko pra-remaja populer
seperti Claire.Serat asbes bisa mematikan ketika dihirup, menyebabkan
mesothelioma yang akan berkembang beberapa dekade setelah paparan awal. Namun
menurut Henry Spiller, direktur Central Ohio Poison Center, risiko tersebut
besar terjadi terhadap anak-anak kecil. "Meskipun seharusnya tidak ada
dalam produk konsumen dan tentu saja tidak dalam make up anak-anak, kecuali
jika anak Anda membuat awan debu besar dari make up setiap hari selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan, jumlah paparan asbes hampir nol," tulis Spiller dalam
sebuah blog posting untuk Rumah Sakit Anak Nasional.
Karena itulah penting sekali
untuk membeli produk kosmetik yang teregistrasi, sebab tidak ada jaminan ketika
Anda memakai bedak abal-abal. Anda harus membiasakan diri membaca label.
Lihatlah kemasan riasan sebelum Anda membelinya, dan jika Anda tidak yakin apa
isinya, beralihlah ke merek lain.