Loading...
Kepik hijau (N. viridula L.)
sudah lama dikenal sebagai Organisme Pengganggu Tanaman serta memiliki wilayah
sebaran yang cukup luas. Hama ini sering menyerang tanaman padi, jagung, kacang-kacangan,
kentang, cabai, kapas, dan tembakau.
Secara alami serangga hama akan
mampu memilih sumber makanan yang disenangi. Serangga akan mempunyai suatu
kecenderungan tertentu dalam mengakses sumber makanannya. Perbedaan dalam hal
tekstur dan struktur, jenis varietas dan komposisi kimia yang terkandung dalam
suatu bahan akan berpengaruh besar pada sifat prefensi tersebut (Yasin, 2009). Hampir
50% dari serangga adalah pemakan tumbuhan (fitofagus), selebihnya pemakan
serangga lain atau sisa-sisa tumbuhan dan
binatang (Sodiq, 2009).
Serangga dewasa kepik hijau
(Nezara viridula L.) berwarna hijau yang merata dan kadang-kadang berwarna
kuning pada bagian kepala dan protorak, dan jarang sekali ditemukan yang seluruh
tubuhnya berwarna kuning. Tubuh kepik hijau berbentuk segilima seperti perisai,
panjang tubuh sekitar 1—1,5 cm, tipe mulut haustelata, dan kepalanya bersungut.
Nimfa kepik hjau memiliki warna yang berbeda-beda, awalnya berwarna coklat
muda, kemudian berubah menjadi hitam dengan bintik- bintik putih lalu menjadi
hijau (imago) (Nurjanah, 2008).
Menurut Hidayat (2013), kepik
hijau memiliki sayap depan setengah tipis, setengah tebal (sayap hemilitron),
alat mulut menusuk-mengisap (haustelata), dan metamorfosisnya
paurometabola. N. viridula ditemukan di
seluruh daerah tropis dan subtropis yang menyerang tanaman dengan cara menghisap
beberapa bagian dari tanaman, hama ini dikenal dari warna hijau yang seragam
serta panjangnya sekitar 16 mm.
Menurut Fortes et al. (2006,
dalam Prayogo, 2012), seekor imago betina kepik hijau mampu menghasilkan telur
berkisar 104-470 butir yang diletakkan secara berkelompok pada permukaan daun
bagian atas maupun bawah. Setiap kelompok telur terdiri dari 10-50 butir. Telur
akan menetas kurang lebih enam hingga tujuh hari setelah diletakkan imago. Telurnya
berwarna kekuningan, kemudian berubah menjadi kuning, tetapi menjelang menetas
warnanya berubah menjadi kemerahan (merah bata) dan telur berbentuk oval agak
bulat seperti tong. Selanjutnya, nimfa yang telah menetas berwarna transparan
dan mengkilat. Perkembangan dari telur sampai menjadi serangga dewasa kurang
lebih selama 4-8 minggu (Nurjanah, 2008).
Kepik berkembangbiak ketika
banyak makanan. Saat makanan langka, mereka bersembunyi pada inang sementara
yang berupa gulma di sekitar lahan. Begitu bibit ditanam, kepik akan langsung
menyerbu. Tanaman yang diserang oleh kepik ini akan menunjukkan gejala daun dan
tunas mengkeriting, kering, dan layu. Buah dan polong muda rusak kemudian
rontok. Runas mendadak mengeriting dan layu. Pentil buah mengkriput dan tidak
berkembang sempurna atau bentuknya menjadi tidak beraturan. Jika diamati terdapat
lubang bekas tusukan pada pangkal. Racun yang dikeluarkan oleh kelenjar ludah
kepik akan membuat bagian yang terkena mati atau rusak.
Kehidupan kepik hijau sangat
bervariasi tergantung pada keadaan iklim dan tanaman inangnya. Kepik meletakkan
telur secara berkelompok pada bagian bawah daun. Telur kepik akan menjadi
serangga dewasa dalam waktu 4-8 minggu. Bentuk telur seperti cangkir berwarna
kuning dan tertata rapi. Setelah 5-7 hari telur menetas menjadi nimfa. Total
seluruh siklus hidup dicapai dalam 60-80 hari, terkadang bisa mencapai 6 bulan.
Kepik betina dapat meletakkan telur yang jumlahnya mencapai 1.100 butir pada
kuncup daun inang yang masih menutup. Telur tersebut akan menetas menjadi nimfa
mirip kepik dewasa yang akan langsung memakan daun.Dan akan melewati 5 tahap
nimfa sambil terus memakan daun tanaman inang. Nimfa instar 1 bergerombol di
atas kulit telur, setelah berganti kulit pindah ke plong untuk makan dan hidup.
Nimfa instar 3,4,5 dan imago diam di permukaan daun bagian atas, pada pagi hari
setelah pukul 09.00 pindah ke polong untuk makan. Imago meletakkan telur mulai
pukul 15.00 sampai 21.00. Lalu setelah kepik menjadi dewasa akan berpindah
tempat dan mencari pasangan.
Nimfa dan kepik merusak tanaman
pada bagian polong dengan cara menusuk stiletnya pada kulit polong dan biji
lalu mengisap cairan biji. Serangan pada fase pembentukan dan pertumbuhan
polong/biji menyebabkan polong/biji kempis, mengering dan gugur. Serangan pada
fase pengisapan biji, menyebabkan biji menjadi hitam dan busuk. Serangan pada
polong tua, menyebabkan kualitas biji menurun karena ada bintik hitam pada biji
atau biji menjadi keriput. Gejala serangan jelas terlihat pada kulit biji dan
kulit polong bagian dalam berupa bintik hitam atau coklat. Kerusakan di
lapangan biasanya terjadi bersamaan dengan pengisap polong yang lain dan tanda
serangannya tidak dapat dibedakan.
Populasi kepik mulai dijumpai
di pertanaman sejak fase pembentukan bunga sekitar umur 35 hari setelah tanam
(hst) sampai menjelang panen. Stadia tanaman yang paling disukai sekitar
umur 58 hst serta puncak populasi imago
dan nimfa terjadi pada umur 50 hst. Periode kritis tanaman adalah fase
pembentukan polong sampai pengisap biji (49-70 hst).
Anda dapat melakukan Penanggulangan
hama kepik dengan membersihkan gulma di sekitar tanaman utama. Serta melakukan
sanisati lahan sebelum penanaman. Anda disarankan pula untuk melakukan tanam
secara serentak dan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang. Dan jika
Anda melakukan penanganan menggunakan pestisida maka sangat disarankan untuk
menggunakan pestisida hayati dan nabati.
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
loading...