Monday, 6 January 2020

Tinjauan Sejarah Batik Indonesia, Warisan Budaya dan Perkembangannya


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...

Tinjauan Sejarah Batik Indonesia

Batik telah dinobatkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan Non-bendawi pada September 2009. Pengakuan ini dilaksanakan secara resmi pada sidang UNESCO di Abu Dhabi. Dan, kini setiap tanggal 2 Oktober 2009, telah dikenal sebagai Hari Batik Nasional, yang mana merupakan bentuk sebuah ungkapan rasa syukur.
Setelah wayang dan keris diakui UNESCO sebagai Karya Agung Budaya Lisan dan Tak Benda Warisan Manusia, maka batik pun mendapatkan pengakuan tersebut. Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization/UNESCO) sudah mengakui wayang pada tahun 2003 dan mengakui keris pada 2005. "Pengakuan UNESCO terhadap batik itu merupakan proses panjang yang melalui pengujian dan sidang tertutup. Sebelumnya, pada 11-14 Mei 2009 telah dilakukan sidang tertutup dalam penentuan di hadapan enam negara di Paris.Untuk tanggal 2 Oktober di Abu Dhabi merupakan sidang terbuka sebagai acara pengukuhan. Dalam sebuah keterangan pers Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) menyebutkan hari kedua sidang UNESCO "Intergovernmental Committee for Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage" di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, antara lain membahas evaluasi nominasi inskripsi pada Daftar Representatif mengenai Budaya bukan benda Warisan Manusia. "Dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity itu, Batik Indonesia disebutkan dalam Rancangan Keputusan 13.44 yang diharapkan dapat disahkan pada sidang akhir pada 2 Oktober 2009 malam," kata Dirjen Nilai Budaya Seni dan Film Depbudpar, Tjetjep Suparman, yang memimpin delegasi Indonesia pada sidang ke-4 komite tersebut. Pengakuan UNESCO terhadap batik sudah melalui riset bertahun-tahun. Batik di Indonesia memiliki nilai motif dan filosofi, bukan sekadar produksi.


Untuk merayakan keberhasilan tersebut, Presiden Yudhoyono menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mengenakan pakaian batik demi penghargaan terhadap kebudayaan Indonesia tersebut. Warisan budaya tak benda kemanusiaan merupakan satu dari tiga daftar yang dibuat di bawah Konvensi UNESCO 2003 mengenai Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda untuk Kemanusiaan. Dan, sejak 2008, pemerintah telah melakukan penelitian lapangan yang melibatkan komunitas serta ahli batik di 19 provinsi di Indonesia untuk menominasikan batik sebagai warisan budaya tak benda kemanusiaan dari UNESCO. “Batik merupakan icon budaya yang sangat berharga karena keunikannya. Batik memiliki simbol dan filosofi unik, termasuk alur kehidupan laki-laki, dan batik telah dianggap Indonesia sebagai element non-material dari warisan budaya negara. Kami menyatakan bahwa batik telah diakui sebagai element warisan budaya global yang diproduksi Indonesia. Presiden SBY juga mendorong seluruh warga negara Indonesia untuk mengenakan batik di tanggal 2 Oktober ini, untuk merayakan Hari Batik.” ungkap Menkokesra, Aburizal Bakrie.
UNESCO (United Nations Education, Scientific and Cultural Organization) telah mendeskripsikan Batik Indonesia dilihat dari sisi teknis, sebagai symbol dan budaya yang terbuat dari bahan kapas dengan celupan hiasan dari canting atau dari bahan sutra. Namun, tidak seperti negara lain, Indonesia sangat bangga atas Batik yang dapat dipakai sebagai pakaian formal untuk acara resmi. Batik juga biasanya dibuat dari kain katun atau sutra, yang sangat nyaman untuk dipakai. Pabrik Batik pola tradisional juga ditemukan di beberapa negara seperti Malaysia, Japan, China, India, Sri Lanka, Egypt, Nigeria, Senegal dan Singapura.


Sebenarnya wacana tentang batik sebagai karya adiluhur mulai terlontar pada abad ke-19. Ketika itu pakar budaya Hindia Belanda, JLA Brandes mengatakan bahwa batik merupakan peninggalan asli milik bangsa Indonesia. Menurutnya, segala unsur dalam batik itu tidak dipengaruhi kebudayaan India, baik yang bercirikan Hinduisme maupun Buddhisme.
Pada awalnya pendapat Brandes itu mendapat tentangan dari sejumlah pakar budaya lain, di antaranya NJ Krom. Dia mengatakan bahwa batik sudah lama dikenal di India. Contohnya adalah seni batik yang berkembang di pantai Koromandel. Dari India, menurut Krom, seni itu dibawa ke Indonesia melalui jalur perdagangan.
Pakar lain mengungkapkan, kemungkinan batik mulai diperkenalkan pada abad ke-7 hingga ke-8 oleh masyarakat Cina. Awalnya, pada abad-abad itu sejumlah kerajaan kuno di Indonesia mengirimkan misi diplomatik dan perdagangan ke Cina.
Sebagai negara penghasil keramik terbesar, konon di Cina didapati semacam motif batik pada keramik zaman dinasti Tang. Bahkan keramik tersebut juga dibuat dengan sistem batik, yakni bejana keramik diolesi malam (sejenis lilin) terlebih dulu, sebelum dilapisi dengan glasir. Pecahan keramik Cina tiga warna yang mirip batik seperti itu, banyak ditemukan pada situs-situs arkeologi di sekitar Candi Prambanan (Satyawati Suleiman, 1986:161). Temuan-temuan itulah yang rupanya mendasari teori bahwa batik berasal dari Cina. Namun, Sebagian besar pakar sepakat bahwa asal-muasal batik adalah dari Indonesia. Kemungkinan, motif batik terinspirasi dari pola anyaman pada tembikar yang berasal dari masa prasejarah. Karena pada masa itu bahan pakaian dibuat dari kulit kayu dan serat tumbuh-tumbuhan, maka motif batik masih sangat primitif. Demikian pula pewarnaannya masih menggunakan manambul, yakni bahan pewarna alami yang menghasilkan warna gelap atau hitam, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Alasantan dari masa abad ke-10 Masehi.
Sebagian pakar menduga, batik memang berasal dari Cina dan/atau India. Namun, dengan teknologi tradisional, batik dikembangkan oleh masyarakat Jawa dengan segala filosofinya.


Di sisi lain, F.A. Sutjipto percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.
Diperkirakan, tradisi batik berawal di sekitar abad-abad ke-10, meskipun sulit melacak pastinya. Apalagi kata batik tidak ditemukan dalam bahasa Sansekerta atau Jawa kuno, bahasa yang digunakan oleh mayoritas masyarakat waktu itu.

Selain sumber tertulis berupa prasasti, motif-motif seperti batik bisa ditelusuri lewat sejumlah relief cerita di Candi Borobudur. Hanya penafsirannya masih memerlukan bahan pembanding lebih banyak. Persoalannya adalah batu-batu candi itu sudah agak aus, sehingga detail gambar kurang terlihat nyata.
Informasi yang lebih akurat tentang batik ditafsirkan dari berbagai kain yang dikenakan oleh sejumlah arca batu. Terutama pada arca-arca yang berukuran relatif besar dari zaman Majapahit. Konon arca Kertarajasa yang merefleksikan pendiri Majapahit, Raden Wijaya, dalam perwujudannya sebagai Harihara, memakai motif batik kawung. Karena itu kemudian batik kawung dianggap sebagai batiknya para raja atau bangsawan di Jawa.
Begitu pula pada arca Prajnaparamita yang terdapat di Candi Gumpung, Muara Jambi. Arca Harihara dan Prajnaparamita diperkirakan berasal dari abad ke-13. Jika motif pada arca tersebut boleh disebut sebagai batik, maka penciptaan batik merupakan perjalanan panjang cipta karsa peradaban manusia Nusantara sejak berabad sebelumnya.
Tafsiran lain mengatakan pola ceplok yang merupakan pola-pola batik kuno terdapat pada berbagai hiasan arca di candi-candi Hindu dan Buddha. Bentuknya adalah kotak, lingkaran, binatang, bentuk tertutup, dan garis-garis miring. Dasar pola ceplok paling nyata terdapat pada arca Buddha Mahadewa dari Tumpang dan arca Berkuti dari Candi Jago.

Sejarah batik di Indonesia terkait erat dengan perkembangan Kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada zaman Kesultanan Mataram, lalu berlanjut pada zaman Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.
Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majapahit, dapat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit.
Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluaraga kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.
Daerah pembatikan sekarang dapat dijumpai di Mojokerto yang terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-XIX ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan yang dipakai pada waktu ituadalah  kain putih yang ditenun sendiri dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.


Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu tempat pembatikan didesa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825. Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai menyebar sejak pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata, pada jaman kerajaan di daerah ini.
Dalam perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung juga dipengaruhi corak batik Solo dan Yogyakarta. Di era kolonialisme, saat berkecamuknya clash antara tentara kolonial Belanda dengan pasukan-pasukan pangeran Diponegoro maka sebagian dari pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri kearah timur dan sampai sekarang bernama Majan. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa Majan berstatus desa Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya seorang kiyai yang statusnya turun-temurun.Pembuatan batik Majan ini merupakan naluri (peninggalan) dari seni membuat batik zaman perang Diponegoro.
Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom. Sebagai sentra batik yang sejak dahulu kala terkenal juga ada di daerah desa Sembung, para pengusaha batik di daerah sembung kebanyakan berasal dari Sala yang datang di Tulungagung pada akhir abad ke-XIX. Sampai sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang menetap didaerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat daerah pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikannya sebagian sebagai kerajinan rumah tangga dan memiliki jenis batik tulis.

Batik Indonesia dinilai sarat simbol, dan budaya yang terkait erat dengan kehidupan masyarakat. Sehingga, batik asli Indonesia tidak bisa diklaim oleh negara lain. Batik Indonesia sudah dikenal luas di seluruh penjuru Mancanegara. Bukan hanya terkenal oleh orang-orang Jawa, batik sudah menyebar di semua pulau yang ada di Indonesia. Baju yang bermotif batik pun bukan lagi hanya di pakai oleh orang Jawa. Sekarang kain batik telah dianggap sebagai pakaian resmi yang cocok untuk dipakai dalam acara apapun. Bahkan bukan hanya orang yang berkebangsawan, anak muda di seluruh Indonesia juga sering menggunakan baju bermotif batik.

Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo, yang kisahnya berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Disebutkan dalam riwayat seni batik didaerah Ponorogo sangat erat hubungannya dengan perkembangan agama Islam dan kerajaan zaman dahulu. Konon, di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan dari kerajaan Majapahit yang bernama Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada sekarang ialah sebuah mesjid didaerah Patihan Wetan.
Perkembangan selanjutanya, di Ponorogo, di daerah Tegalsari terdapat sebuah pesantren yang diasuh Kyai Hasan Basri atau yang dikenal dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari. Pesantren Tegalsari ini selain mengajarkan agama Islam juga mengajarkan ilmu ketatanegaraan, ilmu perang dan kesusasteraan. Seorang murid yang terkenal dari Tegalsari dibidang sastra ialah Raden Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri ini diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo.
Waktu itu seni batik baru terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh karena putri keraton Solo menjadi istri Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke Tegalsari dan diikuti oleh pengiring-pengiringnya. disamping itu banyak pula keluarga kraton Solo belajar dipesantren ini. Peristiwa inilah yang membawa seni bafik keluar dari kraton menuju ke Ponorogo. Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini ketika sudah keluar, dalam masyarakat akan menyumbangkan dharma batiknya dalam bidang-bidang kepamongan dan agama.
Daerah perbatikan lama yang bisa dilihat sekarang ialah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan sekarang, dan dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu obat-obat yang dipakai dalam proses pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri dari kayu-kayuan antara lain; pohon tom, mengkudu, kayu tinggi. Sedangkan bahan kain putihnya juga merupakan buatan sendiri dari tenunan gendong. Kain putih import dikenal di Indonesia kira-kira akhir abad ke-19.


Industri batik dalam bentuknya yang paling sederhana, diperkirakan mulai dikembangkan pada abad ke-10 itu juga ketika Jawa banyak mengimpor kain putih (kain mori) dari India sebagaimana diungkapkan berbagai sumber kuno. Bisa jadi lebih berkembang pada abad ke-11, saat sebuah prasasti menyebutkan kata “tulis” yang berkonotasi menorehkan desain batik dengan sejenis alat (canting).

G.P. Rouffaer, seorang peneliti dari Belanda melaporkan bahwa batik dengan pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan bagi umat Buddha dari Jawa Timur pada abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.

Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir, serasah itu ditafsirkan sebagai batik. Dan, Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya.

Batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus berkembang sampai kerajaan berikutnya beserta raja-rajanya. Batik secara umum meluas di Indonesia dan secara khusus di pulau Jawa setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. Teknik batik telah diketahui lebih dari 1.000 tahun, kemungkinan berasal dari Mesir kuno atau Sumeria. Teknik batik meluas di beberapa negara di Afrika Barat seperti Nigeria, Kamerun, dan Mali, serta di Asia, seperti India, Sri Lanka, Bangladesh, Iran, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Hingga awal abad ke-20, batik yang dihasilkan merupakan batik tulis. Sementara, batik cap mulai dikenal setelah Perang Dunia I berakhir atau sekitar tahun 1920.

Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis" dan "nitik" yang bermakna "membuat titik". Kata “tik” sendiri berakar dari bahasa jawa yang diartikan pula dengan "mematik". Ambatik mengacu kepada teknik melukis titik-titik yang serba rumit. Jadi jangan heran jika Anda sering melihat batik dengan motif-motif rumit. Walaupun banyak juga batik dengan motif-motif yang lebih simple, bahkan modern. Ada juga definisi lain yang mengatakan kalau sebenarnya kata batik itu asalnya dari kata “titik”, lalu ditambahkan kata “mba” sehingga menjadi mbatik. Sehingga batik itu diartikan sebagai seni membuat titik, atau menitik. Mengapa titik? Alat yang digunakan untuk membuat motif batik adalah canting. Garis dan motif yang dihasilkan oleh canting selalu terdiri dari sebuah titik. Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), batik merujuk kepada sebuah kata benda. Yang dimaksud disini adalah kain batik atau baju batik yang sudah selesai dilukis.
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik sendiri kemungkinan berasal dari daerah Mesir kuno ataupun daerah Sumeria. Teknik batik meluas kebeberapa negara yaitu, Afrika Barat, Malaysia, India dan lain-lain.
Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal sejak abad ke-4 SM, dengan ditemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Cina, semasa Dinasti T’ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.

Jika dilihat dari awal sejarah, batik telah bermula sejak abad ke-17 Masehi. Pada saat itu batik masih ditulis dan dilukis hanya pada daun lotar dan papan rumah adat. Pada saat itu motif batik juga masih belum bervariasi. Corak dan motifnya masih dominan dengan bentuk tanaman dan binatang. Para pengerajin batik juga tidak terlalu banyak. Saat itu membuat batik hanya digunakan sebagai kesenangan pengerajin sendiri.

Pada perkembangannya, sejarah dari batik telah menarik perhatian dari pembesar Kerajaan Majapahit. Pada saat itu juga pembuatan batik telah berkembang. Bahan yang awalnya dari kulit dan sebagainya berganti menjadi kain putih atau kain yang berwarna terang. Karena dirasa dari kain putih itu sendiri motif yang didapat lebih tahan lama dan bisa digunakan untuk pemanfaatan yang lebih luas. Motifnya juga bukan lagi hanya berkisar pada hewan dan tumbuhan saja. Tetapi mulai muncul motif-motif seperti motif abstrak, motif candi, motif awan, motif wayang beber dan lain sebagainya, mulai digunakan pada zaman itu, yaitu pada saat berdirinya Kerajaan Majapahit.
Seni membatik mulai membudaya pada abad ke-12. Perkembangan awal di Pulau Jawa, terutama di daerah Surakarta (Solo) dan Yogyakarta. Diperkirakan batik sudah mulai dikenal luas pada abad ke-17. Selama bertahun-tahun Batik Solo sangat disukai kalangan ningrat karena corak dan pola tradisionalnya sangat khas, misalnya Batik Sidamukti dan Sidaluhur. Sebuah catatan tertulis menyebutkan juga bahwa batik baru muncul pada 1518 di wilayah Galuh, sekitar Barat Laut Jawa di masa pra-Islam.
Di Yogyakarta batik mulai dikenal pada masa Kerajaan Mataram Islam dengan rajanya Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama adalah di desa Plered. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga keraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu. Oleh karena warga masyarakat tertarik pada pakaian-pakaian yang dikenakan oleh keluarga keraton, maka mereka menirunya. Akhirnya meluaslah pembatikan keluar dari lingkup keraton.

Seni batik adalah sebuah seni menggambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga kerajaan di Indonesia zaman dahulu. Pada mulanya, kegiatan membatik hanya terbatas dalam lingkup keraton saja dan batik dihasilkan untuk pakaian raja serta keluarga pemerintah dan para pembesar. Oleh karena banyak dari pembesar tinggal di luar keraton, maka seni batik dibawa oleh mereka keluar dari keraton dan dihasilkan pula di tempatnya masing-masing.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Seiring perjalanan waktu, seni batik mulai ditiru oleh rakyat jelata dan selanjutnya meluas sehingga menjadi pekerjaan kaum wanita rumah tangga untuk mengisi waktu luang mereka. Bahan-bahan pewarna yang dipakai ketika membatik saat itu terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila. Bahan sodanya dibuat dari soda abu, sedangkan garamnya dibuat dari tanah lumpur.

Dari awal sejarah batik tersebut, akhirnya batik mulai menyebar luas keseluruh penjuru kerajaan lain. Karena terkenalnya batik tersebut, akhirnya para pembesar dari Kerajaan Mataram, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak dan kerajaan-kerajaan setelahnya menjadikan batik sebagai simbol budaya. Tapi pada saat Islam datang dan telah banyak mempengaruhi masyarakat, motif batik yang berbentuk binatang sudah ditiadakan. Karena kain batik yang berbentuk binatang dianggap menyalahi syariat Islam. Sehingga motif tersebut sudah dihapus dan ditiadakan. Kecuali bila pembuatannya disamarkan menggunakan lukisan-lukisan lain.
Perkiraan yang didasarkan padapeninggalan yang ada sekarang dan cerita-cerita turun-temurun di daerah Tasikmalaya batik sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Tarumanagara. Kemungkinan pohon tarum yang banyak terdapat di sana dimanfaatkan untuk pembuatan batik kala itu.
Batik pun berkembang ke luar Jawa, termasuk ke Sumatera Barat yang termasuk daerah konsumen batik sejak zaman sebelum Perang Dunia I, terutama batik-batik produksi Pekalongan, Solo, dan Yogyakarta. Meskipun di Sumatera Barat telah berkembang terlebih dahulu sebagai industri tenun tangan “tenun Silungkang” dan “tenun plekat”, namun batik tetap digemari masyarakat Sumatera Barat.


Setelah berjalanya waktu yang cukup lama, sejarah batik berubah karena adanya berkembangan teknologi. Teknik batik yang dulunya hanya menggunakan batik tulis, sekarang sudah berkembang menggunakan teknik batik cap dan batik printing. Cara pembuatan seperti ini berkembang setelah usainya perang duniai I dan masa modernisasi kian menyebar. Teknik batik cap dan printing dianggap teknik yang sangat efisien. Karena tidak membutuhkan banyak waktu untuk membuat sebuah karya batik. Walaupun begitu, kedua teknik tersebut masih kalah dari segi kualitas di mata dunia karena kurang memiliki nilai estetis. Di Indonesia, "Batik Cap" memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Pada era awal batik cap, obat-obatan batik dari luar negeri mulai dikenal dan para pengusaha batik membeli cap di pasar porong Sidoarjo. Sebelum perang dunia pertama, pasar ini dikenal sebagai pasar yang ramai dikunjungi.
Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar Porong Sidoarjo yang sebelum terjadinya krisis ekonomi dunia sangat dikenal sebagai pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik dari daerah Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak dijual.
Waktu terjadi krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh, karena pengusaha-pengusaha secara umum memiliki modal kecil dalam usahanya. Setelah masa krisis, usaha pembatikan muncul kembali hingga Jepang masuk ke Indonesia. Dan, menyebabkan kegiatan pembatikan mengalami kelumpuhan kembali. Kemudian bangkit kembali setelah masa revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan.

Pembatikan juga berkembang di Padang setelah pendudukan Jepang. Pengembangannya terjadi secara tidak disengaja, akibat blokade dari kolonial Belanda, perdagangan batik pun menjadi lesu. Karenanya pedagang-pedagang batik yang biasa berhubungan dengan pulau Jawa mencari jalan untuk membuat batik sendiri. Secara umum ciri khas dari Batik Padang adalah berwarna hitam, kuning, dan merah ungu dengan pola Banyumas, Indramayu, Solo, dan Yogyakarta.


Pembuatan batik cap di Ponorogo juga baru dikenal setelah perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal dengan produk batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha-pengusaha batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka produksi Ponorogo setelah perang dunia petama sampai pecahnya perang dunia kedua terkenal dengan batik kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap kasar Ponorogo kemudian terkenal ke seluruh Indonesia.

Walaupun batik yang dimaksud secara definisi adalah batik tulis yang menggunakan canting, namun metode pembuatan batik sendiri kini terdapat beberapa macam, seperti; cap, cetak, dan printing. Ada juga batik yang dibuat pakai kuas, namanya batik lukis, tapi cukup jarang ditemukan.


Bila ditelusuri secara makna, batik merupakan sebuah teknik untuk mempertahankan warna diatas kain dengan menggunakan malam atau lilin. Disinilah pengertian yang banyak orang salah. "Batik bukanlah kain yang berlukiskan motif kultural (misal; motif Sidoluhur, motif Megamendung, dll.) saja. Batik tidak ada hubungannya dengan bentuk motif. Ditarik dari arti kata batik pada KBBI dan pengertian asal kata batik maka batik adalah kain yang berlukiskan motif, yang dilukiskan dengan cara menahan warna dengan lilin malam. Sehingga apabila motif pada kain tersebut tidak berbentuk kultural sekalipun, namun lebih ke arah modern (misal; kotak-kotak, garis-garis, otomotif, polkadot, dll.), maka kain tersebut tetap disebut sebagai batik."


Sebenarnya tidak ada sejarah yang pasti mengenai batik. Namun keindahan batik ini kabarnya sudah ditorehkan sejak 2000 tahun silam di Timur Tengah, Asia Tengah, dan India. Teknik membatik adalah teknik kuno yang sudah digunakan selama ribuan tahun, dan sering dijumpai di banyak peradaban di dunia seperti di Cina dan di Mesir.


Di peradaban mesir kuno, teknik membatik digunakan untuk membungkus mumi dengan kain linen. Kain linen ini dilapisi cairan lilin, kemudian digores dengan benda tajam semacam jarum atau pisau untuk menorehkan motifnya. Kemudian kain dicelup ke berbagai cairan pewarna seperti darah atau abu. Selanjutnya, setelah warna tersebut meresap maka kain linen ini direbus untuk melunturkan lilinnya. Sehingga bagian yang tidak terlapisi oleh lilin akan berwarna sesuai pewarnaan, sedangkan bagian yang terlapisi lilin akan berwarna dasar kain.

Pada Jaman Dinasti Tang (tahun 618-690) di Cina, teknik seperti ini juga sudah dijumpai. Bahkan pada jaman Dinasti Sui (tahun 581-618) teknik ini sudah dipraktekan. Karena Cina adalah bangsa pedagang yang berkeliling dunia, teknik ini kemudian menyebar ke banyak benua seperti Asia, Amerika, Afrika, bahkan sampai ke Eropa. Medium yang digunakan untuk menahan warna berbeda-beda pada setiap negara. Ada yang menggunakan bubur kanji, bahkan ada yang menggunakan bubur nasi yang dikeringkan. Ternyata tidak semuanya menggunakan lilin. Bahkan, ada dugaan bahwa asal muasal teknik membatik ini datang dari bangsa Sumeria (Sekarang Irak Selatan).

Para pedagang yang berasal dari India-lah yang membawa teknik batik ke Indonesia. Pada abad ke-6, teknik ini dibawa ke pulau Jawa. Teknik ini kemudian mulai tersebar luas dan dikembangkan oleh masyarakat Jawa. Berdasarkan Rens Heringa, pada bukunya Fabric of Enchantment: Batik from the North Coast of Java (1996), batik pertama kali ada di Indonesia sekitar tahun 700-an. Diperkenalkan oleh orang India, pada saat Raja Lembu Amiluhur (Jayanegara), yang merupakan raja kerajaan Janggala menikahkan putranya dengan seorang putri India. Dalam bagian lain buku itu, disebutkan kalau batik dalam bentuk yang lebih primitif justru sudah dimiliki oleh orang Toraja (Tana Toraja, Sulawesi Selatan) bahkan sebelum ada di tanah Jawa. Dan, pada abad ke-12, ditemukanlah teknik membatik dengan canting, dimana lilin ditorehkan menggunakan alat ini. Pada saat inilah istilah membatik (ambatik) lahir kedunia.


Hanya di Indonesia, terutama di pulau Jawa yang pada waktu itu menggunakan canting untuk menorehkan lilin ke permukaan kain mori. Dan, canting inilah yang membuat batik Indonesia sangat mendetail dan kaya motif dibandingan batik di belahan dunia lain.

Sejarah batik dari perkembangannya tidak berhenti disitu saja, karena pada masa sekarang, batik bukan hanya dijadikan sebagai corak pakaian saja. Banyak dari pernak-pernik perlengkapan penampilan atau assesoris yang biasa dikenakan masyarakat sekarang seperti sepatu, dasi, tas juga helm, telah memilih batik sebagai motif utama. Bahkan, baju-baju kedinasan, seragam sekolah, seragam guru dan lain sebagainya menggunakan motif batik sebagai pilihan utama. Karena motif dari batik itu sendiri yang lebih bebas dan memiliki nilai budaya, yang menjadikan batik memiliki nilai tersendiri dimata masyarakat.

Indonesia memiliki beragam jenis batik yang bisa dipilih. Beberapa contoh motif batik yang populer antara lain Batik Parang, Batik Sekar Jagad, Batik Mega Mendung, Batik Truntum dan tak ketinggalan juga ada Batik Lokcan atau yang lebih populer disebut dengan Batik Lasem. Ini merupakan batik yang terkenal dari Kabupaten Rembang.
Di daerah Ciledug, Cirebon banyak dijumpai motif batik biru putih yang disebut Batik Kelengan. Batik ini dibuat dari bahan dasar kain katun dengan proses pewarnaan dan bahan-bahan alami (Buku Pengantar Pameran Tekstil dan Busana Indonesia yang Dipengaruhi Budaya Cina, 2005)
Batik Tiga Negeri terlahir karena adanya pengaruh Cina. Dinamakan demikian karena proses pencelupan dan pelilinan berlangsung di tiga sentra batik yang berbeda, yakni Lasem, Pekalongan, dan Solo. Dan, salah satu corak batik pesisiran yang lumayan populer adalah Batik Buketan, dari bahasa Inggris bouquet. Batik ini sering diperkaya dengan ragam hias berupa kumpulan karangan bunga.


Sir Thomas Stamford Raffles di dalam bukunya “History of Java” (London, 1817) pertama kali menceritakan tentang batik kepada dunia. Dalam buku tersebut, Raffles memamerkan setidaknya 100 motif batik yang pernah ia jumpai, berikut dengan cara pembuatannya. Namun sayangnya, koleksi batik Sir Thomas Stamford Raffles pada hari ini tinggal tersisa 2 buah. Dan, keduanya bisa Anda lihat di Museum of Mankind, London.

Pada tahun 1873, seorang saudagar Belanda yang bernama Van Rijekevorsel, menghibahkan batik yang diperolehnya di Indonesia kepada sebuah museum etnik di Rotterdam. Batik tersebut lalu dipamerkan pada Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, dan memukau masyarakat luas dan  para seniman disana. Ini merupakan bukti bahwa batik dianggap seni bernilai tinggi oleh orang luar. Karena itulah, jika seseorang mengatakan batik merupakan seni tanpa makna, itu adalah ungkapan yang “salah”. Sebenarnya batik adalah sebuah kesenian yang penuh dengan makna. Batik bukan hanya sekedar corak yang digambar oleh seniman batik.

Dalam perkembangannya, ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh bangsa luar Indonesia. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para kolonial. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh mereka (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Beberapa motif batik Indonesia terlahir karena pengaruh budaya kolonialisme yang terjadi pada saat itu. Seperti batik Hokokai yang juga karena adanya pengaruh bangsa jepang di Indonesia. Sehingga motif tersebut menyimpan sebuah cerita. Meskipun demikian, batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena secara umum masing-masing corak memiliki perlambangan tersendiri.


Sebelum jaman kemerdekaan, banyak daerah-daerah pusat perbatikan yang menjadikan batik sebagai alat perjuangan ekonomi. Dalam melawan perekonomian Belanda. Sehingga disini batik mempunyai makna yang sangat dalam. Batik disetiap daerah memiliki motif yang bervariasi, dan tentunya makna yang berbeda-beda. Menurut Kuswadji K. (1914 – 1986) seorang pelopor seni batik berpendapat bahwa batik tidak hanya sekedar gambar atau ilustrasi saja. Ia mengatakan bahwa setiap batik itu memiliki makna. Makna tersebut bisa sudah cukup dikenal, seperti batik Kawung yang maknanya adalah penggambaran bahwa itikad yang bersih itu merupakan sebuah ketetapan hati yang tidak perlu diketahui oleh orang lain. Atau makna tersebut bisa tersirat, seperti sebuah pesan yang tersembunyi dalam gambar. Karena beragam motif batik tersebut tidak lepas dari pandangan hidup pembuatnya, dan pemberian namanya pun berkaitan dengan suatu harapan.

Penciptaan batik tidak terjadi begitu saja. Batik membutuhkan kain yang memerlukan keterampilan memintal yang juga membutuhkan keterampilan memilih bahan secara tepat untuk kemudian diolah menjadi benang dan dirangkai menjadi pintalan.
Kain batik memiliki nilai sejarah yang tidak ternilai, karena pada kain batik terdapat makna suatu peristiwa, identitas, penjelasan strata sosial, bahasa kebudayaan, spiritualitas manusia, penemuan teknologi, dan perjalanan suatu peradaban.
Nilai pada batik Indonesia bukan hanya semata-mata pada keindahan visual. Lebih jauh, batik memiliki nilai filosofi yang tinggi serta sarat akan pengalaman transendenitas. Nilai inilah yang mendasari visualisasi akhir yang muncul dalam komposisi batik itu.
Kegiatan membatik merupakan sebuah proses yang membutuhkan ketelatenan, keuletan, kesungguhan, dan konsistensi yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari serangkaian proses, mulai dari mempersiapkan kain, membuat pola, membuat isian, hingga pengeringan.
Batik dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu proses pembatikan, kualitas pembatikan, motif, dan warna batik. Secara visual, batik mempunyai sejumlah pakem yang mesti diterapkan dalam penggunaannya. Baik dalam pakem pembuatan pola maupun pakem penggunan motif tersebut beserta acara atau upacara ritual yang akan diselenggarakan. Tidak sembarang orang boleh menggunakan pola tertentu.

Cara Membuat Batik Tulis
Seperti yang sudah diketahui, secara umumnya batik dibagi menjadi empat jenis berdasarkan cara pembuatannya. Yaitu batik tulis, cap, cetak dan print. Jenis batik tulis adalah batik yang paling rumit pembuatannya sekaligus batik terbaik di dunia.
Langkah-langkah pembuatan batik tulis meliputi:
-Pengkhetelan
Batik itu dibuat diatas sebuah kain, namanya kain Mori yaitu kain tenun berwarna putih yang biasa digunakan sebagai kain untuk membatik. Kain Mori yang memiliki kualitas bagus dibuat dengan bahan katun, tapi ada juga kain mori yang terbuat dari bahan polyester, sutra, dan rayon.
Proses pengkhetelan adalah proses dimana kain Mori direbus dengan berbagai macam tumbuhan selama berhari-hari. Hasilnya kemudian dikeringkan dan dinamakan kain Primisima. Kain Primisima adalah kain batik dengan kualitas nomor satu. Selain kain ini, ada juga kain Prima yang memiliki kualitas sedikit dibawahnya.

-Menyorek
Ketika membuat batik, tentunya seorang pembatik harus memikirkan gambar apa yang harus ia lukis diatas kain mori. Setelah mendapatkan ide, lalu sang pembatik akan mulai menggambar motifnya diatas kertas atau langsung diatas kain.


Menyorek merupakan proses menuangkan inspirasi kedalam bentuk gambar. Jika penuangan ide gambar dilakukan dikertas terlebih dahulu biasanya akan digambar menggunakan pulpen, tapi jika penuangan ide dilakukan langsung dikain biasanya akan digambar menggunakan pensil supaya bisa dihapus. Proses menggambar ini tidak diarsir atau diisi penuh. Biasanya gambar hanya dibuat garis tepinya saja. Garis tepi inilah yang akan ditutup lilin dengan cara dicanting.

-Nyanting / Nglowong
Setelah motif batik selesai digambar diatas kain, malam atau biasa dikenal dengan lilin, dibubuhkan persis pada gambar tadi.


Membatik adalah pekerjaan yang saling berurutan. Artinya satu langkah dapat dikerjakan jika langkah sebelumnya telah selesai dikerjakan. Setiap tahap dikerjakan dengan tahap yang berbeda. Sepotong mori tidak dapat dikerjakan oleh beberapa orang dalam waktu yang sama untuk beberapa tahapan.
Penempelan malam sebagai bahan utama perintang warna batik ke mori. Mori yang telah di buat polanya kemudian diberi malam dengan canting tulis. Canting batik tulis yang dipakai pada saat membuat pola batik adalang canting klowongan atau canting dengan cucuk ukuran sedang.
Setelah pola pokok selesai kemudian membuat isen-isennya. Canting yang digunakan ketika membuat isen-isen bermacam-macam yaitu; canting cecekan, canting telon, canting prapatan.
Nyanting batik akan berhubungan dengan proses selanjutnya. Yaitu proses pewarnaan kain, karena kain putih tersebut akan diberikan warna dasar (misalnya hitam), maka bagian-bagian gambar motif yang tidak ingin diwarnai hitam harus dilapisi. Supaya mereka tetap putih saat lilin nya dilepas. Dan, bagian yang dilapisi lilin bisa diwarnai dengan warna yang lain.
Secara umum proses nyanting ini berlangsung dua kali. Bagian depan yang pertama, lalu bagian belakang kain juga ikut dicanting. Hal ini dilakukan supaya motif yang sudah digambar pensil pada bagian depan, tidak ikut diwarnai warna dasar pada bagian belakang. Karena bisa tembus.

-Nembok
Begitu juga dengan bagian-bagian lain yang tidak digambar dengan pensil, tapi ingin diberi warna lain. Bagian ini harus ditembok dengan malam. Biar bagian tersebut tidak berwarna sama dengan warna dasar.


Proses nembok ini dilakukan supaya bagian batik yang ditembok bisa diwarnai dengan warna lain. Biasanya canting yang digunakan untuk nembok adalah canting dengan lubang yang lebih besar, sehingga pengerjaan menembok bisa lebih cepat selesai.

-Nyelup / Medel
Ini adalah proses pewarnaan kain batik. Yaitu memberikan warna dasar kepada kain, setiap daerah memiliki proses pencelupan sendiri-sendiri. Bahkan setiap pembatik di suatu daerah yang sama bisa memiliki proses pencelupan yang berbeda.


Secara umum dalam proses ini, kain mori akan dicelupkan ke dalam sebuah wadah besar yang berisi pewarna (misal; warna hitam). Pencelupan ini akan dilakukan berulang-ulang sampai warna hitam yang diinginkan sesuai dengan keinginan si pembatik.
Biasanya warnanya dimulai dengan warna muda, jika menginginkan warna hitam mungkin akan dimulai dari warna biru atau abu-abu terlebih dahulu. Untuk menghindari warna hitam yang terlalu tua. Setelah dicelup berkali-kali, maka warna hitam akan diperoleh.Jika sejak awal menggunakan warna hitam, dikhawatirkan pencelupan akan menghasilkan warna hitam yang terlalu gelap padahal yang diperlukan adalah hitam yang lebih terang.
Setelah proses pencelupan ini selesai, berarti warna dasar kain yang diinginkan sudah diperoleh. Maka langkah selanjutnya adalah mengeringkan kain dengan cara dijemur dengan diangin-anginkan saja.

-Ngerok / Nglorod
Proses ini bertujuan untuk meluruhkan lilin malam dari kain Mori. Dengan tujuan untuk memwarnai bagian yang memiliki warna berbeda dengan warna dasar (hitam). Misalnya motif batik yang diinginkan akan diberi warna merah. Maka sebelum diwarnai, terdapat metode yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu proses nglorod atau ngerok.


Lilin yang tadi dibubuhkan diatas motif dikerok dengan alat kerok, atau diluruhkan dengan cara direbus. Proses ini disebut nglorod. Intinya, ini merupakan proses kebalikannya, bergantian yang satu ditutup yang satu dibuka untuk diwarnai. Caranya tinggal merebus batik dengan air mendidih.
Menghilangkan sebagian atau setempat dengan melepas lilin malam pada tempat-tempat tertentu juga dilakukan dengan cara mengerok dengan alat sejenis pisau. Pekerjaan mengerok disebut ngerok atau ngerik. Pekerjaan ini dilakukan setelah kain diwedel untuk batik sogan dari solo atau yogyakarta. Maksud dari pekerjaan ini, yaitu membuaka lilin klowongan, dimana pada bekas lilin yang dikerok ini nantinya akan diberi warna soga.
Motif batik Sogan adalah salah satu jenis batik klasik di Indonesia yang kental dengan unsur tradisional. Dominasi warna batik sogan adalah gelap seperti hitam dan coklat. Dinamakan batik sogan karena pada awal mulanya, proses pewarnaan kain batik ini menggunakan pewarna alami yang diambil dari batang kayu pohon soga (Peltophorum pterocarpum). Batik Sogan merupakan jenis batik yang identik dengan daerah keraton Jawa yaitu Ngayogyakarta Hadiningrat (Yogya) dan Surakarta Hadiningrat (Solo).

-Nembok Bagian Kedua
Sebelum melakukan proses yang selanjutnya (nyelup kedua) dilakukan, bagian batik dengan warna dasar harus ditembok supaya tidak berubah warnanya.

-Nyelup / Medel Bagian Kedua
Jika sudah selesai ngerok dan nembok, kemudian dilakukan kembali proses nyelup. Tetapi sekarang berbeda warna dari warna dasar (misal; warna merah). Hingga menghasilkan motif batik yang berwarna merah atau sesuai keinginan. Setelah proses nyelup warna kedua selesai, kain batik sudah memiliki dua warna.


Cara lain yang bisa digunakan adalah nyolet. Nyolet ini berarti untuk mewarnai motif dengan warna merah, tidak perlu dilakukan pencelupan kedua. Cukup dengan membentangkan kain lalu mewarnai motif menggunakan kuas. Banyak batik cetak yang setelah dicetak, lalu dicolet. Supaya menyerupai batik tulis.
Dan jika seseorang menginginkan sebuah kain batik dengan motif berwarna lebih dari dua, misalkan saja ada warna A, B, C, D yang ingin diwarnai pada kain. Maka saat pencelupan warna A, warna-warna lain seperti B, C, D harus ditembok atau dicanting (tergantung motif atau warna dasar kedua). Setelah itu saat pencelupan warna B, maka warna A, C, D harus ditembok atau dicanting. Begitu seterusnya sampai semua warna sudah masuk pada kain.

-Ngerok / Nglorod Kedua
Setelah semua warna yang diinginkan sudah terlukis pada kain, maka proses selanjutnya adalah nglorod lagi. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan semua malam atau lilin yang tersisa pada kain. Caranya adalah dengan merebus kain di dalam air mendidih.


Setelah proses nglorod ini selesai, maka selanjutnya kain harus dijemur sampai kering. Batik tulis pun siap dijahit, atau langsung digunakan. Namun Anda harus ingat, pada contoh diatas proses pewarnaan hanya dua kali, pada kenyataan, bisa 3, 4 sampai 5 kali tergantung berapa banyak warna yang diinginkan pada batik tersebut.
Penghilangan lilin malam secara keseluruhan akan dilakukan pada pertengahan atau akhir proses pembuatan kain batik. Proses pelorodan pada jenis batik pekalongan akan sering dilakukan. Pelorodan yang dilakukan di tengah proses pembatikan biasanya dilakukan untuk memberikan warna lain pada jejak lilin yang dilorod. Pelorodan yang dilakukan di akhir disebut mbabar atau ngebyok. Pelepasan lilin dilakukan dengan air panas. Lilin akan meleleh dalam air panas sehingga terlepas dari kain. Untuk kain dengan pewarnaan bahan alam (nabati), air panas diberi kanji. Sementara untuk pelepas lilin (pelorodan), kain batik dengan pewarnaan obat sintesis air lorodan lainnya diberi soda abu.


Banyak orang menilai batik berdasarkan metode produksinya. Implikasi dari pemilihan metode produksi itupun sangatlah banyak. Dari segi harga dan kualitas misalnya. Jika diteliti lebih jauh, metode produksi batik adalah penentu kepribadian dari batik tersebut.

Batik tulis merupakan batik dengan nilai seni yang paling tinggi. Karena pada intinya tidak ada satupun batik tulis di dunia ini yang persis sama. Mungkin serupa, tapi tidak mungkin sama. Ini disebabkan tingkat buatan tangan yang sangat tinggi. Batik tulis ini 100% dibuat menggunakan canting. Bahkan bila ada motif berulang, maka motif ini digambar berulang-ulang menggunakan tangan. Sehingga memerlukan konsentrasi yang tinggi untuk membuatnya dengan rapi. Namun serapi-rapinya, pasti akan ada kesalahan-kesalahan yang terjadi saat penggambaran. Kesalahan inilah yang dianggap berseni. Kesalahan ini tidak akan terjadi kedua kalinya pada pembuatan batik selanjutnya, setiap batik memiliki “cacat” yang berbeda.

Justru karena kesalahan inilah batik tulis dianggap memiliki seni. Karena setiap kesalahan menjadikan eksklusif untuk setiap batik, memerlukan konsentrasi yang tinggi untuk mencanting bolak balik, dan waktu yang tidak sebentar untuk membuatnya. Inilah ciri khas batik tulis, tidak sempurna namun bernilai tinggi.


Pembuatan batik tulis bisa memakan waktu selama 2 minggu sampai 2 tahun. Harganya juga tidak main-main. Dipasaran yang termurah ditemui seharga 600.000 IDR, dan yang termahal bisa mencapai ratusan juta. Jika Anda butuh atau suka dengan batik yang eksklusif dan berkelas, maka sangat disarankan untu membeli jenis batik tulis, yang merupakan jenis batik terbaik di dunia.

Batik Cap
Pernahkan anda lihat cap yang digunakan untuk membuat batik? Cap inilah yang digunakan untuk membuat motif-motif batik yang banyak beredar di pasaran. Sangat tradisional, namun disisi lain sangat artistik.


Pada abad 19, permintaan batik dipasaran meluap tajam. Hal ini menjadikan produsen batik mencari cara untuk memenuhi luapan permintaan tersebut sehingga bisa memproduksi batik dengan lebih cepat dengan jumlah banyak. Sehingga terciptalah metode batik cap, dimana lempengan besi atau tembaga yang bermotif digunakan untuk membubuhkan malam atau lilin diatas permukaan kain Mori. Lempengan inilah akhirnya sampai sekarang disebut dengan cap, sehingga jadilah nama batik cap.


Batik cap secara umum memiliki motif berulang ulang, dan tidak rumit. Walaupun tidak rumit, batik cap masih dianggap batik yang memiliki kualitas sangat baik. Batik cap masih menggunakan malam dalam proses pembuatannya, sehingga masih dianggap sebagai batik yang authentik.


Harga batik cap pada umumnya juga tidak terlalu mahal, biasanya harganya dibawah 300.000 IDR. Batik cap merupakan bukti perkembangan budaya batik di Indonesia, karena metode ini tercipta atas meningkatnya peminat batik pada abad 19 silam.

Batik Cetak Sablon
Batik cetak ini kualitasnya dibawah batik cap. Perlu diketahui bahwa batik cetak berbeda dengan batik printing. Pada metode cetak sablon, sebenarnya yang mengerjakan batiknya tetap manusia. Bukan mesin. Namun orang-orang kadang merasa bingung dan tertukar pengertian antara batik cetak sablon dan batik print. Sebenarnya batik cetak ini lebih mirip dengan batik cap. Karena prosesnya menggunakan cetakan besar bernama plangkan dan rakel. Yaitu alat yang biasa digunakan untuk sablon kaos. Namun proses pengerjaanya lebih mudah, dan tidak menggunakan malam.


Pembuatan batik dengan metode ini menghasilkan batik dengan sangat cepat. Namun karena lilin malam tidak lagi digunakan dan tingkat kerumitan yang rendah, batik ini memiliki nilai yang jauh dibawah batik cap dan batik tulis. Karena jauh lebih mudah membuatnya. Prosesnya juga biasa disebut sablon.
Menghasilkan batik dengan singkat serta dengan harga yang sangat murah, inilah kenapa banyak sekali produsen menjadi peminat batik cetak. Dalam sehari, bisa menghasilkan ratusan bahkan ribuan batik. Banyak juga pengrajin yang lebih fokus kepada batik cetak karena batik ini dapat meningkatkan omset berkali-kali lipat.
Jika dilihat dari rapih atau tidaknya, justru metode ini menghasilkan batik yang sangat rapi detailnya. Namun karena tidak ada penggunaan malam serta tidak ada eksklusivitas pada batik ini, maka batik ini dianggap bermutu rendah.

Batik Print Mesin
Jenis batik yang akan dibahas sekarang adalah batik print. Lagi-lagi untuk meningkatkan efisiensi, batik pun diproduksi dengan mesin print tekstil. Pendapat masyarakat pun beragam mengenai inovasi ini.


Sebagian besar orang menganggap batik print tidaklah mewarisi tingkat kerajinan dari jenis-jenis batik sebelumnya, bahkan banyak yang menjuluki batik ini adalah batik imitasi. Hal ini disebabkan karena beberapa hal. Salah satunya adalah pola-pola dibuat dengan bantuan otomasi mesin. Dan, ternyata banyak batik yang beredar di pasaran memang sudah tidak ada campur tangan manusianya ketika dibuat, kecuali pencet-pencet tombol. Kemudian, yang menjadi masalah utama adalah adanya produsen-produsen asing yang turun memproduksi batik dengan mesin printing. Contoh yang banyak beredar di pasaran adalah kain batik printing dari negeri Tiongkok. Yang mana harganya sangat murah, namun secara langsung mengancam eksistensi batik Indonesia.


Batik print biasanya di banderol dengan harga dibawah 80.000 IDR kainnya saja. Apabila sudah jadi baju, mungkin bisa sampai 120.000 IDR. Memang sangat murah, dan banyak digemari oleh kalangan ekonomi kelas menengah kebawah. Karena, memang batik ini sangat terjangkau dan terdapat banyak dipasaran.

Batik Lukis
Batik tipe ini tidak dibuat menggunakan lilin atau malam. Sehingga canting juga tidak digunakan. Batik lukis ini dilukis menggunakan kuas. Seperti lukisan pada sebuah kanvas. Sehingga merupakan karya seni tersendiri.Tapi jangan salah, nilai seni pada batik jenis ini juga sangat tinggi. Meskipun banyak kalangan yang ragu apakah jenis ini bisa disebut sebagai batik.


Batik jenis ini dibuat dengan melukiskan motif diatas kain mori menggunakan kuas dan cat minyak. Seperti proses melukis biasa. Batik jenis ini memang jarang ditemukan, meskipun begitu, jenis batik ini memiliki harga yang relatif cukup mahal. Batik lukis ini dibanderol dengan harga 300.000 IDR, hingga 1.000.000 IDR keatas untuk yang rumit dan berwarna-warni, karena memang ini adalah karya seni.


Untuk membuat batik jenis ini, si pelukis harus berkali-kali menyelupkan kuasnya pada cairan pewarna diatas kompor, ada juga yang langsung melukis diatas kain. Ciri-ciri batik ini adalah warnanya yang mencolok, serta serat-serat kuasnya yang sering terlihat pada lukisan.


Motif yang dihasilkan pada jenis batik lukis tidak seperti batik pada umumnya. Lebih mirip lukisan, lebih bebas dan kontemporer.


Teknik membuat batik yang bervariasi memiliki tingkat kesulitan tertentu, pada akhirnya akan berimbas ke biaya, dan tentu saja tetap terpengaruhi oleh sisi eksklusivitas batik tersebut. Bagi kebanyakan orang akan sulit untuk membedakan antara batik tulis, cap, cetak dan print. Karena, bagi orang yang awam terhadap batik, ragam jenis batik tersebut terlihat sangat serupa. Dan, hampir tidak ada bedanya. Karena tidak semua penjual itu jujur, bahkan cukup sering ditemukan beberapa penjual yang tidak mengetahui barang dagangan mereka itu termasuk jenis batik tulis atau cetak. Terkadang batik cetak dan batik tulis sekilas terlihat sangat mirip. Banyak dari jenis batik cetak yang setelah dicetak kemudian dicolet dengan kuas, sehingga sangat mirip batik tulis.
Supaya tidak keliru, berikut ini merupakan beberapa tips yang perlu dperhatikan dalam membeli produk batik berkualitas:
-Perbedaan Harga
Batik tulis merupakan jenis batik yang paling mahal, yang kedua termahal adalah batik cap, yang terakhir adalah batik printing dan cetak.
Jadi apabila pertama kali Anda melihat sebuah produk batik, Anda haruslah bisa mengkategorikan batik tersebut termasuk batik apa, lihatlah dari harganya. Batik tulis umumnya berharga diatas 250.000 IDR keatas. Batik tulis pun ada yang murah ada yang mahal. Batik tulis yang murah, biasanya harganya mulai dari 250.000 IDR. Memiliki motif yang tidak rapat, serta jarang-jarang. Beberapa daerah yang menjual batik tulis dengan harga murah (tetapi memiliki kualitas bagus) adalah Lasem dan Cirebon. Walaupun demikian daerah ini tentunya juga memiliki batik tulis yang berharga mahal, hingga puluhan juta.
Sedangkan batik tulis Solo dan Pekalongan umumnya memiliki harga mahal, diatas 500.000 IDR. Secara umum batik tulis yang tergolong kelas atas dibanderol dengan harga diatas 500.000 IDR. Memiliki motif yang sangat rumit, dan sangat indah.
Batik cap memiliki kisaran harga dibawah 250.000 IDR. Karena pembuatannya yang mudah, serta jauh lebih cepat dibandingkan batik tulis sehingga harganya juga lebih murah. Batik cap yang paling murah pernah ditemui dengan harga 75.000 IDR, untuk harga kainnya yang belum jadi pakaian.
Batik printing dan cetak, kedua jenis batik ini memiliki kisaran harga yang sama. Yaitu; dibawah 70.000 IDR, untuk harga kainnya. Anda harus benar-benar teliti, seringkali ditemukan seorang penjual batik mengklaim bahwa batik yang dia jual adalah batik tulis dan dihargai 600.000 IDR sepotong. Padahal setelah di cek batik tersebut adalah batik kombinasi cetak dan cap yang harganya tidak sampai 200.000 IDR.
-Aroma Kain
Bau malam merupakan suatu bau yang khas. Biasanya jika jenis batik tulis atau cap, memiliki aroma malam masih melekat ketika dijual. Aroma malam mirip dengan bau minyak tanah. Jadi, ketika membeli cobalah Anda ambil kain tersebut, dan cium baunya. Jika, memang aroma malamnya masih ada, berarti batik tersebut adalah batik tulis atau cap.
Batik print tidak menggunakan malam sama sekali, jadi Anda tidak akan keliru. Kecuali batik print tersebut ditumpuk bersama dengan batik tulis dalam waktu yang lama. Maka metode ini menjadi tidak terlalu akurat. Karena itulah, jangan hanya menggunakan satu metode saja untuk memastikannya.
Batik tulis yang sudah dicuci berulang-ulang juga tidak akan mengeluarkan aroma malam, karena semua malamnya sudah luntur dicuci. Jadi sulit untuk memastikan hanya dengan menggunakan metode ini. Namun Anda tetap harus mencoba.
-Perhatikan Motif
Anda bisa perhatikan motif batik secara seksama. Apabila motif batik tersebut terlihat sedikit berantakan, beleber, maka batik itu kemungkinan besar adalah jenis batik tulis atau cap. Biasanya batik cap lebih rapih dari batik tulis, namun tidak jarang batik cap juga ada bagian-bagian yang tidak sempurna.
Batik tulis itu tidak akan pernah rapi, Anda harus temukan dimana cacatnya. Motifnya pada satu kain hampir tidak pernah sama persis, pasti ada perbedaannya. Perhatikan bagian lekukan, ukuran masing-masing motif, atau bekas malam yang meluber.
Batik cap, biasanya akan lebih rapih. Motifnya cenderung berulang-ulang, dan kemungkinan besar sama. Karena masih menggunakan malam dalam prosesnya, maka terkadang ada pula yang meluber.
Sedangkan batik print dan cetak, kerapihannya mendekati sempurna, bahkan seringkali sempurna. Kalaupun ada cacat, itu adalah kecacatan yang disengaja, dan bentuknya juga masih terlihat sempurna.
Untuk jenis batik lukis, Anda tinggal lihat pada motifnya. Apakah ada serat-serat kuasnya? Atau, apakah motif dan gambarnya menyerupai lukisan diatas kanvas?
-Perbedaan Bagian Depan dan Belakang
Rentangkan kain batik Anda, dan lihat bagian depan dan belakangnya. Hanya batik tulis dan batik cap yang memiliki motif dengan warna yang sama persis di bagian depan dan belakang kainnya. Batik print dan cetak tidak akan seperti itu.
Pada batik print dan cetak, dibagian belakang kain terlihat memutih dan pudar. Dari sini seringkali Anda akan tau bahwa batik ini adalah batik print atau cetak. Warna pudar di bagian belakang berarti batik tersebut dibuat dengan cara print atau cetak.
-Tekstur
Pada kebanyakan batik tulis, terutama dari Solo dan Yogyakarta, masih banyak tersisa bekas lilin malam yang belum bersih. Serpihan-serpihan ini tidak ada pada batik print dan cetak.
Seringkali pada batik tulis juga terdapat tekstur pewarna yang tidak merata, sehingga dapat diraba dan dirasakan tekstur yang berlebih.
-Inisial
Anda bisa coba cari inisial pada kain batik tersebut. Pada kain batik tulis, sering ditemukan inisial sang pembuat. Justru karena batik tulis adalah sebuah kesenian dengan nilai tinggi, sang pembuat ingin mencantumkan namanya pada karya ciptaannya.
Tidak ada batik selain batik tulis yang diberikan inisial, mungkin dalam kasus tertentu batik lukis juga diberikan inisial. Namun membedakan batik lukis dan tulis sangat mudah. Tinggal melihat warnanya mencolok atau tidak dan apakah ada aroma lilin malam saat dicium. Batik lain seperti cap, printing dan sablon tidak akan diberikan inisial pembuatnya.


Setelah Anda mengetahui tentang asal muasal batik, sejarah singkatnya dan cara pembuatan batik tulis. Dibawah ini adalah penjelasan tentang jenis-jenis batik yang populer di Indonesia.
Secara garis besar ada 3 jenis motif batik. Motif klasik, pesisir dan kontemporer. Dimana ketiga jenis ini akan terbagi lagi berdasarkan daerah asalnya, batik sarat dengan makna dalam motifnya.
Ciri-ciri batik tradisional terdiri atas:
-Ragam hias motif ular, barong, geometris, pagoda.
-Coraknya mempunyai arti simbolik.
-Warna cenderung gelap (putih – hitam – coklat kehitaman).
-Motif ciri khas daerah asal.
Ciri-ciri batik modern terdiri atas:
-Ragam hias bebas binatang, tumbuhan, rangkaian bunga dll.
-Corak tidak mempunyai arti simbolik tertentu.
-Penggunaan warna bebas seperti biru, merah, ungu dsb.


Batik klasik atau batik tradisional memiliki makna filosofis yang berasal dari kepercayaan para pembuatnya, yaitu masyarakat Jawa. Batik seperti ini memiliki keindahan secara visual dan secara filosofi. Umumnya jenis motif batik ini mengandung warna-warna gelap yang memancarkan wibawa dan keseriusan. 
Keindahan visual adalah rasa haru, rasa terpukau yang datang dari panca indera penglihatan manusia. Yang mana datangnya dari harmoni perpaduan berbagai warna dan sususan berbagai bentuk.
Sedangkan keindahan filosofi adalah pemahaman akan pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui torehan pada sebuah karya. Yang membentuk suatu arti atau lambang sesuai dengan pemahaman dan harapan pembuatnya.
Batik klasik mempunyai nilai dan cita rasa seni yang tinggi, dengan pengerjaan yang rumit dan dalam waktu berminggu-minggu. Batik klasik mempunyai pola-pola dasar tertentu dengan berbagai macam variasi motif, seperti kawung, parang, nitik, truntum, ceplok, tambal, dan lain sebagainya. Bahan dasar batik berupa kain katun putih kualitas halus, terdapat juga batik yang berbahan kain sutera putih, batik dengan bahan sutera akan menghasilkan warna yang lebih hidup.
Batik tradisional adalah batik yang susunan motifnya terikat oleh suatu aturan tertentu dan dengan corak tertentu. Oleh karena itu, dalam pembuatannya pun banyak aturan-aturan yang harus dipatuhi. Batik tradisional bersifat terikat dengan aturan terutama dalam hal pembuatan motif (BIPIK 20, 1994: 19).
Secara umum desain motif dibagi lagi menjadi dua jenis motif, yaitu geometris dan non-geometris. Desain geometris terdiri atas; motif parang dan diagonal, persegi/persegi panjang, silang atau motif ceplok dan kawung, serta motif bergelombang (limar). Sementara desain non-geometris terdiri atas; semen [motif semen terdiri atas flora, fauna, gunung (meru), dan sayap yang dirangkai secara harmonis], buketan, dan lunglungan.


Ditinjau dari jenisnya, dikenal adanya batik keraton, yakni batik dari Surakarta (Solo) dan Yogyakarta (Yogya). Batik keraton memiliki beberapa motif dan filosofi. Motif Ceplokan Kasatrian digunakan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah, orang yang mengenakannya akan terlihat gagah dan kepribadian yang berani, Motif Parang Rusak Barong (parang ada yang mengartikan pula sebagai senjata) menunjukkan kekuatan, kekuasaan, dan pergerakan yang gesit, ksatria yang mengenakan batik ini terlihat gagah dan cekatan, Motif Kawung digunakan oleh para Raja dan keluarga kerajaan, sebagai sebuah simbol kekuasaan dan keadilan, Motif Truntum (truntum berarti membimbing), mengandung makna bahwa diharapkan orang yang memakainya dapat memperoleh dan memberi kebaikan.
Batik pada zaman dahulu disebut juga dengan batik lawas. Ciri utana dari batik ini adalah warna yang cenderung lebih gelap, dan juga didominasi dengan warna cokelat yang cenderung tua, hitam, dan juga putih. Corak-corak yang terdapat di batik lawas merupakan corak-corak yang klasik. Dalam istilah, batik lawas dapat diartikan juga sebagai batik yang pernah digunakan dahulu, atau bisa disebut juga second hand.
Kain-kain yang digunakan untuk batik lawas ini, tentu saja merupakan kain tua yang benang-benangnya sudah mulai rapuh, oleh karena itu diperlukan beberapa metode untuk menyimpannya, yaitu; dicuci dan direndam, keringkan batik dengan menggunakan handuk kering, lalu setrika dengan menggunakan suhu yang sedang-sedang saja.
Selain itu batik lawas tidak boleh dilipat dan dimasukan ke dalam plastik, karena akan merusak benang-benang kain yang sudah mulai tua. Penyimpanan terbaik untuk kain lawas adalah dijepit menggunakan hanger, dan ditaruh dengan rapi di dalam lemari.


Batik Pesisir berbeda dengan batik klasik. Batik jenis ini lebih bebas dari segi motif, tidak kaku. Dan, jika ditinjau dari segi warna, batik Pesisir lebih warna-warni daripada batik klasik. Melambangkan kemandirian dan jiwa yang penuh dengan kebebasan. Hal ini disampaikan dalam bentuk motif dan warnanya. Warna dan gambar yang ditorehkan pada batik pesisir lebih cerah, lebih mencolok, lebih berani dibanding batik klasik.
Istilah batik “pesisir” muncul dikarenakan letak asalnya berada di daerah pesisir utara Pulau Jawa seperti Cirebon, Indramayu, Bakaran, Lasem, dan lain sebagainya.
Batik pesisir memiliki pola yang lebih bebas dengan pilihan warna lebih beraneka ragam, disebabkan adanya pengaruh budaya luar yang begitu kuat. Batik ini tidak seperti batik keraton sebab batik pesisir lebih ditujukan sebagai barang dagangan. Budaya luar pada batik pesisir sangat mempengaruhi bentuk ragam hias batik, khususnya pada saat masuknya agama Islam abad 16 silam.


Batik kontemporer merukan jenis motif batik yang tidak lekang oleh motif-motif yang sudah ada. Jenis ini juga disebut sebagai batik modern. Biasanya motif kontemporer dibuat oleh brand-brand batik anak muda. Sehingga sumber inspirasinya tidak selalu melihat dari masa lalu atau pun merujuk pada motif yang sudah ada.
Inspirasi ini bahkan bisa datang dari budaya luar, atau kehidupan para pemuda jaman sekarang.
Motif kontemporer cenderung memiliki warna-warna yang berani, atau desain yang tidak seperti batik pada umumnya. Sehingga pada penerapannya, batik jenis ini bisa digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang non-formal. Bahkan, jenis motif batik kontemporer dapat dianggap aneh jika digunakan untuk menghadiri acara formal.
Pada batik modern motif maupun pewarnaan tidak tergantung pada pola-pola dan pewarnaan tertentu seperti pada batik klasik, namun dress designnya bisa berupa apa saja dan warna yang beraneka macam. Batik modern juga menggunakan bahan-bahan dan proses pewarnaan yang mengikuti perkembangan dari bahan-bahan pewarnanya.
Terkadang pada beberapa area design kaos, canting tidak dipergunakan namun dengan menggunakan kuas dan untuk pewarnaan kadang diterapkan langsung dengan menggunakan kapas atau kain. Dengan kata lain, proses pembuatan batik modern hampir seperti batik klasik namun desain baju batik modern dan pewarnaan baju batik modern terserah pada citarasa seni pembuat design kaos dan tergantung bahan-bahan pewarnanya.
Bahkan dengan berkembangnya bahan dasar kain dan bahan kain berwarna, batik modern menjadi semakin bervariasi, seperti misalnya batik pada bahan katun lurik Jogja, bahan kain poplin, bahan piyama, bahan wool, dsb.

Supaya Anda lebih familiar ketika bertemu dengan orang yang menggunakan batik dengan ragam motifnya. Silahkan simak penjabarannya di bawah ini.

Batik Sido Luhur
Sido dalam bahasa Jawa artinya “telah terlaksana” atau “jadi”. Sehingga arti kasarnya adalah menjadi luhur. Ini mencerminkan sebuah harapan bahwa pemakainya dapat mencapai kehidupan yang luhur, terhormat dan bermartabat. Serta selalu sehat secara jasmani dan Rohani.


Motif batik ini sering digunakan pada acara pernikahan. Makna filosofis di dalamnya adalah kemakmuran, serta harapan agar seseorang dapat mencapai kebahagian lahir dan batin.

Batik Sido Mulyo
Sido Mulyo adalah batik yang memberikan sebuah harapan agar seseorang mencapai kemuliaan. Karena artinya adalah menjadi mulia.


Namun dibalik itu, batik ini sebenarnya dimaksudkan agar seseorang mencapai harapan akan kemakmuran serta perlindungan. Batik ini juga sering digunakan dalam banyak prosesi pernikahan, dengan harapan kelak keluarga baru ini akan menjadi keluarga yang sukses dan mendapatkan kemuliaan.

Batik Cuwiri
Batik ini sering digunakan untuk memperingati usia bayi dalam kandungan yang sudah mencapai 7 bulan (Mitoni).


Cuwiri itu artinya kecil-kecil. Filosofi di dalamnya adalah harapan agar sejak kecil seseorang sudah memiliki nilai-nilai kebaikan, sehingga dihormati oleh masyarakat.

Batik Kawung
Motif batik kawung merupakan batik yang berasal dari Jawa Tengah dan Solo. Motif batik kawung ini memliki pola bulatan mirip buah Kawung yaitu sejenis kelapa atau lebih dikenal dengan buah kolang-kaling.


Ada juga yang berpendapat bahwa batik ini terinspirasi dari binatang Kwangwung atau yang biasa disebut dengan kumbang tanduk.
Makna batik ini adalah sebuah penggambaran hati yang bersih. Bahwa itikad dari hati yang bersih itu merupakan sebuah ketetapan hati yang tidak perlu diketahui oleh orang lain.
Makna yang berasal dari filosofi buah Kawung, yang memiliki buah berwarna putih bening didalamnya.


Motif dari batik kawung ini adalah berpola buatan mirip buah kawung. Kawung adalah sejenis kelapa atau kadang-kadang sebagai buah kolang-kaling. Motif kawung ini diurut secara geometris. Kadang-kadang motif kawung ini digambarkan juga sebagai bunga lotus. Makna dari bunga lotus itu sendiri adalah melambangkan umur panjang dan juga kesucian. Lotus sendiri merupakan sebuah tumbuhan yang memiliki 4 buah daun bunga yang merekah.
Batik kawung diklasifikasikan lagi secara lebih spesifik dengan memperhatikan motif dan juga pola.  Kawung Picis adalah motif kawung yang tersusun oleh bentuk bulatan yang kecil. Picis adalah mata uang yang bentuknya kecil. Sedangkan Kawung Bribil adalah motif-motif kawung yang tersusun oleh bentuk yang lebih besar daripada kawung Picis. Hal ini sesuai dengan nama bribil, mata uang yang bentuknya lebih besar daripada picis. Sedangkan kawung yang bentuknya bulat-lonjong lebih besar daripada Kawung Bribil disebut Kawung Sen.


Pada zaman dulu, motif batik kawung hanya dikenakan oleh kalangan kerajaan saja. Seorang pejabat kerajaan yang mengenakan baju bermotif batik kawung, mencerminkan kepribadian sebagai seorang pemimpin yang dapat mengendalikan hawa nafsu dan menjaga hati nurani. Dengan begitu, akan tercipta keseimbangan dalam perilaku kehidupan seorang manusia.

Batik Tambal
Konon batik ini dapat memberikan kesembuhan bagi orang yang sedang sakit. Filosofi batik ini adalah harapan agar seseorang yang sedang sakit segera sehat, dan kerusakan pada dirinya dapat segera diperbaiki.


Maknanya juga berarti seseorang yang selalu memperbaiki diri sendiri dan menjadi pribadi yang lebih baik lahir dan batin.

Batik Truntum
Batik ini juga merupakan sebuah batik yang sering digunakan pada acara pernikahan. Namun batik ini tidak digunakan oleh mempelai, melainkan dipakai oleh orang tua kedua calon pengantin.


Karena truntum sendiri artinya adalah menuntun. Sehingga diharapkan orang tua kedua calon pengantin dapat memberikan tuntunan yang baik kepada kedua mempelai dalam menjalani lembaran hidup baru keluarganya.
Batik truntum berawal dari buatan Permaisuri Sunan Paku Buwono III dari Surakarta Hadiningrat, yaitu Kanjeng Ratu Kencana atau biasa disebut Ratu Beruk yang mempunyai makna cinta yang tumbuh kembali.
Sejarah batik truntum berawal dari Ratu Beruk yang tidak mampu memberikan keturunan kepada Sang Raja sehingga membuat beliau berniat untuk menikah lagi.


Jika diperhatikan dengan seksama, pada batik truntum terdapat tatanan yang tampak seperti jajaran bintang yang gemerlap malam hari. Hal ini melambangkan bintang yang selalu menemani Sang Ratu ketika tengah bersedih di tengah kesendiriannya.

Batik Parang
Parang itu berasal dari kata pereng, yang berarti lereng. Pereng menggambarkan garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal.


Batik ini memiliki pola seperti huruf S yang berkesinambungan. Motif ini terinspirasi dari karang yang kokoh diterpa ombak, melambangkan semangat yang tidak pernah padam. Motif ini juga melambangkan kekuasaan.
Motif batik asli Indonesia yang satu ini sudah ada sejak zaman keraton Mataram Kartasura (Solo). Batik Parang diciptakan oleh pendiri Keraton Mataram, sehingga tidak jarang menjadi pedoman utama dalam menentukan derajat kebangsawanan seseorang kala itu dan hanya boleh dikenakan raja serta keturunannya.
Pada jaman dahulu, motif batik Parang tidak boleh digunakan oleh sembarang orang. Hanya para anggota kerajaan dan kerabat yang boleh memakainya. Besar dan kecilnya motif parang menandakan kedudukan sosial pemakainya di dalam lingkungan kerajaan.
Kalau Anda lihat, pada batik parang milik Sir Thomas Stamford Raffles memiliki motif Parang dengan ukuran besar-besar.


Batik Parang terkenal juga sebagai Batik Keraton yang merupakan asal muasal dari segala batik yang sekarang beredar di Indonesia. Motif dari batik keraton ini memiliki makna filosofi hidup. Corak Batik keraton merupakan sebuah corak batik yang sangat khas dan terhormat, karena pada zaman dahulu motif batik keraton dibuat oleh putri keraton beserta para pembatik-pembatik ahli di lingkungan keraton. Corak-corak yang ada pada batik keraton ini, bisa dibilang “teralarang” untuk digunakan ataupun dibuat pada batik biasa.  Motif-motif tersebut semisal; Batik Parang Barong, Batik Parang Rusak, dan termasuk juga Batik Udan Liris.
Terdapat beberapa macam jenis batik Parang. Antara lain; Parang Rusak, Parang Barong, Parang Kusumo dan lain-lain. Tergantung dari daerah asalnya.
Batik Parang banyak dijumpai di daerah Solo serta Yogyakarta. Parang Rusak yang merupakan ciri khas motif daerah Yogyakarta awalnya bermula saat keluarga kerajaan mengenakannya di acara kenegaraan. Parang Rusak, memiliki arti suatu pertarungan dalam diri manusia untuk melawan kejahatannya melalui pengendalian diri pada hasrat untuk menjadi orang yang bijaksana dan memiliki akhlak mulia.

Batik Grompol
Grompol dalam bahasa Jawa bisa bermaksud berkumpul atau menjadi satu. Seperti Gerombol. Filosofi dibalik motif batik ini adalah harapan orang tua terhadap anaknya, dimana semua hal yang baik dapat berkumpul. Seperti kebahagiaan, rejeki, kerukunan dan ketentraman.


Apabila digunakan pada sebuah pernikahan, maka batik Grompol ini melambangkan harapan supaya keluarga yang baru terbentuk dapat selalu terus bersama dan bersatu. Selalu mengingat keluarga asal mereka kemanapun mereka pergi.

Batik Lasem
Batik memang terkenal memiliki kerumitan yang cukup tinggi, tidak heran jika seringkali diburu para kolektor dan kalangan kelas menengah ke atas. Motif Batik Lasem identik dengan perpaduan antara Buadaya Cina dan Jawa.


Batik ini sering disebut-sebut sebagai batik encim. Di daerah Lasem banyak sekali penduduk orang Tionghoa. Lasem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Tempat ini berbatasan dengan Laut Jawa Utara.
Lasem dikenal dengan sebutan “Tiongkok kecil” karena merupakan sebuah kota awal pendaratan orang Tionghoa di tanah Jawa.
Batik Lasem atau yang kerap juga disebut sebagai Lokcan ini memiliki ciri ornamen utamanya adalah burung phoenix. Meski ada beberapa yang dimodifikasi dengan motif burung kecil seperti halnya walet, juga sriti. Motif ini selanjutnya digabungkan dengan pattern flora dan fauna. Selain memiliki nilai artistik yang tinggi, Batik Lasem juga mempunyai makna filosofis yang kental. Burung Phoenix ini dilambangkan sebagai kebajikan, prestasi, dan juga keabadian.


Konon, warna merah pada batik Lasem tidak dapat ditiru oleh pengrajin batik dari daerah lain. Karena disana menggunakan olahan kulit mengkudu yang dicampur dengan kayu untuk menghasilkan warna merahnya.
Batik lasem, sangat erat kaitannya dengan kedatangan Laksamana Cheng Ho tahun 1413. Babad Lasem Karangan Mpu Santri Badra tahun 1401 saka ( 1479 M). Anak buah kapal Dhang Puhawang Tzeng Ho dari Negara Tiong Hwa, Bi Nang Un dan istrinya Na Li Ni memilih menetap usai melihat keindahan alam Jawa. Di tempat inilah, Na Li Ni sudah mulai membatik motif burung hong, bunga seruni, mata uang, dan juga warna merah darah ayam khas Tiong Hwa yang menjadi ciri khas unik dari Batik Lasem.
Dulu, batik Lasem hanya digunakan oleh wanita keturunan Tionghoa yang sudah berusia lanjut. Pengaruh bangsa Cina sangat kental terasa pada batik Lasem, dari warna merah, sampai gambar Naga, Phoenix dan huruf-huruf Cina, yang menambah keindahan batik Lasem.

Batik Cirebon
Ciri khas batik dari Cirebon adalah motif Megamendung, atau bisa juga disebut awan-awanan. Motif megamendung memiliki ciri khas yang tidah bisa ditemui pada daerah penghasil batik lainnya. Motif megamendung juga merupakan wujud karya yang amat luhur dan penuh dengan makna, sehingga penggunaan motif megamendung perlu dijaga dengan baik dan juga ditempatkan sebagaimana mestinya.


Motif batik megamendung ini merupakan motif batik yang telah terkenal di kancah mancanegara. Bahkan motif megamendung ini adalah motif pertama dan satu-satunya di dunia. Oleh karena itu, Departemen Kebudayaan dan Kepariwisataan RI akan mendaftarkan corak batik megamendung ini ke UNESCO sebagai salah satu world heritage.
Motif megamendung ini pada awalnya diharuskan untuk selalu berwarna biru yang diselingi dengan warna merah untuk menggambarkan sisi kemaskulinan dan suasana yang dinamis. Sisi kemaskulinan dari batik ini harus ditonjolkan karena adanya campur tangan laki-laki dalam membuatnya. Kaum laki-laki anggota tarekat adalah yang pertama kali merintis tradisi ini. Warna biru dan merah juga menggambarkan keadaan masyarakat pesisir yang terbuka, lugas, dan juga egaliter.


Arti lain dari warna biru sendiri digambarkan sebagai warna langit yang berarti luas, bersahabat, dan juga tenang. Warna biru ini juga digambarkan sebagai pembawa hujan yang telah dinanti-nantikan sebagai pembawa kesuburan dan yang memberi kehidupan. Warna biru yang digunakan dalam batik ini beragam mulai dari biru muda hingga biru tua. Arti dari biru muda adalah cerahnya kehidupan, sedangkan biru tua menggambarkan awan gelap mengandung air hujan dan akan memberi kehidupan.


Motif Megamendung adalah hasil akulturasi budaya Tiongkok yang dikembangkan seniman batik Cirebon sesuai dengan selera masyarakat Cirebon yang mayoritas beragama Islam.
Batik Cirebon mulai berkembang ketika pelabuhan Muara Jati menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berasal dari Tiongkok, Arab, Persia dan India. Pernikahan antara Sunan Gunung Jati dengan putri Ong Tien merupakan peristiwa yang mengawali akulturasi budaya Tiongkok dan budaya Jawa Keraton.
Pada jaman dahulu, motif megamendung ini hanya digunakan oleh anggota Keraton saja. Namun, sekarang para karyawan sampai anak sekolahpun boleh memakainya.


Saat ini motif megamendung telah mengalami berbagai perkembangan dan modifikasi sesuai dengan permintaan konsumen. Motif megamendung ini dapat dipadupadankan dengan motif yang lucu-lucu seperti kapal, hewan, tumbuhan, dan lain-lain. Selain itu, sekarang warna dari batik megamendung ini tidak selalu biru dan merah. Warna batik megamendung ini telah berkembang menjadi warna kuning, hijau, coklat, dan lain-lain.
Motif batik dari daerah Cirebon yang lainnya adalah motif batik naga silam. Sama dengan megamendung, motif naga silam juga mendapatkan pengaruh dari kebudayaan Tiongkok. Batik naga memiliki perbedaan dengan batik lain, yakni mendapatkan pengaruh dari kebudayaan India yang bermakna peperangan yakni antara kebaikan melawan kejahatan.


Cirebon juga memiliki motf batik Trusmi, batik yang satu ini mulai ada sejak abad ke 14, dan dianggap sebagai motif batik yang cukup tua. Kala itu di suatu daerah di Kota Cirebon tumbuh banyak tanaman, lalu para warga menebang tanaman tersebut tetapi secara seketika kemudian tumbuh kembali. Asal mulanya tanah itulah kemudian dinamakan Desa Trusmi yang berasal dari kata terus bersemi.
Di desa Trusmi ada banyak perajin yang mampu membuat dan memproduksi batik, bahkan bisa disebut sebagai praktisi hebat di bidangnya.

Batik Belanda dan Eropa
Pada era kolonialisme, Belanda memiliki pengaruh yang kuat pada motif batik pesisir. Contohnya adalah motif batik Little Red Riding Hood, motif batik ini menggambarkan cerita folklor dari Perancis, dan pada masa itu disukai oleh para penajajah Belanda. Batik ini populer pada tahun 1840 – 1940 di Indonesia.


Orang Eropa juga menyukai batik. Sir Thomas Stamford Raffles yang berasal dari Inggris sangat tertarik dengan budaya batik sampai ia mengirimkan banyak sekali kain batik ke Inggris untuk dibuat secara massal.
Namun istilah batik Belanda sendiri terlahir karena seorang wanita yang bernama Carolina Josephina Franqemont, seorang perempuan keturunan Indonesia dan Belanda. Desain khasnya yang disukai oleh masyarakat Eropa umumnya bermotif karangan bunga dan dongeng Eropa.

Batik Pekalongan
Pekalongan juga memiliki sejarah tentang batik. Menurut para pakar sejarah, batik di Pekalongan sudah ada sejak tahun 1800, meskipun tidak ada data yang pasti. Bahkan ada data yang mengatakan bahwa motif batik sudah ada pada tahun 1802. Data ini didapat dari catatan Deperindag.


Sejarah Batik Pekalongan diperkirakan juga mulai menyebar luas setelah perang besar pada tahun 1825-1830. Perang tersebut terjadi di kerajaan Mataram, yang sering disebut dengan Perang Diponegoro atau Perang Jawa.
Akibat adanya perang ini mengharuskan keluarga keraton untuk meninggalkan kerajaan beserta para pengikutnya. Keluarga keraton pergi dan menyebar ke arah timur dan barat. Dari sanalah mereka mengembangkan batik tersebut.
Pada wilayah timur, bertempat di daerah Solo dan Yogyakarta para keluarga kerajaan dan pengikutnya mengembangkan batik dan menyempurnakan batik yang telah ada di Mojokerto dan Tulungagung. Dari situ batik menyebar hingga ke daerah Gresik, Surabaya dan Madura.
Sedangkan di wilayah barat, batik berkembang luas di daerah Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Karena kerajaan dan pengikutnya yang bermigrasi ke berbagai daerah ini yang membuat batik Pekalongan yang sudah ada sebelumnya semakin berkembang.
Batik Pekalongan berkembang lebih pesat dari pada batik daerah lain. Di daerah Pekalongan juga batik berkembang sampai ke daerah pesisir pantai. Seperti Pekalongan kota, daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.
Tidak sampai disitu, Batik Pekalongan juga semakin berkembang luas karena adanya perjumpaan masyarakat dengan daerah asing. Seperti dengan bangsa Cina, Belanda, Arab. India, Melayu dan Jepang. Dari situ Batik Pekalongan mulai terjadi perubahan dari segi motif serta warna seni batik. Beberapa jenis motif batik yang terjadi karena pengaruh dari berbagai negara tersebut, dikenal sebagai identitas Batik Pekalongan.


Batik pekalongan merupakan batik yang sangat kaya akan warna. Pekalongan memiliki museum batik sendiri. Banyak sekali pengrajin batik yang bermukim di kota Pekalongan, hingga ke pinggiran kota. Bahkan, setiap kampung di Pekalongan memiliki ciri khasnya sendiri yang berbeda dengan kampung lain. Padahal sama-sama Pekalongan. Batik Pekalongan ini merupakan salah satu jenis batik dengan kualitas terbaik. Desain batik Pekalongan terpengaruhi oleh beberapa kultur dan bangsa seiring dengan sejarah Indonesia, dari Tiongkok, Belanda dan Jepang. Hal ini membuat batik Pekalongan sangat istimewa dan selalu berkembang sesuai jaman.
Motif batik yang berasal dari negara luar adalah Batik Jlamprang. Adanya batik ini kerena terpengatuh dari Negara India dan Arab. Ada lagi Batik Encim dan Klengenan, motif batik ini dipengaruhi oleh peranakan Cina. Sedangkan, batik motif pagi sore karena adanya pengaruh dari bangsa Belanda dan Batik Hokaki, adanya disebabkan oleh pendudukan Jepang.


Batik motif Jlamprang merupakan salah satu batik yang cukup populer, motif batik ini diproduksi di daerah Krapyak Pekalongan. Batik ini juga merupakan pengembangan dari motif kain Potola asli India yang berbentuk geometris, kadang berbentuk bintang atau mata angin dan memanfaatkan ranting dengan ujung berbentuk segi empat. Warna yang umum digunakan adalah merah dan biru indigo. Pada saat pedagang dari Gujarat (India) datang di pantai utara Pulau Jawa, mereka berbondong-bondong membawa kain tenun dan bahan sutra khas Gujarat dalam barang dagangannya.


Batik Hokokai merupakan batik yang sangat indah gambar dan motifnya. Terdiri dari bunga-bunga dan kupu-kupu. Sedangkan kainnya apabila dibentangkan, akan terbagi menjadi dua, yaitu motif pagi dan sore. Batik ini mengikuti selera penjajah Jepang pada saat itu. Dimana para pengrajin dipaksa membuat batik sesuai selera orang Jepang tanpa dibayar. Karena banyaknya perampasan pada jaman itu, harga kain Mori untuk membuat batik menjadi sangat mahal. Sehingga dibuatlah sistem pagi dan sore, yang mana dalam sehari seorang perempuan bisa menggunakan sehelai kain saja. Tidak perlu ganti-ganti. Karena bagian atas kain gambarnya lebih terang sehingga bisa digunakan pagi hari, dan saat kain dibalik, motifnya cenderung lebih gelap sehingga bisa digunakan malam hari. Sehingga lebih menghemat pengeluaran.
Motif batik Pekalongan yang terkenal lainnya yaitu batik tujuh rupa. Batik ini memiliki ciri khas dengan nuansa yang sangat kental dengan kekayaan alam. Motif-motif pada batik tujuh rupa diambil dari berbagai campuran kebudayaan lokal dan etnis cina. Hal ini dikarenakan pekalongan dulunya merupakan tempat transit para pedagang dari banyak negara. Sehingga akulturasi budaya itulah yang membuat batik pekalongan sangat khas, khususnya motif jlamprang, motif buketan, motif terang bulan, motif semen, motif pisan bali dan motif lung-lungan.
Berkembangnya Batik Pekalongan juga terlihat dari teknik membatiknya. Seperti teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan lilin atau sering disebut malam, di atas kain. Hal ini dipengaruhi karena negara lain yang masuk di wilayah Pekalongan.
Batik Pekalongan memiliki ciri khas yang kuat karena ditopang banyak pedagang kecil. Bukan hanya pengusaha yang bermodal besar saja yang bisa memproduksi batik Pekalongan, pengusaha kecil juga membuat dan melestarikan Batik Pekalongan tersebut.
Setelah puluhan tahun dari masa lampau, Batik Pekalongan sebagian besar mulai dibuat dan dikerjakan di rumah-rumah sendiri. Atau istilahnya home made. Dan, hal ini masih berlaku sampai sekarang. Batik Pekalongan memang sangat kental dengan kehidupan masyarakat Perkalongan sendiri. Yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yaitu Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.
Dari seluruh unsur sejarah yang dijalani oleh batik pekalongan tersebut, kita bisa melihat dan menjadikan bahwa batik pekalongan layak untuk dijadikan sebagai sarana berkembangnya Batik Nusantara. Budaya batik yang tidak pernah menyerah dari badai bergantinya zaman dan berputarnya waktu, membuat batik tidak hilang. Sifat batik yang fleksible juga yang membuat batik bisa bertahan sampai saat ini. Dan, Sekarang batik sudah menjadi produk unggulan warga pekalongan. Kehidupan masyarakat yang tidak pernah lepas dari membuat batik. Hal ini juga terjadi karena banyaknya industri yang berdiri di daerah Pekalongan, yang memproduksi batik setiap hari.
Karena terkenal dengan produk batiknya, kota Pekalongan di juluki sebagai Kota Batik. Julukan itu didapat dari tradisi masa lampau yang ada di Pekalongan. Batik merupakan karya seni budaya yang dikagumi di dunia. Dari batik-batik yang ada, masih tetap saja tidak ada yang bisa menandingi keindahan dari Batik Pekalongan.

Kampung Batik Semarang
Sejarah Kampung Batik Semarang, mengalami masa pasang surut. Pada masa kolonialisme, kampung Batik Semarang mengalami kejayaan hingga tahun 1942.


Dan, ketika memasuki masa kolonialisme Jepang, Kampung Batik Semarang mengalami kebakaran hebat yang menghabiskan seluruh lokasi. Sejak peristiwa ini, Kampung Batik Semarang seorah tidak ada lagi. Hingga tahun 1990, masyarakat sekitar berusaha untuk membangkitkannya kembali.

Batik Madura
Di Madura, para pengrajin batik ini dikumpulkan di suatu wilayah yang disebut dengan Pamekasan. Di kawasan Pamekasan ini, para pengrajin batik membuat dan menjual langsung produk batiknya.


Masyarakat Madura memiliki batik khas daerah mereka sendiri. Batik Madura, yang banyak diminati dan juga poluler di kalangan konsumen lokal serta internasional.
Bentuknya sangat khas dan motif batik tulis Madura ini memiliki keunikan tersendiri untuk konsumen. Batik ini, mengusung motif yang unik dan bebas.


Batik madura merupakan batik yang dibuat di unit-unit rumah tertentu. Dalam produksi batik madura ini, tetap mempertahankan sistem pembuatan secara tradisional. Batik madura ini terkenal akan coraknya yang bebas dan warna yang berani seperti warna merah, kuning, dan hijau muda.

Batik Bali
Pada masa sekarang ini, motif batik Bali cenderung dapat menyesuaikan dengan batik modern pada umumnya. Motif yang terdapat pada batik modern merupakan ekspresi dari beberapa benda alam. Misalnya pohon, bunga, kupu-kupu tanpa mengurangi pengaruh batik tersebut dalam proses festival atau upacaara keagamaan.


Bali juga memiliki beragam desain, corak asli, dan motif. Banyak desain batik khas Bali yang dipadukan dengan motif batik dari beragam wilayah di Tanah Air dan juga pengaruh dari motif China.

Batik Banten
Batik Banten mempunyai ciri khas pada pola hias gerabah klasik dan juga keramik lokal klasik dari peninggalan Kerajaan Banten.


Motif batik Banten memiliki banyak cerita tentang sejarah Banten yang mengandung filosofi yang diambil dari nama tempat, gelar, dan ruang dari situs kerajaan Banten. Motif batik ini mengambil nama tempat Pasepen, Srimangati, Surosowan, Pajantren, dan Datulava.

Batik Kalimantan
Batik Kalimantan memiliki motif kembang Tanjung yang merupakan bentuk ceplok yang mengambil keindahan alam sekitar.


Kembang tanjung memiliki bentuk kecil, berwarna krem, serta memiliki aroma wangi yang lembut. Konon, saat masa lampau kembang tanjung banyak terdapat di area keraton Yogyakarta sehingga membuat para pembatik membuat motif kembang tanjung.

Batik Jambi
Motif batik batanghari ini, mempunyai sejarah yang merupakan nama sungai terpanjang di Jambi.


Batanghari menjadi ikon yang penuh dengan nilai histori dan penunjang perekonomian sejak zaman dulu, sehingga, dapat menginspirasi masyarakat Jambi untuk membuat motif batik batangmatahari.

Batik Papua
Sesuai dengan namanya, motif ini memiliki pola hias utama yaitu burung Cendrawasih.


Seperti kita tahu, burung Cendrawasih merupakan burung yang juga menjadi lambang sebuah keindahan. Beberapa suku di daerah sekitar bahkan menganggap burung ini sakral.
Pola burung Cendrawasih dalam kain biasanya dipadukan dengan gambar tumbuhan dan bunga-bunga cantik khas daerah sekitar. Motif ini pun banyak digemari oleh kaum wanita karena mampu memberikan kesan anggun dan menawan.

Batik Betawi
Motif batik Betawi, lebih fokus pada kesenian budayanya yang dipengaruhi oleh kebudayaan dari berbagai negara seperti India, Cina, dan Arab.


Terdapat banyak ragam corak yang diterapkan pada batik khas Batavia ini. Mulai dari motif ondel-ondel maupun motif yang menggambarkan figur boneka khas Jakarta.
Boneka ondel-ondel, dipercaya sebagai penolak bala. Maksudnya, bisa menjauhi Anda dari sikap buruk. Maka tidak heran, jika batik motif ini lebih sering dikenakan dalam upacara adat Betawi.

Batik Dayak
Penting Anda ketahui, jika motif batik dayak sering kali digunakan dalam kegiatan seni suku Dayak. Motif ini, juga termasuk ciri-ciri dari pembela kesenian lainnya yang ada di Indonesia.


Motif burung enggan juga dikombinasikan dengan motif naga atau akar-akaran. Selain itu, burung enggan dan juga naga adalah simbol penguasa alam.

Batik Riau
Di Kepulauan Riau, tercipta batik dengan motif ikan tamban. Nama latinnya, Hilsa Keele yang merupakan ikan terkenal di Kepulauan Riau khususnya di kawasan kabupaten Lingga dan sekitarnya.


Filosofi ikan ini merupakan kebersamaan dan juga kesederhanaan dalam hidup bermasyarakat yang tidak mengenal kelas sosial.

Batik Tasikmalaya
Batik menjadi salah satu budaya yang sudah ada sejak satu abad lamanya dalam kehidupan masyarakat Tasikmalaya.


Para leluhur Tasikmalaya, telah berhasil memberikan warisan sebuah tradisi batik indah pada masyarakat saat ini.
Warna yang indah pada kain batik ini, didapatkan dengan merendam kain terlebih dahulu. Sebelum diproses, batik melalui proses perendaman dan juga dibilas selama lima belas kali saat mencampurnya. Di dalamnya, terdiri dari air bersih, minyak tanah, dan juga merang.

Batik Banyuwangi
Kankung setingkes motif batik dengan gambar berupa sayuran kangkung yang diikat pada sebuah ali.


Memiliki makna yang sangat penting, yakni sebuah kerukunan dalam kehidupan berumah tangga.
Tumbuhan kankung merupakan inspirasi dari motif batik kankung setingkes ini, karena tumbuhan kankung banyak tumbuh di sekelilingin kita dan banyak digemari oleh masyarakat sekitar. Karena tidak hanya murah, rasanya juga sangat enak dan baik untuk kesehatan.

Batik Banyumas
Motif batik banyuman cukup beragam. Sejarah motif batik ini, terinspirasi dari flora yang ada di Banyumas.


Lukisan pada kain, lebih berupa sulur-sulur tumbuhan. Sesuai dengan kondisi Banyumas dahulu yang merupakan hutan lebat,
Mengenai warna, batik Banyumas cenderung mempunyai warna yang gelap dan juga pekat.

Batik Jepara
Parang Poro yakni singkatan dari Parang Jeporo yang berarti Parang Jepara.


Adapun makna yang tersirat pada motif batik ini, menegaskan jika manusia harus selalu hidup berdampingan karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan.

Batik Bojonegoro
Batik Bojonegoro motif Parang Dahono Munggal, merupakan salah satu objek wisata andalan Kabupaten Bojonegoro.


Kayangan api merupakan sumber abadi terbesar di Asia Tenggara, bahkan pernah menjadi tempat pengambilan api PON XV tahun 2000.
Parang artinya miring, dahana maksudnya api, dan munggal berarti menyala atau berkobar sepanjang waktu.

Batik Sekar Jagad
Sebenarnya motif sekar jagad berasal dari daerah Jogjakarta dan Solo, yang mana memiliki latar belakang kain berwarna putih melambangkan hamparan peta dunia.


Secara harfiah, kata kar dalam bahasa Belanda artinya ialah peta, sementara kata jagad berakar dari bahasa Jawa yang artinya dunia.
Keseluruhan dari makna tersirat pada corak sekar jagad ialah keanekaragaman, entah itu yang terdapat di Indonesia maupun seluruh dunia. Keanekaragaman tersebut berwujudkan motif bercorak geometris berulang dengan teknik ceplok atau dipasangkan secara bersisian.

Batik Sulawesi
Di Pulau Sulawesi, salah satu cikal bakal batik dapat ditelusuri dari Kain Sarita dari Tanah Toraja di Sulawesi Selatan. Kain ini memakai bubur ketan dan lilin lebah sebagai perintang warna.


Adapun kain Sarita dari Toraja, Sulawesi Selatan, memakai teknik menahan warna yang tidak hanya menggunakan bubur ketan tapi juga menggunakan bahan dari lilin lebah.
Sarita pertama kali dikerjakan di wilayah pegunungan yang terisolasi sehingga sejak lama ada dugaan, Indonesia memiliki cikal bakal batik dari dalam wilayahnya sendiri.

Batik Indramayu
Pembuatan batik klasik Indramayu diperkirakan telah dimulai pada masa kerajaan Demak yaitu tahun 1527, sebab banyak pengrajin dari Lasem yang hijrah ke Indramayu.


Tidak heran bila ada yang hampir serupa motifnya pada batik Indramayu dengan motif Lasem yang telah dipengaruhi oleh motif Tiongkok.
Meski demikian, batik dari Jawa Tengah satu ini masuk ke Indramayu melalui perantara para pedagang yang bolak balik antara wilayah Jepara dan Banten.

Batik Kudus
Di era tahun 1935, batik Kudus sudah mulai ada kemudian semakin berkembang pesat pada era 1970-an.


Ragam corak dan motif batik Kudus cukup banyak karena pada masa tersebut pengrajin batik Kudus ada yang merupakan etnis keturunan Cina serta pengrajin penduduk asli atau pribumi.
Namun tetap pada khasnya, corak batik Kudus condong ke batik pesisiran yang punya kemiripan dengan batik Pekalongan maupun Lasem karena secara geografis daerah-daerah ini berdekatan.

Batik Malang
Merujuk pada berbagai macam kegiatan upacara tradisional pada abad ke-19, akan banyak ditemui para pria dan wanita menggunakan medhang koro (hiasan kepala; udeng atau sewek) dengan Motif Batik Malang.


Bila dicermati bersama, kemungkinan kegiatan membatik ini adalah budaya yang ditularkan oleh Kerajaan Mataram Kuno saat menguasai Kerajaan Singosari pada tahun 1222 M. Motif batik Malang didominasi oleh gambar candi, tugu, dan sulur-sulur bunga.

Batik Aceh
Sebenarnya wilayah Aceh tidak memiliki tradisi membatik seperti masyarakat Jawa pada umumnya, tetapi di bumi Serambi Mekkah ini juga terdapat produk kerajinan batik. Kemungkinan besar hal ini dibawa oleh para pendatang dari pulau Jawa sebelumnya di masa kerajaan abad ke-19.


Motif Batik Aceh tampak unik dan khas karena menggunakan unsur alam dan budaya Aceh dalam paduan warnanya. Beberapa warna yang digunakan pada Batik Aceh lebih dominan pada warna-warna cerah seperti merah, hijau, kuning, merah muda, dan sebagainya.

Batik Kediri
Batik ini mulai populer sekitar tahun 1980, setelah menggali dari sisi sejarah Kediri, peninggalan arkeologis, serta perkembangan masyarakatnya.


Pada saat itu pula lahir Busana Kediren, berupa Batik Bolleches dengan nama Garuda Muka. Jenis batik ini sangat digemari karena motifnya yang elegan serta dirasa cocok dengan kepribadian warga Kediri yang lembut dan ramah.
Adapun motif batik asli Kabupaten Kediri akan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

Batik Toraja
Sebelum kedatangan para pedagang Gujarat dan India, ternyata Suku Toraja telah lebih dahulu memiliki motif batik tetapi untuk ukiran pada kayu.


Mengutip Heringa (1996), konon batik mulai diperkenalkan oleh orang India, yakni saat Raja Lembu Amiluhur menikahkan putranya dengan putri asal Negeri India, sekitar tahun 700.
Disebutkan pula bahwa batik dalam wujud yang lebih primitif justru telah dimiliki oleh orang Toraja (Tana Toraja, Sulawesi Selatan). Motif khas batik Toraja diambil dari unsur alam seperti hewan, sementara warna khasnya adalah hitam, merah, putih, dan kuning.

Batik Kalimantan Timur
Motif batik Kalimantan Timur asal mulanya dari suku Dayak yang sudah mendiami Kalimantan sejak dahulu. Misalnya motif batang garing yang menjadi simbol pohon kehidupan bagi suku Dayak, ataupun motif mandau yang berasal dari senjata khas suku Dayak.


Secara umum batik Kalimantan memiliki ragam warna yang lebih mencolok dan berani. Selain itu, perpaduan warna yang dipakai menggunakan warna pastel seperti hijau, merah muda, jingga, maupun warna merah yang menjadi salah satu ciri khas kombinasi.

Batik Lampung
Batik di Kota Lampung muncul karena gagasan salah satu penduduk Jawa yang lama menetap di wilayah lampung yaitu Gatot Kartiko dengan ide kreatifnya.


Ada pengembangan corak atau motif batik dari kain tenun tradisional Lampung yaitu kain tapis dan siger.
Kemudian Batik Lampung berkembang cukup pesat saat mulai dikenakan oleh Mantan Gubernur Lampung Bapak Sjachroedin Z.P. tahun 1970an. Makna dan filosofi batik Lampung lebih condong pada kekayaan motif batik yang menunjukkan identitas Kota Lampung.

Batik Sumatra
Persebaran batik di tanah Sumatera sebenarnya sudah terjadi berabad-abad silam, sehingga memang beberapa coraknya erat terkait dengan kerajaan yang berkuasa ketika corak tersebut lahir. Misalnya batik di tanah Aceh yang sudah lama ada berkat kegiatan perdagangan yang membawa batik Jawa Tengah sebagai komoditas pada abad ke-17.


Sementara di Medan, Sumatera Utara, motif yang berkembang cenderung mewakili ciri etnik yaitu serupa dengan ulos. Sedangkan di Riau, batik memiliki motif yang berbeda lagi, karena terkenal dengan batik cap yang disebut batik Tabir. Memang sejak 2014 lalu, kerajinan batik Riau digalakkan kembali dengan menggunakan canting serta menambahkan motif-motif baru yang bercorak Melayu.

Batik Garut
Pada tahun 1945, Batik Garut semakin populer dengan sebutan Batik Tulis Garutan. Kemudian batik ini mengalami masa kejayaan antara tahun 1967 – 1985. Sayangnya karena keterbatasan bahan dan modal serta lemahnya strategi pemasaran yang diterapkan ketika itu, para penerus generasi dari Batik Garut mengalami penurunan.


Namun, di tengah semakin berkembangnya batik lain di sepanjang Pulau Jawa tahun 2000-an, Batik Garut juga masih mampu unjuk gigi soal keindahannya.

Batik Maluku
Sama seperti penyebaran batik pada umumnya di abad ke-17, batik ada di daerah Maluku karena dibawa olehpara pedagang yang berdatangan.


Motif  dalam permukaan batik Maluku merupakan kumpulan hal yang menjadi ciri daerah ini misalnya saja hasil bumi pada Motif Batik Pala, Motif Batik Cengkih, Motif Batik Parang, serta budaya asli yang tampak pada motif batik salawaku.
Motif batik salawaku tersebut merupakan motif batik yang memperlihatkan bentuk dari senjata khas daerah, dan motif batik tifa totobuang yang memperlihatkan alat musik tradisional masyarakat Maluku.

Batik Baduy
Tidak ada informasi banyak tentang sejak kapan Batik Baduy ada atau pertama kali dihasilkan, tetapi saat ini Batik Baduy menjadi salah satu batik yang digemari oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Banten.


Ciri khas yang menjadi identitas batik ini yaitu warna yang didominasi oleh warna hitam dan biru yang terang.
Warna-warna tersebut mempunyai makna dan arti tersendiri bagi masyarakat Suku Baduy, yakni sebagai bentuk kecintaan kepada alam.

Batik Palembang
Sejarah Batik Palembang awal mulanya tetap dari Pulau Jawa sekitar 100 tahun lalu dengan motif yang sudah beradaptasi dengan Kota Palembang.


Batik Khas Palembang memiliki keunggulan yang tidak kalah menarik dengan batik lain. Secara umum Batik Palembang memiliki motif yang mengikuti syariat Islam yaitu tidak menggunakan gambar binatang maupun manusia.
Motif khas Batik Palembang adalah Motif Bunga Teh dan Motif Lasem yang dihiasi garis simetris serta berbagai simbol tanaman, sedangkan Motif Bunga Teh dipenuhi dengan gambar bunga teh segar.

Batik Sasirangan
Kota Banjarmasin memang terkenal akan kerajinan kain tenun Sasirangan dengan sentra kerajinan berada di Kampung Sasirangan.


Berdasarkan catatan sejarah literatur,  abad ke-12 hingga abad ke-14 memasuki masa pemerintahan kerajaan Dipa di Kalimantan Selatan, ketika itu masyarakat sudah mengenal Kain Calapan. Namun, saat ini Kain calapan lebih terkenal dengan nama Kain Batik Sasirangan.
Adapun menurut hikayat lama, kain batik sasirangan dibuat pertama kali oleh Patih Lambung Mangkurat yang berawal dari kisah ritual semedi atau bertapa selama hampir 40 hari 40 malam  di atas suatu rakit balarut banyu.

Batik Jember
Kegiatan membatik di wilayah Jember, Jawa Timur, sejatinya sudah ada sejak jaman Belanda atau saat batik Van Zuylen alias batik pekalongan populer di Eropa.


Tidak ada catatan resmi tentang kapan awal mula kegiatan membatik di kota ini, tapi yang jelas mulai tahun 2010 produsen batik Rolla mengangkat kembali motif batik Jember yang pada akhirnya ditasbihkan menjadi batik Jember.
Perlu untuk diketahui bahwa motif batik Jember buatan mereka tidak lagi mengikuti tata aturan motif batik seperti motif batik Solo, batik Jogja, maupun batik Pekalongan tapi justru lebih mengarah pada suatu motif yang bebas dan kontemporer.


Beragam Brand Batik di Indonesia

Jika Anda ingin membeli batik, banyak sekali tersedia pedagang-pedagang yang menjual secara online dan offline. Dan, berikut adalah beberapa brand batik Indonesia yang sudah sangat terkenal sepanjang masa.

Danar Hadi
Danar Hadi didirikan oleh H. Santosa pada tahun 1967. Nama dagang Batik Danar Hadi diambil dari nama istri, "Danar" dan nama bapak mertua, "Hadi". Bisnis batik ini dia rintis setelah beliau menikah dengan Danarsih Hadipriyono, istrinya.


Sejak kecil, H. Santoso tinggal bersama dengan kakeknya RH Wongsodinomo yang merupakan pengusaha batik, sehingga batik bukan merupakan hal yang baru bagi beliau. Meskipun begitu, beliau mengatakan bahwa tidaklah mudah mendirikan usaha ini.
Saat menikah, beliau mendapat sumbangan pernikahan dari tamu berupa barang, misalnya jam dan tape player. Yang akhirnya, barang-barang yang merupakan sumbangan itu dijual sebagai modal usaha. Tapi berkat kegigihannya, merek dagang Danar Hadi menjadi salah satu merek batik terkenal di Indonesia.

Batik Keris
Batik Keris adalah sebuah perusahaan yang didirikan di kecamatan Cemani, Sukoharjo, Indonesia pada tahun 1946 oleh Kasoem Tjokrosaputra. Awalnya usaha ini merupakan usaha batik rumahan, dan mereka pun membuka toko batik bernama “Keris” yang berisi motif khas di Jl. Kom. Yos Sudarso (Jl. Nonongan No. 62) di Kota Solo. Usaha ini terus berkembang hingga pada tahun 1970 mereka mendirikan pabrik printing di Kleco, Solo.


Kemudian mereka menjual produknya di pusat perbelanjaan yang sangat terkenal saat itu, Sarinah, di tahun 1972. Batik Keris sampai dengan saat ini sudah berkembang dari generasi ke generasi lebih dari 90 tahun.
Batik Keris juga berinovasi menciptakan produk – produk modern tanpa meninggalkan ciri khas Batik yang unik. Jika Anda pergi ke mall-mall di Jakarta, hampir setiap saat Anda akan menjumpai gerai batik Keris.

Batik Semar
Batik Semar didirikan oleh keluarga Kasigit pada tahun 1947. Pada awalnya perusahaan Batik Semar memproduksi batik dengan nama Batik Bodronoyo, yang tak lain adalah nama dari Semar itu sendiri.


Namun, karena nama Semar lebih dikenal di masyarakat umum, maka dipakailah nama tersebut pada tahun 1966. Pemilihan nama Batik Semar sendiri bukanlah tanpa alasan.
Semar merupakan sosok panutan dalam dunia Pewayangan, yang diakui sebagai Batara Ismaya, sekaligus menjadi pengasuh keluarga Pandawa. Diluar itu, ternyata nama "Semar" merupakan sebuah singkatan, kepanjangannya sendiri memiliki makna yang bagus seperti berikut.
S = Sarwi atau bersama-sama,
E = Ening atau Suci bersih,
M = Marsudi atau berusaha tanpa putus asa,
A = Ajuning atau perkembangan,
R = Rasa atau Seni
Filosofi dibalik nama “Semar” ini jika dibentuk dalam sebuah kalimat menjadi “Bersama-sama berusaha tanpa putus asa mengembangkan seni dengan hati yang suci” .

Iwan Tirta
Iwan Tirta adalah seorang perancang busana yang sangat dikenal melalui rancangan-rancangannya yang menggunakan unsur batik. Setelah selesai menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, beliau melanjutkan pendidikan S2 nya di Yale University, Amerika Serikat dan London School of Economics.


Ketertarikannya pada batik dimulai ketika beliau menerima dana hibah dari John D. Rockefeller untuk mempelajari tarian keraton Kasunanan Surakarta. Sejak saat itulah beliau mendedikasikan hidupnya untuk menciptakan karya-karya batik dengan tingkat tinggi. 
Sehingga batik rancangannya dipakai oleh para pemimpin dunia pada kesempatan pertemuan APEC di Indonesia pada tahun 1994. Pada tahun 2003 PT. Irwan Tirta didirikan dengan ITPC (Irwan Tirta Private Collection) yang menjadi merek dagangnya.


Sampai sekarang, telah lebih dari 10.000 design batik original yang telah dibuatnya. Bahkan kreasi beliau telah dipublikasikan oleh majalah internasional, antara lain Vouge, Harper’s Bazaar, dan National Geographic.


Batik Iwan Tirta bukanlah batik yang murah. Sepotong kemeja bisa dihargai 7.000.000 IDR sampai belasan juta.

Parang Kencana
Parang Kencana didirikan pada tahun 1992 oleh Mariana Sutandi. Selesai kuliah hukum di Universitas Parahyangan, beliau bergabung di perusahaan milik suaminya di bidang logam. Karena gairahnya tinggi di bidang bisnis batik, ia lantas membuat sebuah perusahaan batik yang diberi nama Parang Kencana.


Parang Kencana berhasil menghadirkan ragam busana batik berpotongan simpel minimalis yang mampu menjangkau selera pasar. Tidak terlihat adanya tambahan yang berlebihan yang membuat batik justru tampil tidak klasik dan cantik.


Hasratnya di dunia bisnis dan cintanya pada batik ternyata telah membawa Parang Kencana berkembang cukup pesat. Parang Kencana telah membuka 30 gerai di seluruh Indonesia.

Alleira Batik
Alleira batik didirikan oleh Lisa Kurniawaty Mihardja pada tahun 2005. Alleira diambil dari Bahasa inggris “alluring” yang berarti memikat atau menarik hati. Berawal dari sembunyi-sembunyi dari suaminya, beliau pun akhirnya menjadi pebisnis batik dengan pelanggan dari kalangan menengah ke atas.


Dengan modal awal $3000, Alleira telah berkembang menjadi salah satu brand batik terkenal di Indonesia. Alleira batik menjalin kerja sama dengan Annisa Pohan, seorang figur terkenal, untuk memasarkan merek ini.
Desain yang ditawarkan oleh Alleira adalah klasik modern, dimana terdapat perpaduan antara motif klasik dan desain yang modern. Tidak jarang terlihat Alleira juga menawarkan desain-desain motif yang sangat modern.


Saat ini baju batik sering dikenakan pada acara resmi untuk menggantikan jas. Tetapi dalam perkembangannya pada masa Orde Baru baju batik juga dipakai sebagai pakaian resmi siswa sekolah dan pegawai negeri (batik Korpri) yang menggunakan seragam batik pada hari Jumat. Perkembangan selanjutnya batik mulai bergeser menjadi pakaian sehari-hari terutama digunakan oleh kaum wanita. Pegawai swasta biasanya memakai batik pada hari kamis atau jumat. Batik juga sering dijadikan kaos reuni, serta menjadi daya tarik tersendiri saat reuni berlangsung.
Batik sudah menjadi produk unggulan Indonesia, kehidupan masyarakat di banyak wilayah tidak pernah lepas dari membuat batik. Dengan mengenal lebih dalam tentang sejarah batik, kita akhirnya diharapkan bisa menghargai warisan ini menjadi karya seni budaya yang dikagumi di dunia. Dari berbagai jenis batik yang ada, masih tetap saja tidak ada yang bisa menandingi keindahannya bila kita sebagai orang Indonesia dengan bangga menggunakannya.
Demikianlah sedikit penjelasan tentang perkembangan sejarah batik Indonesia. Semoga kita dapat mengambil banyak manfaat dari artikel ini.



pasang iklan disini




loading...