Loading...
Batik telah dinobatkan oleh
UNESCO sebagai salah satu warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan Non-bendawi
pada September 2009. Pengakuan ini dilaksanakan secara resmi pada sidang UNESCO
di Abu Dhabi. Dan, kini setiap tanggal 2 Oktober 2009, telah dikenal sebagai
Hari Batik Nasional, yang mana merupakan bentuk sebuah ungkapan rasa syukur.
Setelah wayang dan keris diakui
UNESCO sebagai Karya Agung Budaya Lisan dan Tak Benda Warisan Manusia, maka
batik pun mendapatkan pengakuan tersebut. Organisasi Pendidikan, Ilmu
Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations
Educational, Scientific, and Cultural Organization/UNESCO) sudah mengakui
wayang pada tahun 2003 dan mengakui keris pada 2005. "Pengakuan UNESCO
terhadap batik itu merupakan proses panjang yang melalui pengujian dan sidang
tertutup. Sebelumnya, pada 11-14 Mei 2009 telah dilakukan sidang tertutup dalam
penentuan di hadapan enam negara di Paris.Untuk tanggal 2 Oktober di Abu Dhabi
merupakan sidang terbuka sebagai acara pengukuhan. Dalam sebuah keterangan pers
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) menyebutkan hari kedua sidang
UNESCO "Intergovernmental Committee for Safeguarding of the Intangible
Cultural Heritage" di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, antara lain membahas
evaluasi nominasi inskripsi pada Daftar Representatif mengenai Budaya bukan
benda Warisan Manusia. "Dalam Representative List of the Intangible
Cultural Heritage of Humanity itu, Batik Indonesia disebutkan dalam Rancangan
Keputusan 13.44 yang diharapkan dapat disahkan pada sidang akhir pada 2 Oktober
2009 malam," kata Dirjen Nilai Budaya Seni dan Film Depbudpar, Tjetjep
Suparman, yang memimpin delegasi Indonesia pada sidang ke-4 komite tersebut. Pengakuan
UNESCO terhadap batik sudah melalui riset bertahun-tahun. Batik di Indonesia memiliki
nilai motif dan filosofi, bukan sekadar produksi.
Untuk merayakan keberhasilan
tersebut, Presiden Yudhoyono menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk
mengenakan pakaian batik demi penghargaan terhadap kebudayaan Indonesia
tersebut. Warisan budaya tak benda kemanusiaan merupakan satu dari tiga daftar
yang dibuat di bawah Konvensi UNESCO 2003 mengenai Perlindungan Warisan Budaya
Tak Benda untuk Kemanusiaan. Dan, sejak 2008, pemerintah telah melakukan
penelitian lapangan yang melibatkan komunitas serta ahli batik di 19 provinsi
di Indonesia untuk menominasikan batik sebagai warisan budaya tak benda
kemanusiaan dari UNESCO. “Batik merupakan icon budaya yang sangat berharga
karena keunikannya. Batik memiliki simbol dan filosofi unik, termasuk alur
kehidupan laki-laki, dan batik telah dianggap Indonesia sebagai element
non-material dari warisan budaya negara. Kami menyatakan bahwa batik telah
diakui sebagai element warisan budaya global yang diproduksi Indonesia.
Presiden SBY juga mendorong seluruh warga negara Indonesia untuk mengenakan
batik di tanggal 2 Oktober ini, untuk merayakan Hari Batik.” ungkap Menkokesra,
Aburizal Bakrie.
UNESCO (United Nations Education,
Scientific and Cultural Organization) telah mendeskripsikan Batik Indonesia
dilihat dari sisi teknis, sebagai symbol dan budaya yang terbuat dari bahan
kapas dengan celupan hiasan dari canting atau dari bahan sutra. Namun, tidak
seperti negara lain, Indonesia sangat bangga atas Batik yang dapat dipakai
sebagai pakaian formal untuk acara resmi. Batik juga biasanya dibuat dari kain
katun atau sutra, yang sangat nyaman untuk dipakai. Pabrik Batik pola
tradisional juga ditemukan di beberapa negara seperti Malaysia, Japan, China,
India, Sri Lanka, Egypt, Nigeria, Senegal dan Singapura.
Sebenarnya wacana tentang batik
sebagai karya adiluhur mulai terlontar pada abad ke-19. Ketika itu pakar budaya
Hindia Belanda, JLA Brandes mengatakan bahwa batik merupakan peninggalan asli
milik bangsa Indonesia. Menurutnya, segala unsur dalam batik itu tidak
dipengaruhi kebudayaan India, baik yang bercirikan Hinduisme maupun Buddhisme.
Pada awalnya pendapat Brandes
itu mendapat tentangan dari sejumlah pakar budaya lain, di antaranya NJ Krom.
Dia mengatakan bahwa batik sudah lama dikenal di India. Contohnya adalah seni
batik yang berkembang di pantai Koromandel. Dari India, menurut Krom, seni itu
dibawa ke Indonesia melalui jalur perdagangan.
Pakar lain mengungkapkan, kemungkinan
batik mulai diperkenalkan pada abad ke-7 hingga ke-8 oleh masyarakat Cina.
Awalnya, pada abad-abad itu sejumlah kerajaan kuno di Indonesia mengirimkan
misi diplomatik dan perdagangan ke Cina.
Sebagai negara penghasil keramik
terbesar, konon di Cina didapati semacam motif batik pada keramik zaman dinasti
Tang. Bahkan keramik tersebut juga dibuat dengan sistem batik, yakni bejana
keramik diolesi malam (sejenis lilin) terlebih dulu, sebelum dilapisi dengan
glasir. Pecahan keramik Cina tiga warna yang mirip batik seperti itu, banyak
ditemukan pada situs-situs arkeologi di sekitar Candi Prambanan (Satyawati
Suleiman, 1986:161). Temuan-temuan itulah yang rupanya mendasari teori bahwa
batik berasal dari Cina. Namun, Sebagian besar pakar sepakat bahwa asal-muasal
batik adalah dari Indonesia. Kemungkinan, motif batik terinspirasi dari pola
anyaman pada tembikar yang berasal dari masa prasejarah. Karena pada masa itu
bahan pakaian dibuat dari kulit kayu dan serat tumbuh-tumbuhan, maka motif
batik masih sangat primitif. Demikian pula pewarnaannya masih menggunakan
manambul, yakni bahan pewarna alami yang menghasilkan warna gelap atau hitam,
sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Alasantan dari masa abad ke-10 Masehi.
Sebagian pakar menduga, batik
memang berasal dari Cina dan/atau India. Namun, dengan teknologi tradisional,
batik dikembangkan oleh masyarakat Jawa dengan segala filosofinya.
Di sisi lain, F.A. Sutjipto
percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores,
Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang
dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat
batik.
Diperkirakan, tradisi batik
berawal di sekitar abad-abad ke-10, meskipun sulit melacak pastinya. Apalagi
kata batik tidak ditemukan dalam bahasa Sansekerta atau Jawa kuno, bahasa yang
digunakan oleh mayoritas masyarakat waktu itu.
Selain sumber tertulis berupa
prasasti, motif-motif seperti batik bisa ditelusuri lewat sejumlah relief
cerita di Candi Borobudur. Hanya penafsirannya masih memerlukan bahan
pembanding lebih banyak. Persoalannya adalah batu-batu candi itu sudah agak
aus, sehingga detail gambar kurang terlihat nyata.
Informasi yang lebih akurat
tentang batik ditafsirkan dari berbagai kain yang dikenakan oleh sejumlah arca
batu. Terutama pada arca-arca yang berukuran relatif besar dari zaman
Majapahit. Konon arca Kertarajasa yang merefleksikan pendiri Majapahit, Raden
Wijaya, dalam perwujudannya sebagai Harihara, memakai motif batik kawung.
Karena itu kemudian batik kawung dianggap sebagai batiknya para raja atau
bangsawan di Jawa.
Begitu pula pada arca
Prajnaparamita yang terdapat di Candi Gumpung, Muara Jambi. Arca Harihara dan
Prajnaparamita diperkirakan berasal dari abad ke-13. Jika motif pada arca
tersebut boleh disebut sebagai batik, maka penciptaan batik merupakan
perjalanan panjang cipta karsa peradaban manusia Nusantara sejak berabad
sebelumnya.
Tafsiran lain mengatakan pola
ceplok yang merupakan pola-pola batik kuno terdapat pada berbagai hiasan arca di
candi-candi Hindu dan Buddha. Bentuknya adalah kotak, lingkaran, binatang,
bentuk tertutup, dan garis-garis miring. Dasar pola ceplok paling nyata
terdapat pada arca Buddha Mahadewa dari Tumpang dan arca Berkuti dari Candi
Jago.
Sejarah batik di Indonesia
terkait erat dengan perkembangan Kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam
di Pulau Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada
zaman Kesultanan Mataram, lalu berlanjut pada zaman Kasunanan Surakarta dan
Kesultanan Yogyakarta.
Batik yang telah menjadi
kebudayaan di kerajaan Majapahit, dapat ditelusuri di daerah Mojokerto dan
Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan
Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit.
Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung
adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari
peninggalan di zaman kerajaan Majapahit.
Pada waktu itu daerah
Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan
nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai
oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan
Majapahit.Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh
Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan
disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka
petugas-petugas tentara dan keluaraga kerajaan Majapahit yang menetap dan
tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain
juga membawa kesenian membuat batik asli.
Daerah pembatikan sekarang dapat
dijumpai di Mojokerto yang terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo.
Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-XIX ada
beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan yang
dipakai pada waktu ituadalah kain putih
yang ditenun sendiri dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom,
tinggi dan sebagainya.
Ciri khas dari batik Kalangbret
dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu
dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Yang dikenal sejak
lebih dari seabad yang lalu tempat pembatikan didesa Majan dan Simo. Desa ini
juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran
Diponegoro tahun 1825. Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun
perkembangan batik mulai menyebar sejak pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta
dan Yogyakata, pada jaman kerajaan di daerah ini.
Dalam perkembangan batik di
Mojokerto dan Tulung Agung juga dipengaruhi corak batik Solo dan Yogyakarta. Di
era kolonialisme, saat berkecamuknya clash antara tentara kolonial Belanda
dengan pasukan-pasukan pangeran Diponegoro maka sebagian dari pasukan Kyai Mojo
mengundurkan diri kearah timur dan sampai sekarang bernama Majan. Sejak zaman
penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa Majan berstatus desa
Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya seorang kiyai yang statusnya turun-temurun.Pembuatan
batik Majan ini merupakan naluri (peninggalan) dari seni membuat batik zaman
perang Diponegoro.
Warna babaran batik Majan dan
Simo adalah unik karena warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu)
dan warna lainnya dari tom. Sebagai sentra batik yang sejak dahulu kala
terkenal juga ada di daerah desa Sembung, para pengusaha batik di daerah
sembung kebanyakan berasal dari Sala yang datang di Tulungagung pada akhir abad
ke-XIX. Sampai sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala
yang menetap didaerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat
daerah pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat
pembatikannya sebagian sebagai kerajinan rumah tangga dan memiliki jenis batik
tulis.
Batik Indonesia dinilai sarat
simbol, dan budaya yang terkait erat dengan kehidupan masyarakat. Sehingga, batik
asli Indonesia tidak bisa diklaim oleh negara lain. Batik Indonesia sudah
dikenal luas di seluruh penjuru Mancanegara. Bukan hanya terkenal oleh
orang-orang Jawa, batik sudah menyebar di semua pulau yang ada di Indonesia. Baju
yang bermotif batik pun bukan lagi hanya di pakai oleh orang Jawa. Sekarang
kain batik telah dianggap sebagai pakaian resmi yang cocok untuk dipakai dalam
acara apapun. Bahkan bukan hanya orang yang berkebangsawan, anak muda di
seluruh Indonesia juga sering menggunakan baju bermotif batik.
Riwayat pembatikan di daerah
Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo, yang kisahnya berkaitan dengan
penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Disebutkan dalam riwayat seni batik
didaerah Ponorogo sangat erat hubungannya dengan perkembangan agama Islam dan
kerajaan zaman dahulu. Konon, di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan
dari kerajaan Majapahit yang bernama Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro
Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada
sekarang ialah sebuah mesjid didaerah Patihan Wetan.
Perkembangan selanjutanya, di
Ponorogo, di daerah Tegalsari terdapat sebuah pesantren yang diasuh Kyai Hasan
Basri atau yang dikenal dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari. Pesantren
Tegalsari ini selain mengajarkan agama Islam juga mengajarkan ilmu
ketatanegaraan, ilmu perang dan kesusasteraan. Seorang murid yang terkenal dari
Tegalsari dibidang sastra ialah Raden Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri ini
diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo.
Waktu itu seni batik baru
terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh karena putri keraton Solo menjadi istri
Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke Tegalsari dan diikuti oleh
pengiring-pengiringnya. disamping itu banyak pula keluarga kraton Solo belajar
dipesantren ini. Peristiwa inilah yang membawa seni bafik keluar dari kraton
menuju ke Ponorogo. Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini ketika sudah
keluar, dalam masyarakat akan menyumbangkan dharma batiknya dalam bidang-bidang
kepamongan dan agama.
Daerah perbatikan lama yang
bisa dilihat sekarang ialah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan sekarang, dan
dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono,
Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut.
Waktu itu obat-obat yang dipakai dalam proses pembatikan ialah buatan dalam
negeri sendiri dari kayu-kayuan antara lain; pohon tom, mengkudu, kayu tinggi.
Sedangkan bahan kain putihnya juga merupakan buatan sendiri dari tenunan
gendong. Kain putih import dikenal di Indonesia kira-kira akhir abad ke-19.
Industri batik dalam bentuknya
yang paling sederhana, diperkirakan mulai dikembangkan pada abad ke-10 itu juga
ketika Jawa banyak mengimpor kain putih (kain mori) dari India sebagaimana
diungkapkan berbagai sumber kuno. Bisa jadi lebih berkembang pada abad ke-11,
saat sebuah prasasti menyebutkan kata “tulis” yang berkonotasi menorehkan
desain batik dengan sejenis alat (canting).
G.P. Rouffaer, seorang peneliti
dari Belanda melaporkan bahwa batik dengan pola gringsing sudah dikenal sejak
abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya
bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa
canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Detil ukiran kain yang menyerupai
pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan bagi umat
Buddha dari Jawa Timur pada abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur
tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional
Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik
yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak
abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Legenda dalam literatur Melayu
abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang
diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140
lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena
tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun
sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat
lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir, serasah itu
ditafsirkan sebagai batik. Dan, Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama
kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas
Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon
menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel
memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke
Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai
masa keemasannya.
Batik di Indonesia telah
dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus berkembang sampai kerajaan
berikutnya beserta raja-rajanya. Batik secara umum meluas di Indonesia dan
secara khusus di pulau Jawa setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. Teknik
batik telah diketahui lebih dari 1.000 tahun, kemungkinan berasal dari Mesir
kuno atau Sumeria. Teknik batik meluas di beberapa negara di Afrika Barat
seperti Nigeria, Kamerun, dan Mali, serta di Asia, seperti India, Sri Lanka,
Bangladesh, Iran, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Hingga awal abad ke-20,
batik yang dihasilkan merupakan batik tulis. Sementara, batik cap mulai dikenal
setelah Perang Dunia I berakhir atau sekitar tahun 1920.
Kata "batik" berasal
dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna
"menulis" dan "nitik" yang bermakna "membuat titik".
Kata “tik” sendiri berakar dari bahasa jawa yang diartikan pula dengan
"mematik". Ambatik mengacu kepada teknik melukis titik-titik yang
serba rumit. Jadi jangan heran jika Anda sering melihat batik dengan
motif-motif rumit. Walaupun banyak juga batik dengan motif-motif yang lebih
simple, bahkan modern. Ada juga definisi lain yang mengatakan kalau sebenarnya
kata batik itu asalnya dari kata “titik”, lalu ditambahkan kata “mba” sehingga
menjadi mbatik. Sehingga batik itu diartikan sebagai seni membuat titik, atau
menitik. Mengapa titik? Alat yang digunakan untuk membuat motif batik adalah
canting. Garis dan motif yang dihasilkan oleh canting selalu terdiri dari
sebuah titik. Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), batik merujuk
kepada sebuah kata benda. Yang dimaksud disini adalah kain batik atau baju
batik yang sudah selesai dilukis.
Batik adalah salah satu cara
pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang
pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah
pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal
sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat
dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki
kekhasan. Batik sendiri kemungkinan berasal dari daerah Mesir kuno ataupun
daerah Sumeria. Teknik batik meluas kebeberapa negara yaitu, Afrika Barat,
Malaysia, India dan lain-lain.
Seni pewarnaan kain dengan
teknik pencegahan pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni
kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal sejak abad
ke-4 SM, dengan ditemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk
membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Cina, semasa
Dinasti T’ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara
(645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria,
serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.
Jika dilihat dari awal sejarah,
batik telah bermula sejak abad ke-17 Masehi. Pada saat itu batik masih ditulis
dan dilukis hanya pada daun lotar dan papan rumah adat. Pada saat itu motif
batik juga masih belum bervariasi. Corak dan motifnya masih dominan dengan
bentuk tanaman dan binatang. Para pengerajin batik juga tidak terlalu banyak.
Saat itu membuat batik hanya digunakan sebagai kesenangan pengerajin sendiri.
Pada perkembangannya, sejarah
dari batik telah menarik perhatian dari pembesar Kerajaan Majapahit. Pada saat
itu juga pembuatan batik telah berkembang. Bahan yang awalnya dari kulit dan
sebagainya berganti menjadi kain putih atau kain yang berwarna terang. Karena
dirasa dari kain putih itu sendiri motif yang didapat lebih tahan lama dan bisa
digunakan untuk pemanfaatan yang lebih luas. Motifnya juga bukan lagi hanya
berkisar pada hewan dan tumbuhan saja. Tetapi mulai muncul motif-motif seperti
motif abstrak, motif candi, motif awan, motif wayang beber dan lain sebagainya,
mulai digunakan pada zaman itu, yaitu pada saat berdirinya Kerajaan Majapahit.
Seni membatik mulai membudaya
pada abad ke-12. Perkembangan awal di Pulau Jawa, terutama di daerah Surakarta
(Solo) dan Yogyakarta. Diperkirakan batik sudah mulai dikenal luas pada abad
ke-17. Selama bertahun-tahun Batik Solo sangat disukai kalangan ningrat karena
corak dan pola tradisionalnya sangat khas, misalnya Batik Sidamukti dan
Sidaluhur. Sebuah catatan tertulis menyebutkan juga bahwa batik baru muncul pada
1518 di wilayah Galuh, sekitar Barat Laut Jawa di masa pra-Islam.
Di Yogyakarta batik mulai
dikenal pada masa Kerajaan Mataram Islam dengan rajanya Panembahan Senopati.
Daerah pembatikan pertama adalah di desa Plered. Pembatikan pada masa itu
terbatas dalam lingkungan keluarga keraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita
pembantu ratu. Oleh karena warga masyarakat tertarik pada pakaian-pakaian yang
dikenakan oleh keluarga keraton, maka mereka menirunya. Akhirnya meluaslah
pembatikan keluar dari lingkup keraton.
Seni batik adalah sebuah seni menggambar
di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga kerajaan
di Indonesia zaman dahulu. Pada mulanya, kegiatan membatik hanya terbatas dalam
lingkup keraton saja dan batik dihasilkan untuk pakaian raja serta keluarga
pemerintah dan para pembesar. Oleh karena banyak dari pembesar tinggal di luar
keraton, maka seni batik dibawa oleh mereka keluar dari keraton dan dihasilkan
pula di tempatnya masing-masing.
Tradisi membatik pada mulanya
merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat
dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat
menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik
tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Seiring perjalanan waktu, seni
batik mulai ditiru oleh rakyat jelata dan selanjutnya meluas sehingga menjadi
pekerjaan kaum wanita rumah tangga untuk mengisi waktu luang mereka. Bahan-bahan
pewarna yang dipakai ketika membatik saat itu terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli
Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga,
nila. Bahan sodanya dibuat dari soda abu, sedangkan garamnya dibuat dari tanah
lumpur.
Dari awal sejarah batik
tersebut, akhirnya batik mulai menyebar luas keseluruh penjuru kerajaan lain.
Karena terkenalnya batik tersebut, akhirnya para pembesar dari Kerajaan
Mataram, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak dan kerajaan-kerajaan setelahnya
menjadikan batik sebagai simbol budaya. Tapi pada saat Islam datang dan telah banyak
mempengaruhi masyarakat, motif batik yang berbentuk binatang sudah ditiadakan.
Karena kain batik yang berbentuk binatang dianggap menyalahi syariat Islam.
Sehingga motif tersebut sudah dihapus dan ditiadakan. Kecuali bila pembuatannya
disamarkan menggunakan lukisan-lukisan lain.
Perkiraan yang didasarkan padapeninggalan
yang ada sekarang dan cerita-cerita turun-temurun di daerah Tasikmalaya batik sudah
dikenal sejak zaman Kerajaan Tarumanagara. Kemungkinan pohon tarum yang banyak
terdapat di sana dimanfaatkan untuk pembuatan batik kala itu.
Batik pun berkembang ke luar
Jawa, termasuk ke Sumatera Barat yang termasuk daerah konsumen batik sejak
zaman sebelum Perang Dunia I, terutama batik-batik produksi Pekalongan, Solo,
dan Yogyakarta. Meskipun di Sumatera Barat telah berkembang terlebih dahulu sebagai
industri tenun tangan “tenun Silungkang” dan “tenun plekat”, namun batik tetap
digemari masyarakat Sumatera Barat.
Setelah berjalanya waktu yang
cukup lama, sejarah batik berubah karena adanya berkembangan teknologi. Teknik
batik yang dulunya hanya menggunakan batik tulis, sekarang sudah berkembang
menggunakan teknik batik cap dan batik printing. Cara pembuatan seperti ini
berkembang setelah usainya perang duniai I dan masa modernisasi kian
menyebar. Teknik batik cap dan printing dianggap
teknik yang sangat efisien. Karena tidak membutuhkan banyak waktu untuk membuat
sebuah karya batik. Walaupun begitu, kedua teknik tersebut masih kalah dari
segi kualitas di mata dunia karena kurang memiliki nilai estetis. Di Indonesia,
"Batik Cap" memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada
beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki
garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung",
dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum
lelaki.
Pada era awal batik cap, obat-obatan
batik dari luar negeri mulai dikenal dan para pengusaha batik membeli cap di
pasar porong Sidoarjo. Sebelum perang dunia pertama, pasar ini dikenal sebagai
pasar yang ramai dikunjungi.
Batik cap dikenal bersamaan
dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan
pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar Porong Sidoarjo
yang sebelum terjadinya krisis ekonomi dunia sangat dikenal sebagai pasar yang
ramai, dimana hasil-hasil produksi batik dari daerah Kedungcangkring dan Jetis
Sidoarjo banyak dijual.
Waktu terjadi krisis ekonomi,
pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh, karena pengusaha-pengusaha secara umum
memiliki modal kecil dalam usahanya. Setelah masa krisis, usaha pembatikan
muncul kembali hingga Jepang masuk ke Indonesia. Dan, menyebabkan kegiatan
pembatikan mengalami kelumpuhan kembali. Kemudian bangkit kembali setelah masa
revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan.
Pembatikan juga berkembang di
Padang setelah pendudukan Jepang. Pengembangannya terjadi secara tidak
disengaja, akibat blokade dari kolonial Belanda, perdagangan batik pun menjadi
lesu. Karenanya pedagang-pedagang batik yang biasa berhubungan dengan pulau
Jawa mencari jalan untuk membuat batik sendiri. Secara umum ciri khas dari
Batik Padang adalah berwarna hitam, kuning, dan merah ungu dengan pola
Banyumas, Indramayu, Solo, dan Yogyakarta.
Pembuatan batik cap di Ponorogo
juga baru dikenal setelah perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang Cina
bernama Kwee Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal dengan
produk batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya
pengusaha-pengusaha batik dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan
kepada pengusaha-pengusaha batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka
produksi Ponorogo setelah perang dunia petama sampai pecahnya perang dunia
kedua terkenal dengan batik kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik
cap kasar Ponorogo kemudian terkenal ke seluruh Indonesia.
Walaupun batik yang dimaksud
secara definisi adalah batik tulis yang menggunakan canting, namun metode
pembuatan batik sendiri kini terdapat beberapa macam, seperti; cap, cetak, dan
printing. Ada juga batik yang dibuat pakai kuas, namanya batik lukis, tapi
cukup jarang ditemukan.
Bila ditelusuri secara makna,
batik merupakan sebuah teknik untuk mempertahankan warna diatas kain dengan
menggunakan malam atau lilin. Disinilah pengertian yang banyak orang salah. "Batik
bukanlah kain yang berlukiskan motif kultural (misal; motif Sidoluhur, motif
Megamendung, dll.) saja. Batik tidak ada hubungannya dengan bentuk motif.
Ditarik dari arti kata batik pada KBBI dan pengertian asal kata batik maka
batik adalah kain yang berlukiskan motif, yang dilukiskan dengan cara menahan
warna dengan lilin malam. Sehingga apabila motif pada kain tersebut tidak
berbentuk kultural sekalipun, namun lebih ke arah modern (misal; kotak-kotak,
garis-garis, otomotif, polkadot, dll.), maka kain tersebut tetap disebut
sebagai batik."
Sebenarnya tidak ada sejarah
yang pasti mengenai batik. Namun keindahan batik ini kabarnya sudah ditorehkan
sejak 2000 tahun silam di Timur Tengah, Asia Tengah, dan India. Teknik membatik
adalah teknik kuno yang sudah digunakan selama ribuan tahun, dan sering
dijumpai di banyak peradaban di dunia seperti di Cina dan di Mesir.
Di peradaban mesir kuno, teknik
membatik digunakan untuk membungkus mumi dengan kain linen. Kain linen ini
dilapisi cairan lilin, kemudian digores dengan benda tajam semacam jarum atau
pisau untuk menorehkan motifnya. Kemudian kain dicelup ke berbagai cairan pewarna
seperti darah atau abu. Selanjutnya, setelah warna tersebut meresap maka kain
linen ini direbus untuk melunturkan lilinnya. Sehingga bagian yang tidak
terlapisi oleh lilin akan berwarna sesuai pewarnaan, sedangkan bagian yang
terlapisi lilin akan berwarna dasar kain.
Pada Jaman Dinasti Tang (tahun
618-690) di Cina, teknik seperti ini juga sudah dijumpai. Bahkan pada jaman
Dinasti Sui (tahun 581-618) teknik ini sudah dipraktekan. Karena Cina adalah
bangsa pedagang yang berkeliling dunia, teknik ini kemudian menyebar ke banyak
benua seperti Asia, Amerika, Afrika, bahkan sampai ke Eropa. Medium yang
digunakan untuk menahan warna berbeda-beda pada setiap negara. Ada yang
menggunakan bubur kanji, bahkan ada yang menggunakan bubur nasi yang
dikeringkan. Ternyata tidak semuanya menggunakan lilin. Bahkan, ada dugaan
bahwa asal muasal teknik membatik ini datang dari bangsa Sumeria (Sekarang Irak
Selatan).
Para pedagang yang berasal dari
India-lah yang membawa teknik batik ke Indonesia. Pada abad ke-6, teknik ini
dibawa ke pulau Jawa. Teknik ini kemudian mulai tersebar luas dan dikembangkan
oleh masyarakat Jawa. Berdasarkan Rens Heringa, pada bukunya Fabric of
Enchantment: Batik from the North Coast of Java (1996), batik pertama kali ada
di Indonesia sekitar tahun 700-an. Diperkenalkan oleh orang India, pada saat
Raja Lembu Amiluhur (Jayanegara), yang merupakan raja kerajaan Janggala
menikahkan putranya dengan seorang putri India. Dalam bagian lain buku itu,
disebutkan kalau batik dalam bentuk yang lebih primitif justru sudah dimiliki
oleh orang Toraja (Tana Toraja, Sulawesi Selatan) bahkan sebelum ada di tanah
Jawa. Dan, pada abad ke-12, ditemukanlah teknik membatik dengan canting, dimana
lilin ditorehkan menggunakan alat ini. Pada saat inilah istilah membatik (ambatik)
lahir kedunia.
Hanya di Indonesia, terutama di
pulau Jawa yang pada waktu itu menggunakan canting untuk menorehkan lilin ke
permukaan kain mori. Dan, canting inilah yang membuat batik Indonesia sangat
mendetail dan kaya motif dibandingan batik di belahan dunia lain.
Sejarah batik dari
perkembangannya tidak berhenti disitu saja, karena pada masa sekarang, batik
bukan hanya dijadikan sebagai corak pakaian saja. Banyak dari pernak-pernik
perlengkapan penampilan atau assesoris yang biasa dikenakan masyarakat sekarang
seperti sepatu, dasi, tas juga helm, telah memilih batik sebagai motif utama. Bahkan,
baju-baju kedinasan, seragam sekolah, seragam guru dan lain sebagainya
menggunakan motif batik sebagai pilihan utama. Karena motif dari batik itu
sendiri yang lebih bebas dan memiliki nilai budaya, yang menjadikan batik memiliki
nilai tersendiri dimata masyarakat.
Indonesia memiliki beragam
jenis batik yang bisa dipilih. Beberapa contoh motif batik yang populer antara
lain Batik Parang, Batik Sekar Jagad, Batik Mega Mendung, Batik Truntum dan tak
ketinggalan juga ada Batik Lokcan atau yang lebih populer disebut dengan Batik
Lasem. Ini merupakan batik yang terkenal dari Kabupaten Rembang.
Di daerah Ciledug, Cirebon
banyak dijumpai motif batik biru putih yang disebut Batik Kelengan. Batik ini
dibuat dari bahan dasar kain katun dengan proses pewarnaan dan bahan-bahan
alami (Buku Pengantar Pameran Tekstil dan Busana Indonesia yang Dipengaruhi
Budaya Cina, 2005)
Batik Tiga Negeri terlahir
karena adanya pengaruh Cina. Dinamakan demikian karena proses pencelupan dan
pelilinan berlangsung di tiga sentra batik yang berbeda, yakni Lasem,
Pekalongan, dan Solo. Dan, salah satu corak batik pesisiran yang lumayan
populer adalah Batik Buketan, dari bahasa Inggris bouquet. Batik ini sering
diperkaya dengan ragam hias berupa kumpulan karangan bunga.
Sir Thomas Stamford Raffles di
dalam bukunya “History of Java” (London, 1817) pertama kali menceritakan
tentang batik kepada dunia. Dalam buku tersebut, Raffles memamerkan setidaknya
100 motif batik yang pernah ia jumpai, berikut dengan cara pembuatannya. Namun
sayangnya, koleksi batik Sir Thomas Stamford Raffles pada hari ini tinggal
tersisa 2 buah. Dan, keduanya bisa Anda lihat di Museum of Mankind, London.
Pada tahun 1873, seorang
saudagar Belanda yang bernama Van Rijekevorsel, menghibahkan batik yang
diperolehnya di Indonesia kepada sebuah museum etnik di Rotterdam. Batik
tersebut lalu dipamerkan pada Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900,
dan memukau masyarakat luas dan para
seniman disana. Ini merupakan bukti bahwa batik dianggap seni bernilai tinggi
oleh orang luar. Karena itulah, jika seseorang mengatakan batik merupakan seni
tanpa makna, itu adalah ungkapan yang “salah”. Sebenarnya batik adalah sebuah
kesenian yang penuh dengan makna. Batik bukan hanya sekedar corak yang digambar
oleh seniman batik.
Dalam perkembangannya, ragam
corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh bangsa luar Indonesia.
Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak
hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap
berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya,
para kolonial. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang
juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa Eropa juga mengambil minat kepada
batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal
(seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh mereka (gedung atau
kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Beberapa
motif batik Indonesia terlahir karena pengaruh budaya kolonialisme yang terjadi
pada saat itu. Seperti batik Hokokai yang juga karena adanya pengaruh bangsa jepang
di Indonesia. Sehingga motif tersebut menyimpan sebuah cerita. Meskipun
demikian, batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai
dalam upacara-upacara adat, karena secara umum masing-masing corak memiliki
perlambangan tersendiri.
Sebelum jaman kemerdekaan,
banyak daerah-daerah pusat perbatikan yang menjadikan batik sebagai alat
perjuangan ekonomi. Dalam melawan perekonomian Belanda. Sehingga disini batik
mempunyai makna yang sangat dalam. Batik disetiap daerah memiliki motif yang
bervariasi, dan tentunya makna yang berbeda-beda. Menurut Kuswadji K. (1914 –
1986) seorang pelopor seni batik berpendapat bahwa batik tidak hanya sekedar
gambar atau ilustrasi saja. Ia mengatakan bahwa setiap batik itu memiliki
makna. Makna tersebut bisa sudah cukup dikenal, seperti batik Kawung yang
maknanya adalah penggambaran bahwa itikad yang bersih itu merupakan sebuah
ketetapan hati yang tidak perlu diketahui oleh orang lain. Atau makna tersebut
bisa tersirat, seperti sebuah pesan yang tersembunyi dalam gambar. Karena beragam
motif batik tersebut tidak lepas dari pandangan hidup pembuatnya, dan pemberian
namanya pun berkaitan dengan suatu harapan.
Penciptaan batik tidak terjadi
begitu saja. Batik membutuhkan kain yang memerlukan keterampilan memintal yang
juga membutuhkan keterampilan memilih bahan secara tepat untuk kemudian diolah
menjadi benang dan dirangkai menjadi pintalan.
Kain batik memiliki nilai
sejarah yang tidak ternilai, karena pada kain batik terdapat makna suatu
peristiwa, identitas, penjelasan strata sosial, bahasa kebudayaan,
spiritualitas manusia, penemuan teknologi, dan perjalanan suatu peradaban.
Nilai pada batik Indonesia
bukan hanya semata-mata pada keindahan visual. Lebih jauh, batik memiliki nilai
filosofi yang tinggi serta sarat akan pengalaman transendenitas. Nilai inilah
yang mendasari visualisasi akhir yang muncul dalam komposisi batik itu.
Kegiatan membatik merupakan
sebuah proses yang membutuhkan ketelatenan, keuletan, kesungguhan, dan
konsistensi yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari serangkaian proses, mulai
dari mempersiapkan kain, membuat pola, membuat isian, hingga pengeringan.
Batik dapat dilihat dari
beberapa aspek, yaitu proses pembatikan, kualitas pembatikan, motif, dan warna
batik. Secara visual, batik mempunyai sejumlah pakem yang mesti diterapkan
dalam penggunaannya. Baik dalam pakem pembuatan pola maupun pakem penggunan
motif tersebut beserta acara atau upacara ritual yang akan diselenggarakan.
Tidak sembarang orang boleh menggunakan pola tertentu.
Cara Membuat Batik Tulis
Seperti yang sudah diketahui, secara
umumnya batik dibagi menjadi empat jenis berdasarkan cara pembuatannya. Yaitu
batik tulis, cap, cetak dan print. Jenis batik tulis adalah batik yang paling
rumit pembuatannya sekaligus batik terbaik di dunia.
Langkah-langkah pembuatan batik
tulis meliputi:
-Pengkhetelan
Batik itu dibuat diatas sebuah
kain, namanya kain Mori yaitu kain tenun berwarna putih yang biasa digunakan
sebagai kain untuk membatik. Kain Mori yang memiliki kualitas bagus dibuat
dengan bahan katun, tapi ada juga kain mori yang terbuat dari bahan polyester,
sutra, dan rayon.
Proses pengkhetelan adalah
proses dimana kain Mori direbus dengan berbagai macam tumbuhan selama
berhari-hari. Hasilnya kemudian dikeringkan dan dinamakan kain Primisima. Kain
Primisima adalah kain batik dengan kualitas nomor satu. Selain kain ini, ada
juga kain Prima yang memiliki kualitas sedikit dibawahnya.
-Menyorek
Ketika membuat batik, tentunya
seorang pembatik harus memikirkan gambar apa yang harus ia lukis diatas kain
mori. Setelah mendapatkan ide, lalu sang pembatik akan mulai menggambar
motifnya diatas kertas atau langsung diatas kain.
Menyorek merupakan proses menuangkan
inspirasi kedalam bentuk gambar. Jika penuangan ide gambar dilakukan dikertas terlebih
dahulu biasanya akan digambar menggunakan pulpen, tapi jika penuangan ide
dilakukan langsung dikain biasanya akan digambar menggunakan pensil supaya bisa
dihapus. Proses menggambar ini tidak diarsir atau diisi penuh. Biasanya gambar
hanya dibuat garis tepinya saja. Garis tepi inilah yang akan ditutup lilin
dengan cara dicanting.
-Nyanting / Nglowong
Setelah motif batik selesai
digambar diatas kain, malam atau biasa dikenal dengan lilin, dibubuhkan persis
pada gambar tadi.
Membatik adalah pekerjaan yang
saling berurutan. Artinya satu langkah dapat dikerjakan jika langkah sebelumnya
telah selesai dikerjakan. Setiap tahap dikerjakan dengan tahap yang berbeda.
Sepotong mori tidak dapat dikerjakan oleh beberapa orang dalam waktu yang sama
untuk beberapa tahapan.
Penempelan malam sebagai bahan
utama perintang warna batik ke mori. Mori yang telah di buat polanya kemudian
diberi malam dengan canting tulis. Canting batik tulis yang dipakai pada saat
membuat pola batik adalang canting klowongan atau canting dengan cucuk ukuran
sedang.
Setelah pola pokok selesai
kemudian membuat isen-isennya. Canting yang digunakan ketika membuat isen-isen
bermacam-macam yaitu; canting cecekan, canting telon, canting prapatan.
Nyanting batik akan berhubungan
dengan proses selanjutnya. Yaitu proses pewarnaan kain, karena kain putih tersebut
akan diberikan warna dasar (misalnya hitam), maka bagian-bagian gambar motif
yang tidak ingin diwarnai hitam harus dilapisi. Supaya mereka tetap putih saat
lilin nya dilepas. Dan, bagian yang dilapisi lilin bisa diwarnai dengan warna yang
lain.
Secara umum proses nyanting ini
berlangsung dua kali. Bagian depan yang pertama, lalu bagian belakang kain juga
ikut dicanting. Hal ini dilakukan supaya motif yang sudah digambar pensil pada
bagian depan, tidak ikut diwarnai warna dasar pada bagian belakang. Karena bisa
tembus.
-Nembok
Begitu juga dengan
bagian-bagian lain yang tidak digambar dengan pensil, tapi ingin diberi warna
lain. Bagian ini harus ditembok dengan malam. Biar bagian tersebut tidak
berwarna sama dengan warna dasar.
Proses nembok ini dilakukan supaya
bagian batik yang ditembok bisa diwarnai dengan warna lain. Biasanya canting
yang digunakan untuk nembok adalah canting dengan lubang yang lebih besar,
sehingga pengerjaan menembok bisa lebih cepat selesai.
-Nyelup / Medel
Ini adalah proses pewarnaan kain
batik. Yaitu memberikan warna dasar kepada kain, setiap daerah memiliki proses
pencelupan sendiri-sendiri. Bahkan setiap pembatik di suatu daerah yang sama
bisa memiliki proses pencelupan yang berbeda.
Secara umum dalam proses ini, kain
mori akan dicelupkan ke dalam sebuah wadah besar yang berisi pewarna (misal;
warna hitam). Pencelupan ini akan dilakukan berulang-ulang sampai warna hitam
yang diinginkan sesuai dengan keinginan si pembatik.
Biasanya warnanya dimulai
dengan warna muda, jika menginginkan warna hitam mungkin akan dimulai dari
warna biru atau abu-abu terlebih dahulu. Untuk menghindari warna hitam yang
terlalu tua. Setelah dicelup berkali-kali, maka warna hitam akan diperoleh.Jika
sejak awal menggunakan warna hitam, dikhawatirkan pencelupan akan menghasilkan
warna hitam yang terlalu gelap padahal yang diperlukan adalah hitam yang lebih
terang.
Setelah proses pencelupan ini
selesai, berarti warna dasar kain yang diinginkan sudah diperoleh. Maka langkah
selanjutnya adalah mengeringkan kain dengan cara dijemur dengan
diangin-anginkan saja.
-Ngerok / Nglorod
Proses ini bertujuan untuk meluruhkan
lilin malam dari kain Mori. Dengan tujuan untuk memwarnai bagian yang memiliki
warna berbeda dengan warna dasar (hitam). Misalnya motif batik yang diinginkan
akan diberi warna merah. Maka sebelum diwarnai, terdapat metode yang harus
dilakukan terlebih dahulu, yaitu proses nglorod atau ngerok.
Lilin yang tadi dibubuhkan
diatas motif dikerok dengan alat kerok, atau diluruhkan dengan cara direbus.
Proses ini disebut nglorod. Intinya, ini merupakan proses kebalikannya, bergantian
yang satu ditutup yang satu dibuka untuk diwarnai. Caranya tinggal merebus
batik dengan air mendidih.
Menghilangkan sebagian atau
setempat dengan melepas lilin malam pada tempat-tempat tertentu juga dilakukan
dengan cara mengerok dengan alat sejenis pisau. Pekerjaan mengerok disebut
ngerok atau ngerik. Pekerjaan ini dilakukan setelah kain diwedel untuk batik
sogan dari solo atau yogyakarta. Maksud dari pekerjaan ini, yaitu membuaka
lilin klowongan, dimana pada bekas lilin yang dikerok ini nantinya akan diberi
warna soga.
Motif batik Sogan adalah salah
satu jenis batik klasik di Indonesia yang kental dengan unsur tradisional.
Dominasi warna batik sogan adalah gelap seperti hitam dan coklat. Dinamakan
batik sogan karena pada awal mulanya, proses pewarnaan kain batik ini
menggunakan pewarna alami yang diambil dari batang kayu pohon soga (Peltophorum
pterocarpum). Batik Sogan merupakan jenis batik yang identik dengan daerah
keraton Jawa yaitu Ngayogyakarta Hadiningrat (Yogya) dan Surakarta Hadiningrat
(Solo).
-Nembok Bagian Kedua
Sebelum melakukan proses yang selanjutnya
(nyelup kedua) dilakukan, bagian batik dengan warna dasar harus ditembok supaya
tidak berubah warnanya.
-Nyelup / Medel Bagian Kedua
Jika sudah selesai ngerok dan
nembok, kemudian dilakukan kembali proses nyelup. Tetapi sekarang berbeda warna
dari warna dasar (misal; warna merah). Hingga menghasilkan motif batik yang
berwarna merah atau sesuai keinginan. Setelah proses nyelup warna kedua
selesai, kain batik sudah memiliki dua warna.
Cara lain yang bisa digunakan
adalah nyolet. Nyolet ini berarti untuk mewarnai motif dengan warna merah,
tidak perlu dilakukan pencelupan kedua. Cukup dengan membentangkan kain lalu
mewarnai motif menggunakan kuas. Banyak batik cetak yang setelah dicetak, lalu
dicolet. Supaya menyerupai batik tulis.
Dan jika seseorang menginginkan
sebuah kain batik dengan motif berwarna lebih dari dua, misalkan saja ada warna
A, B, C, D yang ingin diwarnai pada kain. Maka saat pencelupan warna A,
warna-warna lain seperti B, C, D harus ditembok atau dicanting (tergantung
motif atau warna dasar kedua). Setelah itu saat pencelupan warna B, maka warna
A, C, D harus ditembok atau dicanting. Begitu seterusnya sampai semua warna
sudah masuk pada kain.
-Ngerok / Nglorod Kedua
Setelah semua warna yang
diinginkan sudah terlukis pada kain, maka proses selanjutnya adalah nglorod
lagi. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan semua malam atau lilin yang
tersisa pada kain. Caranya adalah dengan merebus kain di dalam air mendidih.
Setelah proses nglorod ini
selesai, maka selanjutnya kain harus dijemur sampai kering. Batik tulis pun
siap dijahit, atau langsung digunakan. Namun Anda harus ingat, pada contoh diatas
proses pewarnaan hanya dua kali, pada kenyataan, bisa 3, 4 sampai 5 kali tergantung
berapa banyak warna yang diinginkan pada batik tersebut.
Penghilangan lilin malam secara
keseluruhan akan dilakukan pada pertengahan atau akhir proses pembuatan kain
batik. Proses pelorodan pada jenis batik pekalongan akan sering dilakukan.
Pelorodan yang dilakukan di tengah proses pembatikan biasanya dilakukan untuk
memberikan warna lain pada jejak lilin yang dilorod. Pelorodan yang dilakukan
di akhir disebut mbabar atau ngebyok. Pelepasan lilin dilakukan dengan air
panas. Lilin akan meleleh dalam air panas sehingga terlepas dari kain. Untuk
kain dengan pewarnaan bahan alam (nabati), air panas diberi kanji. Sementara
untuk pelepas lilin (pelorodan), kain batik dengan pewarnaan obat sintesis air
lorodan lainnya diberi soda abu.
Banyak orang menilai batik
berdasarkan metode produksinya. Implikasi dari pemilihan metode produksi itupun
sangatlah banyak. Dari segi harga dan kualitas misalnya. Jika diteliti lebih
jauh, metode produksi batik adalah penentu kepribadian dari batik tersebut.
Batik tulis merupakan batik
dengan nilai seni yang paling tinggi. Karena pada intinya tidak ada satupun
batik tulis di dunia ini yang persis sama. Mungkin serupa, tapi tidak mungkin
sama. Ini disebabkan tingkat buatan tangan yang sangat tinggi. Batik tulis ini
100% dibuat menggunakan canting. Bahkan bila ada motif berulang, maka motif ini
digambar berulang-ulang menggunakan tangan. Sehingga memerlukan konsentrasi
yang tinggi untuk membuatnya dengan rapi. Namun serapi-rapinya, pasti akan ada
kesalahan-kesalahan yang terjadi saat penggambaran. Kesalahan inilah yang
dianggap berseni. Kesalahan ini tidak akan terjadi kedua kalinya pada pembuatan
batik selanjutnya, setiap batik memiliki “cacat” yang berbeda.
Justru karena kesalahan inilah
batik tulis dianggap memiliki seni. Karena setiap kesalahan menjadikan eksklusif
untuk setiap batik, memerlukan konsentrasi yang tinggi untuk mencanting bolak
balik, dan waktu yang tidak sebentar untuk membuatnya. Inilah ciri khas batik
tulis, tidak sempurna namun bernilai tinggi.
Pembuatan batik tulis bisa
memakan waktu selama 2 minggu sampai 2 tahun. Harganya juga tidak main-main.
Dipasaran yang termurah ditemui seharga 600.000 IDR, dan yang termahal bisa mencapai
ratusan juta. Jika Anda butuh atau suka dengan batik yang eksklusif dan
berkelas, maka sangat disarankan untu membeli jenis batik tulis, yang merupakan
jenis batik terbaik di dunia.
Batik Cap
Pernahkan anda lihat cap yang
digunakan untuk membuat batik? Cap inilah yang digunakan untuk membuat
motif-motif batik yang banyak beredar di pasaran. Sangat tradisional, namun
disisi lain sangat artistik.
Pada abad 19, permintaan batik
dipasaran meluap tajam. Hal ini menjadikan produsen batik mencari cara untuk
memenuhi luapan permintaan tersebut sehingga bisa memproduksi batik dengan
lebih cepat dengan jumlah banyak. Sehingga terciptalah metode batik cap, dimana
lempengan besi atau tembaga yang bermotif digunakan untuk membubuhkan malam
atau lilin diatas permukaan kain Mori. Lempengan inilah akhirnya sampai
sekarang disebut dengan cap, sehingga jadilah nama batik cap.
Batik cap secara umum memiliki
motif berulang ulang, dan tidak rumit. Walaupun tidak rumit, batik cap masih
dianggap batik yang memiliki kualitas sangat baik. Batik cap masih menggunakan
malam dalam proses pembuatannya, sehingga masih dianggap sebagai batik yang
authentik.
Harga batik cap pada umumnya
juga tidak terlalu mahal, biasanya harganya dibawah 300.000 IDR. Batik cap
merupakan bukti perkembangan budaya batik di Indonesia, karena metode ini
tercipta atas meningkatnya peminat batik pada abad 19 silam.
Batik Cetak Sablon
Batik cetak ini kualitasnya
dibawah batik cap. Perlu diketahui bahwa batik cetak berbeda dengan batik
printing. Pada metode cetak sablon, sebenarnya yang mengerjakan batiknya tetap
manusia. Bukan mesin. Namun orang-orang kadang merasa bingung dan tertukar pengertian
antara batik cetak sablon dan batik print. Sebenarnya batik cetak ini lebih
mirip dengan batik cap. Karena prosesnya menggunakan cetakan besar bernama
plangkan dan rakel. Yaitu alat yang biasa digunakan untuk sablon kaos. Namun
proses pengerjaanya lebih mudah, dan tidak menggunakan malam.
Pembuatan batik dengan metode
ini menghasilkan batik dengan sangat cepat. Namun karena lilin malam tidak lagi
digunakan dan tingkat kerumitan yang rendah, batik ini memiliki nilai yang jauh
dibawah batik cap dan batik tulis. Karena jauh lebih mudah membuatnya.
Prosesnya juga biasa disebut sablon.
Menghasilkan batik dengan
singkat serta dengan harga yang sangat murah, inilah kenapa banyak sekali
produsen menjadi peminat batik cetak. Dalam sehari, bisa menghasilkan ratusan
bahkan ribuan batik. Banyak juga pengrajin yang lebih fokus kepada batik cetak
karena batik ini dapat meningkatkan omset berkali-kali lipat.
Jika dilihat dari rapih atau
tidaknya, justru metode ini menghasilkan batik yang sangat rapi detailnya.
Namun karena tidak ada penggunaan malam serta tidak ada eksklusivitas pada
batik ini, maka batik ini dianggap bermutu rendah.
Batik Print Mesin
Jenis batik yang akan dibahas
sekarang adalah batik print. Lagi-lagi untuk meningkatkan efisiensi, batik pun
diproduksi dengan mesin print tekstil. Pendapat masyarakat pun beragam mengenai
inovasi ini.
Sebagian besar orang menganggap
batik print tidaklah mewarisi tingkat kerajinan dari jenis-jenis batik sebelumnya,
bahkan banyak yang menjuluki batik ini adalah batik imitasi. Hal ini disebabkan
karena beberapa hal. Salah satunya adalah pola-pola dibuat dengan bantuan
otomasi mesin. Dan, ternyata banyak batik yang beredar di pasaran memang sudah
tidak ada campur tangan manusianya ketika dibuat, kecuali pencet-pencet tombol.
Kemudian, yang menjadi masalah utama adalah adanya produsen-produsen asing yang
turun memproduksi batik dengan mesin printing. Contoh yang banyak beredar di
pasaran adalah kain batik printing dari negeri Tiongkok. Yang mana harganya
sangat murah, namun secara langsung mengancam eksistensi batik Indonesia.
Batik print biasanya di
banderol dengan harga dibawah 80.000 IDR kainnya saja. Apabila sudah jadi baju,
mungkin bisa sampai 120.000 IDR. Memang sangat murah, dan banyak digemari oleh
kalangan ekonomi kelas menengah kebawah. Karena, memang batik ini sangat
terjangkau dan terdapat banyak dipasaran.
Batik Lukis
Batik tipe ini tidak dibuat
menggunakan lilin atau malam. Sehingga canting juga tidak digunakan. Batik
lukis ini dilukis menggunakan kuas. Seperti lukisan pada sebuah kanvas.
Sehingga merupakan karya seni tersendiri.Tapi jangan salah, nilai seni pada batik
jenis ini juga sangat tinggi. Meskipun banyak kalangan yang ragu apakah jenis
ini bisa disebut sebagai batik.
Batik jenis ini dibuat dengan
melukiskan motif diatas kain mori menggunakan kuas dan cat minyak. Seperti proses
melukis biasa. Batik jenis ini memang jarang ditemukan, meskipun begitu, jenis
batik ini memiliki harga yang relatif cukup mahal. Batik lukis ini dibanderol
dengan harga 300.000 IDR, hingga 1.000.000 IDR keatas untuk yang rumit dan
berwarna-warni, karena memang ini adalah karya seni.
Untuk membuat batik jenis ini,
si pelukis harus berkali-kali menyelupkan kuasnya pada cairan pewarna diatas
kompor, ada juga yang langsung melukis diatas kain. Ciri-ciri batik ini adalah
warnanya yang mencolok, serta serat-serat kuasnya yang sering terlihat pada
lukisan.
Motif yang dihasilkan pada
jenis batik lukis tidak seperti batik pada umumnya. Lebih mirip lukisan, lebih
bebas dan kontemporer.
Teknik membuat batik yang
bervariasi memiliki tingkat kesulitan tertentu, pada akhirnya akan berimbas ke
biaya, dan tentu saja tetap terpengaruhi oleh sisi eksklusivitas batik
tersebut. Bagi kebanyakan orang akan sulit untuk membedakan antara batik tulis,
cap, cetak dan print. Karena, bagi orang yang awam terhadap batik, ragam jenis
batik tersebut terlihat sangat serupa. Dan, hampir tidak ada bedanya. Karena
tidak semua penjual itu jujur, bahkan cukup sering ditemukan beberapa penjual
yang tidak mengetahui barang dagangan mereka itu termasuk jenis batik tulis
atau cetak. Terkadang batik cetak dan batik tulis sekilas terlihat sangat
mirip. Banyak dari jenis batik cetak yang setelah dicetak kemudian dicolet
dengan kuas, sehingga sangat mirip batik tulis.
Supaya tidak keliru, berikut
ini merupakan beberapa tips yang perlu dperhatikan dalam membeli produk batik
berkualitas:
-Perbedaan Harga
Batik tulis merupakan jenis
batik yang paling mahal, yang kedua termahal adalah batik cap, yang terakhir
adalah batik printing dan cetak.
Jadi apabila pertama kali Anda
melihat sebuah produk batik, Anda haruslah bisa mengkategorikan batik tersebut
termasuk batik apa, lihatlah dari harganya. Batik tulis umumnya berharga diatas
250.000 IDR keatas. Batik tulis pun ada yang murah ada yang mahal. Batik tulis
yang murah, biasanya harganya mulai dari 250.000 IDR. Memiliki motif yang tidak
rapat, serta jarang-jarang. Beberapa daerah yang menjual batik tulis dengan
harga murah (tetapi memiliki kualitas bagus) adalah Lasem dan Cirebon. Walaupun
demikian daerah ini tentunya juga memiliki batik tulis yang berharga mahal,
hingga puluhan juta.
Sedangkan batik tulis Solo dan
Pekalongan umumnya memiliki harga mahal, diatas 500.000 IDR. Secara umum batik
tulis yang tergolong kelas atas dibanderol dengan harga diatas 500.000 IDR. Memiliki
motif yang sangat rumit, dan sangat indah.
Batik cap memiliki kisaran
harga dibawah 250.000 IDR. Karena pembuatannya yang mudah, serta jauh lebih
cepat dibandingkan batik tulis sehingga harganya juga lebih murah. Batik cap
yang paling murah pernah ditemui dengan harga 75.000 IDR, untuk harga kainnya yang
belum jadi pakaian.
Batik printing dan cetak, kedua
jenis batik ini memiliki kisaran harga yang sama. Yaitu; dibawah 70.000 IDR,
untuk harga kainnya. Anda harus benar-benar teliti, seringkali ditemukan
seorang penjual batik mengklaim bahwa batik yang dia jual adalah batik tulis
dan dihargai 600.000 IDR sepotong. Padahal setelah di cek batik tersebut adalah
batik kombinasi cetak dan cap yang harganya tidak sampai 200.000 IDR.
-Aroma Kain
Bau malam merupakan suatu bau
yang khas. Biasanya jika jenis batik tulis atau cap, memiliki aroma malam masih
melekat ketika dijual. Aroma malam mirip dengan bau minyak tanah. Jadi, ketika
membeli cobalah Anda ambil kain tersebut, dan cium baunya. Jika, memang aroma
malamnya masih ada, berarti batik tersebut adalah batik tulis atau cap.
Batik print tidak menggunakan
malam sama sekali, jadi Anda tidak akan keliru. Kecuali batik print tersebut ditumpuk
bersama dengan batik tulis dalam waktu yang lama. Maka metode ini menjadi tidak
terlalu akurat. Karena itulah, jangan hanya menggunakan satu metode saja untuk
memastikannya.
Batik tulis yang sudah dicuci
berulang-ulang juga tidak akan mengeluarkan aroma malam, karena semua malamnya
sudah luntur dicuci. Jadi sulit untuk memastikan hanya dengan menggunakan metode
ini. Namun Anda tetap harus mencoba.
-Perhatikan Motif
Anda bisa perhatikan motif
batik secara seksama. Apabila motif batik tersebut terlihat sedikit berantakan,
beleber, maka batik itu kemungkinan besar adalah jenis batik tulis atau cap.
Biasanya batik cap lebih rapih dari batik tulis, namun tidak jarang batik cap
juga ada bagian-bagian yang tidak sempurna.
Batik tulis itu tidak akan
pernah rapi, Anda harus temukan dimana cacatnya. Motifnya pada satu kain hampir
tidak pernah sama persis, pasti ada perbedaannya. Perhatikan bagian lekukan,
ukuran masing-masing motif, atau bekas malam yang meluber.
Batik cap, biasanya akan lebih
rapih. Motifnya cenderung berulang-ulang, dan kemungkinan besar sama. Karena masih
menggunakan malam dalam prosesnya, maka terkadang ada pula yang meluber.
Sedangkan batik print dan
cetak, kerapihannya mendekati sempurna, bahkan seringkali sempurna. Kalaupun
ada cacat, itu adalah kecacatan yang disengaja, dan bentuknya juga masih
terlihat sempurna.
Untuk jenis batik lukis, Anda
tinggal lihat pada motifnya. Apakah ada serat-serat kuasnya? Atau, apakah motif
dan gambarnya menyerupai lukisan diatas kanvas?
-Perbedaan Bagian Depan dan
Belakang
Rentangkan kain batik Anda, dan
lihat bagian depan dan belakangnya. Hanya batik tulis dan batik cap yang
memiliki motif dengan warna yang sama persis di bagian depan dan belakang
kainnya. Batik print dan cetak tidak akan seperti itu.
Pada batik print dan cetak,
dibagian belakang kain terlihat memutih dan pudar. Dari sini seringkali Anda
akan tau bahwa batik ini adalah batik print atau cetak. Warna pudar di bagian
belakang berarti batik tersebut dibuat dengan cara print atau cetak.
-Tekstur
Pada kebanyakan batik tulis,
terutama dari Solo dan Yogyakarta, masih banyak tersisa bekas lilin malam yang
belum bersih. Serpihan-serpihan ini tidak ada pada batik print dan cetak.
Seringkali pada batik tulis
juga terdapat tekstur pewarna yang tidak merata, sehingga dapat diraba dan
dirasakan tekstur yang berlebih.
-Inisial
Anda bisa coba cari inisial
pada kain batik tersebut. Pada kain batik tulis, sering ditemukan inisial sang
pembuat. Justru karena batik tulis adalah sebuah kesenian dengan nilai tinggi,
sang pembuat ingin mencantumkan namanya pada karya ciptaannya.
Tidak ada batik selain batik
tulis yang diberikan inisial, mungkin dalam kasus tertentu batik lukis juga
diberikan inisial. Namun membedakan batik lukis dan tulis sangat mudah. Tinggal
melihat warnanya mencolok atau tidak dan apakah ada aroma lilin malam saat
dicium. Batik lain seperti cap, printing dan sablon tidak akan diberikan
inisial pembuatnya.
Setelah Anda mengetahui tentang
asal muasal batik, sejarah singkatnya dan cara pembuatan batik tulis. Dibawah
ini adalah penjelasan tentang jenis-jenis batik yang populer di Indonesia.
Secara garis besar ada 3 jenis
motif batik. Motif klasik, pesisir dan kontemporer. Dimana ketiga jenis ini akan
terbagi lagi berdasarkan daerah asalnya, batik sarat dengan makna dalam motifnya.
Ciri-ciri batik tradisional terdiri
atas:
-Ragam hias motif ular, barong,
geometris, pagoda.
-Coraknya mempunyai arti
simbolik.
-Warna cenderung gelap (putih –
hitam – coklat kehitaman).
-Motif ciri khas daerah asal.
Ciri-ciri batik modern terdiri
atas:
-Ragam hias bebas binatang,
tumbuhan, rangkaian bunga dll.
-Corak tidak mempunyai arti
simbolik tertentu.
-Penggunaan warna bebas seperti
biru, merah, ungu dsb.
Batik klasik atau batik
tradisional memiliki makna filosofis yang berasal dari kepercayaan para
pembuatnya, yaitu masyarakat Jawa. Batik seperti ini memiliki keindahan secara
visual dan secara filosofi. Umumnya jenis motif batik ini mengandung
warna-warna gelap yang memancarkan wibawa dan keseriusan.
Keindahan visual adalah rasa
haru, rasa terpukau yang datang dari panca indera penglihatan manusia. Yang
mana datangnya dari harmoni perpaduan berbagai warna dan sususan berbagai
bentuk.
Sedangkan keindahan filosofi
adalah pemahaman akan pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui torehan pada
sebuah karya. Yang membentuk suatu arti atau lambang sesuai dengan pemahaman
dan harapan pembuatnya.
Batik klasik mempunyai nilai
dan cita rasa seni yang tinggi, dengan pengerjaan yang rumit dan dalam waktu
berminggu-minggu. Batik klasik mempunyai pola-pola dasar tertentu dengan
berbagai macam variasi motif, seperti kawung, parang, nitik, truntum, ceplok,
tambal, dan lain sebagainya. Bahan dasar batik berupa kain katun putih kualitas
halus, terdapat juga batik yang berbahan kain sutera putih, batik dengan bahan
sutera akan menghasilkan warna yang lebih hidup.
Batik tradisional adalah batik
yang susunan motifnya terikat oleh suatu aturan tertentu dan dengan corak tertentu.
Oleh karena itu, dalam pembuatannya pun banyak aturan-aturan yang harus
dipatuhi. Batik tradisional bersifat terikat dengan aturan terutama dalam hal
pembuatan motif (BIPIK 20, 1994: 19).
Secara umum desain motif dibagi
lagi menjadi dua jenis motif, yaitu geometris dan non-geometris. Desain
geometris terdiri atas; motif parang dan diagonal, persegi/persegi panjang,
silang atau motif ceplok dan kawung, serta motif bergelombang (limar).
Sementara desain non-geometris terdiri atas; semen [motif semen terdiri atas
flora, fauna, gunung (meru), dan sayap yang dirangkai secara harmonis], buketan,
dan lunglungan.
Ditinjau dari jenisnya, dikenal
adanya batik keraton, yakni batik dari Surakarta (Solo) dan Yogyakarta (Yogya).
Batik keraton memiliki beberapa motif dan filosofi. Motif Ceplokan Kasatrian
digunakan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah, orang yang mengenakannya
akan terlihat gagah dan kepribadian yang berani, Motif Parang Rusak Barong
(parang ada yang mengartikan pula sebagai senjata) menunjukkan kekuatan,
kekuasaan, dan pergerakan yang gesit, ksatria yang mengenakan batik ini
terlihat gagah dan cekatan, Motif Kawung digunakan oleh para Raja dan keluarga
kerajaan, sebagai sebuah simbol kekuasaan dan keadilan, Motif Truntum (truntum
berarti membimbing), mengandung makna bahwa diharapkan orang yang memakainya
dapat memperoleh dan memberi kebaikan.
Batik pada zaman dahulu disebut
juga dengan batik lawas. Ciri utana dari batik ini adalah warna yang cenderung
lebih gelap, dan juga didominasi dengan warna cokelat yang cenderung tua,
hitam, dan juga putih. Corak-corak yang terdapat di batik lawas merupakan
corak-corak yang klasik. Dalam istilah, batik lawas dapat diartikan juga
sebagai batik yang pernah digunakan dahulu, atau bisa disebut juga second hand.
Kain-kain yang digunakan untuk
batik lawas ini, tentu saja merupakan kain tua yang benang-benangnya sudah
mulai rapuh, oleh karena itu diperlukan beberapa metode untuk menyimpannya,
yaitu; dicuci dan direndam, keringkan batik dengan menggunakan handuk kering,
lalu setrika dengan menggunakan suhu yang sedang-sedang saja.
Selain itu batik lawas tidak
boleh dilipat dan dimasukan ke dalam plastik, karena akan merusak benang-benang
kain yang sudah mulai tua. Penyimpanan terbaik untuk kain lawas adalah dijepit
menggunakan hanger, dan ditaruh dengan rapi di dalam lemari.
Batik Pesisir berbeda dengan
batik klasik. Batik jenis ini lebih bebas dari segi motif, tidak kaku. Dan,
jika ditinjau dari segi warna, batik Pesisir lebih warna-warni daripada batik
klasik. Melambangkan kemandirian dan jiwa yang penuh dengan kebebasan. Hal ini
disampaikan dalam bentuk motif dan warnanya. Warna dan gambar yang ditorehkan
pada batik pesisir lebih cerah, lebih mencolok, lebih berani dibanding batik
klasik.
Istilah batik “pesisir” muncul
dikarenakan letak asalnya berada di daerah pesisir utara Pulau Jawa seperti
Cirebon, Indramayu, Bakaran, Lasem, dan lain sebagainya.
Batik pesisir memiliki pola
yang lebih bebas dengan pilihan warna lebih beraneka ragam, disebabkan adanya pengaruh
budaya luar yang begitu kuat. Batik ini tidak seperti batik keraton sebab batik
pesisir lebih ditujukan sebagai barang dagangan. Budaya luar pada batik pesisir
sangat mempengaruhi bentuk ragam hias batik, khususnya pada saat masuknya agama
Islam abad 16 silam.
Batik kontemporer merukan jenis
motif batik yang tidak lekang oleh motif-motif yang sudah ada. Jenis ini juga disebut
sebagai batik modern. Biasanya motif kontemporer dibuat oleh brand-brand batik
anak muda. Sehingga sumber inspirasinya tidak selalu melihat dari masa lalu atau
pun merujuk pada motif yang sudah ada.
Inspirasi ini bahkan bisa
datang dari budaya luar, atau kehidupan para pemuda jaman sekarang.
Motif kontemporer cenderung
memiliki warna-warna yang berani, atau desain yang tidak seperti batik pada
umumnya. Sehingga pada penerapannya, batik jenis ini bisa digunakan untuk
kegiatan-kegiatan yang non-formal. Bahkan, jenis motif batik kontemporer dapat
dianggap aneh jika digunakan untuk menghadiri acara formal.
Pada batik modern motif maupun
pewarnaan tidak tergantung pada pola-pola dan pewarnaan tertentu seperti pada
batik klasik, namun dress designnya bisa berupa apa saja dan warna yang
beraneka macam. Batik modern juga menggunakan bahan-bahan dan proses pewarnaan
yang mengikuti perkembangan dari bahan-bahan pewarnanya.
Terkadang pada beberapa area
design kaos, canting tidak dipergunakan namun dengan menggunakan kuas dan untuk
pewarnaan kadang diterapkan langsung dengan menggunakan kapas atau kain. Dengan
kata lain, proses pembuatan batik modern hampir seperti batik klasik namun
desain baju batik modern dan pewarnaan baju batik modern terserah pada citarasa
seni pembuat design kaos dan tergantung bahan-bahan pewarnanya.
Bahkan dengan berkembangnya
bahan dasar kain dan bahan kain berwarna, batik modern menjadi semakin
bervariasi, seperti misalnya batik pada bahan katun lurik Jogja, bahan kain
poplin, bahan piyama, bahan wool, dsb.
Supaya Anda lebih familiar
ketika bertemu dengan orang yang menggunakan batik dengan ragam motifnya.
Silahkan simak penjabarannya di bawah ini.
Batik Sido Luhur
Sido dalam bahasa Jawa artinya
“telah terlaksana” atau “jadi”. Sehingga arti kasarnya adalah menjadi luhur.
Ini mencerminkan sebuah harapan bahwa pemakainya dapat mencapai kehidupan yang
luhur, terhormat dan bermartabat. Serta selalu sehat secara jasmani dan Rohani.
Motif batik ini sering
digunakan pada acara pernikahan. Makna filosofis di dalamnya adalah kemakmuran,
serta harapan agar seseorang dapat mencapai kebahagian lahir dan batin.
Batik Sido Mulyo
Sido Mulyo adalah batik yang
memberikan sebuah harapan agar seseorang mencapai kemuliaan. Karena artinya
adalah menjadi mulia.
Namun dibalik itu, batik ini
sebenarnya dimaksudkan agar seseorang mencapai harapan akan kemakmuran serta
perlindungan. Batik ini juga sering digunakan dalam banyak prosesi pernikahan,
dengan harapan kelak keluarga baru ini akan menjadi keluarga yang sukses dan
mendapatkan kemuliaan.
Batik Cuwiri
Batik ini sering digunakan
untuk memperingati usia bayi dalam kandungan yang sudah mencapai 7 bulan
(Mitoni).
Cuwiri itu artinya kecil-kecil.
Filosofi di dalamnya adalah harapan agar sejak kecil seseorang sudah memiliki
nilai-nilai kebaikan, sehingga dihormati oleh masyarakat.
Batik Kawung
Motif batik kawung merupakan
batik yang berasal dari Jawa Tengah dan Solo. Motif batik kawung ini memliki
pola bulatan mirip buah Kawung yaitu sejenis kelapa atau lebih dikenal dengan
buah kolang-kaling.
Ada juga yang berpendapat bahwa
batik ini terinspirasi dari binatang Kwangwung atau yang biasa disebut dengan
kumbang tanduk.
Makna batik ini adalah sebuah
penggambaran hati yang bersih. Bahwa itikad dari hati yang bersih itu merupakan
sebuah ketetapan hati yang tidak perlu diketahui oleh orang lain.
Makna yang berasal dari
filosofi buah Kawung, yang memiliki buah berwarna putih bening didalamnya.
Motif dari batik kawung ini
adalah berpola buatan mirip buah kawung. Kawung adalah sejenis kelapa atau
kadang-kadang sebagai buah kolang-kaling. Motif kawung ini diurut secara
geometris. Kadang-kadang motif kawung ini digambarkan juga sebagai bunga lotus.
Makna dari bunga lotus itu sendiri adalah melambangkan umur panjang dan juga
kesucian. Lotus sendiri merupakan sebuah tumbuhan yang memiliki 4 buah daun
bunga yang merekah.
Batik kawung diklasifikasikan
lagi secara lebih spesifik dengan memperhatikan motif dan juga pola. Kawung Picis adalah motif kawung yang
tersusun oleh bentuk bulatan yang kecil. Picis adalah mata uang yang bentuknya
kecil. Sedangkan Kawung Bribil adalah motif-motif kawung yang tersusun oleh
bentuk yang lebih besar daripada kawung Picis. Hal ini sesuai dengan nama
bribil, mata uang yang bentuknya lebih besar daripada picis. Sedangkan kawung
yang bentuknya bulat-lonjong lebih besar daripada Kawung Bribil disebut Kawung
Sen.
Pada zaman dulu, motif batik
kawung hanya dikenakan oleh kalangan kerajaan saja. Seorang pejabat kerajaan
yang mengenakan baju bermotif batik kawung, mencerminkan kepribadian sebagai
seorang pemimpin yang dapat mengendalikan hawa nafsu dan menjaga hati nurani. Dengan
begitu, akan tercipta keseimbangan dalam perilaku kehidupan seorang manusia.
Batik Tambal
Konon batik ini dapat
memberikan kesembuhan bagi orang yang sedang sakit. Filosofi batik ini adalah
harapan agar seseorang yang sedang sakit segera sehat, dan kerusakan pada
dirinya dapat segera diperbaiki.
Maknanya juga berarti seseorang
yang selalu memperbaiki diri sendiri dan menjadi pribadi yang lebih baik lahir
dan batin.
Batik Truntum
Batik ini juga merupakan sebuah
batik yang sering digunakan pada acara pernikahan. Namun batik ini tidak
digunakan oleh mempelai, melainkan dipakai oleh orang tua kedua calon
pengantin.
Karena truntum sendiri artinya
adalah menuntun. Sehingga diharapkan orang tua kedua calon pengantin dapat
memberikan tuntunan yang baik kepada kedua mempelai dalam menjalani lembaran
hidup baru keluarganya.
Batik truntum berawal dari
buatan Permaisuri Sunan Paku Buwono III dari Surakarta Hadiningrat, yaitu
Kanjeng Ratu Kencana atau biasa disebut Ratu Beruk yang mempunyai makna cinta
yang tumbuh kembali.
Sejarah batik truntum berawal
dari Ratu Beruk yang tidak mampu memberikan keturunan kepada Sang Raja sehingga
membuat beliau berniat untuk menikah lagi.
Jika diperhatikan dengan
seksama, pada batik truntum terdapat tatanan yang tampak seperti jajaran
bintang yang gemerlap malam hari. Hal ini melambangkan bintang yang selalu
menemani Sang Ratu ketika tengah bersedih di tengah kesendiriannya.
Batik Parang
Parang itu berasal dari kata
pereng, yang berarti lereng. Pereng menggambarkan garis menurun dari tinggi ke
rendah secara diagonal.
Batik ini memiliki pola seperti
huruf S yang berkesinambungan. Motif ini terinspirasi dari karang yang kokoh
diterpa ombak, melambangkan semangat yang tidak pernah padam. Motif ini juga
melambangkan kekuasaan.
Motif batik asli Indonesia yang
satu ini sudah ada sejak zaman keraton Mataram Kartasura (Solo). Batik Parang
diciptakan oleh pendiri Keraton Mataram, sehingga tidak jarang menjadi pedoman
utama dalam menentukan derajat kebangsawanan seseorang kala itu dan hanya boleh
dikenakan raja serta keturunannya.
Pada jaman dahulu, motif batik
Parang tidak boleh digunakan oleh sembarang orang. Hanya para anggota kerajaan
dan kerabat yang boleh memakainya. Besar dan kecilnya motif parang menandakan
kedudukan sosial pemakainya di dalam lingkungan kerajaan.
Kalau Anda lihat, pada batik
parang milik Sir Thomas Stamford Raffles memiliki motif Parang dengan ukuran
besar-besar.
Batik Parang terkenal juga
sebagai Batik Keraton yang merupakan asal muasal dari segala batik yang sekarang
beredar di Indonesia. Motif dari batik keraton ini memiliki makna filosofi
hidup. Corak Batik keraton merupakan sebuah corak batik yang sangat khas dan
terhormat, karena pada zaman dahulu motif batik keraton dibuat oleh putri
keraton beserta para pembatik-pembatik ahli di lingkungan keraton. Corak-corak
yang ada pada batik keraton ini, bisa dibilang “teralarang” untuk digunakan
ataupun dibuat pada batik biasa.
Motif-motif tersebut semisal; Batik Parang Barong, Batik Parang Rusak,
dan termasuk juga Batik Udan Liris.
Terdapat beberapa macam jenis
batik Parang. Antara lain; Parang Rusak, Parang Barong, Parang Kusumo dan
lain-lain. Tergantung dari daerah asalnya.
Batik Parang banyak dijumpai di
daerah Solo serta Yogyakarta. Parang Rusak yang merupakan ciri khas motif
daerah Yogyakarta awalnya bermula saat keluarga kerajaan mengenakannya di acara
kenegaraan. Parang Rusak, memiliki arti suatu pertarungan dalam diri manusia
untuk melawan kejahatannya melalui pengendalian diri pada hasrat untuk menjadi
orang yang bijaksana dan memiliki akhlak mulia.
Batik Grompol
Grompol dalam bahasa Jawa bisa
bermaksud berkumpul atau menjadi satu. Seperti Gerombol. Filosofi dibalik motif
batik ini adalah harapan orang tua terhadap anaknya, dimana semua hal yang baik
dapat berkumpul. Seperti kebahagiaan, rejeki, kerukunan dan ketentraman.
Apabila digunakan pada sebuah
pernikahan, maka batik Grompol ini melambangkan harapan supaya keluarga yang
baru terbentuk dapat selalu terus bersama dan bersatu. Selalu mengingat
keluarga asal mereka kemanapun mereka pergi.
Batik Lasem
Batik memang terkenal memiliki
kerumitan yang cukup tinggi, tidak heran jika seringkali diburu para kolektor
dan kalangan kelas menengah ke atas. Motif Batik Lasem identik dengan perpaduan
antara Buadaya Cina dan Jawa.
Batik ini sering disebut-sebut
sebagai batik encim. Di daerah Lasem banyak sekali penduduk orang Tionghoa.
Lasem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Tempat ini
berbatasan dengan Laut Jawa Utara.
Lasem dikenal dengan sebutan
“Tiongkok kecil” karena merupakan sebuah kota awal pendaratan orang Tionghoa di
tanah Jawa.
Batik Lasem atau yang kerap
juga disebut sebagai Lokcan ini memiliki ciri ornamen utamanya adalah burung
phoenix. Meski ada beberapa yang dimodifikasi dengan motif burung kecil seperti
halnya walet, juga sriti. Motif ini selanjutnya digabungkan dengan pattern
flora dan fauna. Selain memiliki nilai artistik yang tinggi, Batik Lasem juga
mempunyai makna filosofis yang kental. Burung Phoenix ini dilambangkan sebagai
kebajikan, prestasi, dan juga keabadian.
Konon, warna merah pada batik
Lasem tidak dapat ditiru oleh pengrajin batik dari daerah lain. Karena disana
menggunakan olahan kulit mengkudu yang dicampur dengan kayu untuk menghasilkan
warna merahnya.
Batik lasem, sangat erat
kaitannya dengan kedatangan Laksamana Cheng Ho tahun 1413. Babad Lasem Karangan
Mpu Santri Badra tahun 1401 saka ( 1479 M). Anak buah kapal Dhang Puhawang
Tzeng Ho dari Negara Tiong Hwa, Bi Nang Un dan istrinya Na Li Ni memilih
menetap usai melihat keindahan alam Jawa. Di tempat inilah, Na Li Ni sudah
mulai membatik motif burung hong, bunga seruni, mata uang, dan juga warna merah
darah ayam khas Tiong Hwa yang menjadi ciri khas unik dari Batik Lasem.
Dulu, batik Lasem hanya
digunakan oleh wanita keturunan Tionghoa yang sudah berusia lanjut. Pengaruh
bangsa Cina sangat kental terasa pada batik Lasem, dari warna merah, sampai
gambar Naga, Phoenix dan huruf-huruf Cina, yang menambah keindahan batik Lasem.
Batik Cirebon
Ciri khas batik dari Cirebon
adalah motif Megamendung, atau bisa juga disebut awan-awanan. Motif megamendung
memiliki ciri khas yang tidah bisa ditemui pada daerah penghasil batik lainnya.
Motif megamendung juga merupakan wujud karya yang amat luhur dan penuh dengan
makna, sehingga penggunaan motif megamendung perlu dijaga dengan baik dan juga
ditempatkan sebagaimana mestinya.
Motif batik megamendung ini
merupakan motif batik yang telah terkenal di kancah mancanegara. Bahkan motif
megamendung ini adalah motif pertama dan satu-satunya di dunia. Oleh karena
itu, Departemen Kebudayaan dan Kepariwisataan RI akan mendaftarkan corak batik
megamendung ini ke UNESCO sebagai salah satu world heritage.
Motif megamendung ini pada
awalnya diharuskan untuk selalu berwarna biru yang diselingi dengan warna merah
untuk menggambarkan sisi kemaskulinan dan suasana yang dinamis. Sisi
kemaskulinan dari batik ini harus ditonjolkan karena adanya campur tangan
laki-laki dalam membuatnya. Kaum laki-laki anggota tarekat adalah yang pertama
kali merintis tradisi ini. Warna biru dan merah juga menggambarkan keadaan
masyarakat pesisir yang terbuka, lugas, dan juga egaliter.
Arti lain dari warna biru
sendiri digambarkan sebagai warna langit yang berarti luas, bersahabat, dan
juga tenang. Warna biru ini juga digambarkan sebagai pembawa hujan yang telah
dinanti-nantikan sebagai pembawa kesuburan dan yang memberi kehidupan. Warna
biru yang digunakan dalam batik ini beragam mulai dari biru muda hingga biru
tua. Arti dari biru muda adalah cerahnya kehidupan, sedangkan biru tua
menggambarkan awan gelap mengandung air hujan dan akan memberi kehidupan.
Motif Megamendung adalah hasil
akulturasi budaya Tiongkok yang dikembangkan seniman batik Cirebon sesuai
dengan selera masyarakat Cirebon yang mayoritas beragama Islam.
Batik Cirebon mulai berkembang
ketika pelabuhan Muara Jati menjadi tempat persinggahan para pedagang yang
berasal dari Tiongkok, Arab, Persia dan India. Pernikahan antara Sunan Gunung
Jati dengan putri Ong Tien merupakan peristiwa yang mengawali akulturasi budaya
Tiongkok dan budaya Jawa Keraton.
Pada jaman dahulu, motif
megamendung ini hanya digunakan oleh anggota Keraton saja. Namun, sekarang para
karyawan sampai anak sekolahpun boleh memakainya.
Saat ini motif megamendung
telah mengalami berbagai perkembangan dan modifikasi sesuai dengan permintaan
konsumen. Motif megamendung ini dapat dipadupadankan dengan motif yang
lucu-lucu seperti kapal, hewan, tumbuhan, dan lain-lain. Selain itu, sekarang
warna dari batik megamendung ini tidak selalu biru dan merah. Warna batik
megamendung ini telah berkembang menjadi warna kuning, hijau, coklat, dan
lain-lain.
Motif batik dari daerah Cirebon
yang lainnya adalah motif batik naga silam. Sama dengan megamendung, motif naga
silam juga mendapatkan pengaruh dari kebudayaan Tiongkok. Batik naga memiliki
perbedaan dengan batik lain, yakni mendapatkan pengaruh dari kebudayaan India
yang bermakna peperangan yakni antara kebaikan melawan kejahatan.
Cirebon juga memiliki motf
batik Trusmi, batik yang satu ini mulai ada sejak abad ke 14, dan dianggap
sebagai motif batik yang cukup tua. Kala itu di suatu daerah di Kota Cirebon
tumbuh banyak tanaman, lalu para warga menebang tanaman tersebut tetapi secara
seketika kemudian tumbuh kembali. Asal mulanya tanah itulah kemudian dinamakan
Desa Trusmi yang berasal dari kata terus bersemi.
Di desa Trusmi ada banyak
perajin yang mampu membuat dan memproduksi batik, bahkan bisa disebut sebagai
praktisi hebat di bidangnya.
Batik Belanda dan Eropa
Pada era kolonialisme, Belanda
memiliki pengaruh yang kuat pada motif batik pesisir. Contohnya adalah motif
batik Little Red Riding Hood, motif batik ini menggambarkan cerita folklor dari
Perancis, dan pada masa itu disukai oleh para penajajah Belanda. Batik ini
populer pada tahun 1840 – 1940 di Indonesia.
Orang Eropa juga menyukai
batik. Sir Thomas Stamford Raffles yang berasal dari Inggris sangat tertarik
dengan budaya batik sampai ia mengirimkan banyak sekali kain batik ke Inggris
untuk dibuat secara massal.
Namun istilah batik Belanda
sendiri terlahir karena seorang wanita yang bernama Carolina Josephina
Franqemont, seorang perempuan keturunan Indonesia dan Belanda. Desain khasnya
yang disukai oleh masyarakat Eropa umumnya bermotif karangan bunga dan dongeng
Eropa.
Batik Pekalongan
Pekalongan juga memiliki
sejarah tentang batik. Menurut para pakar sejarah, batik di Pekalongan sudah
ada sejak tahun 1800, meskipun tidak ada data yang pasti. Bahkan ada data yang
mengatakan bahwa motif batik sudah ada pada tahun 1802. Data ini didapat dari
catatan Deperindag.
Sejarah Batik Pekalongan
diperkirakan juga mulai menyebar luas setelah perang besar pada tahun
1825-1830. Perang tersebut terjadi di kerajaan Mataram, yang sering disebut
dengan Perang Diponegoro atau Perang Jawa.
Akibat adanya perang ini
mengharuskan keluarga keraton untuk meninggalkan kerajaan beserta para
pengikutnya. Keluarga keraton pergi dan menyebar ke arah timur dan barat. Dari
sanalah mereka mengembangkan batik tersebut.
Pada wilayah timur, bertempat
di daerah Solo dan Yogyakarta para keluarga kerajaan dan pengikutnya mengembangkan
batik dan menyempurnakan batik yang telah ada di Mojokerto dan Tulungagung.
Dari situ batik menyebar hingga ke daerah Gresik, Surabaya dan Madura.
Sedangkan di wilayah barat,
batik berkembang luas di daerah Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan
Pekalongan. Karena kerajaan dan pengikutnya yang bermigrasi ke berbagai daerah
ini yang membuat batik Pekalongan yang sudah ada sebelumnya semakin berkembang.
Batik Pekalongan berkembang lebih
pesat dari pada batik daerah lain. Di daerah Pekalongan juga batik berkembang
sampai ke daerah pesisir pantai. Seperti Pekalongan kota, daerah Buaran,
Pekajangan serta Wonopringgo.
Tidak sampai disitu, Batik
Pekalongan juga semakin berkembang luas karena adanya perjumpaan masyarakat
dengan daerah asing. Seperti dengan bangsa Cina, Belanda, Arab. India, Melayu
dan Jepang. Dari situ Batik Pekalongan mulai terjadi perubahan dari segi motif serta
warna seni batik. Beberapa jenis motif batik yang terjadi karena pengaruh dari
berbagai negara tersebut, dikenal sebagai identitas Batik Pekalongan.
Batik pekalongan merupakan
batik yang sangat kaya akan warna. Pekalongan memiliki museum batik sendiri.
Banyak sekali pengrajin batik yang bermukim di kota Pekalongan, hingga ke
pinggiran kota. Bahkan, setiap kampung di Pekalongan memiliki ciri khasnya
sendiri yang berbeda dengan kampung lain. Padahal sama-sama Pekalongan. Batik
Pekalongan ini merupakan salah satu jenis batik dengan kualitas terbaik. Desain
batik Pekalongan terpengaruhi oleh beberapa kultur dan bangsa seiring dengan sejarah
Indonesia, dari Tiongkok, Belanda dan Jepang. Hal ini membuat batik Pekalongan
sangat istimewa dan selalu berkembang sesuai jaman.
Motif batik yang berasal dari
negara luar adalah Batik Jlamprang. Adanya batik ini kerena terpengatuh dari
Negara India dan Arab. Ada lagi Batik Encim dan Klengenan, motif batik ini
dipengaruhi oleh peranakan Cina. Sedangkan, batik motif pagi sore karena adanya
pengaruh dari bangsa Belanda dan Batik Hokaki, adanya disebabkan oleh pendudukan
Jepang.
Batik motif Jlamprang merupakan
salah satu batik yang cukup populer, motif batik ini diproduksi di daerah
Krapyak Pekalongan. Batik ini juga merupakan pengembangan dari motif kain
Potola asli India yang berbentuk geometris, kadang berbentuk bintang atau mata
angin dan memanfaatkan ranting dengan ujung berbentuk segi empat. Warna yang
umum digunakan adalah merah dan biru indigo. Pada saat pedagang dari Gujarat
(India) datang di pantai utara Pulau Jawa, mereka berbondong-bondong membawa
kain tenun dan bahan sutra khas Gujarat dalam barang dagangannya.
Batik Hokokai merupakan batik
yang sangat indah gambar dan motifnya. Terdiri dari bunga-bunga dan kupu-kupu.
Sedangkan kainnya apabila dibentangkan, akan terbagi menjadi dua, yaitu motif
pagi dan sore. Batik ini mengikuti selera penjajah Jepang pada saat itu. Dimana
para pengrajin dipaksa membuat batik sesuai selera orang Jepang tanpa dibayar.
Karena banyaknya perampasan pada jaman itu, harga kain Mori untuk membuat batik
menjadi sangat mahal. Sehingga dibuatlah sistem pagi dan sore, yang mana dalam
sehari seorang perempuan bisa menggunakan sehelai kain saja. Tidak perlu
ganti-ganti. Karena bagian atas kain gambarnya lebih terang sehingga bisa
digunakan pagi hari, dan saat kain dibalik, motifnya cenderung lebih gelap
sehingga bisa digunakan malam hari. Sehingga lebih menghemat pengeluaran.
Motif batik Pekalongan yang
terkenal lainnya yaitu batik tujuh rupa. Batik ini memiliki ciri khas dengan
nuansa yang sangat kental dengan kekayaan alam. Motif-motif pada batik tujuh
rupa diambil dari berbagai campuran kebudayaan lokal dan etnis cina. Hal ini
dikarenakan pekalongan dulunya merupakan tempat transit para pedagang dari
banyak negara. Sehingga akulturasi budaya itulah yang membuat batik pekalongan
sangat khas, khususnya motif jlamprang, motif buketan, motif terang bulan,
motif semen, motif pisan bali dan motif lung-lungan.
Berkembangnya Batik Pekalongan
juga terlihat dari teknik membatiknya. Seperti teknik cetak motif tutup celup
dengan menggunakan lilin atau sering disebut malam, di atas kain. Hal ini
dipengaruhi karena negara lain yang masuk di wilayah Pekalongan.
Batik Pekalongan memiliki ciri khas
yang kuat karena ditopang banyak pedagang kecil. Bukan hanya pengusaha yang
bermodal besar saja yang bisa memproduksi batik Pekalongan, pengusaha kecil
juga membuat dan melestarikan Batik Pekalongan tersebut.
Setelah puluhan tahun dari masa
lampau, Batik Pekalongan sebagian besar mulai dibuat dan dikerjakan di
rumah-rumah sendiri. Atau istilahnya home made. Dan, hal ini masih berlaku sampai
sekarang. Batik Pekalongan memang sangat kental dengan kehidupan masyarakat
Perkalongan sendiri. Yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yaitu
Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.
Dari seluruh unsur sejarah yang
dijalani oleh batik pekalongan tersebut, kita bisa melihat dan menjadikan bahwa
batik pekalongan layak untuk dijadikan sebagai sarana berkembangnya Batik
Nusantara. Budaya batik yang tidak pernah menyerah dari badai bergantinya zaman
dan berputarnya waktu, membuat batik tidak hilang. Sifat batik yang fleksible
juga yang membuat batik bisa bertahan sampai saat ini. Dan, Sekarang batik
sudah menjadi produk unggulan warga pekalongan. Kehidupan masyarakat yang tidak
pernah lepas dari membuat batik. Hal ini juga terjadi karena banyaknya industri
yang berdiri di daerah Pekalongan, yang memproduksi batik setiap hari.
Karena terkenal dengan produk
batiknya, kota Pekalongan di juluki sebagai Kota Batik. Julukan itu didapat
dari tradisi masa lampau yang ada di Pekalongan. Batik merupakan karya seni
budaya yang dikagumi di dunia. Dari batik-batik yang ada, masih tetap saja
tidak ada yang bisa menandingi keindahan dari Batik Pekalongan.
Kampung Batik Semarang
Sejarah Kampung Batik Semarang,
mengalami masa pasang surut. Pada masa kolonialisme, kampung Batik Semarang mengalami
kejayaan hingga tahun 1942.
Dan, ketika memasuki masa kolonialisme
Jepang, Kampung Batik Semarang mengalami kebakaran hebat yang menghabiskan seluruh
lokasi. Sejak peristiwa ini, Kampung Batik Semarang seorah tidak ada lagi. Hingga
tahun 1990, masyarakat sekitar berusaha untuk membangkitkannya kembali.
Batik Madura
Di Madura, para pengrajin batik
ini dikumpulkan di suatu wilayah yang disebut dengan Pamekasan. Di kawasan
Pamekasan ini, para pengrajin batik membuat dan menjual langsung produk batiknya.
Masyarakat Madura memiliki
batik khas daerah mereka sendiri. Batik Madura, yang banyak diminati dan juga
poluler di kalangan konsumen lokal serta internasional.
Bentuknya sangat khas dan motif
batik tulis Madura ini memiliki keunikan tersendiri untuk konsumen. Batik ini,
mengusung motif yang unik dan bebas.
Batik madura merupakan batik
yang dibuat di unit-unit rumah tertentu. Dalam produksi batik madura ini, tetap
mempertahankan sistem pembuatan secara tradisional. Batik madura ini terkenal
akan coraknya yang bebas dan warna yang berani seperti warna merah, kuning, dan
hijau muda.
Batik Bali
Pada masa sekarang ini, motif
batik Bali cenderung dapat menyesuaikan dengan batik modern pada umumnya. Motif
yang terdapat pada batik modern merupakan ekspresi dari beberapa benda alam. Misalnya
pohon, bunga, kupu-kupu tanpa mengurangi pengaruh batik tersebut dalam proses
festival atau upacaara keagamaan.
Bali juga memiliki beragam desain,
corak asli, dan motif. Banyak desain batik khas Bali yang dipadukan dengan motif
batik dari beragam wilayah di Tanah Air dan juga pengaruh dari motif China.
Batik Banten
Batik Banten mempunyai ciri
khas pada pola hias gerabah klasik dan juga keramik lokal klasik dari peninggalan
Kerajaan Banten.
Motif batik Banten memiliki
banyak cerita tentang sejarah Banten yang mengandung filosofi yang diambil dari
nama tempat, gelar, dan ruang dari situs kerajaan Banten. Motif batik ini
mengambil nama tempat Pasepen, Srimangati, Surosowan, Pajantren, dan Datulava.
Batik Kalimantan
Batik Kalimantan memiliki motif
kembang Tanjung yang merupakan bentuk ceplok yang mengambil keindahan alam
sekitar.
Kembang tanjung memiliki bentuk
kecil, berwarna krem, serta memiliki aroma wangi yang lembut. Konon, saat masa
lampau kembang tanjung banyak terdapat di area keraton Yogyakarta sehingga
membuat para pembatik membuat motif kembang tanjung.
Batik Jambi
Motif batik batanghari ini,
mempunyai sejarah yang merupakan nama sungai terpanjang di Jambi.
Batanghari menjadi ikon yang penuh
dengan nilai histori dan penunjang perekonomian sejak zaman dulu, sehingga,
dapat menginspirasi masyarakat Jambi untuk membuat motif batik batangmatahari.
Batik Papua
Sesuai dengan namanya, motif
ini memiliki pola hias utama yaitu burung Cendrawasih.
Seperti kita tahu, burung
Cendrawasih merupakan burung yang juga menjadi lambang sebuah keindahan. Beberapa
suku di daerah sekitar bahkan menganggap burung ini sakral.
Pola burung Cendrawasih dalam
kain biasanya dipadukan dengan gambar tumbuhan dan bunga-bunga cantik khas
daerah sekitar. Motif ini pun banyak digemari oleh kaum wanita karena mampu
memberikan kesan anggun dan menawan.
Batik Betawi
Motif batik Betawi, lebih fokus
pada kesenian budayanya yang dipengaruhi oleh kebudayaan dari berbagai negara
seperti India, Cina, dan Arab.
Terdapat banyak ragam corak
yang diterapkan pada batik khas Batavia ini. Mulai dari motif ondel-ondel
maupun motif yang menggambarkan figur boneka khas Jakarta.
Boneka ondel-ondel, dipercaya
sebagai penolak bala. Maksudnya, bisa menjauhi Anda dari sikap buruk. Maka tidak
heran, jika batik motif ini lebih sering dikenakan dalam upacara adat Betawi.
Batik Dayak
Penting Anda ketahui, jika
motif batik dayak sering kali digunakan dalam kegiatan seni suku Dayak. Motif
ini, juga termasuk ciri-ciri dari pembela kesenian lainnya yang ada di
Indonesia.
Motif burung enggan juga
dikombinasikan dengan motif naga atau akar-akaran. Selain itu, burung enggan
dan juga naga adalah simbol penguasa alam.
Batik Riau
Di Kepulauan Riau, tercipta
batik dengan motif ikan tamban. Nama latinnya, Hilsa Keele yang merupakan ikan
terkenal di Kepulauan Riau khususnya di kawasan kabupaten Lingga dan
sekitarnya.
Filosofi ikan ini merupakan
kebersamaan dan juga kesederhanaan dalam hidup bermasyarakat yang tidak
mengenal kelas sosial.
Batik Tasikmalaya
Batik menjadi salah satu budaya
yang sudah ada sejak satu abad lamanya dalam kehidupan masyarakat Tasikmalaya.
Para leluhur Tasikmalaya, telah
berhasil memberikan warisan sebuah tradisi batik indah pada masyarakat saat
ini.
Warna yang indah pada kain
batik ini, didapatkan dengan merendam kain terlebih dahulu. Sebelum diproses,
batik melalui proses perendaman dan juga dibilas selama lima belas kali saat
mencampurnya. Di dalamnya, terdiri dari air bersih, minyak tanah, dan juga
merang.
Batik Banyuwangi
Kankung setingkes motif batik dengan
gambar berupa sayuran kangkung yang diikat pada sebuah ali.
Memiliki makna yang sangat
penting, yakni sebuah kerukunan dalam kehidupan berumah tangga.
Tumbuhan kankung merupakan
inspirasi dari motif batik kankung setingkes ini, karena tumbuhan kankung
banyak tumbuh di sekelilingin kita dan banyak digemari oleh masyarakat sekitar.
Karena tidak hanya murah, rasanya juga sangat enak dan baik untuk kesehatan.
Batik Banyumas
Motif batik banyuman cukup
beragam. Sejarah motif batik ini, terinspirasi dari flora yang ada di Banyumas.
Lukisan pada kain, lebih berupa
sulur-sulur tumbuhan. Sesuai dengan kondisi Banyumas dahulu yang merupakan
hutan lebat,
Mengenai warna, batik Banyumas
cenderung mempunyai warna yang gelap dan juga pekat.
Batik Jepara
Parang Poro yakni singkatan
dari Parang Jeporo yang berarti Parang Jepara.
Adapun makna yang tersirat pada
motif batik ini, menegaskan jika manusia harus selalu hidup berdampingan karena
manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan.
Batik Bojonegoro
Batik Bojonegoro motif Parang
Dahono Munggal, merupakan salah satu objek wisata andalan Kabupaten Bojonegoro.
Kayangan api merupakan sumber
abadi terbesar di Asia Tenggara, bahkan pernah menjadi tempat pengambilan api
PON XV tahun 2000.
Parang artinya miring, dahana
maksudnya api, dan munggal berarti menyala atau berkobar sepanjang waktu.
Batik Sekar Jagad
Sebenarnya motif sekar jagad
berasal dari daerah Jogjakarta dan Solo, yang mana memiliki latar belakang kain
berwarna putih melambangkan hamparan peta dunia.
Secara harfiah, kata kar dalam
bahasa Belanda artinya ialah peta, sementara kata jagad berakar dari bahasa
Jawa yang artinya dunia.
Keseluruhan dari makna tersirat
pada corak sekar jagad ialah keanekaragaman, entah itu yang terdapat di
Indonesia maupun seluruh dunia. Keanekaragaman tersebut berwujudkan motif
bercorak geometris berulang dengan teknik ceplok atau dipasangkan secara
bersisian.
Batik Sulawesi
Di Pulau Sulawesi, salah satu
cikal bakal batik dapat ditelusuri dari Kain Sarita dari Tanah Toraja di
Sulawesi Selatan. Kain ini memakai bubur ketan dan lilin lebah sebagai perintang
warna.
Adapun kain Sarita dari Toraja,
Sulawesi Selatan, memakai teknik menahan warna yang tidak hanya menggunakan
bubur ketan tapi juga menggunakan bahan dari lilin lebah.
Sarita pertama kali dikerjakan
di wilayah pegunungan yang terisolasi sehingga sejak lama ada dugaan, Indonesia
memiliki cikal bakal batik dari dalam wilayahnya sendiri.
Batik Indramayu
Pembuatan batik klasik
Indramayu diperkirakan telah dimulai pada masa kerajaan Demak yaitu tahun 1527,
sebab banyak pengrajin dari Lasem yang hijrah ke Indramayu.
Tidak heran bila ada yang
hampir serupa motifnya pada batik Indramayu dengan motif Lasem yang telah
dipengaruhi oleh motif Tiongkok.
Meski demikian, batik dari Jawa
Tengah satu ini masuk ke Indramayu melalui perantara para pedagang yang bolak
balik antara wilayah Jepara dan Banten.
Batik Kudus
Di era tahun 1935, batik Kudus
sudah mulai ada kemudian semakin berkembang pesat pada era 1970-an.
Ragam corak dan motif batik
Kudus cukup banyak karena pada masa tersebut pengrajin batik Kudus ada yang
merupakan etnis keturunan Cina serta pengrajin penduduk asli atau pribumi.
Namun tetap pada khasnya, corak
batik Kudus condong ke batik pesisiran yang punya kemiripan dengan batik
Pekalongan maupun Lasem karena secara geografis daerah-daerah ini berdekatan.
Batik Malang
Merujuk pada berbagai macam
kegiatan upacara tradisional pada abad ke-19, akan banyak ditemui para pria dan
wanita menggunakan medhang koro (hiasan kepala; udeng atau sewek) dengan Motif
Batik Malang.
Bila dicermati bersama, kemungkinan
kegiatan membatik ini adalah budaya yang ditularkan oleh Kerajaan Mataram Kuno
saat menguasai Kerajaan Singosari pada tahun 1222 M. Motif batik Malang
didominasi oleh gambar candi, tugu, dan sulur-sulur bunga.
Batik Aceh
Sebenarnya wilayah Aceh tidak
memiliki tradisi membatik seperti masyarakat Jawa pada umumnya, tetapi di bumi
Serambi Mekkah ini juga terdapat produk kerajinan batik. Kemungkinan besar hal
ini dibawa oleh para pendatang dari pulau Jawa sebelumnya di masa kerajaan abad
ke-19.
Motif Batik Aceh tampak unik
dan khas karena menggunakan unsur alam dan budaya Aceh dalam paduan warnanya. Beberapa
warna yang digunakan pada Batik Aceh lebih dominan pada warna-warna cerah
seperti merah, hijau, kuning, merah muda, dan sebagainya.
Batik Kediri
Batik ini mulai populer sekitar
tahun 1980, setelah menggali dari sisi sejarah Kediri, peninggalan arkeologis,
serta perkembangan masyarakatnya.
Pada saat itu pula lahir Busana
Kediren, berupa Batik Bolleches dengan nama Garuda Muka. Jenis batik ini sangat
digemari karena motifnya yang elegan serta dirasa cocok dengan kepribadian
warga Kediri yang lembut dan ramah.
Adapun motif batik asli
Kabupaten Kediri akan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Batik Toraja
Sebelum kedatangan para
pedagang Gujarat dan India, ternyata Suku Toraja telah lebih dahulu memiliki
motif batik tetapi untuk ukiran pada kayu.
Mengutip Heringa (1996), konon batik
mulai diperkenalkan oleh orang India, yakni saat Raja Lembu Amiluhur menikahkan
putranya dengan putri asal Negeri India, sekitar tahun 700.
Disebutkan pula bahwa batik
dalam wujud yang lebih primitif justru telah dimiliki oleh orang Toraja (Tana
Toraja, Sulawesi Selatan). Motif khas batik Toraja diambil dari unsur alam
seperti hewan, sementara warna khasnya adalah hitam, merah, putih, dan kuning.
Batik Kalimantan Timur
Motif batik Kalimantan Timur
asal mulanya dari suku Dayak yang sudah mendiami Kalimantan sejak dahulu. Misalnya
motif batang garing yang menjadi simbol pohon kehidupan bagi suku Dayak,
ataupun motif mandau yang berasal dari senjata khas suku Dayak.
Secara umum batik Kalimantan
memiliki ragam warna yang lebih mencolok dan berani. Selain itu, perpaduan
warna yang dipakai menggunakan warna pastel seperti hijau, merah muda, jingga,
maupun warna merah yang menjadi salah satu ciri khas kombinasi.
Batik Lampung
Batik di Kota Lampung muncul
karena gagasan salah satu penduduk Jawa yang lama menetap di wilayah lampung
yaitu Gatot Kartiko dengan ide kreatifnya.
Ada pengembangan corak atau
motif batik dari kain tenun tradisional Lampung yaitu kain tapis dan siger.
Kemudian Batik Lampung
berkembang cukup pesat saat mulai dikenakan oleh Mantan Gubernur Lampung Bapak
Sjachroedin Z.P. tahun 1970an. Makna dan filosofi batik Lampung lebih condong
pada kekayaan motif batik yang menunjukkan identitas Kota Lampung.
Batik Sumatra
Persebaran batik di tanah
Sumatera sebenarnya sudah terjadi berabad-abad silam, sehingga memang beberapa
coraknya erat terkait dengan kerajaan yang berkuasa ketika corak tersebut
lahir. Misalnya batik di tanah Aceh yang sudah lama ada berkat kegiatan
perdagangan yang membawa batik Jawa Tengah sebagai komoditas pada abad ke-17.
Sementara di Medan, Sumatera
Utara, motif yang berkembang cenderung mewakili ciri etnik yaitu serupa dengan
ulos. Sedangkan di Riau, batik memiliki motif yang berbeda lagi, karena
terkenal dengan batik cap yang disebut batik Tabir. Memang sejak 2014 lalu,
kerajinan batik Riau digalakkan kembali dengan menggunakan canting serta
menambahkan motif-motif baru yang bercorak Melayu.
Batik Garut
Pada tahun 1945, Batik Garut
semakin populer dengan sebutan Batik Tulis Garutan. Kemudian batik ini
mengalami masa kejayaan antara tahun 1967 – 1985. Sayangnya karena keterbatasan
bahan dan modal serta lemahnya strategi pemasaran yang diterapkan ketika itu,
para penerus generasi dari Batik Garut mengalami penurunan.
Namun, di tengah semakin
berkembangnya batik lain di sepanjang Pulau Jawa tahun 2000-an, Batik Garut
juga masih mampu unjuk gigi soal keindahannya.
Batik Maluku
Sama seperti penyebaran batik
pada umumnya di abad ke-17, batik ada di daerah Maluku karena dibawa olehpara
pedagang yang berdatangan.
Motif dalam permukaan batik Maluku merupakan
kumpulan hal yang menjadi ciri daerah ini misalnya saja hasil bumi pada Motif
Batik Pala, Motif Batik Cengkih, Motif Batik Parang, serta budaya asli yang
tampak pada motif batik salawaku.
Motif batik salawaku tersebut
merupakan motif batik yang memperlihatkan bentuk dari senjata khas daerah, dan
motif batik tifa totobuang yang memperlihatkan alat musik tradisional
masyarakat Maluku.
Batik Baduy
Tidak ada informasi banyak
tentang sejak kapan Batik Baduy ada atau pertama kali dihasilkan, tetapi saat
ini Batik Baduy menjadi salah satu batik yang digemari oleh masyarakat
Indonesia khususnya masyarakat Banten.
Ciri khas yang menjadi
identitas batik ini yaitu warna yang didominasi oleh warna hitam dan biru yang
terang.
Warna-warna tersebut mempunyai
makna dan arti tersendiri bagi masyarakat Suku Baduy, yakni sebagai bentuk
kecintaan kepada alam.
Batik Palembang
Sejarah Batik Palembang awal
mulanya tetap dari Pulau Jawa sekitar 100 tahun lalu dengan motif yang sudah
beradaptasi dengan Kota Palembang.
Batik Khas Palembang memiliki
keunggulan yang tidak kalah menarik dengan batik lain. Secara umum Batik
Palembang memiliki motif yang mengikuti syariat Islam yaitu tidak menggunakan
gambar binatang maupun manusia.
Motif khas Batik Palembang
adalah Motif Bunga Teh dan Motif Lasem yang dihiasi garis simetris serta
berbagai simbol tanaman, sedangkan Motif Bunga Teh dipenuhi dengan gambar bunga
teh segar.
Batik Sasirangan
Kota Banjarmasin memang
terkenal akan kerajinan kain tenun Sasirangan dengan sentra kerajinan berada di
Kampung Sasirangan.
Berdasarkan catatan sejarah
literatur, abad ke-12 hingga abad ke-14
memasuki masa pemerintahan kerajaan Dipa di Kalimantan Selatan, ketika itu
masyarakat sudah mengenal Kain Calapan. Namun, saat ini Kain calapan lebih
terkenal dengan nama Kain Batik Sasirangan.
Adapun menurut hikayat lama,
kain batik sasirangan dibuat pertama kali oleh Patih Lambung Mangkurat yang
berawal dari kisah ritual semedi atau bertapa selama hampir 40 hari 40
malam di atas suatu rakit balarut banyu.
Batik Jember
Kegiatan membatik di wilayah
Jember, Jawa Timur, sejatinya sudah ada sejak jaman Belanda atau saat batik Van
Zuylen alias batik pekalongan populer di Eropa.
Tidak ada catatan resmi tentang
kapan awal mula kegiatan membatik di kota ini, tapi yang jelas mulai tahun 2010
produsen batik Rolla mengangkat kembali motif batik Jember yang pada akhirnya
ditasbihkan menjadi batik Jember.
Perlu untuk diketahui bahwa
motif batik Jember buatan mereka tidak lagi mengikuti tata aturan motif batik
seperti motif batik Solo, batik Jogja, maupun batik Pekalongan tapi justru
lebih mengarah pada suatu motif yang bebas dan kontemporer.
Jika Anda ingin membeli batik,
banyak sekali tersedia pedagang-pedagang yang menjual secara online dan
offline. Dan, berikut adalah beberapa brand batik Indonesia yang sudah sangat
terkenal sepanjang masa.
Danar Hadi
Danar Hadi didirikan oleh H.
Santosa pada tahun 1967. Nama dagang Batik Danar Hadi diambil dari nama istri,
"Danar" dan nama bapak mertua, "Hadi". Bisnis batik ini dia
rintis setelah beliau menikah dengan Danarsih Hadipriyono, istrinya.
Sejak kecil, H. Santoso tinggal
bersama dengan kakeknya RH Wongsodinomo yang merupakan pengusaha batik,
sehingga batik bukan merupakan hal yang baru bagi beliau. Meskipun begitu,
beliau mengatakan bahwa tidaklah mudah mendirikan usaha ini.
Saat menikah, beliau mendapat
sumbangan pernikahan dari tamu berupa barang, misalnya jam dan tape player.
Yang akhirnya, barang-barang yang merupakan sumbangan itu dijual sebagai modal
usaha. Tapi berkat kegigihannya, merek dagang Danar Hadi menjadi salah satu
merek batik terkenal di Indonesia.
Batik Keris
Batik Keris adalah sebuah
perusahaan yang didirikan di kecamatan Cemani, Sukoharjo, Indonesia pada tahun
1946 oleh Kasoem Tjokrosaputra. Awalnya usaha ini merupakan usaha batik
rumahan, dan mereka pun membuka toko batik bernama “Keris” yang berisi motif
khas di Jl. Kom. Yos Sudarso (Jl. Nonongan No. 62) di Kota Solo. Usaha ini
terus berkembang hingga pada tahun 1970 mereka mendirikan pabrik printing di
Kleco, Solo.
Kemudian mereka menjual
produknya di pusat perbelanjaan yang sangat terkenal saat itu, Sarinah, di
tahun 1972. Batik Keris sampai dengan saat ini sudah berkembang dari generasi
ke generasi lebih dari 90 tahun.
Batik Keris juga berinovasi
menciptakan produk – produk modern tanpa meninggalkan ciri khas Batik yang
unik. Jika Anda pergi ke mall-mall di Jakarta, hampir setiap saat Anda akan
menjumpai gerai batik Keris.
Batik Semar
Batik Semar didirikan oleh
keluarga Kasigit pada tahun 1947. Pada awalnya perusahaan Batik Semar
memproduksi batik dengan nama Batik Bodronoyo, yang tak lain adalah nama dari
Semar itu sendiri.
Namun, karena nama Semar lebih
dikenal di masyarakat umum, maka dipakailah nama tersebut pada tahun 1966.
Pemilihan nama Batik Semar sendiri bukanlah tanpa alasan.
Semar merupakan sosok panutan
dalam dunia Pewayangan, yang diakui sebagai Batara Ismaya, sekaligus menjadi
pengasuh keluarga Pandawa. Diluar itu, ternyata nama "Semar"
merupakan sebuah singkatan, kepanjangannya sendiri memiliki makna yang bagus
seperti berikut.
S = Sarwi atau bersama-sama,
E = Ening atau Suci bersih,
M = Marsudi atau berusaha tanpa
putus asa,
A = Ajuning atau perkembangan,
R = Rasa atau Seni
Filosofi dibalik nama “Semar”
ini jika dibentuk dalam sebuah kalimat menjadi “Bersama-sama berusaha tanpa
putus asa mengembangkan seni dengan hati yang suci” .
Iwan Tirta
Iwan Tirta adalah seorang
perancang busana yang sangat dikenal melalui rancangan-rancangannya yang
menggunakan unsur batik. Setelah selesai menempuh pendidikan di Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, beliau melanjutkan pendidikan S2 nya di Yale University,
Amerika Serikat dan London School of Economics.
Ketertarikannya pada batik dimulai
ketika beliau menerima dana hibah dari John D. Rockefeller untuk mempelajari
tarian keraton Kasunanan Surakarta. Sejak saat itulah beliau mendedikasikan
hidupnya untuk menciptakan karya-karya batik dengan tingkat tinggi.
Sehingga batik rancangannya
dipakai oleh para pemimpin dunia pada kesempatan pertemuan APEC di Indonesia
pada tahun 1994. Pada tahun 2003 PT. Irwan Tirta didirikan dengan ITPC (Irwan
Tirta Private Collection) yang menjadi merek dagangnya.
Sampai sekarang, telah lebih
dari 10.000 design batik original yang telah dibuatnya. Bahkan kreasi beliau
telah dipublikasikan oleh majalah internasional, antara lain Vouge, Harper’s
Bazaar, dan National Geographic.
Batik Iwan Tirta bukanlah batik
yang murah. Sepotong kemeja bisa dihargai 7.000.000 IDR sampai belasan juta.
Parang Kencana
Parang Kencana didirikan pada
tahun 1992 oleh Mariana Sutandi. Selesai kuliah hukum di Universitas
Parahyangan, beliau bergabung di perusahaan milik suaminya di bidang logam.
Karena gairahnya tinggi di bidang bisnis batik, ia lantas membuat sebuah
perusahaan batik yang diberi nama Parang Kencana.
Parang Kencana berhasil menghadirkan
ragam busana batik berpotongan simpel minimalis yang mampu menjangkau selera
pasar. Tidak terlihat adanya tambahan yang berlebihan yang membuat batik justru
tampil tidak klasik dan cantik.
Hasratnya di dunia bisnis dan
cintanya pada batik ternyata telah membawa Parang Kencana berkembang cukup
pesat. Parang Kencana telah membuka 30 gerai di seluruh Indonesia.
Alleira Batik
Alleira batik didirikan oleh
Lisa Kurniawaty Mihardja pada tahun 2005. Alleira diambil dari Bahasa inggris
“alluring” yang berarti memikat atau menarik hati. Berawal dari
sembunyi-sembunyi dari suaminya, beliau pun akhirnya menjadi pebisnis batik
dengan pelanggan dari kalangan menengah ke atas.
Dengan modal awal $3000,
Alleira telah berkembang menjadi salah satu brand batik terkenal di Indonesia.
Alleira batik menjalin kerja sama dengan Annisa Pohan, seorang figur terkenal,
untuk memasarkan merek ini.
Desain yang ditawarkan oleh
Alleira adalah klasik modern, dimana terdapat perpaduan antara motif klasik dan
desain yang modern. Tidak jarang terlihat Alleira juga menawarkan desain-desain
motif yang sangat modern.
Saat ini baju batik sering dikenakan
pada acara resmi untuk menggantikan jas. Tetapi dalam perkembangannya pada masa
Orde Baru baju batik juga dipakai sebagai pakaian resmi siswa sekolah dan
pegawai negeri (batik Korpri) yang menggunakan seragam batik pada hari Jumat.
Perkembangan selanjutnya batik mulai bergeser menjadi pakaian sehari-hari
terutama digunakan oleh kaum wanita. Pegawai swasta biasanya memakai batik pada
hari kamis atau jumat. Batik juga sering dijadikan kaos reuni, serta menjadi
daya tarik tersendiri saat reuni berlangsung.
Batik sudah menjadi produk
unggulan Indonesia, kehidupan masyarakat di banyak wilayah tidak pernah lepas
dari membuat batik. Dengan mengenal lebih dalam tentang sejarah batik, kita
akhirnya diharapkan bisa menghargai warisan ini menjadi karya seni budaya yang
dikagumi di dunia. Dari berbagai jenis batik yang ada, masih tetap saja tidak
ada yang bisa menandingi keindahannya bila kita sebagai orang Indonesia dengan
bangga menggunakannya.
Demikianlah sedikit penjelasan
tentang perkembangan sejarah batik Indonesia. Semoga kita dapat mengambil
banyak manfaat dari artikel ini.
loading...