Sunday, 23 December 2018

Kreasi Usaha: Peran Penicillium Sebagai Faktor Kesuburan Tanah


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...
                         Peran Penicillium Sebagai Faktor Kesuburan Tanah

Jamur adalah sekelompok organisme yang digabungkan dalam takson Kingdom Fungi berdasarkan system Whittaker. Kingdom fungi mempunyai ciri khas yaitu bersifat heterotrof yang mengabsorbsi nutrient dan memiliki kitin pada dinding selnya. Jamur dapat bersifat saprotrop dengan mendapatkan nutrisi dari organisme lain yang mati, bersifat parasit dengan mengisap nutrisi dari organisme hidup, atau dengan bersimbiosis mutualisme dengan satu organisme. Produksi kitin, sejenis polisakarida, adalah synapomorphy (sifat yang serupa) antara fungi, choanoflagellata dan hewan. Hal ini menjadi bukti bahwa secara evolusioner, fungi lebih dekat ke hewan dibandingkan tumbuhan. Tetapi fungi mempunya penggunaan kitin yang berbeda dengan hewan. Hewan hanya memproduksi kitin pada bagian tertentu, misalnya sebagai rangka luar, rambut atau kuku, sementara fungi memiliki kitin sebagai pembentuk dinding pada seluruh selnya. Adanya kitin juga membantu membedakan antara fungi dan eukariota lain, seperti protista. Kingdom Fungi dapat dibagi menjadi 4 filum, yaitu Chytridiomycota, Zygomycota, Ascomycota, and Basidiomycota. Masing-masing filum ini memiliki anggota baik uniseluler maupun multiseluler.  (Purves dan Sadava, 2003).

Fungi dapat berkembang biak baik secara seksual maupun aseksual. Perkembangbiakan secara seksual terjadi ketika hifa dengan tipe perkawinan (mating type) yang berbeda bersentuhan, kemudian melebur mebentuk zigot. Hifa fungi tidak dapat dibedakan secara visual maupun morfologis menjadi jantan ataupun betina, hanya dapat dibedakan menjadi tipe perkawinan berdasarkan struktur genetiknya. Perkembangbiakan secara aseksual terjadi dengan cara membelah diri atau terbelahnya hifa, atau dengan menyebarkan spora haploid (Schooley, 1997).

Dalam dunia pertanian, pestisida kimia menjadi bahan yang ampuh untuk meningkatkan produktivitas suatu komoditi. Pestisida kimia merupakan senyawa kimia buatan bersifat racun baik bagi hewan, mikroba maupun manusia. Bahan ini sering dipakai untuk membasmi hama, salah satu contoh adalah Deltametrin. Deltametrin adalah pestisida pyrethroid buatan yang dapat membunuh serangga melalui kontak kulit dan pencernaan (Bhanu et al., 2011). Deltametrin mempunyai nama kimia (IUPAC) (S)-α-cyano-3-phenoxybenzyl (1R, 3R)-3-(2,2-dibromovinyl)-2,2 dimethylcyclopropane carboxylate  dan memiliki     rumus kimia: C22H19Br2NO3. Bahan ini digunakan untuk melindungi tanaman di luar ruangan maupun di dalam ruangan untuk membasmi hama Lepidoptera, Hemiptera, Coleoptera, dan Diptera. Deltametrin biasanya digunakan untuk melindungi tanaman ka- pas, jagung, sereal, kedelai dan sayur-sayuran (Johnson et al, 2010).

Pestisida bersifat racun terhadap mikroorganisme. Aplikasi pestisida dilapangan akan menghambat aktivitas mikroba tanah. Hal ini terlihat terjadinya penurunan aktivitas respirasi dan penurunan pembentukan biomassa pada aplikasi endosulfan di lapang (Nare et al., 2010).

Penggunaan pestisida secara berlebihan akan menimbulkan permasalahan bagi kesehatan manusia dan ekosistem. Penggunaan pestisida deltamethrin akan meninggalkan residu pada tanaman. Ruzo dan Casida (1979) melaporkan bahwa [14C] deltametrin dalam percobaan di Green house mempunyai waktu paruh (half life) 1,1 minggu pada tanaman kapas dan berkurang 90% setelah 4,6 minggu. Khan et al., (1984) meneliti pembentukan ikatan residu deltametrin pada tanaman buncis. Sepuluh hari setelah penyemprotan [14C] deltametrin, 3-10% deltametrin berada dalam bentuk residu terikat.   Matsumura (1985) melaporkan bahwa pyrethroid (deltamethrin) yang digunakan sebagai insektisida tanah termasuk insektisida yang tidak selektif, karena dapat membunuh mikroba tanah yang menguntungkan. Oleh karena itu penggunaan deltametrin di bidang pertanian harus disertai langkah untuk biodegradasinya agar tidak membahayakan kesehatan manusia dan ekosistem.

Beberapa jenis jamur tanah mampu menguraikan pestisida deltametrin sehingga jamur ini dapat digunakan sebagai pupuk dalam pertanian organik. Sebagai pupuk, jamur juga harus dapat menyediakan hara bagi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh isolat jamur yang  mempunyai  kemampuan  menguraikan  pestisida  deltametrin,  senyawa  lignoselulosa,  melarutkan  senyawa  Posfat  anorganik  dan menghasilkan hormon pertumbuhan IAA (Indole Acetic Acid). Isolat jamur ini nantinya akan digunakan dalam pembuatan pupuk hayati.

Teknik bioremediasi merupakan suatu aplikasi proses biologi untuk mengolah tanah, lumpur dan air tanah yang terkontaminasi bahan-bahan kimia yang berbahaya menggunakan makhluk hidup diantaranya tumbuhan dan mikroba.

Penicillium sp. PN6 adalah jamur indigenus Riau yang diisolasi dari tanah gambut dan memiliki  kemampuan menguraikan lignin dan selulosa serta bersifat termotoleran (Martina dan Roza, 2012).


Penicillium sp. adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Askomycota. Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konidium. Konidium berbeda dengan sporangim, karena tidak memiliki selubung pelindung seperti sporangium. Tangkai konidium disebut konidiofor, dan spora yang dihasilkannya disebut konidia. Konidium ini memiliki cabang-cabang yang disebut phialides sehingga tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari phialides yang merupakan tempat pembentukan dan pematangan spora disebut sterigma. Beberapa jenis Penicillium sp. yang terkenal antara lain P. notatum yang digunakan sebagai produsen antibiotik dan P. camembertii yang digunakan untuk membuat keju biru (Purves dan Sadava, 2003).

Karakteristik Penicillium yaitu pada bagian Para Thallus (miselium) biasanya terdiri dari sebuah jaringan yang sangat bercabang multinukleat, septate, hifa biasanya tidak berwarna. Banyak bercabang konidiofor tumbuh pada miselia tersebut, bantalan conidiospores individual terbatas. Para conidiospores adalah rute penyebaran utama dari jamur, dan sering hijau. Reproduksi seksual melibatkan produksi ascospores, dimulai dengan fusi dari archegonium dan antheridium, dengan berbagi inti. Para ASCI teratur didistribusikan mengandung delapan ascospores uniseluler masing-masing.

Beberapa tumbuhan mampu tumbuh pada lingkungan yang terkontaminasi bahan pencemar, namun kurang mampu meminimalisir bahan pencemar karenanya tumbuhan ini tidak efektif digunakan untuk teknik fitoremediasi. Penggunaan tumbuhan yang toleran terhadap kontaminan hidrokarbon ataupun kombinasinya dengan mikroba, ternyata lebih efektif digunakan untuk bioremediasi kontaminan hidrokarbon di lingkungan (Qixing et al., 2011). Mengingat potensi jamur indigenus Riau Penicillium sp. PN6 beserta legum tanah mampu menurunkan konsentrasi PAH.

Penicillium adalah genus dari jamur ascomycetous major pentingnya dalam lingkungan alam serta produksi makanan dan obat. Ini menghasilkan penisilin, sebuah molekul yang digunakan sebagai antibiotik, yang membunuh atau menghentikan pertumbuhan beberapa jenis bakteri di dalam tubuh. Menurut Kamus dari Jamur (edisi 10, 2008),

Penicillium diklasifikasikan sebagai genus jamur anamorphic di Ascomycota divisi (urutan Eurotiales, Eurotiomycetes kelas, keluarga Trichocomaceae) . Nama genus ini berasal dari Penicillium akar bahasa Latin, yang berarti "sikat pelukis" dan mengacu pada rantai konidia menyerupai sapu.


Jamur tanah di mana-mana lebih memilih iklim dingin dan moderat, biasa hadir dimanapun bahan organik tersedia. mereka adalah salah satu penyebab utama pembusukan makanan, terutama spesies Penicillium. Memproduksi mikotoksin yang sangat beracun. Kemampuan spesies ini Penicillium tumbuh di biji-bijian dan makanan yang tersimpan lain tergantung pada kecenderungan mereka untuk berkembang dalam kelembaban rendah dan untuk menjajah cepat dengan dispersi udara.

Mikroba tertentu dapat mencerna dan memecah kontaminan organik berbahaya menjadi produk terutama CO2 dan H2O. Beberapa bahan kimia dimineralisasi oleh tanaman dengan bantuan air dan CO2. Hasil fotosintesis dikeluarkan melalui akar sebanyak 10-20%. Hal ini dapat membantu proses pertumbuhan dan metabolisme mikroba yang hidup disekitar rizosfer. Beberapa senyawa organik yang dikeluarkan melalui akar seperti fenolik, asam organik dan protein dapat menjadi sumber karbon dan nitrogen yang akan digunakan untuk pertumbuhan mikroba (Salt et al., 1998).

Komponen yang rendah konsentrasinya lebih mudah terdegradasi karena dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan populasi mikroba. Namun jika terlalu rendah konsentrasinya, mikroba tidak cukup mendapatkan energi. Sebaliknya jika komponen yang konsentrasinya terlalu tinggi kemungkinan dapat bersifat toksik bagi mikroba. Bioremediasi berlangsung akibat aktivitas enzim yang di suplai oleh mikroba untuk mengkatalis pemusnahan bahan-bahan kontaminan. Reaksi kimia tersebut merupakan reaksi oksidasi-reduksi yang penting untuk menghasilkan energi bagi mikroba. Bioremediasi membutuhkan kehadiran sumber energi yang sesuai, sistem donor-akseptor elektron dan nutrien (Priyanto, 2010). Efisiensi bioremediasi dipengaruhi oleh lingkungan, fisik dan kimia. Lingkungan memberikan pengaruh yang besar dalam proses bioremediasi. Kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan mikroba sebagai pelaku utama pendegradasi pencemar sangat diperlukan. Mikroba sangat sensitif terhadap perubahan temperatur, pH, ketersediaan nutrien, oksigen dan kelembaban. Faktor fisik yang penting bagi mikroba adalah ketersediaan zat pencemar sebagai sumber energi, air dan akseptor elektron. Air dibutuhkan karena mikroba mendapatkan karbon organik, nutrien inorganik dan akseptor elektron untuk partum- buhannya dalam kondisi terlarut. Akseptor elektron terakhir yang paling banyak diguna- kan oleh mikroba dalam sistem respirasinya adalah oksigen. Ketersediaan oksigen terbatas, mikroba dapat menggunakan akseptor elektron yang lain diantaranya NO3-, NO2-, SO42- dan CO2. Sedangkan faktor kimia yang penting dalam bioremediasi adalah struktur molekul zat pencemar. Pada rantai alkana bercabang, sulit didegradasi oleh mikroba. Percabangan juga mempengaruhi tingkat degradasi pada isomer (Priyanto, 2010).

Dalam sistim pertanian organik, penggunaan pupuk kimia, pestisida kimia maupun hormon pertumbuhan yang terbuat dari senyawa kimia sangat dibatasi dan digantikan dengan bahan organik. Pupuk organik yang digunakan salah satunya adalah pupuk yang berisi mikroba penyubur tanah atau dikenal dengan pupuk hayati. Dalam pembuatan pupuk hayati dibutuhkan mikroba-mikroba yang mempunyai beberapa kemampuan sekaligus baik sebagai pupuk yang menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman maupun sebagai mikroba pengurai yang akan menguraikan residu pestisida maupun pupuk kimia yang ada di tanah, sehingga akan dihasilkan produk pertanian dengan jumlah yang lebih banyak dan bebas dari residu kimia. Dalam penelitian ini dilakukan isolasi dan seleksi jamur tanah yang mampu mendegradasi deltametrin 500 ppm,  mampu menguraikan lignoselulosa, mampu melarutkan Posfat anorganik serta mampu menghasilkan hormon Indole Acetic Acid (IAA). Sampai saat ini penelitian penguraian pestisida deltametrin menggunakan jamur tanah pada konsentrasi tinggi belum banyak dilakukan.



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...