Loading...
Tanaman bengkuang merupakan tanaman tahunan yang
menghasilkan umbi akar, dengan bentuk membulat seperti gasing. Kulit umbi tipis
dan berwarna kuning pucat. Bagian dalam umbi berwarna putih, mengandung air,
serta berasa manis. Bengkuang dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran
tinggi (1-1000 m dpl). Bengkuang merupakan tumbuhan semak semusim yang tumbuh
membelit. Batang bulat, berambut dan berwarna hijau.
Tanaman bengkoang termasuk dalam famili Leguminose
(polong-polongan). Tanaman tumbuh menjalar/merambat dan membelit, dengan
permukaan daun kasar dan berbulu halus. Sepintas, bentuk daun mirip dengan
bentuk daun kedelai, hanya ukurannya lebih besar.
Tanaman bengkuang termasuk dalam famili Leguminosae, Tanaman
bengkuang berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah bagian Utara. Umbi (cormus)
putihnya bisa dimakan sebagai komponen rujak dan asinan atau dijadikan masker
untuk menyegarkan wajah dan memutihkan kulit. Tumbuhan ini termasuk dalam suku polong-polongan.
Di tempat asalnya, tumbuhan ini dikenal sebagai xicama atau jÃcama. Orang Jawa
menyebutnya sebagai besusu (Dasanovi, 2011).
Tanaman bengkuang memiliki daun tunggal, bulat, tepi rata,
ujung runcing, pangkal tumpul, tulang daun menyirip, permukaan berbulu, panjang
7-10 cm, lebar 5-9 cm, berwarna hijau dengan bunga majemuk, bentuk tandan,
letak di ketiak daun, tiap tangkai terdiri atas 2-4 kuntum, berwarna ungu
kebiruan. Buah polong berbentuk pipih dan berwarna hijau. Biji berbentuk pipih
kecil, keras, bentuk ginjal, berada dalam kantung buah yang berwarna hijau
selagi muda, dan berubah coklat saat sudah tua.
Tanaman bengkuang memiliki akar tunggang berumbi serta
metode perbanyakan tanaman dengan biji. Umumnya orang mengenal bengkuang adalah
umbinya, karena kandungan vitamin dan gizi yang cukup tinggi. kandungan utama
bengkuang adalah air, yaitu 85 gram per 100 gram umbi. Kadar energinya yang
cukup rendah (55 kkal/100 g)
memungkinkan bengkuang untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan yang baik bagi
pelaksana diet rendah kalori dan penderita diabetes melitus. Kandungan vitamin
C yang cukup tinggi (20 mg/100 g), memungkinkan bengkuang digunakan sebagai
sumber antioksidan yang potensial untuk menangkal serangan radikal bebas
penyebab kanker dan penyakit degeneratif. Buah bengkuang bisa langsung dimakan,
dibuat obat ataupun untuk kecantikan (identik dengan pemutih kulit).
Buah bengkuang sudah umum dikenal karena rasanya manis,
banyak air, dan menyegarkan. Tapi mungkin belum banyak yang tahu, jika biji
bengkoang memiliki racun. Racun ini bisa dimanfaatkan untuk bahan pembuatan
pestisida nabati. Pestisida nabati yang sangat direkomendasikan untuk budidaya
pertanian organik.
Penggunaan insektisida kimia masih diaplikasikan oleh sebagian
besar petani Indonesia, kondisi ini dikhawatirkan dapat menimbulkan resistensi
hama dan terbunuhnya musuh-musuh alami serta menimbulkan residu yang dapat
menurunkan kualitas hasil, karena itulah cara pengendalian hama yang lebih
efektif, murah dan ramah lingkungan dengan menggunakan insektisida nabati
merupakan alternatif yang perlu dikembangkan, karena insektisida nabati memiliki
keunggulan antara lain: degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari;
memiliki pengaruh yang cepat dalam menghentikan nafsu makan serangga walaupun
jarang menyebabkan kematian; toksisitasnya umumnya rendah terhadap hewan dan
relatif lebih aman pada manusia dan lingkungan; memiliki spektrum pengendalian
yang luas (broad spectrum); tidak bersifat phitotoksisitas; tidak meracuni dan
merusak tanaman; murah dan dapat di buat oleh petani.
Selama ini penggunaan akarisida sintetik juga masih menjadi
andalan utama bagi peternak. Namun akarisida sintetik ini sulit ditemukan di
pedesaan dan harganya semakin mahal. Disamping itu hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan akarisida sintetik dapat menimbulkan residu pada produk asal
hewan sehingga dapat menyebabkan efek toksik terhadap manusia (Murray et al.,
1982), dan memicu perkembangan resistensi pada parasit sebagai target (Maingi et
al., 1996). Situasi inilah yang mendorong munculnya pemikiran untuk
mengembangkan metode pemberantasan dengan bahan alami (non sintetik) seperti
pemanfaatan tanaman obat yang bersifat akarisida.
Umbi tanaman bengkuang memang tidak bisa dibuat pestisida
nabati, yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah bagian daun dan
biji karena mengandung racun di dalamnya. Namun demikian yang banyak digunakan
sebagai pestisida nabati adalah bijinya. Biji bengkuang mengandung zat-zat
seperti rotenone, pachyrrhizid, pachyrrhizine, saponin, dan lain-lain yang
bekerja secara sinergis sebagai insektisida dan juga akarisida. Cara kerjanya
bersifat racun mulut yang mengandung senyawa bioaktif alkolid dan pachyrrhizid
yang dapat mengikat N2 dalam tanah (Soelaksono dkk, 1994). Bengkuang merupakan
salah satu tanaman yang berpotensi sebagai insektisida nabati yang
berspektrum luas (Grainge dan Ahmed,
1988). Semua bagian tanaman bengkuang kecuali umbi mengandung rotenon, dimana
kandungan rotenon yang paling tinggi ditemukan pada bagian biji (Duke, 1981).
Kandungan rotenon murni pada biji yang telah masak berkisar 0,5 – 1,0% (Sorensen,
1996).
OPT sasaran
-Hortikultura: Croccidolomia binotalis, Aphis fabae,
A.craccivora, Bombix mori, Dysdercus megalopygus, Epilachna varivestis, Myzus
persicae, Nezara viridula, Plutella xylostella dan Spodoptera litura.
-Tanaman pangan: Serbuk atau tepung biji bengkuang dapat
digunakan untuk melindungi benih tanaman dari serangan hama gudang. Serangga
yang teracuni mati kelaparan yang disebabkan oleh kelumpuhan alat-alat mulut.
Cara
membuat:
Pada umumnya, teknik yang sederhana untuk menghasilkan bahan
pestisida nabati yaitu: penggerusan, penumbukan, pembakaran/pengepresan untuk
menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta. Perendaman untuk produk
ekstrak dengan cara ekstraksi menggunakan bahan kimia pelarut disertai
perlakuan khusus untuk menghasilkan produk berupa ekstrak yang dikerjakan
dengan tenaga terampil dan peralatan khusus.
Ekstraksi sederhana yang mudah dibuat oleh petani yaitu: Biji
dan daun dicuci, ditumbuk, ekstraknya diencerkan dengan aquades. Alkohol dan
petroleum eter dapat digunakan sebagai pelarut. Aplikasi dilakukan dengan
penghembusan atau penyemprotan ke bagian tanaman. Ekstrak air merupakan bentuk
yang paling aplikatif karena paling murah dan mudah dibuat. Walaupun demikian
zat aktif dalam suatu tanaman dengan ekstrak air umumnya tidak dapat bertahan
lama.
Metode lain juga dapat dilakukan dengan cara ekstrak biji
bengkuang dibuat melalui penyaringan campuran tepung biji bengkuang dengan
pelarut air, etanol 96%, atau metanol 96%. Menurut Wiwin Setiawati, dkk. 2008,
penggunaan biji bengkuang sebagai insektisida dilakukan dengan cara
menghaluskan 160 gram biji bengkuang, kemudian diayak halus. Selanjutnya tepung
biji bengkoang direndam hingga lunak dan diperas hingga keluar cairan berwarna
putih. Hasil saringan dicampurkan dengan 10 Liter air dan digunakan untuk
penyemprotan OPT sasaran.
Pembuatan ekstrak menurut metode Prijono (1994), yaitu 10 g
masing- masing biji atau daun yang telah dihancurkan diekstraksi dengan 100 ml
air dan 100 ml aseton. Kemudian dikocok dengan menggunakan alat shaker selama 2
jam. Supernatan dipisahkan dengan cara menyaring dengan kertas saring kasar.
Ampasnya diekstraksi kembali dengan 50 ml pelarut organik dan kocok kembali
seperti pada ekstraksi pertama. Supernatannya dipisahkan dan disatukan dengan
hasil saringan pertama, kemudian dilakukan pengeringan ekstrak pelarut organik
dengan menggunakan rotary- evaporator (suhu 40°C) dan buat larutan dengan
variasi konsentrasi dari masing- masing ekstrak tanaman (Tabel 1). Khusus untuk
hasil ekstrak pelarut organik ditambah Tween 20 sebanyak 0,2% dari berat
ekstrak sebelum dilarutkan dengan air sampai homogen.
Cara kerja biji bengkuang sebagai insektisida adalah dengan
cara menghambat metabolisme dan sistem syaraf, serta penghambat makan
(antifeedant). Ekstrak air maupun ekstrak aseton biji bengkuang mempunyai
potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai akarisida nabati.
Biji bengkuang mempunyai sifat akarisida yang efektif
terhadap tungau S. Scabiei pada konsentrasi 5% baik ekstrak air maupun aseton.
Ekstrak aseton biji bengkuang mempunyai nilai konsentrasi letal yang lebih
rendah dan waktu letal yang lebih pendek daripada ekstrak air.
Ekstrak biji bengkuang bersifat toksik terhadap larva ulat
krop dengan LC50 : 11,48 %. Tingkat kematian terendah 13 % pada 4 hari setelah
perlakuan dengan konsentrasi 12,5 % (125 gram per liter air) (Soekarto, et al,
1999).
Senyawa rotenon yang terkandung didalam bengkuang diduga juga
berkhasiat sebagai larvasida dan telah diuji mampu membunuh jentik nyamuk Aedes
aegypti serta larva lalat Musca domestica. Senyawa ini dilaporkan memiliki
mekanisme kerja dengan menghambat metabolisme serangga (Koul dan Walia, 2009). Hasil
penapisan fitokimia dari ekstrak etanol biji bengkuang menunjukkan hasil yang
positif mengandung senyawa golongan flavonoid, terpenoid, tanin, dan alkaloid.
Salah satu senyawa golongan flavonoid dari tanaman bengkuang adalah rotenon.
Senyawa ini dilaporkan bersifat insektisida/ larvasida pada beberapa jenis
serangga (Mustika et al., 2016).
Rotenon bekerja dengan menginterfensi rantai transport
elektron pada mitokondria dengan cara menghalangi ikatan antara NADH pada
proses respirasi sel sehingga menghambat pembentukan energi metabolik. Rotenon
merupakan racun kontak dan racun sistemik. Senyawa aktif akan berpenetrasi ke
dalam tubuh serangga melalui kutikula yang tipis seperti selaput antar ruas,
selaput persendian pada pangkal embelan dan kemoreseptor pada tarsus (Prijono,
1994).
Rotenon yang terkandung di dalam biji bengkuang memiliki
sifat sebagai racun perut dan juga antifeedant. Ekstrak etanol biji bengkuang
pada konsentrasi 0,25 % telah teruji memiliki aktifitas larvasida yang paling
efektif . Gejala klinis larva yang terpapar dengan ekstrak menunjukkan adanya
larva yang hiperaktif dan konvulsi sebelum akhirnya larva tersebut mati serta
larva yang lemah sebelum akhirnya mati tanpa adanya konvulsi. Senyawa rotenon
ini masuk ke dalam tubuh serangga melalui aliran hemolimfe dan bekerja dengan
dua mekanisme yang berbeda. Mekanisme yang pertama bekerja dengan cara
menghambat fungsi enzim kolinesterase, sehingga pemecahan asetilkolin menjadi
kolin dan asam asetat tidak terjadi. Akibatnya, terjadi penimbunan senyawa
asetilkolin pada ujung-ujung saraf, karena sebagian besar asetilkolin tidak
dapat terhidrolisis. Hal ini dapat mengakibatkan aktivitas kolinergik yang
berlebihan, karena sel-sel efektor me- nerima signal-signal secara terus
menerus. Gejala klinis yang dapat dilihat pada mekanisme pertama ini adalah
depresi saluran pernafasan, konvulsi serta mengeluarkan cairan dari anus
(diare) sebagai respon terhadap peristaltik yang meningkat (Mustika et al.,
2016). Mekanisme kerja yang kedua adalah dengan menghambat metabolisme energi
yang terjadi di mitokondria, gejala klinis yang terlihat adalah larva yang
mulai terlihat lemah dan mati secara akut/cepat (Han et al., 2014).
Menurut Askitosari dkk (2006) bahwa ekstrak biji bengkuang
cukup efektif digunakan untuk mengendalikan larva ulat S. litura, terutama pada
larva instar II. Ekstrak biji bengkuang pada konsentrasi 20 mg/ml, mampu
membunuh larva ulat grayak instar II sampai 93,33%, sedangkan konsentrasi lebih
atau sama dengan 40 mg/ml mampu membunuh 100% larva ulat grayak instar II.
Rotenon juga bersifat sangat toksik dan dapat digunakan
untuk mengurangi populasi ikan dan kutu parasit pada ayam. Serbuk biji
bengkuang dapat digunakan untuk melindungi benih dari hama utama kacang hijau
dan kacang tunggak serta kepik sebagai hama utama dalam tanaman (Ibadurrahman,
Mustikawati dan Martono., 1993). Selain itu bahan ini juga mengakibatkan
mortalitas tinggi pada ulat kubis dan
bersifat toksik terhadap beberapa jenis serangga dari ordo Coleoptera, Diptera,
Hemiptera, Lepidoptera dan Orthoptera (Grainge dan Ahmed, 1988).
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
loading...