Tuesday, 13 August 2019

Cantik Sehat: Penggunaan Ethyl Acetate dalam Kosmetik


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...

Penggunaan Ethyl Acetate dalam Kosmetik

Etil Asetat merupakan senyawa organik berumus molekul CH3COOCH2CH3 adalah zat sintesis dari ethanol dan asam asetat dengan katalis asam sulfat melalui proses esterifikasi. Etil asetat atau juga sering disebut sebagai EtOAc mempunyai massa molar 88,12g/mol. Senyawa ini berwujud cairan tidak berwarna dan memiliki aroma yang khas (Dutia, 2004).

Sifat etil asetat adalah pelarut volatil, serta telah umum dimanfaatkan sebagai pelarut organik, pelarut dalam makanan dan ekstraksi produk farmasi. Dalam industri, etil asetat digunakan sebagai pelarut untuk memproduksi resin, tinta dll (Chien et al., 2005). Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis.

Etil asetat merupakan cairan jernih, tidak berwarna, serta memiliki bau khas, zat ini juga biasa digunakan sebagai penambah cita rasa selain dimanfaatkan sebagai pelarut tinta, perekat dan resin. Etil asetat memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan etanol. Dibandingkan dengan etanol, etil asetat memiliki koefisien distribusi yang lebih tinggi dibanding termasuk kelarutannya dalam gasoline. Selain manfaat umum penggunaannya sebagai pelarut, etil asetat dapat berfungsi sebagai bahan aditif untuk meningkatkan bilangan oktan pada bensin serta dapat berguna sebagai bahan baku kimia serba guna.


Ethyl acetate adalah cairan yang mudah terbakar, mudah menguap dengan aroma buah. Cairan ini telah umum digunakan sebagai pelarut untuk pembersihan, pelepasan cat dan pelapis. Etil asetat adalah cairan tak berwarna dengan aroma karakteristik buah yang umum dikenal pada perekat dan penghapus cat kuku. Cairan ini juga digunakan dalam formulasi pelapis untuk perabotan kayu, pertanian, peralatan konstruksi, peralatan pertambangan dan kelautan. Pengguna utama dari produk ini juga telah menjangkau bidang industri elektronik, kosmetik, percetakan, makanan dan pelapis.

Etil asetat dapat melarutkan air hingga 30% dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi, namun senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam. Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa yang menghasilkan asam asetat dan etanol kembali.

Kebutuhan etil asetat di Indonesia semakin mengalami peningkatan yang cukup signifikan di iringi dengan perkembangan pasarnya. Bahkan, rencana kedepannya akan didirikan pabrik etil asetat dengan kapasitas 50.000 ton per tahun. Kapasitas tersebut diperoleh dari referensi kapasitas minimum pabrik yang sudah ada, serta kebutuhan etil asetat di Indonesia ditarik dari data Badan Pusat Statistik. Pendirian pabrik etil asetat ini merupakan sebuah peluang untuk menumbuh kembangkan industri di Indonesia guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dan kebutuhan ekspor.

Industri etil asetat merupakan salah satu industri kimia yang berprospek di Indonesia. Dua perusahaan yang memproduksi etil asetat di Indonesia mencapai kapasitas total 67.500 ton per tahun. Dua perusahaan itu adalah PT. Indo Acidatama Tbk dengan kapasitas 7.500 ton per tahun dan PT. Showa Esterindo Indonesia dengan kapasitas 60.000 ton per tahun (Dutia, 2004). Namun, kebutuhan etil asetat belum dapat dipenuhi  oleh kedua perusahaan tersebut sehingga Indonesia masih membutuhkan import etil asetat dari luar negri. Oleh karena itu, untuk mengurangi konsumsi import etil asetat maka telah ada rancangan pendirian pabrik ini di dalam negeri dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan industri pemakaian etil asetat lokal dan  menembus pasar ekspor.


Di industri dan di laboratorium etil asetat dibuat dengan memanaskan etanol dengan asam asetat glasial dengan penambahan asam sulfat. Reaksi antara asam asetat dan etanol dengan katalis asam sulfat akan menghasilkan etil ester dan air. Pembuatan etil asetat biasanya dilakukan dengan metode esterifikasi yang terbagi menjadi dua, yaitu proses esterifikasi batch dan proses esterifikasi kontinyu.

Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol (Fessenden, 1982). Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H+. Asam belerang sering digunakan sebagai sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Nama ester berasal dari Essig-Äther Jerman, sebuah nama kuno untuk menyebut etil asam cuka ester (asam cuka etil) (Anshory, 2003). Suatu ester asam karboksilat mengandung gugus –CO2R dengan R dapat berbentuk alkil maupun anil (Poedjiadi, 1994). Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung pada halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam laju pembentukkan ester (Fessenden, 1982).

Proses esterifikasi kontinyu
Proses esterifikasi kontinyu biasanya digunakan pada kapasitas yang relatif besar. Karena produk yang diperoleh harus maksimal, sehingga menggunakan prinsip azeotrop yang direaksikan pada reaktor berpengaduk. Ketika komponen sudah mengalami kesetimbangan, maka dialirkan ke plate coloumn pada menara destilasi dengan preheater yang diatur dengan temperatur 80˚C dan menghasilkan uap yang akan dikondensasikan.

Setelah kesetimbangan reaksi tercapai, campuran dipompa menuju tangki penampungan sementara dan campuran dialirkan menuju bubblecap plate column melewati preheater. Temperatur atas kolom diatur 80˚C dan uap yang terbentuk dikondensasikan. Recovery column yang pertama dioperasikan dengan temperatur top 70˚C untuk menghasilkan 83% ester, 9% alkohol, dan 8% air. Campuran tersebut dimasukkan ke static mixer dilanjutkan pemisahan di dekanter. Kemudian dimasukkan ke distillation column. Hasil atas dari kolom tersebut berupa 95- 100% etil asetat yang nantinya dialirkan ke cooler kemudian dialirkan ke tangki penyimpanan (Kirk and Othmer, 1982).

Proses  esterifikasi  kontinyu memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut :
-Bisa digunakan untuk proses skala besar.
-Proses lebih mudah dan sederhana dibanding dengan proses lain.
-Produk yang dihasilkan kemurniannya lebih tinggi.
-Prosesnya lebih cepat.

Meskipun demikian proses kontinyu memiliki kelemahan yaitu:
-Sulit untuk mencapai konversi maksimum.
-Waktu tinggalnya tidak lama.
-Tidak dapat digunakan untuk waktu proses yang lama.

Proses esterifikasi batch
Proses produksi etil asetat secara batch pada prinsipnya adalah dengan memanaskan 30 bagian asam asetat 80%, 30 bagian etanol 95% dan 1 bagian asam sulfat dalam sebuah tangki silinder. Pemanasan dengan menggunakan steam yang dialirkan ke kolom fraksinasi (Faith and Keyes, 1957).

Proses produksi etil asetat secara batch terjadi di dalam reaktor berbentuk silinder dan dipanaskan menggunakan closed coil steam pipe. Umpan terdiri dari asam asetat, etanol 95%, dan asam sulfat dengan konsentrasi tertentu. Temperatur atas kolom fraksinasi diatur 70˚C agar diperoleh komposisi 83% etil asetat, 9% etanol dan 8% air. Uap yang terbentuk dikondensasikan, sebagian dikembalikan ke atas plate column sebagai refluk dan sisanya ditampung di tangki penyimpanan. Untuk membebaskan etil asetat dari air dan alkohol perlu dilakukan purifikasi (Kirk and Ortmer, 1982).


Menurut Owens (2009) untuk setiap rasio campuran etanol dan air, hanya ada satu titik didih yang tepat untuk proses destilasinya. Semakin kecil rasio dari etanol dalam campuran maka titik didih proses akan semakin tinggi. Dan selama proses distilasi berlangsung zat pengotor (air) akan ikut menguap. Oleh karena itu pada kondisi ini volume hasil esterifikasi yang diperoleh menjadi lebih tinggi karena banyaknya kandungan air pada distilat etanol tetapi banyaknya volume air ini mengakibatkan kadar etil asetat menjadi rendah. Jadi dapat disimpulkan semakin besar rasio perbandingan bahan baku dan air akan menurunkan kadar dari etil asetat yang diperoleh.

Proses pembuatan etil asetat juga dapat dilakukan dengan metode reaksi Tischenco, untuk menghasilkan yield 60% ester dengan penambahan aluminum etoksit dalam asetaldehid pada suhu -20oC. Pengembangan produk pada skala industri berada di Eropa selama awal pertengahan abad, lalu asetaldehid menjadi produk intermediet penting dalam bahan dasar pembuatan asetilen.

Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan etanol kembali. Katalis asam seperti asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi Fischer.

Etil asetat juga umum dimanfaatkan dalam bidang industri sebagai bahan pelarut cat dan bahan baku pembuatan plastik, untuk kebutuhan industri farmasi, sebagai bahan baku bagi industri tinta cetak, sebagai bahan baku bagi pabrik parfum, flavor, kosmetik, dan minyak atsiri (McKetta and Cuningham, 1994). Cairan tak berwarna yang memiliki aroma yang khas ini juga telah berkembang pemanfaatannya dan digunakan dalam produk lem, penghapus cat kuku , hingga teh dan kopi tanpa kafein. Serta telah diproduksi dalam skala besar untuk digunakan sebagai pelarut. Produksi tahunan gabungan pada tahun 1985 di Jepang, Amerika Utara, dan Eropa adalah sekitar 400.000 ton. Pada tahun 2004, diperkirakan 1,3 juta ton etil asetat diproduksi di seluruh dunia.

Etil asetat banyak dimanfaatkan terutama sebagai pelarut dan pengencer, senyawa ini disukai karena harganya yang murah, memiliki tingkat toksisitas rendah, dan bau yang menyenangkan. Etil asetat dimanfaatkan juga untuk membersihkan papan sirkuit dan di beberapa penghilang pernis kuku (aseton dan asetonitril juga digunakan), juga digunakan dalam cat sebagai aktivator atau pengeras. Etil asetat dihadirkan juga dalam produk gula-gula , dan buah-buahan. Dalam produk parfum, senyawa ini akan mampu menguap dengan cepat, hanya menyisakan aroma parfum di kulit. Namun, etil asetat jarang dipilih sebagai pelarut reaksi karena rentan terhadap hidrolisis dan transesterifikasi. Cairan ini cukup mudah menguap pada suhu kamar dan memiliki titik didih 77 °C (171 ° F). Karena sifat-sifatnya tersebut, etil asetat dapat dihapus dari sampel dengan memanaskan dalam bak air panas dan memberikan ventilasi dengan udara terkompresi.

Etil asetat adalah ester yang paling umum dalam anggur, menjadi produk dari asam organik volatil yang paling umum yaitu asam asetat, dan etil alkohol yang dihasilkan selama fermentasi. Aroma etil asetat paling jelas pada anggur yang lebih muda dan berkontribusi terhadap persepsi umum tentang "kesuburan" dalam anggur. Sensitivitasnya pun bervariasi, dengan kebanyakan orang memiliki ambang persepsi sekitar 120 mg / L. Jumlah etil asetat yang berlebihan dianggap sebagai kesalahan anggur.

Di bidang entomologi, etil asetat adalah asfiksia yang efektif untuk digunakan dalam pengumpulan dan penelitian serangga. Dalam toples pembunuhan yang diisi dengan etil asetat, uap akan membunuh serangga yang terkumpul dengan cepat tanpa merusaknya. Karena tidak higroskopis , etil asetat juga membuat serangga cukup lembut untuk memungkinkan pemasangan yang tepat sesuai untuk koleksi

Etil asetat merupakan senyawa ester dari etanol dan asam asetat, hipersensitivitas pada ethyl acetate adalah sebuah kontraindikasi. Produk turunan dari asam asetat ini memiliki pasar yang cukup luas seperti pengaroma buah dan pemberi rasa seperti untuk es krim, kue, kopi, teh, juga digunakan pada industri tinta cetak, cat dan tiner, lem, PVC film, polimer cair dalam industri kertas, serta banyak industri penyerap lainnya seperti industri farmasi, dan sebagainya (Mc Ketta and Cunningham, 1992). Ethyl acetate tidak boleh dikonsumsi jika Anda memiliki kondisi berikut hipersensitivitas.

Paparan etil asetat yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, dan tenggorokan. Eksposur yang parah dapat menyebabkan kelemahan, kantuk, dan tidak sadar. Manusia yang terpapar dengan konsentrasi 400 ppm dalam 1,4 mg / L etil asetat untuk waktu singkat dipengaruhi oleh iritasi hidung dan tenggorokan. Etil asetat adalah iritan konjungtiva dan membran mukosa saluran pernapasan. Percobaan pada hewan telah menunjukkan bahwa, pada konsentrasi yang sangat tinggi, ester memiliki efek depresan sistem saraf pusat dan efek mematikan; pada konsentrasi 20.000 hingga 43.000 ppm (2,0-4,3%), mungkin ada edema paru dengan perdarahan, gejala depresi sistem saraf pusat, anemia sekunder, dan kerusakan hati. Pada manusia, konsentrasi 400 ppm menyebabkan iritasi pada hidung dan faring ; kasus-kasus juga telah diketahui mengenai iritasi konjungtiva dengan opacity kornea sementara. Dalam kasus yang jarang terjadi, paparan dapat menyebabkan sensitisasi pada selaput lendir dan erupsi kulit . Namun, efek iritan etil asetat lebih lemah daripada propil asetat atau butil asetat.

Etil asetat dianjurkan untuk disimpan dalam fasilitas yang sejuk, kering dan berventilasi baik dari bahan pengoksidasi. Etil asetat harus dijauhkan dari sinar matahari langsung, panas dan nyala api terbuka. Jauhkan dari anak-anak dan hewan peliharaan.



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...