Loading...
Pasak bumi (Eurycoma longifolia
Jack) merupakan salah satu tumbuhan obat asal hutan yang memiliki banyak
khasiat. Tumbuhan yang banyak dijumpai di kawasan hutan Indonesia khususnya
daerah Sumatera dan Kalimantan ini, sudah lama digunakan sebagai obat dan
penambah stamina. Berdasarkan penelitian Pasak Bumi mengandung empat senyawa
penting yaitu senyawa canthin, senyawa turunan eurycomanone, senyawa
quassinoid, dan senyawa etanol. Senyawa canthin inilah yang mampu menghambat
pertumbuhan sel kanker. Sedangkan senyawa turunan eurycomanone sebagai anti
malaria, senyawa quassinoid berfungsi sebagai anti leukimia, dan prospektif
untuk anti HIV, senyawa etanol berfungsi sebagai afrodisiak.
Pasak bumi (Eurycoma Longifolia
Jack) merupakan salah satu tumbuhan obat asal hutan yang memiliki banyak
khasiat, namun penelitian tentang jenis tanaman ini masih belum komprehensif.
Berdasarkan kajian farmakologis diperoleh informasi bahwa senyawa canthin pada
tanaman pasak bumi mampu menghambat pertumbuhan sel kanker (Nurhanan et al.,
2005), senyawa turunan eurycomanone sebagai anti malaria (Chan et al., 2005),
senyawa quassinoid berfungsi sebagai anti leukimia, dan prospektif untuk anti
HIV (Sindelar et al., 2005), senyawa etanol berfungsi sebagai afrodisiak
(Nainggolan dan Simanjuntak 2005).
Industri obat-obatan selama ini
hanya mengandalkan tanaman pasak bumi dari alam tanpa adanya upaya budidaya,
akibatnya terjadi penurunan populasi pasak bumi di alam, bahkan Rifai (1992)
menyatakan populasi pasak bumi asal Indonesia dikategorikan sebagai tanaman langka dengan status ’terkikis’.
Menurut Hussein et al., (2005), selama ini perbanyakan tanaman pasak bumi hanya
mengandalkan biji di alam, padahal sebagai tanaman yang memiliki tipe benih
rekalsitran, persentase kecambahnya cenderung rendah dan memerlukan waktu yang
cukup lama akibat embrio zigotik yang belum matang pada saat pemencaran. Selain
itu perilaku berbunga yang tidak tentu dan pertumbuhannya yang lambat
mengakibatkan tanaman ini semakin jarang ditemui.
Pasak Bumi banyak diekspor ke
luar negeri. untuk digunakan sebagai bahan pembuatan obat herbal. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Forest Research of Malaysia, membuktikan bahwa pasak
bumi mengandung bahan aktif yang dapat memperbaiki kadar testosteron pada pria
dewasa serta memperlancar peredaran darah termasuk ke arah alat kelamin pria. Hampir
seluruh bagian tumbuhan ini dapat digunakan untuk obat. Sudah lama tanaman ini
dimanfaatkan orang terutama di Asia sebagai obat bagi bermacam-macam penyakit,
di antaranya sebagai anti biotik, anti inflamasi, anti hipertensi, anti
piretik, tonikum, sakit perut, malaria, dan yang paling terkenal adalah sebagai
obat kuat bagi pria dewasa. Di Malaysia tanaman ini disebut Tongkat Ali dan
sering digunakan sebagai penawar demam, penyembuh luka-luka di gusi atau
gangguan cacing serta memulihkan stamina setelah melahirkan. Sedangkan di
Kalimantan dan Sabah kulit batang digunakan untuk mengobati nyeri pada tulang.
Daun pasak bumi yang masih muda dapat dimakan untuk pengobatan sakit perut. Di
Vietnam bunga dan buah pasak bumi digunakan untuk obat desentri.
Pasak Bumi (Eurycoma
Longifolia) telah terbukti dapat meningkatkan kadar testosteron dalam tubuh,
tetapi tidak terjadi hanya dengan sekali pakai saja. Efeknya dapat dilihat
setelah pemakaian secara terus-menerus selama beberapa minggu. Selain dapat
meningkatkan fungsi seksual pria, Pasak Bumi juga dapat menambah keaktifan pria
dalam melakukan aktivitas seksual. Pria yang memiliki penis terlalu kecil
karena kurangnya kadar hormon testosteron dalam tubuh, dapat mengkonsumsi Pasak
Bumi untuk meningkatkan kadar testosteron sehingga ukuran penis dapat
bertambah. Demikian juga bagi pria yang terbiasa mengkonsumsi tempe atau produk
kedelai lainnya, dapat memgkonsumsi Pasak Bumi untuk memperoleh khasiatnya,
karena tempe dan produk kedelai lainnya kaya akan phytoestrogen yang dapat
menghambat fungsi seksual dan pertumbuhan penis.
Sejak beberapa tahun silam pasak
bumi dikenal sebagai afrodisiak. Bahkan menurut Ir Nurliani Bermawie, Ph.D,
peneliti di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aromatik ( Balittro ),
Cimanggu, Bogor, sejak zaman dulu masyarakat suku Banjar di Kalimantan Selatan
menggunakan pasak bumi sebagai obat kuat. Menurut Nurliani, khasiat pasak bumi
yang paling dipercaya adalah pasak bumi dari pedalaman Kalimantan Barat khasiat
itu telah dibuktikan oleh Prof Madya Dr Johari Mohd. Saad, Ph.D yang melakukan
penelitian pada beberapa tikus jantan dan betina. Menurut penelitian tersebut,
tikus jantan yang diberi ektrak pasak bumi menunjukan perilaku lebih agresif
terhadap tikus betina. Hal itu diperkuat penelitian Dr H. H Ang dari School of
Pharmaceutical Sciences, University Science Malaysia. Akar pasak bumi selain
sebagai afrodisiak juga manjur untuk malaria. Penyakit yang menghancurkan
sel-sel darah merah ini disebabkan plasmodium yang hidup dalam nyamuk anopeles
betina. Kandungan senyawa kuasinoid pada akar pasak bumi dapat melumpuhkan
plasmodium falcifarum. Selain kuasinoid akar pasak bumi juga mengandung senyawa
erikomanon yang ampuh mengobati malaria. Selain sebagai afrodisiak dan
antimalaria, pasak bumi mencegah serangan kanker. Senyawa kuasinoid dan
alkaloid yang terkandung dalam pasak bumi terbukti menghambat pertumbuhan sel
kanker. Selain kegunaan yang disebutkan di atas tanaman pasak bumi juga dapat
digunakan sebagai insektisida nabati yang mampu mengusir lalat buah yang
menyerang tanaman.
Penelitian mengenai tanaman
pasak bumi di Indonesia masih sedikit yang dilaporkan. Beberapa penelitian
tersebut antara lain: manfaat ekstrak etanol pasak bumi untuk afrodisiak
(Nainggolan dan Simanjuntak 2005), produksi alkaloid pasak bumi dengan kultur
in vitro dan kultur suspensi (Siregar et al., 2005), kajian potensi dan ekologi
pasak bumi di Bengkulu (Heriyanto et al., 2006) dan kajian potensi pasak bumi
di TNGL (Setyowati 2007). Namun informasi mengenai teknik perbanyakan tanaman
masih belum diperoleh.
Dilihat dari sektor pertanian
tanaman pasak bumi belum banyak di kembangkan, padahal tanaman ini banyak
dicari karena khasiatnya yang terbukti manjur. Mulai sebagai obat kuat hingga
sebagai obat beberapa penyakit yang mematikan. Selain itu obat yang berasal
dari tanaman herbal pada umumnya tidak menimbulkan efek samping pada tubuh, hal
ini lain halnya dengan penggunakan obat esensial.
Kurangnya ilmu pengatahuan
tentang budidaya tanaman pasak bumi ini, menyebabkan pasokan kebutuhan pasar
harus disediakan dari pengambilan akar pasak bumi di hutan dan kebanyakan
pengampilan tanaman ini menimbulkan berbagai masalah lingkungan. Sebenarnya hal
ini tidak perlu terjadi apa bila terdapat teknologi yang dapat mengembangkan
tanaman ini. Selain itu peluang ini diperkuat dengan cukup adaptifnya tanaman
pasak bumi pada beberapa cuaca dan jenis tanah yang ada di indonesia.
Pasak bumi berdaun majemuk dan
menyirip panjangnya antara 60-70cm. Masing-masing daun terdiri atas 11-35 anak
daun yang berkumpul di ujung cabang membentuk tajuk seperti payung. Pertumbuhan
pasak bumi tergolong lambat, dalam 9 tahun tingginya tak lebih dari 2 jengkal
orang dewasa. Pasak bumi hidup berkelompok, disebabkan buah yang jatuh di
sekitar pohon induk. Pasak bumi sebenarnya merupakan tanaman adaptif, ia dapat
ditemukan di dataran rendah maupun dtaaran tinggi. Pada daerah sekitar pantai
maupun di ketinggian 1200 m dpl. Pasak bumi juga mampu bertahan di tanah miskin
unsur hara karena kemampuan akarnya yang mampu menghujam tanah hingga kedalaman
2 m sehingga jangkauan terhadap unsur hara lebih optimal. Bentuk akar pasak
bumi sangat unik, berupa dominasi akar tunggang yang menghujam dalam ke perut
bumi. Dengan bentuk akar seperti ini, proses pencabutan pasak bumi bisa
mencapai berjam-jam tanpa bantuan alat seperti misalnya alat pengungkit.
Keunikan bentuk akar pasak bumi bisa dijelaskan dari dua pendekatan, pendekatan
ekologis dan pendekatan fisiologis.
Secara ekologis pasak bumi
termasuk pohon kecil yang membutuhkan naungan tapi harus cukup cahaya. Karena
itulah pasak bumi sering hidup berdampingan dengan pohon bengkirai yang
merupakan pohon terbesar di hutan Kalimantan, di bawah bengkirai kerap
ditemukan semak setinggi 1 m dan belukar setinggi 3 m, karenanya pasak bumi
tumbuh menjulang 3-20 m untuk mendapatkan sinar dan akarnya menghhujam dalam ke
perut bumi agar dapat menyerap cukup unsur hara karena meskipun kandungan hara
paling kaya terdapat di lapisan atas tanah, tapi akar pohon besar, semak, dan
belukar berkumpul pada lapisan atas tanah. Sedangkan secara fisiologis, akar
pasak bumi berupa akar tunggang dan sedikit memunculkan cabang akar dikarenakan
sitokinin yang berguna untuk memunculkan percabangan pada bagian atas tanaman,
yang mengalir dari ujung akar ke bagian atas tumbuhan sangat deras sehingga
menutupi tunas akar untuk tumbuh. Pertumbuhan bagian atas pasak bumi pun
cenderung sama seperti pada akarnya, yaitu dominasi apical. Hal ini dikarenakan
aliran auksin yang diproduksi dari bagian atas tanaman untuk memunculkan
percabangan akar, terlalu deras sehingga tunas cabang dan ranting sulit tumbuh.
Hussen et al. (2005)
menjelaskan bahwa masyarakat selama ini hanya mengandalkan dan memanfaatkan
tumbuhan Pasak bumi dari alam saja dan perbanyakannyapun hanya mengandalkan
dari biji alam padahal biji pasak bumi termasuk jenis rekalsitran dan memiliki fenologi
yang tidak menentu, selain itu pasak bumi termasuk tanaman jenis monopodial.
Pembudidaya tanaman pasak bumi
dapat menerapkan metode generatif ataupun vegetatif dalam perbanyakan tanaman
pasak bumi, dalam metode perbanyakan secara generatif (biji), Cahyono et al.
(2010) menjelaskan bahwa kualitas benih mempengaruhi perkecambahan biji pasak
bumi. Benih pasak bumi yang langsung dikecambahkan menghasilkan persen kecambah
yang lebih baik dibandingkan dengan benih yang disimpan terlebih dahulu.
Semakin lama penundaan perkecambahan maka daya kecambah akan semakin kecil, dan
ini merupakan sifat biji rekalsitran.
Perkecambahan diawali dengan
pembelahan kulit biji dan perubahan struktur embrio biji menjadi tumbuhan kecil
berupa daun kecil, calon batang, dan calon akar. Pasak bumi akan mudah
berkecambah pada media tanam yang memiliki tingkat kelembapan tinggi. Dan laju
pertumbuhan jumlah daun tanaman pasak bumi akan mengalami peningkatan yang
signifikan pada bulan ke-4 dengan selisih pertambahan daun sebanyak 35,29 %,
dikarenakan pada bulan tersebut semua semai mulai mengeluarkan daun, Susilowati
(2008) menyatakan bahwa media semai mempengaruhi pembentukkan daun pasak bumi.
Pembudidaya pasak bumi juga
dapat menerapkan perbanyakan tanaman menggunakan cara generatif (cabutan alam),
namun keterbatasan sumber daya metode generatif (cabutan alam) merupakan
hambatan terbesar yang akan dihadapi oleh pembudidaya.
Metode generatif (cabutan alam)
mampu bertahan hidup yaitu sebesar 84,5%. Terdapatnya faktor internal berupa
gen dan hormon dan faktor eksternal berupa nutrisi makanan, suhu, cahaya, air,
kelembaban dan tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Keadaan lingkungan yang baik mampu menyediakan asupan makanan bagi tanaman,
sehingga tanaman akan mampu mengeluarkan tunas satu bulan setelah tanam.
Metode cabutan alam memiliki
daya bertahan hidup tinggi karena sudah memiliki jaringan-jaringan yang lengkap
sehingga dapat mempermudah memenuhi kebutuhan hidupnya seperti akar yang
berguna untuk menyerap unsur hara yang terdapat pada media yang digunakan dan
daun yang berguna sebagai tempat berfotosintesis yang digunakan sebagai
cadangan makanan.
Persen hidup merupakan gejala kemampuan
tumbuhan dan adaptasi tanaman terhadap kondisi lingkungan tempat mereka tumbuh
serta merupakan salah satu kriteria seleksi, terutama pada waktu introduksi
jenis dan provenan pada lingkungan yang memiliki perbedaan dengan lingkungan
aslinya (Prastyono 2014).
Tunas yang muncul sangat
bervariasi yaitu terdiri dari 1-4 tunas dalam satu tanaman. Tunas pada metode cabutan
dapat terdiri dari tunas apikal dan tunas lateral. Tunas apikal adalah tunas
yang keluar di pucuk (puncak) batang sedangkan tunas lateral adalah tunas yang
keluar diketiak daun atau samping batang. Dahlia (2001) menjelaskan selama
tunas apikal masih ada, maka pembentukkan dan pertumbuhan tunas lateral akan
terhambat karena pucuk apikal merupakan tempat memproduksi auksin.
Metode perbanyakan tanaman
pasak bumi secara vegetatif (stek) juga merupakan teknik yang dapat dilakukan
oleh pembudidaya, bahan untuk setek diambil dan dipotong-potong terdiri dari
setek pucuk, setek batang dan akar tunggul (stump). Metode perbanyakan dengan
teknik stek mampu memberikan daya tahan hidup sebesar 20,8%. Sakai et al (2002)
menyebutkan bahwa keberhasilan setek
ditentukan oleh kondisi lingkungan yang baik bagi keberhasilan proses
fotosintesis yang maksimal dan respirasi yang seimbang. Kedua proses fisiologis
tersebut sangat berperan terhadap pertumbuhan setek berakar.
Perbanyakan pasak bumi melalui
teknik stek pucuk, bahan tanaman untuk stek dapat diambil dari tanaman hasil
perbanyakan secara generatif yang berumur 7 bulan, dan memenuhi beberapa
kriteria antara lain kesehatan batang dan daun, tunas vertikal dan tunas muda
(juvenil). Gunakan gunting pemotong untuk pengambilan bahan stek dengan ukuran
minimal dua ruas daun (3 nodul) atau berukuran 5-10 cm. Selanjutnya bahan stek
ditanam.
Pemberian Rootone F juga berpengaruh
terhadap persentase stek berakar, panjang akar primer serta jumlah akar primer
dan sekunder stek pasak bumi. Penambahan Rootone F mampu merangsang proses
morfologis yaitu pembentukan kucup lateral dan pertumbuhan akar baru pada
jaringan kalus yang terbentuk pada stek. Jaringan kalus yang terbentuk pada
stek sebagai akibat respons tumbuhan terhadap penambahan ZPT berfungsi untuk
memacu proses diferensiasi sel pada jaringan merismatik, dimana jaringan
merismatik pada batang mengandung meristem yang memiliki jumlah sel sedikit dan
aktifitas selnya rendah sehingga dibutuhkan hormon eksternal dalam hal ini
Rootone-F untuk pertumbuhannya. Sebuah penelitian membuktikan stek pasak bumi
tanpa pemberian Rootone F juga menunjukkan adanya perakaran namun berdasarkan
hasil pengamatan, stek tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama untuk berakar
dan akar yang terbetuk relatif lebih pendek dengan jumlah akar primer serta
sekunder yang lebih sedikit.
Pemeliharaan stek meliputi
penyiraman, pembersihan kotoran dan membuang guguran daun dilakukan secara
periodik. Pengecekan akar dilakukan pada saat stek berumur 11 minggu,
selanjutnya pada minggu ke-24 dilakukan penyapihan stek.
Media tanam sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan proses pembentukan akar. Pemilihan media harus memperhatikan
3 karakteristik media yaitu:
-Kandungan kimia, dimana media
yang baik harus memiliki kandungan kimia yang minimal agar tidak mengganggun
proses penyerapan air oleh stek dari media.
-Sifat fisik, berkaitan erat
dengan kemampuan mengikat air dan porositas media. Media stek yang ideal adalah
yang memiliki aerasi cukup namun dapat mengikat air.
-Kandungan mikrobiologi, dimana
media yang baik adalah media yang higienis atau populasi mikrobanya rendah.
Pertumbuhan tanaman pasak bumi
dengan menggunakan metode stek membuktikan bahwa sebenarnya stek pasak bumi
memiliki kandungan auksin endogen yang cukup untuk menghasilkan perakaran namun
memerlukan tambahan hormon eksogen untuk mempercepat dan memperbanyak
perakarannya. Proses pembentukan akar stek pasak bumi dimulai dari sel-sel
meristem pada kambium atau yang berada di antara atau di luar jaringan pembuluh
dan aktif membelah setelah auksin dari tunas, rooting cofactor dan karbohidrat bergerak ke bagian dasar stek.
Sel-sel tersebut kemudian berkumpul membentuk calon akar, jika terdapat luka
akibat pemotongan maka sel-sel membentuk agregat massa sel yang disebut kalus.
Massa kalus tersebut kemudian membelah kembali membentuk banyak kumpulan
sel-sel meristem yang disebut primordia akar. Pembelahan sel terus berlangsung
dari kumpulan sel membentuk ujung akar atau root tip (Rochiman dan Harjadi
1973). Sistem pembuluh dibentuk dalam
primordia akar dan membentuk hubungan dengan jaringan pembuluh didekatnya,
ujung akar tersebut akan terus tumbuh
menembus lapisan korteks dan epidermis membentuk akar adventif.
Secara umum akar adventif pada
stek dapat diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yaitu, preformed root yang
berkembang secara alami pada bagian batang ketika masih berada pada tanaman
induk dan wound root yang berkembang hanya setelah pemotongan stek dari tanaman
induk sebagai respon terhadap perlukaan pada batang. Primordia akar umumnya
berasal dari sel kambium yang bersifat meristematik. Stek pasak bumi umumnya
telah menunjukkan adanya perakaran pada umur 11 minggu.
loading...