Loading...
Spirulina merupakan satu dari
dua genus yang termasuk dalam famili Spirulinaceae. Di seluruh dunia telah
dikenal 30 spesies (jenis) Spirulina, 12 jenis di antaranya dapat ditemukan di Indonesia
(Budiman, 1995). Spirulina merupakan mikroorganisme autotrof berwarna
hijau-kebiruan dengan sel berkolom membentuk filamen terpilin menyerupai spiral
(helix), sehingga disebut alga biru- hijau berfilamen (Richmond, 1987). Secara
ekonomi Spirulina memiliki prospek penting karena dapat dimanfaatkan sebagai
bahan dasar pembuatan obat, makanan maupun makanan tambahan (food suplement)
(Yunus dkk, 1989). Kecuali itu, Spirulina juga merupakan mikroalga yang dapat
digunakan sebagai bahan baku obat penurun kadar kolesterol dalam darah, bahan
baku obat pelangsing tubuh manusia, dan dimanfaatkan dalam pengobatan penyakit
kanker. Spirulina memiliki kandungan protein yang relatif cukup tinggi
(63%-68%), karbohidrat 18-20%, dan lemak 2-3%. Kandungan protein yang tinggi
ini menyebabkan Spirulina dimanfaatkan sebagai sumber protein potensial bagi
makhluk hidup baik manusia maupun hewan ternak (Hariyati, 2008).
Akhir-akhir ini Spirulina mulai
banyak dikenal publik. Sebab mikroalga ini dianggap memiliki kandungan yang
baik bagi kesehatan.
Mikroalga merupakan kelompok
tumbuhan berukuran renik yang termasuk dalam kelas alga. Diameternya antara
3-30 nanometer, baik sel tunggal maupunkoloni yang hidup di seluruh wilayah
perairan tawar maupun laut yang lazim disebutfitoplankton. Di dunia mikroba,
mikroalga termasuk eukariotik, umumnya bersifatfotosintetik dengan pigmen
fotosintetik hijau (klorofil), cokelat (fikosantin), dan merah (fikoeritin),
(Haryoto, 2004). Morfologi mikroalga berbentuk uniseluler atau multiseluler tetapi
belum ada pembagian tugas yang jelas pada sel-sel komponennya.Hal itulah
yangmembedakan mikroalga dari tumbuhan tingkat tinggi.
Mikroalga merupakan mikroba
tumbuhan air yang berperan penting dalam lingkungan sebagai produser primer,
disamping bakteri dan fungi yang ada di sekitar kita. Sebagian besar mikroalga
bersifat fotosintetik, mempunyai klorofil untuk menangkap energi matahari dan
karbon dioksida menjadi karbon organik yangberguna sebagai sumber energi bagi
kehidupan konsumer seperti kopepoda, larvamoluska, udang dan lain-lain. Selain
perannya sebagai produser primer, hasil sampingan fotosintesa mikroalga yaitu
oksigen juga berperan bagi respirasi biota sekitarnya. Pengetahuan tentang
fikologi telah berkembang pesat setelah beragam jenis alga dengan
karakteristiknya masing-masing berhasil dikultur. Berbagai institusi di dunia
telah menyimpan koleksi kultur mikroalga yang potensial dapat dimanfaatkan
untuk berbagai aplikasi (Panggabean, 2007).
Mikroalga hidup di berbagai
habitat perairan dan dapat ditemukan mulai di bagian sedimen sampai area
intertidal. Mikroalga umumnya bersel satu atau berbentuk benang dan selama
hidupnya merupakan plankton. Widyastuti (2014) menjelaskan bahwa mikroalga juga
merupakan kelompok fitoplankton atau plankton jenis nabati. Oleh karenanya,
mikroalga lazim disebut sebagai fitoplankton. Fitoplankton memiliki zat hijau
daun (klorofil) yang berperan dalam menghasilkan bahan organik dan oksiden
dalam air. Sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di laut, fitoplankton
menjadi makanan alami bagi zooplankton baik yang masih kecil maupun yang
dewasa. Selain itu, fitoplankton juga menjadi nutrisi bagi larva ikan dan
vertebrata, mikroba dan organisme yang lebih besar seperti udang, kepiting,
kerang, ikan dan burung (Widyastuti, 2014).
Sebagai produsen, mikroalga
mengandung nutrisi yang lengkap kaya protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral.Selain itu alga juga mengandung pigmen astaxanthin, zeaxanthin,
chlorophil, phycocyanin, phycoeritrin yang memiliki fungsi pewarnaan dan
antioksidan. Mikro mineralnya bersama vitamin mampu memperbaiki metabolisme
tubuh dan daya tahan. Contoh-contoh yang sudah dikenal di masyarakat adalah
Chlorella dan Spirullina yang dimanfaatkan sebagai nutraceutis/suplemen kesehatan.
Berdasarkan pigmen yang
dimiliki, mikroalga dikelompoka menjadi beberapa filum yakni :
-Cyanobacteria atau Alga Biru
Hijau
Cyanobacteria atau Alga Biru
Hijau aalah kelompok alga yang paling primitif dan memiliki sifat-sifat bakterial
dan alga.
Kelompok ini adalah organisme
prokariotik tidak memiliki struktur-struktur sel, contohnya nukleus dan
chloroplast. Hanya memiliki chlorophila, namun memiliki variasi phycobilin
seperti carotenoid. Pigmen-pigmen ini beragam variasi sehingga warnanya bisa
bermacam-macam. Contohnya Spirulina, Oscillatoria, Anabaena.
-Alga Hijau (Chlorophyta)
Alga hijau adalah kelompok alga
yang paling maju dan memiliki banyak sifat- sifat tanaman tingkat tinggi.
Merupakan organisme prokaryotik dan memiliki struktur-struktur sel khusus,
memiliki kloroplas, DNA–nya berada dalam sebuah nukleus, dan beberapa jenisnya
memiliki flagella. Dinding sel alga hijau sebagaian besar berupa sellulosa,
meskipun ada beberapa yang tidak mempunyai dinding sel. Mempunyai klorophil a
dan beberapa karotenoid, dan biasanya mereka berwarna hijau rumput. Pada saat
kondisi budidaya menjadi padat dan cahaya terbatas, sel akan memproduksi lebih
banyak klorophil dan menjadi hijau gelap. Contoh: Tetraselmis (Air tawar, air
laut) dan Pyramimonas memiliki penampakan serta sifat berenang yang identik
dengan tetraselmis. Kedua organisme ini adalah sumber makan yang populer untuk
mengkultur rotifer, kerang, dan larva udang.
Contoh lainnya, Clamidomonas
(Air tawar, air laut), Nannocloris (Air tawar, air laut,) yang berwarna hijau
tidak motil dan tidak memiliki flagel, berukuran sangat kecil dengan diameter
1,5-2,5 mm, sel berbentuk bola, cenderung mengapung dalam budidaya, berupa
suspensi dalam kondisi tanpa aerasi sehingga menguntungkan bagi usaha budidaya.
Organisme ini adalah sumber makan yang populer untuk mengkultur rotifer,
kerang, dan larva udang. Dunaliella (Air tawar, air laut), Botryococcus dan
Chlorella (Air tawar, air laut,) yang selnya bereproduksi dengan membentuk dua
sampai delapan sel anak didalam sel induk yang akan dilepaskan dengan melihat
kondisi lingkungan. Merupakan pakan untuk rotifer dan dapnia.
-Diatom (Bacillariophyceae)
Diatom adalah kelompok alga
yang unik dengan dinding sel yang terbentuk dari silikon dioksida. Diatom
dipenuhi banyak lubang sehingga tampak seperti ayakan (saringan) dan secara
komersial dapat digunakan sebagai perlengkapan dalam beberapa peralatan filter.
Tidak memiliki flagella kecuali pada beberapa spesies tertentu, hanya memiliki
chlorophyl a dan c serta beberapa carotenoid seperti fucoxanthin sehingga
berwarna kecoklatan.
Organisme ini biasa digunakan
sebagai pakan dalam budidaya. Contoh Chaetoceros (Air laut,) yang populer
sebagai pakan rotifer, kerang-kerangan, tiram, dan larva udang.
-Alga Coklat Emas (Chrysophyceae)
Alga coklat-emas dikaitkan
dengan diatomae, namun mereka memiliki dinding sel silika yang sedikit selama
masa hidup mereka. Alga ini memiliki sifat-sifat yang dapat ditemui pada
sebagian besar alga. Beberapa anggota kelompok alga ini memiliki flagella dan
motil. Semua memiliki kloroplas dan memilki DNA yang terdapat di dalam
nukleusnya.
Alga ini hanya memiliki
chlorophyl a dan c serta beberapa carotenoid seperti fucoxanthin yang
memberikan mereka warna kecokelatan. Alga ini seringkali dibudidayakan dalam bentuk
uniseluler pada usaha budidaya sebagai sumber pakan. Contoh Isochrysis (air
laut), Nannochloropsis (air tawar, air laut ), Ellipsoidon (Air tawar, air
laut).
-Alga Merah (Rhodophyta)
Alga merah merupakan makroalga
yang hanya memiliki chlorophyl a di samping memiliki pigmen lainnya seperti
phycocyanin (pigmen biru), dan phycoeretrin (pigmen merah), seperti juga halnya
berbagai carotenoid. Phycoeretrin memberi warna merah pada alga ini. Selain itu
alga ini juga terkadang berwarna hijau kebiruan hingga ungu. Alga merah
uniseluler tidak motil dan tidak memiliki flagel. Dapat digunakan dalam
lingkungan budidaya. Contohnya Porphyridium.
Alga ini digunakan pada lingkungan
budidaya untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat.
-Euglenophyta
Euglenophyta dimasukkan dalam
kelompok alga hijau oleh beberapa ahli taksonomi dan dimasukkan ke dalam
golongan protozoa oleh sebagian ahli lainnya dikarenakan organisme ini memiliki
sifat-sifat tanaman sekaligus hewan. Organisme ini merupakan organisme
eukaryotik dengan struktur-struktur tubuh yang dapat dijumpai pada sebagian
besar alga, namun mereka juga memiliki kerongkongan sehingga mereka dapat
memasukkan partikel ke dalam tubuhnya. Mereka memiliki satu flagella yang
panjang dan bisanya berenang dengan cara menarik diri mereka melalui air.
Beberapa di antaranya melakukan
gerakan amoeboid. Organisme ini tidak memiliki dinding sel, namun mereka
memiliki lapisan luar yang keras yang tersusun dari protein yaitu pellicle,
yang memiliki fungsi yang sama seperti dinding sel. Euglenophyta memiliki
chlorophyl a dan b beberapa carotenoid dan biasanya mereka terlihat berwarna
hijau rumput. Euglena umum ditemukan di perairan yang kaya akan nutrien.contoh
Euglena.
-Cryptophyta
Cryptophyta adalah kelompok
uniseluler yang unik yang tidak memiliki kedekatan dengan kelompok alga
lainnya. Kelompok ini merupakan organisme eukaryotik, dan mereka juga memiliki
kerongkongan. Semua spesies kelompok ini memiliki flagel, bersifat motil, dan
memiliki satu atau dua kloroplast serta memiliki chlorophyl a dan c,
phycocyanin dan phycoeretrin serta beberapa carotenoid yang memberikan warna
kecokelatan pada tubuh mereka. Memiliki 1-2 kloroplas cokelat dan dapat melakukan
fotosintesa ataupun bertahan hidup menggunakan bakteri.
Pada umumnya tidak digunakan
sebagai pakan pada lingkungan budidaya, namun demikian populasi di alam
merupakan makanan bagi rotifer, kerang, tiram, dan larva udang.
-Phyrrophyta
Dalam kelompok ini terdapat
dinoflagellata yang merupakan suatu kelompok organisme uniseluler yang unik
yang memiliki dua flagella dan umum dijumpai di air tawar maupun air laut.
Kelompok ini merupakan organisme eukaryotik.. Salah satu ciri khas kelompok
organisme ini adalah keberadaan dinding sel yang terbuat dari lapisan selulosa.
Akan tetapi ada beberapa organisme yang tidak memiliki dinding sel ini.
Organisme ini memiliki dua flagella. Banyak organisme dari golongan ini yang
memiliki trichocyst, yaitu struktur protein yang dapat dikeluarkan dari
permukaan sel untuk melindungi diri dari predator.
Fenomena ‘red tide’ adalah
peristiwa yang dihubungkan dengan ledakan (berkumpulnya) dinoflagellata karena
adanya pigmen kemerahan yang terakumulasi dalam organisme-organisme ini dan
dalam jumlah yang besar yang terjadi pada kondisi lingkungan tertentu. Beberapa
dinoflagellata menyebabkan peracunan pada kerang-kerangan dan menyebabkan
pengakumulasian neurotoxin dalam konsentrasi tinggi. Beberapa spesies merupakan
parasit bagi ikan yang menyebabkan masalah seperti ‘velvet disease’. Sebagian
besar spesies bukan merupakan makanan ikan karena ukurannya terlalu besar untuk
dikonsumsi. Ceratium (air tawar). Peridinium (air tawar, air laut).
Spirulina atau yang biasa
disebut ganggang hijau semakin hari semakin populer sebagai salah satu bahan
dasar suplemen. Kandungan nutrisi dan antioksida di dalamnya sangat baik untuk
kesehatan tubuh. Oleh karena itu, Sprirulina sering disebut sebagai superfood.
Spirulina adalah mikroalga
biru-hijau yang biasanya tumbuh di danau air tawar, mata air alami, dan air
asin di iklim subtropis dan tropis. Spirulina merupakan jenis ganggang yang
memiliki fungsi untuk mencegah tubuh dari serangan penyakit. Carolyn Brown, RD,
ahli gizi di Foodtrainers di New York mengatakan spirulina mampu memperkuat
otot, tulang, dan jantung. Hal ini karena spirulina mengandung vitamin B12,
klorofil, zat besi, dan protein tinggi.
Menurut Carolyn Brown, Spirulina
sering dikonsumsi dengan berbagai cara. Spirulina biasanya dikeringkan dan
dihancurkan serta dikombinasikan dengan superfood.
Spriulina juga bisa disimpan
dan dibuat menjadi bubuk yang kemudian ditambahkan pada minuman atau makanan.
Hal ini ditujukan untuk mempermudah tubuh dalam mendapatkan protein dari
spirulina. “Selain itu (Spirulina) juga sering dikonsumsi dalam bentuk kapsul
sebagai suplemen,” kata Brown.
Dilansir dari Health, Nathalie
Rhone, RD, ahli nutrisi di Nutrition juga memberi penjelasan akan manfaat
spirulina. Dia mengatakan, bakteri tersebut mengandung asam lemak bermanfaat
seperti DHA dan GLA yang memiliki tingkat antioksidan tinggi. “Kandungan ini
dapat membantu melindungi tubuh terhadap kerusakan oksidatif,” kata Nathalie
Rhone.
Rhone menambahkan, spirulina
juga sering dikonsumsi dengan mencampurkannya ke dalam jus atau smoothie. Ini
menjadikan spirulina semakin baik dikonsumsi untuk tubuh. “Semuanya penting
untuk energi kita. Magnesium juga membantu menurunkan tingkat stres,” kata Nathalie
Rhone. Meskipun demikian, Dia menyarankan supaya spirulina dicampurkan ke dalam
jus yang memiliki rasa kuat untuk meciptakan rasa yang semakin nikmat. “Jika
menambahkan spirulina ke dalam smoothie, pastikan untuk memasukkan banyak buah
atau rempah-rempah beraroma seperti mint untuk mengimbangi rasanya yang kuat,” kata
Rhone.
Spirulina di Indonesia
merupakan komoditas yang digunakan untuk meningkatkan kebutuhan protein dan
menyukseskan program ketahanan pangan masyarakat. Khususnya untuk mereka yang
hidup di pulau terluar. Misalkan saja tim dari Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir
dan Lautan (PKSPL) IPB yang bekerjasama dengan Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB. Mereka melakukan
penelitian tentang diversifikasi produk pangan biskuit yang berbasis sumber
karbohidrat lokal (sagu), konsentrat protein ikan dan Spirulina.
Spirulina merupakan salah satu
makanan rendah kalori yang mengandung tinggi nutrisi. Ganggang ini telah banyak
dimanfaatkan untuk bidang kesehatan, mulai dari mengatasi diabetes sampai
berpotensi melawan kanker. Dari berbagai macam suplemen yang disebut-sebut
sebagai superfood, Spirulina adalah salah satunya. Spirulina dapat ditemukan
dalam bentuk padatan, seperti kapsul atau tablet, serta bisa ditemukan dalam
bentuk bubuk untuk ditambahkan ke dalam makanan yang dikonsumsi.
Spirulina dapat dimanfaatkan
sebagai sumber nutrisi 100 % yang sangat tinggi. Bakteri ini biasa juga di
sebut sebagai ganggang hijau yang hidup di air tawar, laut maupun tempat basah,
dan merupakan makanan yang bersifat alkali. Menurut pendapat ahli, supaya tubuh
tetap dalam keadaan sehat maka sebaiknya mengkonsumsi makanan yang seimbang dan
dengan 80% berkadar alkali. Sedangkan pada tubuh yang sehat mengandung alkali
yang rendah dengan pH (7.3 - 7.4).
Spirulina adalah organisme yang
tumbuh di air tawar dan air asin. Spirulina ini hanya dapat dipertahankan pada
medium cair, sedangkan pada media padat akan memendek secara perlahan
tergantung kandungan air pada permukaan (Cifferi, 1983).
Spirulina sp merupakan
mikroalga multi seluler, terdiri dari sel-sel silindris yang membentuk koloni.
Koloni tersebut merupakan hasil pembelahan sel secara berulang-ulang pada
bidang tunggal dan membentuk rantai yang disebut trikom.
Trikom tersebut dapat berlekatan satu dengan
yang lain, dengan penghubung berupa selubung gelatin yang mengelilinginya.
Trikom dan selubung yang mengelilinginya disebut filamen (Vasishta, 1979 dalam
Ariyati, 1998).
Venkarataman (1983) dalam
Ariyati (1998) mengatakan bahwa struktur dinding sel Spirulina sp terdiri dari
beberapa lapisan yaitu mukopolimer, komponen pektin dan dibagian luarnya
terdapat lapisan lendir yang terbuat dari polisakarida.
Isi sel Spirulina sp terbagi
menjadi dua bagian yaitu sentroplasma yang berada di bagian pusat dan dikelilingi
oleh kromoplasma. Kromoplasma adalah daerah berpigmen di luar inti sel dan
berstruktur homogen, sedangkan sentroplasma berbentuk tidak teratur,
mendominasi sepertiga volume sel dan memiliki massa yang padat, yang umumnya
disebut inti. Inti ini tidak memiliki membran pembatas sehingga tidak mengalami
pembelahan mitosis (Cifferi, 1983). Sitoplasma Spirulina sp tersusun atas
sistem organisasi tilakoid yang merupakan organel sel berbentuk kantong
memanjang dan dikelilingi oleh sitoplasma yang diselubungi oleh membran plasma
dan sifatnya non granuler. Dibagian tepi tilakoid terkandung pigmen klorofil
yang berperan dalam proses fotosintesis sehingga fungsinya sama dengan sebagai
badan yang mengandung pigmen (Vasishta, 1979 dalam Ariyati, 1998).
Tanaman ini berjenis
cyanobacteria, yang merupakan keluarga dari mikroba bersel tunggal yang sering
disebut sebagai ganggang biru hijau. Nama “Cyanobacteria” berasal dari bahasa
Yunani; kyanós artinya biru yang merupakan warna dari bakteri. Cyanobacteria
selain sebagai produsen utama juga merupakan komponen penting dalam siklus
nitrogen di perairan laut. Namun begitu, keberadaan ganggang ini juga dapat
ditemukan di lingkungan air tawar seperti danau dan kolam. Nama Cyanobacteria
identik dengan nama kelas yang menjadi bagian taksanya. Subkelas
Osillatoriophycideae merupakan satu dari 4 (empat) subkelas di bawah kelas
Cyanobacteria. Subkelas ini memiliki 2 ordo yaitu Croococcales dan
Oscillatoriales. Croococcales merupakan ordo yang mencakup kajian taksonomi
sebanyak 11 famili, satu di antaranya adalah Spirulanaceae. Ciri dan
karakter yang menjadi
kesamaan dalam keluarga ini hanya diwakili oleh dua genus, yakni
Glaucospira dan Spirulina.
Cyanophyta merupakan suatu
divisi (filum) bakteri yang mendapatkan energi melalui fotosintesis. Cyanophyta
termasuk dalam regnum (kerajaan) monera. Ganggang hijau- biru merupakan salah
satu contoh dari kelas Cyanophyceae. Ganggang hijau-biru memiliki klorofil yang
berbeda dari klorofil bakteri yang dapat berfotosintesis, dan diketahui bahwa
oksigen dibebaskan oleh ganggang hijau-biru pada saat fotosintesis tetapi tidak
terjadi pada bakteri. Ganggang hijau – biru memiliki afinitas mirip bakteri
sehingga disebut juga Cyanobacteria karena organisasi seluler dan biokimianya.
Cyanobacteria/Cyanophyta atau
alga hijau biru merupakan kelompok alga prokariotik. Organisme tersebut
memiliki peran sebagai produsen dan penghasil senyawa nitrogen di perairan.
Beberapa Cyanobacteria juga diketahui dapat memproduksi toksin (racun). Selain
menghasilkan toksin, Cyanobacteria mampu menghasilkan senyawa yang bermanfaat
bagi mahluk hidup lain, antara lain protein dan senyawa lain untuk obat-obatan.
Organisme tersebut bersifat kosmopolit, tidak hanya ditemukan di habitat
akuatik melainkan juga ditemukan di habitat terestrial. Cyanobacteria ada yang
hidup sebagai plankton dan ada pula yang hidup sebagai bentos. Spesies-spesies
yang bersifat planktonik umumnya merupakan spesies-spesies yang mengakibatkan
terjadinya ledakan populasi (blooming) akibat eutrofikasi (pengayaan nutrisi).
Eutrofikasi biasanya disebabkan oleh proses alamiah atau akibat pencemaran.
Keadaan perairan yang kaya nutrisi tersebut menyebabkan pertumbuhan
Cyanobacteria yang sangat cepat. Cyanobacteria juga diketahui diketahui mampu
tumbuh di padang gurun, padang salju, dan sumber air panas. Indonesia sebagai
salah satu negara tropis yang selalu beriklim hangat sepanjang tahun
menyebabkan sering mengalami blooming Cyanobacteria di perairan tawar.
Spirulina sp. merupakan
mikroalga yang menyebar secara luas, dapat ditemukan di berbagai tipe
lingkungan, baik di perairan payau, laut dan tawar (Ciferri, 1983). Ciri-ciri
morfologinya yaitu filamen yang tersusun dari trikoma multiseluler berbentuk
spiral yang bergabung menjadi satu, memiliki sel berkolom membentuk filamen
terpilin menyerupai spiral, tidak bercabang, autotrof, dan berwarna biru
kehijauan.
Spirulina memiliki kemampuan
unik yaitu dapat menetralisir mineral beracun (Maeda dan Sakaguchi, 1990;
Okamura dan Aoyama, 1994). Spirulina dapat digunakan sebagai agen penetral
arsenik untuk air atau air limbah, dan bahan beracun serta logam berat lainnya
(Liu, et al., 1991).
Spirulina termasuk
cyanobacteria atau yang lebih dikenal dengan alga hijau biru, ada di bumi sejak
3500 juta tahun lalu. Mikro-organisme ini berukuran 3,5-10 mikron dan memiliki
filamen berbentuk spiral dengan diameter 20-100 mikron. Spirulina mengandung
60% protein dengan asam-asam amino esensial, sepuluh vitamin, juga berkhasiat
sebagai obat (therapeutic). Selain itu pula, Spirulina memiliki pigmen
fikosianin yang merupakan antioksidan dan anti-inflamatori (Romay et al 1998
diacu dalam Desmorieux 2006), polisakarida yang memiliki efek antitumor dan
antiviral (Gao dan Wu 2000; Mishima et al 1998 diacu dalam Desmorieux 2006),
γ-asam linoleat (GLA) dari Spirulina dapat berfungsi dalam penurun kolesterol
(Samuels et al. 2002 diacu dalam Desmorieux 2006).
Bentuk tubuh Spirulina sp. yang
menyerupai benang merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan
dinding sel yang tipis, berdiameter 1-12 µm. Filamen Spirulina sp. hidup
berdiri sendiri dan dapat bergerak bebas (Tomaselli, 1997). Spirulina sp.
berwarna hijau tua di dalam koloni besar yang berasal dari klorofil dalam
jumlah tinggi. Spirulina sp. memiliki struktur trichoma spiral dengan
filamen–filamen bersifat mortal dan tidak memiliki heterosit. Sel Spirulina sp.
berukuran relatif besar yaitu 110 µm, sehingga dalam proses pemanenan dengan
menggunakan kertas saring lebih mudah (Borowitzka M.A., 1988).
Tanaman ini juga dapat
melakukan fotosintesis dan tanaman ini menjadi semakin populer ketika NASA
mengusulkan bahwa mikroba tersebut dapat ditanam di ruang angkasa untuk
digunakan oleh para astronot.
Ganggang ini tumbuh baik dan
subur di perairan tawar seperti kolam air tawar dan danau air tawar terutama
pada kisaran pH 8-11 (alkali). Namun begitu, Spirulina juga mampu tumbuh subur
di perairan hangat yang memiliki temperatur 320C-450C (850F- 1120F). Nama “Spirulina”
berasal dari bahasa Latin “helix” atau “spiral” yang lebih mengarah kepada
makna konfigurasi fisik organisme tersebut ketika bentuknya berputar-putar dan
untai secara mikroskopis. Meskipun Spirulina termasuk organisme bersel tunggal,
namun memiliki ukuran tubuh yang relatif panjang yakni 0,5 milimeter. Besaran
ini identik dengan 100 kali ukuran ganggang pada umumnya sehingga secara tidak
langsung organisme ini dapat dilihat dengan kasat mata.
Spirulina termasuk jenis
tanaman yang berbentuk menyerupai spiral dan sudah ada sejak berabad-abad lalu,
serta telah lama dimanfaatkan kandungan nutrisinya oleh suku Aztec yang ada di
Amerika Tengah, tepatnya di Meksiko, sebagai bahan makanan mereka.
Struktur sel Spirulina sp.
hampir sama dengan tipe sel alga lainnya dari golongan cyanobacteria. Dinding
sel merupakan dinding sel gram-negatif yang terdiri dari 4 lapisan, dengan
lapisan utamanya tersusun dari peptidoglikan yang membentuk lapisan koheren.
Peptidoglikan berfungsi sebagai pembentukan pergerakan pada Spirulina sp. yang
membentuk spiral teratur dengan lebar belokan 26-28 µm, sedangkan sel-sel pada
trichoma memiliki lebar 6-8 µm (Eykelenburg, 1977). Bagian tengah dari
nukleoplasma mengandung beberapa karboksisom, ribosom, badan silindris, dan
lemak. Membran tilakoid berasosiasi dengan pikobilisom yang tersebar disekeliling
sitoplasma. Spirulina sp. mempunyai kemampuan untuk berfotosintesis dan
mengubah energi cahaya menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat (Mohanty
et al., 1997).
Siklus hidup Spirulina sp.
yaitu proses reproduksinya disempurnakan dengan fragmentasi dari trikoma yang
telah dewasa. Reproduksi Spirulina sp. terjadi secara aseksual (pembelahan sel)
yatiu dengan memutus filamen menjadi satuan- satuan sel yang membentuk filamen
baru. Ada tiga tahap dasar pada reproduksi Spirulina sp. yaitu proses fragmentasi
trikoma, pembesaran dan pematangan sel hormogonia, serta perpanjangan trikoma. Selanjutnya
trikoma dewasa dapat dibagi menjadi filamen atau hormogonia, dan sel-sel di
hormogonia akan meningkat melalui pembelahan biner, tumbuh memanjang dan
membentuk spiral (Hongmei Gong et al.,
2008).
Siklus reproduksi mikroalga
tersebut berlangsung melalui pembentukan hormogonium yang dimulai ketika salah
satu atau beberapa sel yang terdapat di tengah-tengah trikoma yang mengalami
kematian dan membentuk badan yang disebut cakram pemisah berbentuk bikonkaf.
Sel-sel mati yang disebut nekrida tersebut akan putus dengan segera, kemudian
trikoma terfragmentasi menjadi koloni sel yang terdiri atas 2-4 sel yang
disebut hormogonia dan memisahkan diri dari filamen induk untuk menjadi
trichoma baru. Hormogonia memperbanyak sel dengan pembelahan pada sel terminal.
Tahap akhir proses pendewasaan sel ditandai terbentuknya granula pada
sitoplasma dan perubahan warna sel menjadi hijau kebiruan (Cifferi, 1983).
Spirulina disebut juga sebagai
Arthospira, memiliki berbagai banyak jenis. Terdapat lebih dari 58 spesies
Spirulina telah tercatat, tetapi hanya beberapa jenis yang telah digunakan
untuk sumber makanan. Dua jenis Spirulina yang terkenal di pasaran adalah
Spirulina platensis (Arthrospira platensis) dan Spirulina maxima (Arthrospira
maxima). Dua jenis Spirulina ini berbeda dalam bentuk serta ukurannya.
Spirulina maxima memiliki ukuran yang lebih besar, meskipun bentuknya tidak
terlalu spiral sebagai Spirulina platensis.
Di beberapa negara maju seperti
Amerika Serikat dan Jepang, beberapa spesies mikroalga sudah diteliti dan
dikembangkan sebagai bahan makanan dalam skala industri besar. Mikroalga
tersebut antara lain Chlorella pyrenoidosa, Scenedesmus acutus, dan Spirulina
platensis (Devi dkk, 1981). Bila dibandingkan dengan mikroalga lainnya,
ternyata S platensis memiliki kandungan
protein tertinggi yaitu 60%-70% dari berat
kering tubuhnya (Cifferi, 1983), sedangkan S acutus 55% (Litchfield,
1983), dan C pyrenoidosa hanya 49,8% (Mutia, 1982). Begitu pula apabila
kandungan protein Spirulina disetarakan dengan jenis sajian makanan berkalori
tinggi maka kandungan protein Spirulina lebih tinggi daripada kandungan protein
telur, susu, keju, ikan, ayam, atau kacang tanah. Menurut Hansen (1982)
Spirulina mengandung 8 macam asam amino esensial yang jumlahnya seimbang dengan
yang terdapat pada telur, hanya saja kandungan kolesterol Spirulina lebih
rendah. Bahkan ditegaskan oleh hasil riset Sasson (1988), dalam 10 gram tepung
Spirulina hanya terdapat 1,3 mg kolesterol, sedangkan dalam 10 gram telur
terdapat 300 mg kolesterol.
Spirulina platensis adalah
salah satu jenis mikroalga golongan Cyanophyta atau alga hijau kebiruan (blue
green algae). Bentuk Spirulina platensis menyerupai benang yang merupakan
rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis. Filamen
Spirulina platensis hidup berdiri sendiri dan dapat bergerak bebas (Hariyati,
2008). Sanchez et al., (2008) menambahkan, panjang filamen (trichome) 500 µm
dengan lebar 6-12 µm. Phang (2006) menyatakan bahwa Spirulina platensis tidak
memiliki inti sel. Menurut Ali dan Saleh (2012), trichome Spirulina platensis
dewasa putus menjadi beberapa bagian kecil yang disebut necridia. Kemudian
necridia tersebut selanjutnya berfragmentasi membentuk rantai-rantai pendek
yang terdiri dari beberapa sel yang dikenal sebagai hormogonia. Sel-sel hormogonia akan meningkat
melalui pembelahan biner, kemudian bertambah panjang dan menjadi bentuk heliks.
Spirulina platensis dapat
bergerak sepanjang garis tengahnya dengan cara menggelinding (Isnansetyo dan
Kurniastuty, 1995). Bentuk tubuh Spirulina platensis yang menyerupai benang
merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis,
berdiameter 1-12 mikrometer. Filamen Spirulina platensis hidup berdiri sendiri
dan dapat bergerak bebas (Hariyati, 2008).
Dosis spirulina setiap hari
standar mulai dari 1-3 gram, tetapi dosis ini juga bisa bertambah hingga 10
gram per hari jika digunakan secara efektif.
Zat gizi yang terkandung dalam
spirulina sudah tidak perlu diragukan lagi. Organisme ini kaya akan
bermacam-macam nutrisi yang penting bagi tubuh Anda. Di antaranya mengandung
asam amino, vitamin A, vitamin B12, B1, B2, B3, B6 dan vitamin E. Analisis
kimia dari Spirulina sp. dimulai pada tahun 1970 yang menunjukkan Spirulina sp.
sebagai sumber yang sangat kaya protein, vitamin dan mineral. Kandungan protein
pada Spirulina sp. bekisar antara 60% -70% dari berat kering, mengandung
provitamin A tinggi, sumber β-karoten yang kaya vitamin B12 dan digunakan dalam
pengobatan anemia, kandungan lipid sekitar 4-7%, serta karbohidrat sekitar
13,6% (Carrieri et al., 2010). Spirulina sp. juga mengandung kalium, protein
dengan kandungan Gamma Linolenic Acid (GLA) yang tinggi (Tokusoglu dan Uunal,
2006) serta vitamin B1, B2, B12 dan C (Brown et al., 1997), sehingga sangat
baik apabila dijadikan pakan ataupun bahan untuk makanan dan obat-obatan.
Ganggang kecil ini juga mengandung
magnesium, potasium dan mangan dalam jumlah yang layak dan hampir semua nutrisi
lain yang Anda butuhkan. Kualitas protein dalam Spirulina menyediakan sejumlah
lemak kecil sekitar 1 gram termasuk asam lemak omega 6 dan omega 3 dalam rasio
sekitar 1,5-1,0.
Komposisi pigmen pada Spirulina
sp. merupakan komposisi pigmen yang kompleks dan umum ditemukan pada alga biru
hijau. Komposisi tersebut diantaranya adalah klorofil- a, xanthophyll,
fikosianin dan karotenoid yang terdiri dari myxoxanthophyll, beta karoten, dan
zeaxanthin (Christwardana dan Hadiyanto, 2012). Fikosianin merupakan salah satu
dari tiga pigmen (klorofil dan karotenoid) yang mampu menangkap radiasi sinar
matahari paling efisien (Hall and Rao, 1999). Fikosianin adalah pigmen yang
paling dominan pada Spirulina sp. dan jumlahnya lebih dari 20% berat kering
(Borowitzka M.A., 1988). Fikosianin sebagai biliprotein diketahui mampu
menghambat pembentukan koloni kanker (Adams, 2005).
Spirulina kini telah banyak
tersedia dalam bentuk pil dan bubuk. Didalam Spirulina terkandung zat besi 58
kali lebih banyak dari sayur bayam, ganggang ini juga memiliki beta karoten 25
kali lebih banyak dari sayuran wortel yang bagus untuk kesehatan. Disamping itu
Spirulina juga memiliki kandungan karbohidrat.
Spirulina mengandung 1,5%-15%
lemak dan 10%-20% karbohidrat. Secara spesifik ditegaskan pula bahwa kandungan
lemak S platensis lebih rendah daripada C pyrenoidosa. Hasil riset menunjukkan
bahwa di dalam komposisi lemak Spirulina terdapat 0,8%-1% Gamma Linolenic Acid
(GLA) yaitu sejenis asam lemak tak jenuh rantai panjang yang berfungsi
menurunkan kadar kolesterol dalam darah. GLA sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan, tetapi tidak dapat disintesis di dalam tubuh manusia. Jenis asam
lemak lainnya yang terdapat dalam Spirulina adalah Eicose Pentanic Acid (EPA)
yang juga diduga mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Klausner, 1986;
Nakaya dkk, 1988). Menurut Sasson (1988), Spirulina memiliki kandungan vitamin
E yang jumlahnya 12 kali lebih banyak daripada kandungan vitamin E pada
Chlorella, sedangkan kandungan provitamin A-nya berjumlah 2 kali lebih banyak
daripada kandungan provitamin yang sama pada Scenedesmus, adapun kandungan
vitamin B12 yang terdapat pada Spirulina diprediksi 3 kali lebih banyak
daripada kandungan vitamin B12 pada Scenedesmus (Sasson, 1988). Berdasarkan kajian
Hanssen (1982) ditegaskan pula, bahwa kandungan Fe pada Spirulina 10 kali lebih
besar dibandingkan dengan kandungan Fe pada bayam yang telah dimasak.
Kandungan mineral dalam
Spirulina berbeda satu sama lain tergantung pada jenis media pertumbuhannya.
Secara umum, kultivasi Spirulina bisa menggunakan air tawar, air laut, atau air
payau.
-Spirulina air laut
Spirulina yang dibudidayakan di
air laut mengandung mineral lebih tinggi daripada media air tawar atau payau.
Air laut mengandung garam yang tinggi seperti NaCl, KCl, MgCl. Spirulina ini
juga mengandung fikosianin, polisakarida, inositol yang lebih tinggi. Meskipun
mengandung garam tinggi, kandungan natrium yang terlalu tinggi dinilai tidak
baik untuk kesehatan manusia. Untuk menurunkan mineral ini, dapat digunakan
NaHCO3 dan Na2CO3 melalui metode Trigger (Faucher, et al., 1975). Spirulina air
laut memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih rendah daripada spirulina air
tawar. Spirulina air laut memiliki bau amis seperti rumput laut atau cumi-cumi sehingga beberapa konsumen tidak nyaman dengan bau tersebut.
Bau amis ini dihasilkan dari kandungan mineral di dalam Spirulina.
-Spirulina air tawar
Spirulina ini biasanya
digunakan sebagai bahan makanan manusia dan farmasi. Dalam media air tawar,
NaHCO3, fosfat, dan urea ditambahkan untuk mempengaruhi laju pertumbuhan
mikroalga. Spirulina air tawar memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi
di sekitar 0.16/hari dan menghasilkan 1,23-‐1,34 g/L biomassa kering. Sementara itu Spirulina
air laut memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih rendah dan menghasilkan
biomassa di sekitar 10.3 g/m2/hari (Costa, et
al, 2003; Wu, et al, 1993). Karena kandungan natrium dalam Spirulina air tawar
lebih rendah dari air laut, maka aman untuk digunakan sebagai makanan manusia
dan farmasi. Kandungan protein yang dihasilkan dari Spirulina media air tawar
adalah sekitar 60-‐70%.
Spirulina air tawar tidak memiliki bau amis karena
memiliki kandungan mineral yang lebih rendah daripada Spirulina air laut.
Spirulina sp. banyak digunakan sebagai
makanan fungsional dan penghasil berbagai bahan aktif penting bagi kesehatan,
antara lain asam lemak tak jenuh majemuk (Polyunsaturated Fatty Acids) yaitu
asam linoleat (LA) dan a-linolenat (GLA) (Cohen et al., 1987). LA dan GLA
berguna untuk pengobatan hiperkolesterolemia, sindroma prahaid, eksema atopik
dan antitrombotik.
Spirulina lebih banyak
digunakan sebagai bahan pangan dari pada jenis mikroalga lain karena memiliki
beberapa keunggulan. Ganggang ini relatif cepat bereproduksi dan mudah dalam sistem
pemanenannya. Biomassa sel Spirulina jauh lebih mudah larut dalam pelarut air dan
buffer fosfat. Mikroalga ini telah teruji aman untuk dikonsumsi. Selama bertahun-tahun
berrbagai badan pangan internasional telah melaporkan efek toksisitas yang
negatif dari produk-produk Spirulina (Angka dan Suhartono 2000). Pemanfaatan
Spirulina lebih tinggi daripada mikroalga lainnya karena Spirulina memiliki
kualitas tinggi terutama dalam bentuk kering.
Sebagai bahan pangan yang
memiliki tingkat protein dan mikronutrien yang tinggi, Spirulina tidak hanya
bisa bertindak sebagai protein sel tunggal saja, tetapi juga bisa digunakan
sebagai makanan fungsional. FAO mencatat
bahwa Spirulina dapat digunakan sebagai makanan sehat bagi manusia (Becker,
1994). Secara umum, Spirulina diproduksi dalam kapsul, jus, atau tablet (Gambar
2). Spirulina juga bisa berfungsi sebagai sumber makanan untuk kekebalan tubuh,
dan Super Oxyde Dismutase (SOD). Beberapa rumah sakit di negara modern
menggunakan Spirulina untuk mendapatkan immunoglobin A (LGA) dan immunoglobin B
(lgM) yang lebih tinggi. Sementara kandungan fikosianin dalam Spirulina
berpotensi untuk menghambat pertumbuhan sel leukimia pada manusia (Liu, et al.,
2000).
Spirulina kering dapat
digunakan sebagai sumber pasta campuran, saus, sup, minuman instan, dan makanan
suplemen. Spirulina bisa dicampur dalam mie, roti, biskuit. Hal ini digunakan
untuk tujuan menambahkan gizi yang lebih tinggi untuk makanan. Hal ini
menunjukkan bahwa Spirulina dapat dikonsumsi 10 g/hari untuk menjaga kesehatan
tubuh, tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa (Henrikson, 1989).
Spirulina dikenal juga
mengandung bahan alami yang berguna untuk perawatan kulit dengan sifat
melembabkan dan mengencangkan. Konsumen dari ganggang ini tidak mengenal usia,
segala usia dapat mengonsumsinya, mulai dari usia anak - anak sampai dewasa dan
tentunya bagi mereka yang membutuhkan kondisi tubuh yang sehat.
Pemanfaatan mikroalga Spirulina
sp. sebagai makanan kesehatan sudah banyak dilakukan. Selain mudah dicerna,
mikroalga ini mengandung senyawa-senyawa yang diperlukan oleh tubuh. Pada
beberapa negara tertentu seperti Spanyol, Switzerland, Australia, Jepang, dan
Amerika, mikroalga telah dimanfaatkan sebagai obat- obatan dan bubuk keringnya
dijadikan sebagai makanan kesehatan yang dipasarkan (Henricson, 2009).
Zat warna alami yang dikandung
Spirulina terdiri atas pigmen hijau, merah, kuning, dan biru. Berdasarkan
kajian hasil riset dikatakan bahwa pigmen-pigmen tersebut dapat digunakan
sebagai zat pewarna dalam makanan, selain itu juga dimanfaatkan dalam
pengobatan penyakit kanker (Klausner, 1986; Richmond, 1988). Bahkan disebutkan
pula di negara Jepang pigmen biru/fikosianin yang merupakan pigmen dominan pada
Spirulina telah dipasarkan sebagai zat pewarna alami untuk makanan. Selain itu
fikosianin juga telah dimanfaatkan sebagai zat pewarna pada berbagai macam
produk kosmetik, karena pigmen tersebut tidak larut dalam air (Tel-Or dkk,
1980; Sasson, 1988).
Pemanfaatan Spirulina selain
sebagai bahan dasar pembuatan makanan maupun makanan tambahan (food suplement),
juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan makanan ikan dan udang (Yunus
dkk, 1989). Di Thailand, 70% produk Spirulina platensis cenderung digunakan
untuk pembuatan bahan makanan sedangkan sisanya (30%) diperuntukkan sebagai
bahan dasar pembuatan makanan ikan, dan udang (Richmond, 1988). Bahkan di
negara India S platensis telah digunakan sebagai bahan baku pembuatan makanan
ternak ayam dan sapi (Devi dkk, 1981).
Sebagai salah satu dari jenis
superfood, Spirulina sangat aman dikonsumsi oleh para penganut diet vegan dan
vegetarian. Anda dapat merasakan berbagai macam manfaat spirulina untuk
kesehatan, hanya dengan menambahkannya ke dalam pola makan Anda. Dan, dibawah
ini merupakan ragam manfaat Spirulina dalam bidang kesehatan, antara lain :
Meningkatkan kesehatan usus
Spirulina dapat dicerna dengan
mudah karena strukturnya di mana sel-sel tidak memiliki dinding berserat yang
keras.
Lebih banyak penelitian pada
manusia diperlukan, tetapi penelitian pada hewan menunjukkan manfaat spirulina
dapat mendukung kesehatan usus seiring bertambahnya usia. Sebuah studi yang
dilakukan pada tahun 2017 pada tikus yang lebih tua menunjukkan bahwa manfaat
spirulina dapat mempertahankan bakteri usus yang sehat selama proses penuaan.
Spirulina tidak mengandung banyak serat, sehingga sangat penting untuk
menambahkan makanan sehat kaya serat lainnya dalam makanan.
Mengatasi diabetes
Diabetes biasanya menunjukkan
konsentrasi glukosa abnormal yang tinggi dalam darah, kondisi ini disebut
hiperglikemia (Lechninger 1982). Kadar gula darah normal berkisar antara 60
mg/dl sampai 145 mg/dl. Tanda-tanda lain dari diabetes melitus meliputi poliuria
(banyak kemih), polidipsia (banyak minum), ifagia (banyak makan), lemas, berat
badan turun, dan kenaikan gula darah ≥140 mg/dl (Gibney et al. 2008).
Gangguan toleransi glukosa pada
penderita diabetes antara lain disebabkan menurunnya jumlah glukosa yang masuk
ke dalam sel jaringan perifer dan gangguan fungsi glukostatik dalam hati. Pada
keadaan defisiensi insulin, jumlah glukosa yang masuk ke dalam otot rangka,
otot jantung, otot polos, dan jaringan lain berkurang.
Hormon insulin dalam kondisi
normal berfungsi untuk membantu sintesis kogen dan menghambat output glukosa
dari hati. Bila kadar gula dalam darah meningkat, dalam keadaan normal sekresi
insulin juga meningkat dan koneogenesis akan menurun. Pada keadaan diabetes,
fungsi ini tidak terdapat sehingga terjadi gangguan toleransi glukosa (Pranadji
et al. 1999).
Glukosa pada penderita diabetes
menumpuk di dalam darah, terutama pada keadaan setelah makan. Apabila pada penderita diabetes diberikan
glukosa secara oral dengan dosis tertentu (75 g glukosa) maka gula darahnya
akan meningkat lebih tinggi dari orang normal dan turunnya pun juga lebih
lambat. Tes ini disebut sebagai “tes toleransi glukosa oral” (Pranadji et al.
1999).
Diabetes melitus (DM) merupakan
penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol. Pengendalian DM dapat dilakukan dengan
perencanaan diet, latihan jasmani, penyuluhan atau pendidikan kesehatan, serta
pemberian obat oglikemik. Obat antidiabetes oral maupun suntikan, khususnya
untuk diabetes fase 2, karena obat diperlukan jika perencanaan diet dan
olahraga jasmani tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
Penderita diabetes selalu
berkutat dengan kadar gula darah yang tinggi. Salah satu manfaat Spirulina
adalah menurunkan kadar gula darah.
Penelitian yang dilakukan pada
tikus yang mengalami diabetes tipe 1 mengungkap bahwa Spirulina mampu
menurunkan kadar gula darah serta meningkatkan insulin dan enzim pada organ
hati. Meskipun demikian, manfaat spirulina dalam mengatasi diabetes masih
diperlukan penelitian lebih lanjut.
Sebagai anti-racun
Spirulina dapat dimanfaatkan
sebagai agen anti-racun yang mampu mengatasi keracunan merkuri, besi, timah,
fluoride, dan arsenik. Karena itulah, Spirulina dimungkinkan dapat dijadikan
alternatif dalam mengatasi keracunan.
Meskipun demikian, masih
diperlukan riset lebih lanjut untuk melihat efektivitas Spirulina sebagai anti-racun.
Mengendalikan kadar gula darah
Salah satu manfaat spirulina
bagi kesehatan tubuh yaitu mampu mengontrol kadar gula darah. Tentu hal ini
sangat bermanfaat, terutama bagi Anda yang mengalami penyakit diabetes.
Memang bukan tugas yang mudah
untuk menjaga kadar gula darah tetap dalam batas normal, karena ada berbagai
hal yang bisa mempengaruhi perubahan kadar gula darah dalam tubuh. Akan tetapi,
mengonsumsi olahan spirulina bisa menjadi salah satu cara untuk mencegah
lonjakan kadar gula darah.
Penelitian dari School of
Pharmaceutical Sciences di Tiongkok mengatakan bahwa kandungan serat dan asam
linoleat gamma selain mampu menurunkan kadar kolesterol juga bisa menurunkan
kadar glukosa darah.
Kemampuan Spirulina untuk
menurunkan kadar glukosa darah dimungkinkan melalui beberapa mekanisme.
Penelitian Layam et al. (2007) menunjukkan kemampuan Spirulina platensis
menurunkan kadar glukosa darah, kemudian menaikkan plasma insulin, C-peptida,
dan hemoglobin darah tikus dengan kondisi diabetes. Perlakuan pemberian oral
Spirulina terhadap tikus juga meningkatkan aktivitas enzim heksokinase dan
menurunkan aktivitas enzim glukosa-6-fosfat 6P).
Hasil penelitian dari Layam et
al. (2007) dengan perlakuan pemberian oral Spirulina platensis 15 mg/kg BB
mampu menurunkan kadar glukosa darah dari tikus yang diinduksi streptozotocin
yaitu, dari 232,33 mg/dl menjadi 114,00 mg/dl a mampu mengontrol kestabilan
bobot badan selama percobaan, yaitu berkisar ara 202,67 g – 213,50 g. Hasil
penelitian Mridha et al. (2010) juga nunjukkan bahwa mikroalga Spirulina
platensis dengan dosis 150 mg/kg BB mpu menurunkan kadar glukosa darah hingga
33% dari kondisi kontrol, yaitu ri 166,9±44,95 mg/dl menjadi 111,81±15,46
mg/dl.
Mencegah penyakit jantung
Spirulina diklaim mampu
mencegah penyakit jantung.
Manfaat Spirulina dalam
mencegah penyakit jantung dikarenakan kemampuannya dalam menurunkan kadar kolesterol,
menangkal radikal bebas, dan berperan sebagai anti-radang.
Menurunkan kolesterol
Kolesterol yang tinggi dapat
membahayakan kesehatan, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
mengonsumsi Spirulina, karena ganggang tersebut mampu menurunkan kolesterol
jahat LDL dan menaikkan kolesterol baik HDL.
Penyakit jantung adalah
penyebab utama kematian di dunia. Banyak faktor risiko yang dikaitkan dengan
peningkatan risiko penyakit jantung. Spirulina berdampak positif pada banyak faktor
ini. Seperti dapat menurunkan kolestrol total, kolestrol LDL “jahat” dan
trigliserida sambil meningkatkan kolestrol HDL “baik”.
Konsumsi satu gram spirulina
tiap harinya mampu menurunkan kolesterol dalam jangka waktu tiga bulan.
Dilansir dari Very Well, ada
beberapa penelitian yang menunjukkan hasil bahwa spirulina mampu menjaga kadar
kolesterol dan trigliserida Anda dalam ambang normal. Sebab, Spirulina
mengandung zat gizi C-phycocyanin. Zat ini berperan dalam mencerna lemak.
Selain itu, kandungan gamma-linoleat dalam spirulina mampu memengaruhi produksi
lemak dalam tubuh.
Dalam sebuah penelitian pada 25
orang dengan diabetes tipe 2, 2 gram spirulina per hari secara signifikan
meningkatkan penanda ini. Selain itu, beberapa penelitian juga telah menemukan
efek yang menguntungkan walaupun dengan dosis yang lebih tinggi 4,5-8 gram per
hari.
Struktur lemak dalam tubuh Anda
rentan terhadap kerusakan oksidatif. Ini biasa dikenal sebagai peroksidasi
lipid, pendorong utama banyak penyakit serius. Misalnya, salah satu langkah
dalam pengembangan penyakit jantung adalah oksidasi kolestrol LDL “jahat”.
Menariknya, antioksidasi dalam spirulina tampaknya sangat efektif dalam
mengurangi peroksidasi lipid pada manusia dan hewan.
Dalam sebuah penelitian terhadap
37 orang dengan diabetes tipe 2, 8 gram spirulina per hari secara signifikan
mengurangi tanda kerusakan oksidatif. Ini juga meningkatkan kadar enzim
antioksidan dalam darah.
Menjaga kesehatan mental
Mengatasi stres adalah salah
satu cara menjaga kesehatan mental. Mengonsumsi Spirulina adalah sebuah cara
yang bisa dipertimbangkan dalam mengelola kesehatan mental Anda.
Manfaat Spirulina dalam menjaga
kesehatan mental terletak pada kandungan triptofan di dalamnya. Triptofan
merupakan asam amino yang memicu produksi serotonin dalam tubuh yang sangat
berperan dalam kesehatan mental.
Penderita gangguan kecemasan
dan depresi ditemukan memiliki kadar serotonin yang rendah, karenanya Spirulina
dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan kadar serotonin dalam tubuh untuk
memelihara kesehatan mental.
Mendukung penurunan berat badan
Spirulina bukanlah suplemen
yang dapat dengan segera menurunkan berat badan, tetapi Spirulina adalah salah
satu hal yang bisa dikonsumsi untuk membantu proses penurunan berat badan.
Menambahkan spirulina pada menu
program diet dapat membantu orang menurunkan berat badan tanpa kehilangan
nutrisi. Hal ini karena Spirulina adalah makanan bernutrisi tinggi yang rendah
kalori serta dapat membantu memenuhi asupan nutrisi tanpa memerlukan konsumsi kalori
yang berlebih.
Satu sendok makan Spirulina
hanya mengandung 20 kalori dan memiliki kandungan kalsium, zat besi, magnesium,
potasium, protein, dan fosfor yang tinggi.
Manfaat Spirulina dalam
menurunkan berat badan terbukti dari studi yang menemukan bahwa konsumsi Spirulina
selama tiga bulan dapat menurunkan indeks massa tubuh.
Mengurangi gejala alergi
Mengonsumsi Spirulina diklaim dapat
mengatasi gejala alergi, seperti; bersin, gatal, hidung yang berair, dan hidung
yang tersumbat.
Rhinitis juga merupakan sebuah
bentuk alergi yang ditandai oleh peradangan pada saluran hidung. Ini dipicu
oleh alergi lingkungan seperti serbuk sari, bulu hewan atau bahkan debu gandum.
Spirulina adalah pengobatan alternatif terbaik untuk gejala alergi rhinitis dan
telah terbukti efektif untuk pengobatan.
Sebuah penelitian yang
dilakukan terhadap 127 orang dengan alergi rhinitis, mengonsumsi 2 gram
Spirulina setiap hari secara efektif dapat mengurangi gejala seperti keluarnya
cairan pada hidung, bersin, hidung tersumbat dan gatal-gatal.
Namun, studi lebih lanjut tetap
masih diperlukan untuk menilik manfaat spirulina dalam meringankan gejala
alergi.
Menurunkan tekanan darah
Spirulina memiliki khasiat
dalam menurunkan tekanan darah. Sebuah riset menemukan bahwa mengonsumsi Spirulina
selama tiga bulan dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi yang
memiliki berat badan berlebih.
Tekanan darah tinggi adalah
pendorong utama banyak penyakit serius termasuk serangan jantung, stroke, dan
penyakit ginjal kronis.
Penelitian dari National
Autonomous University of Mexico menyatakan bahwa ada manfaat spirulina lainnya
yang berguna bagi Anda yang mungkin memiliki tekanan darah tinggi. Sebab, jenis
tumbuhan ini mampu menurunkan kadar tekanan darah, dosis 4,5 gram Spirulina per
hari telah terbukti mengurangi tekanan darah pada individu dengan kadar normal.
Pengurangan ini diduga didorong oleh peningkatan produksi oksida nitrat,
molekul pensilnya yang membantu pembuluh darah Anda rileks dan melebar.
Menaikkan metabolisme
Spirulina diyakini mampu
meningkatkan metabolisme dan menaikkan tingkat energi serta menurunkan berat
badan. Konsumsi enam gram spirulina tiap harinya dapat membantu metabolisme dan
menurunkan berat badan.
Namun, penelitian lebih dalam mengenai
manfaat Spirulina dalam menaikkan metabolisme tubuh masih diperlukan.
Tinggi antioksidan dan antiinflamasi
Spirulina juga diklaim sebagai
sumber antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas melalui kandungan
phycocyanin, senyawa ini juga mampu memberikan efek antiradang.
Kerusakan oksidatif dapat
merusak DNA dan sel Anda. Kerusakan ini dapat mendorong peradangan kronis, yang
berkontribusi terhadap kanker dan penyakit lainnya. Spirulina adalah sumber
antioksidan yang dapat melindungi dari kerusakan oksidatif. Komponen utama
disebut phycocyanin. Zat antioksidan ini juga memberi spirulina warna biru
hijau. Phycocoyanin dapat melawan dan menghambat produksi molekul pemberi
sinyal inflamasi, memberikan efek antioksidan dan anti inflamasi yang baik.
Sebagai antikanker
Meskipun penelitian masih
dilakukan pada hewan, tetapi Spirulina adalah salah satu makanan yang
berpotensi untuk melawan kanker.
Penelitian pada hewan mendapati
bahwa Spirulina dapat menurunkan kemunculan kanker dan tumor. Spirulina
diyakini berpotensi mengatasi kanker mulut.
Mereka yang mengonsumsi 1 gram
spirulina per hari 45 persen melihat lesi mereka hilang dibandingkan dengan 7
persen pada kelompok yang kontrol. Namun, ketika orang-orang ini berhenti minum
spirulina hampir setengah dari mereka mengembangkan lesi pada tahun berikutnya.
Dalam studi lain dari 40 orang dengan lesi OSMF. 1 gram spirulina per hari
menyebabkan peningkatan yang lebih besar dalam gejala OSMF daripada obat
Pentoxyfilline.
Mengatasi anemia
Manfaat spirulina dalam mengatasi
anemia dikarenakan efek Spirulina dalam meningkatkan kadar hemoglobin dalam sel
darah merah dan perannya dalam meningkatkan sistem imun tubuh.
Terdapat berbagai bentuk anemia,
yang paling umum ditandai dengan pengurangan hemoglobin atau sel darah merah
dalam darah. Anemia cukup umum terjadi pada orang dewasa atau orang tua, yang
mengarah ke perasaan lemas dan kelelahan yang berkepanjangan. Dalam sebuah
studi pada 40 orang tua dengan riwayat anemia, mengonsumsi suplemen spirulina dapat
meningkatkan kadar hemoglobin sel darah merah dan meningkatkan fungsi kekebalan
tubuh.
Akan tetapi, penyelidikan lebih
lanjut masih diperlukan mengenai manfaat Spirulina dalam menangani anemia.
Meningkatkan ketahanan otot
Spirulina dapat menjadi bahan
makanan yang membantu kinerja otot dan mengurangi keletihan pada otot.
Spirulina diketahui dapat memperlambat waktu seseorang untuk merasakan
kelelahan pada otot.
Kerusakan oksidatif yang di
induksi oleh olahraga merupakan kontributor utama kelelahan otot. Sprirulina
bermanfaat karena beberapa penelitian menunjukkan peningkatan kekuatan dan daya
tahan oto. Dalam dua penelitian mengatakan bahwa spirulina meningkatkan daya
tahan, secara signifikan meningkatkan waktu yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
menjadi lelah.
Spirulina sebenarnya secara
umum aman untuk dikonsumsi. Namun, terdapat beberapa efek samping yang dapat
dirasakan ketika mengonsumsi spirulina, efek samping spirulina menimbulkan
sakit kepala, nyeri otot, demam dan masalah pencernan seperti diare, sakit perut,
dan sembelit dalam beberapa kasus. Selain itu, spirulina juga menyebabkan
alergi dengan ditandai munculnya ruam kulit dan gatal-gatal. Untuk lebih
jelasnya silahkan simak efek samping dari mengonsumsi Spirulina dibawah ini :
Berpotensi menghambat pembekuan darah
Manfaat spirulina dalam
mencegah penggumpalan darah dapat menjadi bumerang ketika Anda mengonsumsi obat
pengencer darah atau menderita penyakit pendarahan. Konsumsi spirulina dapat
meningkatkan peluang untuk mengalami pendarahan dan lebam.
Dapat terkontaminasi racun
Spirulina yang didapatkan dari
alam liar berisiko tinggi untuk terkontaminasi dengan racun, terutama jika air
tempat ganggang bertumbuh terkontaminasi dengan bakteri, logam berat, atau
partikel microcystin.
Sebenarnya ganggang penghasil
spirulina menghasilkan partikel microcystin sebagai bentuk pertahanan dari
predator. Partikel microcystin berbahaya bagi tubuh apabila dikonsumsi dalam
kadar yang tinggi karena dapat memicu keracunan pada organ hati.
Meningkatkan risiko keparahan penyakit autoimun
Manfaat spirulina lain yang
dapat menjadi bumerang lainnya adalah khasiatnya dalam meningkatkan sistem imun
tubuh.
Peningkatan sistem imun tubuh
justru dapat berpotensi memperparah kondisi penderita penyakit autoimun atau
kondisi saat sistem imun menyerang bagian dari tubuh.
Selalu konsultasikan ke dokter
sebelum mengonsumsi Spirulina, bila Anda mengonsumsi obat pengencer darah,
mengalami masalah pendarahan, atau menderita penyakit autoimun. Dan, jangan
mengonsumsi Spirulina jika Anda alergi terhadap Spirulina. Orang dengan alergi
terhadap makanan laut, rumput laut, dan sayuran laut lainnya harus menghindari
Spirulina.
Jika Anda memiliki kondisi
tiroid, gangguan autoimun, asam urat, batu ginjal, fenilketonuria (PKU), atau
sedang hamil atau menyusui, Spirulina mungkin tidak sesuai untuk Anda. Anda
harus berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan spirulina.
Seperti halnya semua suplemen,
penting untuk berkonsultasi dengan dokter Anda sebelum menggunakan Spirulina,
apakah Spirulina sesuai untuk Anda dan apakah dapat dikombinasikan dengan obat
lain atau suplemen lain. Spirulina dapat berinteraksi dengan obat-obat
tertentu, seperti obat untuk tekanan darah tinggi, menurunkan kolesterol,
diabetes, dan obat immunosuppressant.
loading...