Tuesday 20 March 2018

Penyakit Jantung “Gejala, Penyebab, Penanganan, serta Pencegahannya”


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...
                                              Penyakit Jantung
     “Gejala, Penyebab, Penanganan, serta Pencegahannya”


Jantung merupakan organ utama penyokong hidup manusia. Bila jantung terganggu, maka kelangsungan hidup manusia pun juga akan terpengaruh. Untuk itu, serangan jantung ini merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia.

Manusia mungkin bisa hidup dengan satu ginjal saja, namun tidak ada satupun manusia yang bisa hidup tanpa jantung. Organ yang terletak di dada ini merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam tubuh. Berukuran sebesar kepalan tangan, jantung berfungsi untuk memompa dan menyebarkan darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh.

Sebagai salah satu organ tubuh yang paling vital, sudah seharusnya untuk menjaga kesehatan jantung. Untuk itu, Anda harus mewaspadai setiap tanda yang menunjukkan gejala awal sakit jantung.
Penyakit jantung atau dalam istilah medis disebut penyakit jantung koroner adalah kondisi yang terjadi ketika pembuluh darah utama yang menyuplai darah ke jantung (pembuluh darah koroner) mengalami kerusakan. Tumpukan kolesterol pada pembuluh darah serta proses peradangan diduga menjadi penyebab penyakit ini.

Gangguan yang paling umum terjadi adalah akibat penumpukan kolerterol pada pembuluh darah, sehingga terjadi proses peradangan yang menyumbat aliran darah, dan fungsi jantung menjadi terganggu.
Ketika terjadi penumpukan kolesterol (plak), pembuluh darah koroner akan menyempit sehingga aliran darah dan suplai oksigen menuju jantung pun akan terhambat. Kurangnya aliran darah ini akan menyebabkan rasa nyeri pada dada (angina) dan sesak napas, hingga suatu saat terjadi hambatan total pada aliran darah menuju jantung atau yang disebut juga dengan serangan jantung. Hampir semua kematian mendadak disebabkan oleh serangan jantung yang tidak disadari penderita. Bahkan gejala yang dialami sebelumnya pun terabaikan.

Ada beberapa jenis penyakit jantung, namun yang paling dominan adalah penyakit jantung koroner. Koroner sendiri merupakan pembuluh darah utama yang mengalirkan darah ke jantung. Pembuluh koroner ini sering mendapatkan gangguan dan bisa mengalami kerusakan.

Penyakit jantung koroner termasuk salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Federasi Jantung Dunia memperkirakan angka kematian akibat penyakit jantung koroner di Asia Tenggara mencapai 1,8 juta kasus pada tahun 2014. Di Indonesia sendiri pada tahun 2013 tercatat ada setidaknya 883.447 orang yang terdiagnosis penyakit jantung koroner di Indonesia dengan mayoritas penderita berusia 55-64 tahun. Angka kematian akibat penyakit jantung pun cukup tinggi, yakni sekitar 45 persen dari seluruh angka kematian di Indonesia.

Penyakit jantung koroner terjadi jika suplai darah ke jantung melalui pembuluh darah koroner terhambat oleh lemak. Penimbunan lemak di dalam pembuluh darah ini dikenal dengan istilah aterosklerosis dan merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.

Selain dapat mengurangi suplai darah ke jantung, aterosklerosis juga dapat menyebabkan terbentuknya penggumpalan darah. Jika ini terjadi, aliran darah ke jantung terblokir total dan serangan jantung pun terjadi. Faktor pemicu aterosklerosis meliputi kolesterol yang tinggi, merokok, diabetes, serta tekanan darah tinggi (hipertensi).

Penyakit jantung koroner terbagi ke dalam dua jenis yang dikategorikan berdasarkan tingkat penghambatan aliran darah, yaitu angina (angin duduk) dan serangan jantung.

Penyakit jantung yang tidak ditangani akan mengakibatkan komplikasi mematikan. Ketika tidak menerima suplai darah yang cukup hingga terlalu lemah untuk memompa darah, kinerja jantung akan menurun. Kondisi seperti ini bisa membuat cairan menumpuk di dalam paru-paru sehingga penderita akan mengalami kesulitan bernapas. Kasus ini dikenal sebagai gagal jantung. Komplikasi ini dapat terjadi secara tiba-tiba maupun bertahap.

Lalu, bagaimana penyakit jantung ini terjadi dan apa saja gejalanya? Simak ulasan berikut agar Anda bisa mengantisipasinya sejak dini dan bisa melakukan penanganan yang tepat kepada penderita.


Waspadai serangan jantung
Jantung berfungsi normal manakala aliran darah menuju dan keluar dari jantung berjalan dengan lancar. Biasanya, hal ini ditandai dengan detak jantung atau nadi yang terlalu cepat dibanding biasanya.
Detak jantung/nadi normal adalah 60-100 denyut per menit. Namun banyak dokter belakangan ini yang menyarankan denyut normal jantung sekitar 50-70 denyut per menit.

Lalu, bagaimana terjadinya penyakit jantung? Karena suatu hal, biasanya akibat terjadi penumpukan kolesterol, maka menimbulkan plak. Hal inilah yang memicu pembuluh darah koroner terganggu dan aliran darah menjadi tidak lancar.

Selain denyut menjadi lebih cepat, tekanan darah juga bisa naik saat kondisi seperti itu. Dan dampak lanjutannya adalah suplai oksigen menuju jantung akan terhambat, sehingga fungsi jantung menjadi tidak optimal.

Penderita gangguan jantung ini biasanya akan merasakan nyeri pada dada dan sesak napas. Jika berlangsung lama dan terlambat mendapatkan penanganan, jantung bisa berhenti total, dan inilah yang disebut serangan jantung koroner yang berisiko menimbulkan kematian mendadak.


Penyebab Penyakit Jantung Koroner
Penyebab utama penyakit jantung koroner adalah penimbunan lemak dalam arteri (arteroma) dalam arteri atau istilah medisnya disebut dengan aterosklerosis. Arteroma terdiri dari kolesterol dan bahan buangan lain. Selain dapat mengurangi suplai darah ke jantung, aterosklerosis juga dapat memicu terbentuknya trombosis atau penggumpalan darah.

Penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis), selain menghambat aliran darah ke jantung, juga bisa memicu penggumpalan darah yang membuat jantung tersumbat total dan berhenti berdenyut. Kondisi darurat ini disebut serangan jantung yang berisiko kematian mendadak.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, yaitu:

Kebiasaan Merokok
Perokok memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap penyakit jantung. Karbon monoksida dalam asap rokok dan kandungan nikotin pada rokok dapat meningkatkan risiko munculnya gumpalan darah serta memacu jantung untuk bekerja lebih cepat sehingga membebani jantung. Senyawa kimia lain dari asap rokok juga dapat merusak dinding arteri jantung yang akan memicu terjadinya penyempitan. Perokok mempunyai risiko 24 persen lebih tinggi untuk menderita penyakit jantung dibandingkan mereka yang tidak merokok sama sekali.

Kelebihan Berat Badan
Orang yang kelebihan berat badan atau mengalami obesitas berpotensi mengidap tekanan darah tinggi, cenderung memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi, serta lebih berisiko terkena diabetes tipe 2. Karena itu, mereka juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap penyakit jantung.

Pola Hidup yang Buruk
Risiko penyakit jantung juga dapat meningkat akibat pola hidup yang tidak sehat. Misalnya kurang berolahraga, sering mengonsumsi makanan berlemak, dan jarang mengonsumsi buah-buahan serta sayur-sayuran.

Kebiasaan buruk lainnya yang memicu penyakit jantung ini adalah kebiasaan makan makanan yang asin. Sebab, garam memiliki kandungan natrium klorida yang dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, tekanan darah tinggi, hingga gagal ginjal.

Bahkan, malas menggosok gigi pun bisa membuat bakteri yang berada di gigi itu berkembang bia dan berisiko masuk ke dalam organ tubuh, yang salah satunya bisa mengganggu fungsi jantung.

Kadar Kolesterol yang Tinggi
Kolesterol terbagi dalam dua jenis, yaitu kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat (LDL). Kolesterol jahat mudah menggumpal dan menempel pada dinding pembuluh darah. Karena itu, kadar LDL yang tinggi dapat membentuk plak yang menyebabkan aterosklerosis. Kadar LDL yang normal dalam darah adalah di bawah 3 mmol/L atau 115 mg/dl untuk orang dewasa serta 2 mmol/L atau 77mg/dl untuk orang yang memiliki risiko tinggi.

Hipertensi
Anda akan dianggap mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi jika tekanan darah Anda di atas 140/90 mmHg. Sedangkan tekanan darah rata-rata yang normal adalah 120/80 mm Hg. Tekanan darah yang tinggi berarti jantung bekerja lebih keras sehingga jantung dan pembuluh darah akan lebih terbebani. Salah satu faktor pemicu hipertensi adalah konsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi.

Penyakit Diabetes
Diabetes dapat menyebabkan penebalan pada dinding pembuluh darah sehingga berpotensi menghambat aliran darah. Karena itu, penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap penyakit jantung.

Faktor Usia
Makin tua usia seseorang, makin tinggi risikonya untuk mengidap penyakit jantung. Hal ini dikarenakan pembuluh darah, terutama arteri akan cenderung lebih kaku dan kehilangan daya elastisnya seiring bertambahnya usia.

Jenis Kelamin
Secara umum, penyakit jantung koroner lebih banyak menyerang pria dibandingkan wanita. Namun, di atas usia 50 tahun, pria maupun wanita memiliki risiko yang sama untuk terkena penyakit ini.

Riwayat Kesehatan Keluarga
Jika memiliki keluarga inti seperti ayah, ibu, adik, atau kakak yang mengidap penyakit jantung, risiko Anda untuk terkena penyakit jantung akan lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarganya.

Banyak orang terlambat sadar akan bahaya dan risiko penyakit jantung koroner ini. Sehingga terlambat dalam penanganannya. Beberapa kondisi orang yang berisiko terkena penyakit jantung koroner adalah malas berolahraga, menu makanan tidak sehat seperti banyak lemak, kebiasaan merokok, diabetes, hipertensi/darah tinggi, obesitas dan lainnya, yang jarang disadari.



Gejala Awal Penyakit Jantung yang Kerap Diabaikan
Mengingat penyakit jantung merupakan salah satu penyakit yang mematikan, maka sudah seharusnya setiap orang memahami beberapa gejala yang sering diabaikan penderita berikut ini:

Rasa nyeri di dada yang tidak biasa
Tidak semua nyeri di dada adalah gejala penyakit jantung, namun sudah sewajarnya setiap nyeri di dada harus ditangani secara serius. Rasa nyeri akibat serangan jantung ini cukup khas, yakni seolah dada mendapatkan tekanan beban yang berat dan biasanya nyeri menghilang saat istirahat. Jika kondisi sudah berat atau parah, rasa nyeri tersebut biasanya tidak akan berkurang atau hilang meski sudah beristirahat.

Gejala awal penyakit jantung yang umum dirasakan oleh pengidapnya yakni nyeri dada. Efek yang ditimbulkan oleh nyeri dada ini adalah sesak napas yang diikuti keluarnya keringat, mual, serta denyut jantung berdegup lebih kencang dari biasanya. Nyeri dada tersebut muncul karena adanya penyumbatan arteri yang mengakibatkan darah tidak dapat mengalir lancar ke seluruh tubuh.

Denyut jantung tak beraturan
Jika Anda mengalami denyut jantung tak teratur, ini patut diwaspadai karena dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Denyut jantung tak teratur umumnya terjadi karena adanya penebalan otot pada katup jantung. Hal ini menyebabkan terjadi penyempitan pada katup sehingga menyebabkan kebocoran.

Pembengkakan
Gejala awal penyakit jantung pun menyebabkan terjadinya pembengkakan pada beberapa bagian tubuh seperti perut. Hal ini dikarenakan menurunnya fungsi jantung yang berdampak pada proses pembuangan cairan dari ginjal. Oleh karenanya, pembengkakan tersebut muncul.

Mual
Pembengkakan pada bagian perut menyebabkan pengidap secara otomatis kehilangan nafsu makan dan merasakan mual berlebih. Tak heran, para pengidap sakit jantung biasanya juga mengalami hal ini di awal.

Sering pusing dan mudah lelah
Pusing bisa jadi adalah efek dari fungsi jantung yang tidak normal. Biasanya pusing akibat jantung ini biasanya terasa berbeda dibanding rasa pusing pada umumnya. Sebab seringkali diikuti dengan perasaan mudah lelah akibat sirkulasi darah terganggu.

Tubuh lebih rentan lelah dari biasanya, padahal Anda mungkin sama sekali tidak melakukan aktivitas fisik yang begitu berat. Perasaan mudah lelah ini juga menjadi salah satu gejala awal penyakit jantung yang patut diwaspadai.

Sakit kepala
Gejala awal penyakit jantung yang pertama adalah sakit kepala. Munculnya rasa sakit kepala saat terkena sinar matahari dapat mengindikasikan seseorang mempunyai masalah kesehatan dengan jantungnya. Pengaruh ini umumnya menimbulkan denyut jantung lebih lambat atau lebih cepat. Pada wanita juga harus waspada jika mengalami sakit migrain, karena menurut penelitian yang diterbitkan oleh American Academy of Neurology, sakit kepala pada pengidap penyakit jantung bisa saja akibat dari tidak lancarnya sirkulasi darah.

Rasa Cemas Berlebih
Banyak yang meyakini, gejala awal penyakit jantung erat kaitannya dengan rasa cemas berlebih. Alhasil, mereka yang pernah mengalami serangan akan lebih sering mengalami ketegangan, ketakutan, atau kecemasan akan kehilangan nyawa. Hal ini dikaitkan dengan kecemasan pada psikologi dan stres pada seseorang yang menyebabkan serangan lebih sering.


Pertolongan Pertama Pada Serangan Jantung
Setelah mengenal gejala awal penyakit jantung di atas, hal selanjutnya yang perlu diketahui seputar penyakit ini adalah pertolongan pertama ketika serangan jantung terjadi. Jangan panik, ikuti cara-caranya berikut ini:
Duduk bersandar senyaman yang Anda rasakan. Hindari posisi berbaring, karena kemungkinan besar mengganggu jalannya napas Anda.

Sebisa mungkin tidak minum air terlalu banyak. Di beberapa kasus, minum air malah akan membuat pengidap serangan jantung semakin sesak.

Segera hubungi ambulans di nomor 118 atau 911 untuk mendapat pertolongan medis lebih lanjut.

Jenis Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner terbagi ke dalam dua jenis yang dikategorikan berdasarkan tingkat penyumbatan aliran darah ke jantung. Kedua jenis tersebut meliputi:

Angina, atau lebih dikenal dengan angin duduk
Ini terjadi akibat suplai darah terhambat atau terlalu lemah sehingga kinerja jantung menurun.
Kondisi ini juga dikenal dengan istilah angin duduk di Indonesia. Angina adalah sakit dada yang timbul karena berkurangnya suplai darah ke otot jantung akibat penyempitan pembuluh darah. Seseorang yang menderita angina berisiko lebih tinggi untuk mengalami serangan jantung dibandingkan mereka yang tidak menderita angina.

Serangan ini biasanya berlangsung beberapa menit dan dipicu oleh aktivitas fisik atau stres. Jenis sakitnya pun bermacam-macam. Ada yang terasa menyebar di sekitar dada, berat seperti tertindih, atau sesak. Selain sakit dada, seseorang juga bisa merasa sesak napas, mual, lelah, pusing dan gelisah saat angina menyerang.
Angina dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu angina stabil dan angina tidak stabil.

Angina stabil adalah jenis serangan angina yang terjadi ketika jantung dituntut untuk bekerja lebih keras, misalnya saat melakukan aktivitas berat. Serangan ini dapat diatasi dengan obat dan istirahat. Serangan angina stabil tidak mengancam jiwa, tapi harus tetap diwaspadai.

Sedangkan angina tidak stabil adalah serangan angina yang menyerang secara tiba-tiba dan tanpa sebab yang jelas. Serangan ini dapat berlangsung walau penderita sedang santai atau beristirahat dan tidak selalu bisa ditangani dengan obat.

Serangan angina tidak stabil membutuhkan penanganan medis darurat karena menandakan bahwa penderita mengalami fungsi jantung yang menurun drastis. Jika setelah dosis obat angina kedua dada masih terasa sakit, segera pergi ke rumah sakit terdekat.

Serangan jantung akibat berhenti berdetak
Ini biasanya diawali atau timbul komplikasi oleh beberapa penyebab, seperti gagal jantung dan syok kardiogenik karena otot jantung rusak permanen, lalu aritmia akibat detak jantung tidak normal (terlalu cepat bredetak) dan berisiko berhenti, serta jantung ruptur/retak akibat otot, dinding, atau katup jantung sudah retak.

Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke jantung terhambat sepenuhnya. Gejalanya dapat beraneka ragam, namun rasa nyeri pada serangan jantung hampir sama dengan angina, hanya seringkali lebih parah.
Penanganan medis dalam hitungan menit diperlukan karena serangan ini dapat merusak otot jantung secara permanen.

Beberapa gejala serangan jantung adalah sakit dada yang parah, kesulitan bernapas, merasa lemas, pusing, serta panik. Sakit dada itu juga bisa menyebar ke leher hingga rahang, ke lengan kiri, dan ke punggung.
Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua penderita serangan jantung mengalami sakit dada yang parah. Indikasi serangan jantung bukan ditentukan oleh tingkat keparahan sakit dada, melainkan dari kombinasi gejala yang dirasakan.

Penyakit jantung yang tidak ditangani akan berujung pada komplikasi mematikan. Ketika tidak menerima suplai darah hingga terlalu lemah untuk memompa darah, kinerja jantung akan menurun. Kondisi ini disebut gagal jantung. Komplikasi ini dapat terjadi secara tiba-tiba maupun bertahap. Dengan adanya kondisi gagal jantung, organ-organ lain seperti ginjal dan paru-paru juga akan terpengaruh seiring waktu.


Diagnosis Penyakit Jantung
Untuk memastikan penyakit jantung bisa dilihat dari hasil diagnosis dokter.

Di tahap awal, dokter biasanya akan menanyakan tentang gejala, riwayat kesehatan keluarga, serta pola hidup Anda. Jika mencurigai Anda mengidap penyakit jantung, dokter akan menganjurkan Anda untuk menjalani beberapa pemeriksaan guna mengonfirmasi diagnosis. Misalnya tes darah, X-ray, elektrokardiogram (EKG), angiografi koroner, CT scan, atau MRI scan.

Guna memastikan apakah gejala di atas merupakan serangan jantung atau bukan, dokter akan melakukan diagnosa sebagai berikut:

Cek keluhan/gejala dan riwayat kesehatan keluarga

Tes Darah
Ada dua jenis tes darah yang umumnya dilakukan, yakni tes kadar kolesterol dalam darah dan pemeriksaan enzim jantung. Pada tes kolesterol, Anda akan diminta untuk berpuasa setidaknya 12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan agar hasil yang didapatkan lebih akurat.

Sebagai pelengkap pemeriksaan kadar kolestrol, serangkaian tes darah juga diperlukan untuk memantau kerja jantung, termasuk pemeriksaan enzim jantung untuk melihat adanya kerusakan pada otot organ tersebut.

Pemeriksaan X-Ray
Dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan X-Ray dada guna melihat kondisi jantung, paru-paru, dan dinding dada secara umum. Pada pemeriksaan ini, akan dapat dilihat apabila jantung mengalami pembesaran, atau apabila terdapat penumpukan cairan di paru-paru. Pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya.

Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)
Aktivitas listrik otot jantung dapat diperiksa melalui elektrokardiogram (EKG). Tetapi pemeriksaan ini saja belum cukup untuk menentukan apakah Anda mengidap penyakit jantung atau tidak. Hasil EKG yang tidak normal bisa mengindikasikan bahwa otot jantung tidak menerima cukup oksigen.

Selain dengan posisi tidur, pemeriksaan EKG juga ada yang dilakukan saat jantung pasien dipicu dengan berlari di atas treadmil. Tes ini disebut dengan tes latihan stres atau tes treadmil atau mengayuh sepeda statis. Pemeriksaan ini penting untuk mendeteksi gejala angina.

Pemeriksaan Ekokardiogram
Pemeriksaan yang sejenis dengan USG ini digunakan untuk melihat struktur, ketebalan dan gerak tiap denyut jantung hingga membentuk sebuah gambar jantung secara mendetail. Tes ini juga memeriksa tingkat kinerja jantung.

Tes angiografi koroner atau Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan penerapan bius lokal. Prosedur kateterisasi jantung meliputi:

Memasukkan kateter sampai ke arteri jantung melalui kaki atau selangkangan.

Penyuntikan tinta ke dalam arteri jantung melalui kateter.

Tujuan prosedur angiografi koroner ini adalah untuk memeriksa keberadaan serta tingkat keparahan penyempitan di dalam pembuluh darah jantung dan untuk memeriksa tekanan di dalam bilik jantung.

CT dan MRI scan
Kedua pemeriksaan ini juga bisa dilakukan untuk melihat kondisi lebih mendetail pada struktur jantung yang mungkin tidak nampak pada pemeriksaan menggunakan X-Ray.

Penanganan Penyakit Jantung Koroner
Jika mengidap penyakit jantung, Anda sangat dianjurkan untuk mengubah pola hidup Anda seperti menjaga pola makan, rutin berolahraga, minum obat secara teratur dan sesuai petunjuk dokter, serta berhenti merokok. Penyakit jantung koroner tidak bisa disembuhkan, tapi bisa dicegah agar tidak memburuk. Dokter akan menganjurkan langkah operasi untuk menangani penyakit ini jika diperlukan. Tujuan dalam pengobatan penyakit jantung adalah untuk mengendalikan gejala dan menurunkan risiko munculnya serangan fatal seperti serangan jantung.

Penanganan lebih invasif seperti operasi akan dianjurkan jika penyakit jantung bertambah parah sehingga mengganggu kualitas hidup seseorang.

Dengan memperbaiki pola hidup, pengidap dapat terhindar dari risiko terjadinya gejala-gejala penyakit jantung. Mengubah pola hidup dapat dilakukan dengan langkah-langkah sederhana.

Langkah Penanganan Medis
Apabila sudah terlanjut terserang penyakit jantung, maka beberapa tindakan medis berikut ini biasanya akan dilakukan oleh dokter, tergantung dari kondisi pasien, yaitu:

Rutin mengonsumsi obat yang diresepkan dokter spesialis jantung pada tahap awal sakit. Dokter juga biasanya menganjurkan penggunaan obat-obatan atau prosedur operasi untuk mengatasi penyakit ini.

Statin
Obat ini berfungsi menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh sehingga dapat memperlambat perkembangan penyakit jantung. Beberapa jenis statin yang sering diberikan dokter adalah simvastatin, pravastatin dan atorvastatin.

Antiplatelet
Obat ini diminum untuk mencegah penggumpalan darahdengan cara mengencerkan darah. Hal tersebut dapat menurunkan risiko terkena serangan jantung.  Jenis antiplatelet yang umum digunakan meliputi aspirin dosis rendah, clopidogrel, ticagrelor, dan prasugrel.

Anti-hipertensi dan obat diabetes
Jika Anda menderita tekanan darah tinggi dan/atau diabetes, sangat penting bagi Anda untuk mengontrol perkembangan penyakit-penyakit ini. Pastikan obat anti-hipertensi dan obat diabetes Anda telah sesuai dan membawa hasil yang efektif. Jika tidak, temui dokter untuk mencari cara pengobatan yang lebih cocok.

Ingatlah bahwa pola hidup yang sehat juga berperan penting dalam penanganan kedua penyakit ini.

Obat penghambat beta (Beta-blockers)
Dengan mengonsumsi obat ini, laju denyut jantung akan berkurang dan aliran darah akan menjadi lebih lancar. Hal itu akan membuat beban jantung berkurang sehingga serangan angina pun dapat dihindari. Jenis-jenis obat penghambat beta meliputi atenolol, bisoprolol, metoprolol, dan propranolol.

Obat penghambat kanal kalsium (Calcium channel blockers)
Obat penghambat kanal kalsium membuat dinding pembuluh darah melebar sehingga tekanan darah dapat turun. Jenis-jenis obat penghambat kanal kalsium meliputi amlodipine, verapamil, dan ditiazem.

Obat nitrat
Cara kerja nitrat sama dengan cara kerja obat penghambat kanal kalsium. Obat ini berfungsi untuk melebarkan diameter pembuluh darah sehingga memperlancar aliran darah ke jantung dan meredakan serangan angina. Nitrat dapat menurunkan tekanan darah dan menghilangkan rasa nyeri di dada. Kinerja obat ini ada yang singkat dan ada juga yang lambat. Nitrat tidak hanya tersedia dalam bentuk tablet, tapi juga tersedia dalam bentuk semprot, gel, atau koyo. Gliseril trinitrat dan isosorbide mononitrate adalah obat nitrat yang biasanya sering digunakan.

Ivabradine
Bagi pengidap penyakit jantung yang tidak bisa mengonsumsi obat penghambat beta  (misalnya, karena mengalami infeksi paru-paru), obat ini sering diberikan oleh dokter. Ivabradine mengurangi beban jantung dengan cara memperlambat laju denyutnya.

Nicorandil
Obat ini dapat digunakan sebagai pengganti obat penghambat kanal kalsium karena fungsinya yang sama. Nicorandil memperlancar aliran darah ke jantung dengan cara memperlebar diameter pembuluh darah.

Ranolazine
Obat ini bekerja dengan membuat otot jantung lebih rileks, tapi tidak memengaruhi laju detak jantung atau pembuluh darah. Karena itu, ranolazine sangat cocok digunakan untuk pengidap gagal jantung atau orang dengan ritme jantung yang abnormal.

Obat penghambat enzim konversi angiotensin (ACE inhibitors)
Obat ini dapat menghambat aktivitas hormon angontensin yang membuat pembuluh darah menyempit. Selain biasa digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi, obat ini juga dapat menurunkan kinerja jantung dan memperlancar aliran darah ke seluruh tubuh.

Diuretik
Obat ini dapat meningkatkan pengeluaran air dan garam yang berlebih dari tubuh melalui urine.
Pengobatan jangka panjang rutin dan tidak boleh berhenti hingga kondisi jantung membaik.

Penanganan Melalui Operasi
Jika obat sudah tidak efektif untuk mengatasi gejala-gejala angina yang Anda alami, dokter akan menganjurkan prosedur operasi. Selain untuk angina, operasi ini juga dilakukan pada pasien yang telah mengalami serangan jantung.

Intervensi Jantung Perkutan (PCI) atau Angioplasti Koroner
Operasi ini bertujuan untuk memperlebar arteri jantung yang mengalami penyempitan. Prosedur ini dilakukan dengan cara memasukkan balon kecil pada bagian luar arteri untuk menyingkirkan jaringan lemak yang mempersempit arteri. Dengan demikian, aliran darah dapat menjadi lancar.Setelah itu cincin (stent) dipasang dalam arteri agar tidak menyempit kembali.

Bedah bypass arteri jantung (CABG)
Prosedur operasi ini meliputi penanaman pembuluh darah dari anggota tubuh lain untuk membuka rute baru bagi aliran darah ke jantung sehingga suplai darah mencukupi. Penderita diabetes, pasien lanjut usia dan yang mengalami lebih dari dua penyempitan pembuluh darah dianjurkan untuk menjalani CABG daripada PCI.

Penanganan stent
yakni melalui operasi jika kondisi pembuluh darah jantung tersumbat dan tidak diobati dengan obat oral.

Transplantasi jantung
Tindakan ini akan dilakukan jika kondisi jantung sudah sangat parah dan obat tidak dapat mengatasi masalah tersebut. Tranplantasi jantung dilakukan dengan cara mengganti jantung yang telah rusak dengan jantung yang sehat dari donor.

Operasi By Pass Jantung (cangkok jantung) jika kondisi darurat, dimana jantung sudah tidak lagi berfungsi optimal dan perlu diganti dengan jantung baru yang sehat

Pencegahan Penyakit Jantung Koroner
Hindari penyakit jantung dengan rutin berolahraga secara teratur.

Hampir semua kasus penyakit jantung berawal dari minimnya kesadaran dan pengetahuan akan gaya hidup sehat penderita. Oleh karena itu, penting melakukan gaya hidup sehat misalnya mengurangi makanan berkolesterol tinggi, memperbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran serta mengurangi makanan bersantan .

Tidak merokok dan minum minuman keras/beralkohol.

Jalani pola makan sehat dengan mengurangi makanan berlemak.

Mengontrol kadar gula darah, misalnya dengan cara membatasi konsumsi makanan manis dan memantau perkembangan diabetes.

Mengontrol tekanan darah tinggi, misalnya dengan cara mengonsumsi makanan rendah garam dan obat antihipertensi secara teratur.

Menjaga kadar kolesterol, terutama untuk orang yang berusia di atas 40 tahun. Langkah ini dapat dilakukan dengan menghindari makanan berlemak seperti rendang, opor ayam, atau gorengan.

Menjaga berat badan yang sehat.

Khusus bagi pengidap angina, tindakan pencegahan juga perlu dilakukan demi menghindari serangan jantung serta komplikasinya.

Mitos Seputar Penyakit Jantung
Dunia kesehatan seolah tak pernah sepi dari yang namanya mitos . Salah satu yang banyak beredar adalah mitos salah tentang penyakit jantung, seperti berikut ini:

Serangan Jantung Lanjut Usia
Penyakit jantung hanya menyerang orang lanjut usia adalah mitos

Mitos serangan jantung adalah penyakit menurun
Padahal, faktor genetik/keturunan hanya sebagai pemicu saja, bukan penyebab sakit jantung.

Mitos serangan jantung bisa dideteksi oleh penderita
Padahal, organ jantung yang penuh dengan ritmik elektrik dan otomatis hampir tidak memungkinkan pasien mengetahui kapan serangan jantung terjadi.

Mitos serangan jantung menyerang orang tua/lanjut usia
Itu jelas salah. Faktanya, serangan jantung dapat menyerang siapa saja dan pada usia berapapun.

Mitos keringat di tangan adalah penyakit jantung
Ini tidak sepenuhnya benar. Guna memastikan semua gejala penyakit jantung itu benar adanya, harus dicek secara medis terlebih dahulu oleh dokter.

Jangan Hanya Percaya Mitos, Ketahui Dengan Baik Penyakit Jantung dan Hindari
Terkadang kita lebih percaya dengan kata-kata yang menyebar begitu saja di tengah-tengah masyarakat tanpa menggali lebih dalam informasi yang benar mengenai segala sesuatunya, termasuk soal penyakit jantung ini. Alhasil, perilaku diri pun jadi terpengaruh meski sebenarnya itu menyimpang dari yang seharusnya.


Oleh karena itu, sebainya perbanyak pengetahuan dan jangan malas membaca dan jadilah masyarakat yang cerdas dan bijak. Soal penyakit jantung, yang pasti adalah menjaga pola hidup sehat untuk menghindarinya. Dan yang terpenting lagi adalah adanya jaminan dari asuransi kesehatan guna mengurangi beban perawatan bila dibutuhkan. Tidak ada yang tahu kapan datangnya penyakit. Namun setiap penyakit, termasuk penyakit jantung akan selalu bisa diantisipasi sedini mungkin. Bicarakan masalah jantung Anda dengan dokter spesialis yang Anda percayai.




*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...