Loading...
Beberapa Penyebab serta Penjelasan Seputar Vaginitis
Bagi para wanita, tentu saja kesehatan vagina selalu menjadi
prioritas dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Karenanya, jika saja terdapat
suatu keanehan atau hal yang tidak biasa pada area tersebut, Anda tentu bisa
langsung mengetahuinya. Perhatikanlah, apakah terdapat perubahan warna pada
keputihan Anda, Atau apakah area vagina
terasa gatal dan nyeri saat buang air kecil, Jika terjadi demikian maka berhati-hatilah
dan segera periksakan, sebab mungkin saja hal itu termasuk gejala vaginitis.
Vaginitis berasal
dari bahasa Latin yang terdiri dari vagina atau lubang kemaluan wanita dan
-itis yang berarti peradangan. Jadi, vaginitis berarti peradangan pada vagina.
Peradangan dari vagina dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu infeksi
bakteri, virus, jamur, gangguan keseimbangan hormon, bahkan alergi. Penyakit
ini merupakan salah satu penyakit tersering yang menyebabkan wanita pencari
pengobatan ke dokter.
Perlu diketahui pada wanita, terdapat 3 lubang pada kemaluan dengan
fungsinya masing-masing, yaitu:
Uretra
atau saluran kencing/BAK.
Vagina
atau lubang kemaluan untuk fungsi seksual dan tempat jalan lahir.
Anus
atau saluran BAB.
Sedangkan pada pria, hanya terdapat dua saluran, yaitu :
Uretra
atau saluran kencing dan saluran untuk keluarnya sperma menjadi satu pada
penis.
Anus
atau saluran untuk BAB.
Vaginitis adalah
infeksi atau inflamasi yang terjadi pada vagina. Kondisi ini umumnya disertai
indikasi berupa munculnya keputihan, perubahan warna dan jumlah keputihan yang
dialami, bau yang ditimbulkan, iritasi atau gatal-gatal pada vagina, rasa sakit
saat berhubungan seks maupun buang air kecil, serta flek atau pendarahan
ringan.
Vaginitis
merupakan peradangan yang terjadi pada vagina (biasanya peradangan ini disertai
juga dengan peradangan vulva) bagian luar vagina- yang disebut vulvovaginitis.
Penyebab umum dari penyakit ini adalah adanya ketidakseimbangan antara jumlah
mikroorganisme normal dengan mikroorganisme lainnya yang menyebabkan
peradangan. Meskipun terdengar menakutkan, namun terkena vaginitis bukan
merupakan akhir dari segalanya. Karena jika ditangani dengan tepat, penyakit
ini sebenarnya bisa sembuh dalam waktu yang cukup singkat.
Meski demikian, ada juga pengidap yang mungkin merasakan
gejala lain, misalnya bau tidak sedap pada vagina (terutama setelah berhubungan
seks) atau bahkan sama sekali tidak merasakan gejala.
Vaginitis
sangat
umum terjadi. Kebanyakan wanita pernah mengalami vaginitis setidaknya sekali
dalam hidup. Kondisi ini dapat terjadi pada wanita dengan usia berapapun.
Vaginitis paling sering terjadi pada wanita muda yang aktif secara seksual.
Kondisi ini dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan
dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.
Vaginitis
memang
bisa ditangani sendiri tanpa ke dokter, terutama jika sudah mengenali
gejala-gejalanya karena pernah mengalami vaginitis dan sembuh sepenuhnya. Namun
apabila merasakan gejala-gejala yang tidak biasa atau perubahan pada vagina,
konsultasi pada dokter sebaiknya dilakukan. Khususnya jika:
Belum
pernah mengalami infeksi vagina.
Merasakan
gejala yang berbeda dengan infeksi vagina yang pernah dialami.
Berhubungan
seks dengan lebih dari 1 orang. Gejala vaginitis terkadang mirip dengan
penyakit menular seksual.
Mangalami
demam, menggigil, atau nyeri pada panggul.
Tetap
mengalami infeksi vagina meski sudah menggunakan obat antijamur yang dijual
bebas.
Vaginitis
adalah
peradangan vagina yang menyebabkan pembengkakan, gatal, perih, atau infeksi
pada vagina. Vaginitis dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit, atau
virus. Penyebab paling umum dari vaginitis adalah bacterial vaginosis, infeksi
jamur, trichomoniasis, dan vaginitis non infeksius. Anda perlu mengonsultasikan
dengan dokter untuk menemukan penyebab pasti dari infeksi dan memilih perawatan
yang tepat.
Umumnya, vaginitis terjadi pada wanita dewasa dan jarang
terjadi pada perempuan yang belum mengalami pubertas, alias belum mengalami
menstruasi. Presentase kejadian dari setiap tipe adalah sekitar 40-50%
vaginosis bakterial, 20-25% kandidiasis vaginalis, dan 15-20% trikomoniasis.
Secara usia, wanita yang sering terkena penyakit ini adalah wanita usia paruh
baya dan wanita yang telah aktif secara seksual.
Kapan harus periksa ke dokter?
Anda
harus menghubungi dokter bila Anda mengalami gejala-gejala berikut ini:
Cairan
vagina Anda bertambah banyak, memiliki warna yang tidak normal, dan berbau
berbeda dari biasanya.
Anda
merasa gatal, perih, bengkak, atau nyeri pada sekitar atau di luar vagina.
Anda
merasa sakit saat buang air kecil.
Anda
merasa tidak nyaman atau sakit setelah berhubungan seksual.
Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas
atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh
masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani
kondisi kesehatan Anda.
Penyebab Vaginitis
Peradangan pada vagina ini umumnya disebabkan oleh infeksi
bakteri, jamur atau virus. Harus Anda ingat bahwa tidak semua infeksi yang
menyebabkan vaginitis merupakan Penyakit Menular Seksual (PMS), meskipun
beberapa PMS memang dapat menyebabkan vaginitis. Selain itu, penyakit ini juga
dapat disebabkan oleh menurunnya kadar estrogen setelah menopause. Bahan-bahan
kimia yang terkandung dalam sabun maupun pakaian bisa saja menjadi penyebab
dari peradangan ini.
Penyebab dari vaginitis dapat bermacam-macam, yaitu infeksi
bakteri, virus, jamur, gangguan keseimbangan hormon, bahkan alergi. Penyebab
vaginitis yang berbeda-beda menyebabkan gejala da npengobatan yang diperlukan
berbeda-beda pula. Berikut ini adalah vaginitis yang sering ditemukan, yaitu:
Vaginosis bakterialis
Gejala
yang ditemukan dapat bermacam-macam, yaitu:
Tidak
ada gejala : pada 50% dari penderita yang diagnosis dengan
penyakit ini tidak merasakan gejala apapun. Pada pemeriksaan dari sekret atau
cairan vagina secara mikroskopis dapat ditemukan bakteri anaerob walaupun
penderita tidak menunjukkan gejala apapun.
Bau
amis yang tidak sedap : ini merupakan gejala tersering yang
dikeluhkan penderita. Bau amis makin terasa pada saat setelah berhubungan
seksual dan saat menstruasi.
Cairan
atau sekret vagina berwarna keabu-abuan : sekret vagina yang
normal berwarna bening hingga putih. Perubahan warna pada sekret dari vagina
dapat menjadi salah satu penanda terjadinya peradangan pada vagina
Kadang
dapat ditemukan gatal pada kemaluan : keluhan ini jarang ditemukan
Tidak
ada nyeri dan kemerahan pada kemaluan
Penyebab vaginosis bakterialis
Bacterial vaginosis terjadi apabila keseimbangan vagina
terganggu, dimana bakteri jahat lebih banyak dibanding dengan bakteri baik.
Namun jika bakteri anaerobik terlalu banyak dan mengganggu keseimbangan, ini
akan menyebabkan bacterial vaginosis. Jenis vaginitis ini sepertinya terkait
dengan hubungan seksual, terutama jika Anda memiliki beberapa pasangan seksual.
Namun, kondisi ini juga dapat terjadi pada wanita yang tidak aktif secara
seksual.
Vaginosis bakterialis dapat ditemukan 10-30% pada wanita
usia subur dan merupakan penyebab tersering dari peradangan pada vagina. Pada
kondisi vagina yang sehat, terdapat bakteri lactobacillus yang merupakan flora
normal dari vagina. Bakteri tersebut bersifat asam dan melindungi vagina dari
bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang tidak memerlukan oksigen untuk berkembang
biak). Apabila terjadi penurunan jumlah dari bakteri lactobacillus dan terjadi
peningkatan jumlah dari bakteri-bakteri anaerob, maka dapat terjadi vaginosis
bakterialis. Contoh bakteri yang dapat menyebabkan vaginosis bakterialis adalah
Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, dan bakteri anaerob lainnya. Faktor
resiko untuk penyakit ini adalah
Sosial ekonomi rendah
Sering
mencuci vagina terutama yang mengandung antiseptik
Merokok
Penggunaan
KB spiral/IUD
Penggunaan
spermisida dosis tinggi
Hubungan
seksual tanpa pengaman
Trikomoniasis
Gejala
yang dapat ditemukan pada trikomoniasis adalah:
Tidak
ada gejala
Bau
busuk yang tidak sedap
Sekret
atau cairan vagina yang berbusa dan berwarna kuning hingga kehijauan
Dapat
disertai dengan iritasi atau kemerahan pada kemaluan
Nyeri
saat berhubungan seksual
Nyeri
saat berkemih
Penyebab trikomoniasis
Trichomoniasis, merupakan vaginitis ketiga tersering yang
diakibatkan oleh trikomonas. Bakteri ini menular melalui hubungan seksual
dengan seseorang yang terinfeksi. Pada pria, kuman ini menginfeksi saluran
kencing, namun sering kali tidak menunjukkan gejala. Maka dari itu, ketika
hubungan seksual, pria yang terinfeksi menularkan kuman tersebut pada
pasangannya.
Penyakit trikominiasis disebabkan oleh infeksi dari parasit Trichomonas
vaginalis. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit penular seksual (PMS)
yang sangat mudah untuk menyebar ke orang lain. Seringkali penyakit ini
ditemukan secara tidak sengaja pada saat penderita melakukan pemeriksaan Pap
smear. Faktor resiko untuk penyakit ini adalah:
Sosial
ekonomi rendah
Berganti-ganti
pasangan seksual
Hubungan
seksual tanpa pengaman
Merokok
Untuk tipe ini, dokter akan memberikan obat antibiotik
–dapat berupa obat oral (minum) maupun gel/cream yang nantinya dioleskan pada
vagina Anda. Biasanya, dokter akan melakukan tes khusus terlebih dahulu sebelum
memberikan antibiotik ini, karena tidak jarang dalam beberapa kasus, antibiotik
dapat menyebabkan alergi.
Kandidiasis vulvavagina
Gejala
yang dapat ditemukan pada Kandidiasis vulvavagina adalah:
Gatal
pada kemaluan sehingga dapat ditemukan bekas-bekas garukan.
Kadang bekas garukan tersebut hingga menyebabkan luka pada kulit.
Kemerahan
pada kemaluan
Sekret
atau cairan vagina berwarna putih dan kental
Sensasi
rasa terbakar pada kemaluan
Nyeri
pada saat berkemih
Nyeri
pada saat berhubungan seksual
Penyebab kandidiasis vulvavagina
Penyakit kandidiasis vulvavagina disebabkan oleh infeksi
jamur Candida, sp. Menurut penelitian, sekitar 75% wanita pernah mengalami
penyakit ini dan 40-45% mengalami keluhan berulang. Candida sp. merupakan salah
satu flora normal yang terdapat di kulit manusia. Jamur dapat berkembang
menjadi penyakit pada penderita apabila terdapat kondisi yang mendukung. Contoh
kondisi tersebut adalah penggunaan antibiotik dalam jangka waktu lama, kencing
manis yang tidak terkontrol, hamil, dan imunitas yang rendah.
Infeksi jamur terjadi apabila organisme jamur (terutama
Candida albicans) tumbuh pada vagina. Bukan hanya menyebabkan infeksi jamur
pada vagina, C. albicans juga adalah penyebab utama dari infeksi pada bagian
tubuh lainnya yang lembap, seperti mulut (thrush), lipatan kulit, dan bantalan
kuku. Jamur ini dapat menyebabkan ruam popok pada bayi.
Vaginitis atrofi
Gejala
yang dapat ditemukan paca vaginitis atrofi adalah:
Keluhan
dirasakan pada saat menopause
Iritasi
dan kemerahan pada kemaluan
Nyeri
pada saat berhubungan seksual dan vagina kering
Sekret
atau cairan vagina dapat berwarna kuning kehijauan dan tidak berbau
Penyebab vaginitis atrofi
Vaginitis atrofi terjadi akibat penurunan kadar estrogen
pada saat menopause. Penurunan kadar estrogen tersebut menyebabkan sel-sel
lapisan vagina menjadi lebih tipis sehingga pH dan flora bakteri normal vagina
terganggu. Normalnya, vagina sehat memiliki pH asam (<4 infeksi.="" mencegah="" o:p="" untuk="">4>
Faktor Risiko Vaginitis
Selain penyebabnya yang beragam, terdapat banyak faktor lain
yang bisa meningkatkan risiko seorang wanita untuk mengidap vaginitis.
Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
Perubahan hormon, misalnya karena menopause, hamil, atau
menggunakan pil kontrasepsi.
Aktif berhubungan seks, terutama jika memiliki lebih dari 1
pasangan ataupun infeksi akibat aktivitas seksual yang tidak terproteksi.
Mengidap penyakit menular seksual.
Efek samping obat-obatan, contohnya antibiotik dan steroid.
Penyakit diabetes yang tidak ditangani dengan baik.
Menggunakan produk pembersih daerah intim, misalnya sabun
sirih, sabun busa, semprotan vagina, atau deodoran vagina.
Mengenakan pakaian lembab atau ketat.
Kebersihan yang buruk.
Penggunaan intrauterine device (IUD) untuk kontrasepsi.
Diagnosis Vaginitis
Langkah awal dalam proses diagnosis vaginitis adalah dengan
menanyakan gejala-gejala yang dialami, riwayat kesehatan pasien, serta
memeriksa kondisi vagina. Dokter kemudian akan mengambil sampel cairan vagina
untuk diperiksa di laboratorium agar penyebabnya bisa terdeteksi.
Keseimbangan pH (suasana asam atau basa) pada vagina juga
akan diperiksa. Peningkatan kadar pH dapat menandakan adanya vaginosis
bakterialis.
Diagnosis vaginosis bakterialis
Untuk
mendiagnosis vaginosis bakterialis digunakan kriteria Amsel, yaitu:
Sekret
atau cairan vagina yang homogen dan encer
pH
vagina > 4,5
Tes
Whiff yang positif dimana ditemukan bau amis pada penambahan KOH 10% pada
sekret vagina
Ditemukan
20% sel clue pada pemeriksaan mikroskopis
Apabila ditemukan 3 dari 4 kriteria tersebut sudah dapat
mendiagnosis vaginosis bakterialis. Untuk pengobatan dapat diberikan antibiotik
untuk bakteri anaerob. Probiotik lactobacillus juga dapat diberikan. Pengobatan
kepada pasangan tidak diperlukan pada penyakit ini. Vaginosis bakterialis
ditelah dikaitkan dengan meningkatnya resiko untuk HIV/AIDS, keguguran dan
pecah ketuban dini.
Diagnosis Trikomoniasis
Untuk diagnosis dari trikomoniasis, perlu dilakukan
pemeriksaan mikroskopis dari sekret atau cairan vagina. Apabila ditemukan
bakteri Trichomonas vaginalis dan sel darah putih yang banyak, maka dapat
didiagnosis dengan trikomoniasis.
Untuk pengobatan dapat diberikan antibiotik untuk membunuh
parasit. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit PMS. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pemeriksaan terhadap pasangan. Selama pengobatan tidak boleh
berhubungan seksual sampai sembuh agar mencegah penularan kembali terhadap diri
sendiri maupun orang lain. Trikomoniasis telah dikaitkan dengan peningkatan
resiko terhadap HIV/AIDS.
Diagnosis kandidiasis vulvavagina
Untuk mendiagnosis kandidiasis vulvavagina dengan cara
pemeriksaan mikroskopis pada sekret vagina. Nilai pH pada penyakit ini normal,
yaitu < 4,5. Untuk pengobatan dari penyakit ini dapat diberikan obat anti
jamur. Selain itu, perlu dicari kondisi yang mendukung jamur ini untuk dapat
berkembang biak. Kondisi tersebut perlu diatasi agar tidak terjadi infeksi
berulang.
Diagnosis vaginitis atrofi
Untuk mendiagnosis penyakit ini dapat dilakukan pemeriksaan
pH dan pemeriksaan mikroskopis. Nilai pH meningkat, yaitu 5- 7. Pada
pemeriksaan mikroskopis ditemukan sel lapisan vagina bagian dasar yang
normalnya tidak ditemukan apabila sel lapisan vagina masih tebal.
Umumnya penyakit ini tidak memerlukan pengobatan kecuali
keluhan berat dan mengganggu. Penderita tidak perlu khawatir karena penyakit
ini disebabkan oleh perubahan hormon pada tubuh dan tidak berbahaya. Pada
kondisi yang berat dapat diberikan terapi estrogen untuk mengurangi gejala.
Umumnya gejala berkurang dalam beberapa minggu setelah terapi. Penggunaan
lubrikan dapat membantu keluhan kering pada vagina.
Pengobatan Vaginitis
Setelah mengonfirmasi hasil diagnosis, dokter akan
menerapkan metode pengobatan berdasarkan penyebab vaginitis. Langkah pengobatan
yang diberikan biasanya meliputi:
Antibiotik.
Berdasarkan Pedoman Nasional untuk Infeksi Menular Seksual, metronidazole merupakan
obat pilihan untuk menangani kasus vaginitis akibat bakteri. Metronidazole
dapat diberikan sebagai dosis tunggal atau diminum dua kali sehari selama 1
minggu. Penderita yang mengonsumsi metronidazole tidak disarankan untuk
mengonsumsi alkohol, karena dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya.
Antijamur. Untuk
vaginitis akibat jamur, berbagai pengobatan antijamur seperti miconazole,
clotrimazole, fluconazole, maupun itraconazole dapat diresepkan oleh dokter.
Khusus dua obat terakhir ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil, ibu
menyusui, maupun anak di bawah 12 tahun.
Terapi
pengganti hormon. Jika vaginitis disebabkan oleh penurunan hormon
estrogen, dokter akan merekomendasikan terapi penggantian hormon untuk
menggantikan hormon estrogen alami tubuh. Sedangkan dalam menangani vaginitis
akibat reaksi alergi terhadap bahan-bahan kimia, dokter akan menyarankan
penderita untuk menghindari substansi pemicu alerginya. Dokter juga terkadang
akan memberikan obat oles estrogen untuk meredakan gejala-gejala vaginitis.
Di samping obat-obatan, ada sejumlah cara yang dapat
dilakukan untuk meringankan gejala, sekaligus mempercepat proses penyembuhan.
Langkah-langkah sederhana tersebut meliputi:
Menjaga
vagina dan area di sekitarnya tetap bersih serta kering.
Gunakanlah sabun tanpa bahan pewangi dan seka hingga benar-benar kering.
Hindari berendam air hangat selama infeksi belum pulih sepenuhnya.
Jangan
membasuh bagian dalam vagina.
Gunakan
kompres air dingin untuk mengurangi ketidaknyamanan pada vagina.
Vaginitis memang
tidak berakibat fatal. Meski demikian, vaginitis yang dibiarkan dapat
menyebabkan komplikasi-komplikasi tertentu, misalnya menjadi lebih rentan
terinfeksi penyakit menular seksual seperti klamidia dan HIV. Bagi pengidap
yang sedang hamil, vaginitis akibat trikomoniasis dan vaginosis bakterialis
diduga dapat memicu kelahiran prematur dan bayi yang lahir berisiko memiliki
berat badan yang tidak memadai.
Demikianlah sedikit penjelasan tentang penyebab serta
penjelasan seputar vaginitis yang
harus Anda ketahui. Semoga bermanfaat dan Salam Sehat.
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
loading...