Monday, 18 February 2019

Kreasi Usaha: Manfaat Tanaman Piretrum (Chysanthemum cinerariaefolium) sebagai Pestisida Nabati


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...

Manfaat Tanaman  Piretrum (Chysanthemum cinerariaefolium) sebagai Pestisida Nabati

Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan sandang, pangan, dan papan, petani semakin dituntut memaksimalkan potensi lahannya dengan meningkatkan penggunaan input usaha tani. Salah satu input penting adalah pestisida yang berguna untuk menekan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Penggunaan pestisida sintetis di Indonesia berkembang sangat pesat. Pada tahun 2002 tercatat ada 813 nama dagang pestisida yang terdaftar untuk dipasarkan, namun pada tahun 2013 meningkat tajam menjadi 2.810 nama dagang (Direktorat Pupuk dan Pestisida 2002; 2013).

Intensifikasi penggunaan pestisida kimia sintetis pada kenyataannya mengakibatkan berbagai dampak yang tidak diinginkan, antara lain terjadinya kerusakan ekosistem lahan pertanian akibat terganggunya populasi flora dan fauna (Regnault-Roger 2005).

Meningkatnya kesadaran masyarakat dunia akan produk pertanian yang bebas residu pestisida mendorong para ahli mempelajari kemungkinan substitusi penggunaan pestisida sintetis dengan pestisida nabati. Penggunaan pestisida sintetis selain meninggalkan residu yang berbahaya bagi kesehatan manusia maupun hewan, juga menyebabkan resistensi dan resurgensi hama, terbunuhnya musuh alami baik serangga parasit maupun predator, dan mengakibatkan pencemaran air, tanah serta udara yang pada akhirnya dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.

Penggunaan pestisida sintetis dilaporkan meninggalkan residu dalam tanah hingga bertahun-tahun setelah pemakaian, sehingga mengurangi daya dukung lahan akibat menurunnya populasi mikro-organisme pengurai bahan organik yang hidup di dalam tanah. Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya resistensi hama tanaman akibat penggunaan insektisida yang berlebihan. Timbulnya resistensi hama memaksa petani menambah dosis insektisida yang diaplikasikan sehingga semakin memperparah paparan residu insektisida pada tubuh petani maupun konsumen. Kasus keracunan insektisida di Indonesia pada tahun 2001–2005 cukup tinggi. Dari 4.867 kasus keracunan, 3.789 orang dilaporkan meninggal dunia.


Penggunaan rodentisida, moluskisida, akarisida, dan nematisida sintetis yang kurang bijaksana disinyalir mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan bagi lingkungan. Oleh karena itu, sudah saatnya dicari bahan pengendali hama yang efektivitasnya setara dengan pestisida sintetis namun lebih aman bagi organisme hidup maupun lingkungan. Dengan demikian secara perlahan akan tercipta keseimbangan ekologi yang berkesinambungan. Selanjutnya, petani maupun pengusaha diharapkan mampu mengembangkan pestisida yang ramah lingkungan, antara lain dengan memanfaatkan senyawa sekunder tanaman sebagai bahan aktif pestisida. Pestisida dengan bahan aktif yang bersumber dari tanaman dikenal sebagai pestisida nabati (Regnault-Roger 2005).

Pemanfaatan pestisida nabati diyakini mampu menjawab permasalahan tersebut karena tersusun dari senyawa tanaman yang mudah terurai. Hasil penelitian mengindikasikan spesies-spesies tanaman yang tumbuh di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman.

Jenis pestisida nabati berkaitan erat dengan perannya dalam mengendalikan OPT. Beberapa jenis pestisida nabati yang mulai dikenal luas adalah insektisida, nematisida, fungisida (Wiratno et al. 2008), bakterisida (Sumastuti dan Pramono 2002), moluskisida (Wiratno et al. 2011), dan leismanisida nabati (Chan Bacab dan Pena Rodriguez 2001). Saat ini Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) sedang mengembangkan herbisida nabati untuk mengendalikan gulma yang banyak mengganggu tanaman budi daya.

Kemampuan bahan aktif tanaman dalam mengendalikan OPT bervariasi, dari yang berspektrum sempit hingga berspektrum luas. Sebagai contoh senyawa piretrin yang diekstrak dari tanaman pyrethrum, diketahui bersifat racun yang sangat kuat bagi serangga (Vayias et al. 2006) sehingga banyak diformulasi sebagai insektisida nabati.


Tanaman piretrum ini lebih dikenal sebagai bunga chrysan, banyak ditanam dipekarangan (taman) dan juga dimanfaatkan sebagai obat mata. Tanaman ini kini mulai banyak digunakan sebagai pestisida nabati menggantikan pestisida kimia. Piretrum dapat berfungsi sebagai insektisida, fungisida, dan nematisida. Piretrum merupakan tumbuhan sejenis terna yang memiliki bunga dan tanaman ini tumbuh subur di lingkungan yang memiliki iklim serta cuaca dan topografi yang ekstrem/menantang.

Sepanjang sejarahnya, Piretrum telah dibudidayakan dan telah tumbuh liar didaerah lintang tinggi mulai dari pegunungan Alphen di Eropa sampai ke dekat Semenanjung Korea di timur. Senyawa aktif dari tanaman piretrum ini terdapat pada bunga dan bersifat racun kontak yang dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat serangga, menghambat perkembangan serangga dengan penetasan telur.

Potensi senyawa sekunder tanaman sebagai pestisida nabati telah banyak dikaji. Sebagai insektisida nabati, bahan aktif tanaman diuji efektivitasnya terhadap toksisitas, daya tolak, daya tarik, daya hambat makan, dan daya hambat reproduksi serangga hama. Sebagai fungisida nabati, bahan aktif tanaman diuji kemampuannya menghambat pertumbuhan jamur patogen baik pada skala laboratorium, rumah kaca maupun skala lapangan. Sebagai moluskisida dan nematisida nabati, pengujian masih terbatas pada skala laboratorium dan rumah kaca.


Beberapa waktu ini, Piretrum telah banyak dibudidayakan di Brazil, Australia, Afrika Timur terutama Kenya dan Meksiko. Aplikasi dari tanaman piretrum sebagai pestisida dapat digunakan untuk mengendalikan Aphis fabae, Aphis gossypii, Helopeltis sp,; Cricula trifenestrata, Plutella xylostella, Hyalopterus pruni, Macrosephum rosea, Drosophilla spp.; Empoasca fabae, ulat jengkal, Thrips Choristoneuro pinus, Doleschallia polibete, Agrotis ipsilon, Callosobruchus chinensis, Carpophilus hemipterus, kecoa Crysptolestes pussillus, Corcyra cephalonica, Crocidolomia binotalis, Dysdercus cingulatus, Earias insulana, Epilachna varivestis, Fusarium sp; Locusta migratoria, Musca domestica, Nephotettix virescens, Nilaparvata lugens, Ophiomya reticulipennis, Planococcus citri, Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Sitophilus sp.; Spodoptera litura, Tribolium sp, Helycotylenchus sp.; Meloidogyne sp.; Pratylenchus sp.; Tylenchus filiformis.

Bunga piretrum dengan kandungan bahan aktif utama piretrin, jasmolin dan cinerin merupakan bahan insektisida nabati yang bersifat menyerang sistem syaraf serangga, sehingga efeknya cepat terlihat (rapid in action) dengan gejala kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya mati. Namun demikian piretrum aman bagi manusia dan hewan peliharaan (Kardinan dan Karmawati 2013).

Piretrum ekstrak bunganya dilaporkan efektif mengendalikan hama gudang, diantaranya Tribolium castaneum (Shawkat et al. 2011). Piretrin memiliki efek yang cepat dalam membunuh (knock down effect) terhadap nyamuk malaria (Anopheles gambiae), hasil penelitian Duchon et al. (2009) menyatakan bahwa bahan aktif piretrum, yaitu piretrin menunjukkan efek yang cepat dalam membunuh (knock down effect) terhadap serangga, namun memiliki persistensi yang rendah di alam, sehingga mudah terdegradasi.


Piretrum (Chysanthemum cinerariaefolium) mempunyai tinggi 20–70 cm dan tumbuh baik pada ketinggian + 200 m dpl dengan curah hujan sekitar 1200 mm. Tanaman ini dapat tumbuh pula di daerah beriklim dingin atau pegunungan. Piretrum tampil dengan daun majemuk, menyirip berwarna hijau dengan tangkai berbentuk segitiga yang panjangnya 6–15 cm dengan pangkal yang berpelapah pendek serta berwarna ungu. Bunga piretrum berwarna putih bersih dan disangga oleh tangkai yang memiliki panjang sekita 15 cm yang beralur serta berambur. Bunga tersebut berbongkol dengan diameter sampai 1 cm. Sementara buahnya berbentuk jarum yang panjangnya 0,3–4 mm. Biji tersebut berukuran kecil dan berwarna kuning serta mengandung minyak atsiri (parafin,piretrosin, chrisantemin, piretrin, piretrolun dan sinerin).

Tanaman piretrum memiliki nama latin Phyretrum cinerariaefolium kini telah dikembangkan manfaatnya sebagai pestisida alami dan konon manfaat ini telah dikenalkan oleh bangsa Parsi atau orang-orang Persia (Iran) untuk mengendalikan kutu dan ulat sejak tahun 800-an masehi. Serbuk bunga piretrum mengandung bahan aktif piretrin yang efektif mengendalikan ulat serta membunuh banyak jenis serangga dan kutu.

Piretrum di Australia pertama kali ditanam di pulau Tasmania dalam jumlah yang kecil. Sejak saat itu, piretrum ditanam diberbagai tempat di Australia. DI Queensland, tercatat terdapat beberapa pabrik sabun piretrum. Saat ini telah banyak produk-produk pestisida hasil olahan piretrum dan Kenya tercatat sebagai salah satu negara utama yang menghasilkan produk-produk Piretrum.

Piretrum (Chysanthemum cinerariaefolium) di Afrika Timur diperkenalkan oleh Inggris dan Amerika Serikat sekitar tahun 1920-an. Hal itu dilakukan karena Inggris dan Amerika Serikat melihat peluang/potensi besar penanaman piretrum didaerah Arika Timur. Sejak saat itulah Piretrum dibudidayakan oleh banyak petani-petani kecil di wilayah Kenya, Zanzibar dan Tanzania. Bahkan sejak tahun 1978, Kenya telah menjadi produsen piretrum nomor satu dengan presentase 70 % piretrum dihasilkan di Kenya.

Selain di Kenya, piretrum juga berkembang di Tanzania. Tanzania menghasilkan setidaknya 20 % piretrum dunia. Penanaman piretrum dinegara Tanzania terpusat di wilayah utara sekitar Pegunungan Kilimanjaro. Dan sejak tahun 1986, Negara tersebut memiliki Tanzania Pyrethrum Board ("TPB")/dewan piretrum Tanzania.

Cara pembuatan piretrum sebagai pestisida nabati:
Cara ekstraksi yang paling sederhana murah, efisien, dan mudah dilaksanakan adalah dengan menggunakan pelarut air. Cara ini paling tepat dilaksanakan di tingkat petani karena tidak memerlukan alat dan pengetahuan yang spesifik serta mendalam.
-Mahkota bunga dikeringkan kemudian ditumbuk, dirajang atau dihancurkan.
-Hasil penumbukan direndam dalam air dengan konsentrasi 20 gram/l selama 24 jam.
-Hasil endapan kemudian disaring supaya didapatkan larutan yang siap untuk diaplikasikan.
Penyaringan sebaiknya menggunakan kain atau bahan lain yang halus sehingga ampas tidak terbawa ke dalam formula karena akan dapat menyumbat nozel saat penyemprotan.
-Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan.
-Aplikasi dapat dilakukan dalam bentuk tepung yang dicampur dengan bahan pembawa seperti kapur dan bedak ataupun menggunakan alkohol, aceton atau minyak tanah sebagai pelarut.


Insektisida nabati dari ekstrak bunga piretrum sudah umum diaplikasikan untuk mengendalikan hama pada tanaman lada, sudah terdegradasi dalam waktu 24 jam (Wiratno et al. 2008). Insektisida nabati ini juga memiliki pengaruh cepat dalam menghambat nafsu makan serangga sehingga dapat menekan kerusakan tanaman.

Pestisida nabati memiliki spektrum pengendalian yang luas dan dapat mengendalikan hama yang telah resisten terhadap insektisida sintetis. Karena tingkat toksisitasnya terhadap mamalia relatif rendah, pestisida nabati aman bagi kehidupan.

Formulasi bahan aktif tanaman hasil ekstraksi melalui proses pelarutan dapat dilakukan dengan mencampurkan bahan aktif dengan minyak bumi, dan sabun cair dengan komposisi 6 : 3 : 1. Untuk mendapatkan hasil terbaik, guna keperluan aplikasi, formula tersebut dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 100 cc/liter air.

Komposisi tersebut dapat disesuaikan dengan OPT sasaran dan berdasarkan pengalaman petani di lapangan. Makin kecil OPT sasaran, porsi minyak nabati dapat dikurangi. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan untuk mengoptimalkan efektivitas formula dalam mengendalikan OPT adalah komposisi sabun cair di dalam formula harus sedemikian rupa, sehingga formula dapat teremulsi sempurna di dalam air.

Peran penting minyak bumi dalam formulasi pestisida nabati adalah untuk meningkatkan daya racun pestisida karena minyak bumi juga bersifat insektisidal. Pada konsentrasi yang tepat, minyak bumi dapat meningkatkan efektivitas formula pestisida nabati, namun apabila digunakan terlalu banyak dapat mengakibatkan fitotoksisitas. Dengan demikian, pemakaian minyak bumi di dalam formulasi pestisida nabati sebaiknya dibatasi secukupnya.

Sabun cair bermanfaat mengemulsikan komponen minyak dalam formula sehingga saat pestisida dicampur dengan air, seluruh bahan yang terkandung dalam formula dapat teremulsi dengan sempurna dan saat diaplikasikan dapat menyebar merata ke seluruh permukaan tanaman. Sabun cair juga dapat mencuci lapisan lilin yang menyelimuti kulit serangga, sehingga meningkatkan efektivitas formula karena bahan aktif pestisida nabati lebih mudah menembus tubuh OPT sasaran.

Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian dan mempermudah penggunaan, Piretrum kini diformulasi menjadi pestisida yang siap pakai. Untuk memperoleh manfaat yang optimal, penggunaan pestisida nabati sebaiknya ditujukan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk tindakan pengendalian.

Kelebihan maupun keunggulan pestisida nabati dibandingkan dengan pestisida sintetik menyebabkan minat terhadap pencarian dan pemanfaatan sumber senyawa pestisida dari tumbuhan semakin besar. Hal ini dimungkinkan selain karena tumbuhan merupakan gudang bahan kimia yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif pestisida nabati, studi biokimia juga telah semakin berkembang serta didukung oleh sarana dan prasarana yang semakin canggih. Oleh karena itu, pemanfaatan tumbuhan sebagai pestisida tidak hanya sekedar meracik secara sederhana tetapi berkembang ke arah teknologi yang lebih maju.

Pestisida nabati juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain yaitu bahan aktif yang dimilikinya mudah terurai sehingga pestisida jenis ini tidak tahan untuk disimpan dalam jangka waktu lama. Selain itu, daya kerja pestisida nabati relatif lambat sehingga aplikasinya harus lebih sering dibanding pestisida sintetis. Umumnya pestisida nabati mempunyai tingkat toksisitas rendah sehingga tidak langsung mematikan hama sasaran.

Pemanfaatan pestisida nabati di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan, karena selain bahan bakunya melimpah di alam, proses pembuatannya tidak membutuhkan teknologi tinggi, cukup dengan kemampuan dan pengetahuan yang ada. Di lain pihak, karena bahan aktifnya berasal dari alam, pestisida nabati mudah terurai (bio-degradable) sehingga relatif aman bagi kehidupan.

Cara pengendalian OPT yang ramah lingkungan memang sudah mendesak diperlukan, sehingga strategi percepatan pemanfaatan pestisida nabati dalam jangka pendek maupun jangka panjang perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak.

Upaya jangka pendek dilakukan dengan memberikan pemahaman kepada petani mengenai:
-Keunggulan dan kekurangan pestisida nabati sehingga petani menyadari sepenuhnya bahwa penggunaan pestisida nabati tidak memberikan efek langsung, namun mengendalikan OPT secara perlahan.
-Jenis-jenis tanaman di sekitar kebun yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pestisida nabati.
-Cara menyiapkan dan mengolah bahan tanaman sehingga siap diekstrak menjadi bahan aktif pestisida nabati.
-Cara memformulasi pestisida nabati yang murah dan mudah sehingga secara ekonomis terjangkau oleh petani.
-Cara memanfaatkan pestisida nabati yang benar sesuai dengan arahan para ahli demi tercapainya tingkat keberhasilan pengendalian OPT yang optimal.

Upaya jangka panjang memerlukan dukungan serius dari pemangku kebijakan untuk menekan pestisida kimia sintetis yang beredar di pasaran. Secara bertahap perizinan pendaftaran pestisida baru perlu dibatasi dan semua pestisida yang beredar di pasaran dievaluasi ulang terkait dengan resistensinya terhadap hama sasaran. Insektisida yang menunjukkan tingkat resistensi tinggi sebaiknya izin edarnya dipertimbangkan kembali untuk mengurangi kerusakan lingkungan akibat efek domino dari penggunaan pestisida sintetis yang diaplikasikan pada konsentrasi yang lebih tinggi.

Upaya yang tidak kalah penting adalah membantu penyuluh pertanian dalam mendampingi petani memproduksi dan memanfaatkan pestisida nabati. Peran penyuluh dalam memperkenalkan dan menyebarluaskan pemanfaatan pestisida nabati kepada petani menjadi sangat penting mengingat penyuluh adalah ujung tombak percepatan adopsi teknologi oleh petani. Melalui pendampingan terhadap penyuluh, diharapkan budi daya pertanian ramah lingkungan dapat segera menyebar luas kepada petani.

Saat ini teknik atau cara pengujian juga telah disesuaikan dengan daya kerja bahan aktif pestisida nabati dan OPT sasaran. Penelitian dan pengujian pestisida nabati yang dilakukan terhadap isolasi dan formulasi bahan aktif, uji toksisitas terhadap OPT sasaran, dan uji persintensi formula dimaksudkan untuk meningkatkan keefektifannya terhadap OPT sasaran, ekonomis, mempunyai nilai tambah, dan ketersediaan teknologi. Hasil penelitian dan pengujian tersebut, menghasilkan beberapa produk formulasi pestisida nabati yang dilisensi. Produk ini akan memudahkan petani dalam memilih, mendapatkan dan menggunakan pestisida nabati sesuai dengan OPT sasaran. Untuk memperoleh hasil pengendalian yang optimal maka penggunaan pestisida nabati sebaiknya ditujukan untuk mencegah terjadinya serangan OPT bukan untuk tindakan pengendalian.

Penggunaan pestisida nabati harus merupakan bagian terintegrasi dari usaha pengendalian hama untuk meminimalisir dampak negatif terhadap kesehatan manusia, serangga yang menguntungkan seperti musuh alami, penyerbuk, organisme bukan sasaran dan lingkungan.

Indonesia merupakan negara yang memiliki keaneka- ragaman hayati tertinggi kedua di dunia setelah Brasil (Hitipeuw 2011). Sebanyak 10% dari seluruh tanaman berbunga yang dikenal di dunia dapat ditemukan di Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia memiliki potensi menjadi salah satu negara produsen pestisida nabati terbesar di dunia. Kesadaran dalam memanfaatkan pestisida nabati di Indonesia diharapkan dapat menekan kasus keracunan pada petani, konsumen, dan organisme bukan sasaran serta menghasilkan produk pertanian yang bebas residu pestisida.



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...