Monday 22 April 2019

Cantik Sehat: Penggunaan Butylated Hydroxytoluene (BHT) dalam Kosmetika - Penjelasan serta Manfaatnya


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...

Penggunaan Butylated Hydroxytoluene (BHT) dalam Kosmetika

Kulit yang cantik itu tidak harus putih namun kulit cantik juga harus bersih. Menjaga kulit agar tetap sehat sama halnya dengan menjaga kecantikan kulit karena jika kulit kotor dapat terlihat gelap dan kusam.

Jangan pernah mencoba cara yang instan untuk mendapatkan kecantikan kulit yang cantik karena cara instan bukan cara yang tepat untuk mendapatkan kulit bersih dan sehat.

Kulit sendiri merupakan salah satu cermin yang penting dari kondisi kesehatan kulit seseorang. Kulit yang terlihat kering, keriput, berjerawat, berminyak dan juga mengalami peradangan merupakan tanda-tanda kesehatan di dalam tubuh yang sangat buruk. Penuaan dini dan Psoriasis jerawatan merupakan manifestasi dari kebutuhan nutrisi dalam tubuh yang tidak terpenuhi dengan baik.

Hal tersebut sering disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, sehingga kulit kekurangan nutrisi. Asupan nutrisi yang tidak baik, paparan racun, baik oleh bahan kimia dalam produk perawatan, polutan dan dari makanan merupakan penyebab semua masalah kulit.

Untuk mengatasi masalah kulit, kebanyakan orang memilih menggunakan berbagai macam kosmetik luar, termasuk sabun, lotion, toner, krim dan juga scrub.


Dalam kehidupan sehari-hari, manusia berinteraksi dengan radikal bebas yang dapat membahayakan kesehatan tubuh. Radikal bebas dapat berasal dari udara yang banyak mengandung polutan, zat aditif yang ditambahkan dalam bahan makanan, dan penyinaran ultraviolet (Lingga, 2012). Radikal bebas juga dihasilkan dalam metabolisme sel normal manusia, yang disebut sebagai radikal bebas endogen. Proses oksidasi penting bagi beberapa makhluk hidup untuk menghasilkan energi dalam proses pembakaran secara biologi. Akan tetapi, produksi radikal bebas yang tidak terkendali dapat memicu bermacam-macam penyakit. Senyawa kimia eksogen dan proses metabolit endogen dalam tubuh manusia atau dalam sistem pencernaan dapat menghasilkan radikal bebas yang sangat reaktif, khususnya senyawa turunan radikal oksigen (Saleh et al., 2010). Radikal bebas seperti singlet oksigen (¹O2) dan hidrogen peroksida (H2O2) yang terbentuk melalui proses oksidasi dapat mendorong kerusakan sel tubuh dengan cepat (Zargar et al., 2011).

Stres oksidatif yang disebabkan oleh reactive oxygen species (ROS), adalah ketidakseimbangan dinamis antara jumlah radikal bebas yang terbentuk dalam tubuh dengan tingkat antioksidan untuk meredam atau menangkap radikal bebas dan melindungi tubuh dari efek yang disebabkan oleh radikal tersebut. Kelebihan jumlah ROS dapat membahayakan karena akan menginisiasi oksidasi biomolekul yang mengakibatkan sel terluka dan mati. Selain itu, jumlah ROS yang terlalu banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat menghasilkan sejumlah penyakit seperti penuaan dini, sirosis, katarak, dan memberikan peranan penting dalam patogenesis kanker, aterosklerosis, penyakit Alzheimer serta diabetes (El-Baroty et al., 2010; Zargar et al., 2011).


Hampir semua organisme memiliki sistem pertahanan dari bahaya radikal bebas, yaitu berupa enzim oksidatif seperti superoxide dismutase (SOD) dan katalase (CAT), atau oleh senyawa kimia seperti α-tokoferol, asam askorbat, karotenoid, polifenol, dan glutathion (Saleh et al., 2010). Selain itu, terdapat pula enzim selenoprotein yang merupakan enzim seperti glutathion peroksidase (GPx), thioredoksin reduktase (TrxR), dan iodotironin deiodinase (ID). Dalam selenoprotein terdapat unsur esensial selenium (Se) yang merupakan kofaktor katalitik dari sistem antioksidan endogen dalam tubuh manusia. Sebagian besar unsur Se terlibat dalam sistem pertahanan antioksidan dan pencegahan kanker. Dalam beberapa tahun terakhir, senyawa sintetik organoselenium juga telah diketahui mempunyai kemampuan sebagai antioksidan dan beberapa senyawa turunannya menunjukkan aktivitas anti-tumor. Senyawa diselenida diketahui memiliki sifat antioksidan dengan mekanisme antioksidan yang mirip dengan glutathion peroksidase (Plano et al., 2010). Akan tetapi, seringkali antioksidan endogen masih kurang akibat pengaruh buruk lingkungan dan diet yang buruk. Suplemen makanan yang mengandung antioksidan dapat digunakan untuk membantu tubuh manusia dalam mengurangi kerusakan oksidatif (Saleh et al., 2010; Umayah, et al., 2007).

Butylated Hydroxytoluene (2,6-Di-tert-butyl-4-methylphenol) atau yang disingkat dengan BHT adalah antioksidan yang paling umum digunakan diakui sebagai aman untuk digunakan dalam makanan yang mengandung lemak, obat-obatan, produk minyak bumi, karet dan industri minyak. Butylated Hydroxytoluene (BHT) memiliki potensi yang sangat besar sebagai salah satu alternatif antioksidan yang digunakan untuk proses pengolahan bahan pangan.

Salah satu alasan utama deteriorasi makanan selama proses atau penyimpanan adalah oksidasi lipid, yang berubah melalui langkah-langkah berbeda dan menyebabkan formasi komposisi yang reaktif. Perlu diketahui bahwa proses degradasi ini terjadi tidak hanya pada lipid makanan, tetapi juga pada keberadaannya dalam sel dan sistem biologi. Antioksidan pada Butylated Hydroxytoluene (BHT) didasarkan pada konfigurasi molekul, karena seperti antioksidan sintetik fenolik lainnya, Butylated Hydroxytoluene (2,6-Di-tert-butyl-4-methylphenol) atau yang disingkat dengan BHT memiliki atom hidrogen labil dalam grup hidroksi yang dapat didonasikan dan mengurangi radikal bebas yang ada saat dimulainya oksidasi lipid. Maka, Butylated Hydroxytoluene (BHT) itu sendiri akan teroksidasi dan subsequent derivat radikal terstabilisasi oleh delokasi eletronik dalam cincin benzen. Dengan demikian, Butylated Hydroxytoluene (BHT) dapat memberhentikan proses ROS (Reactive Oxygen Spesies), karena memperlambat oksidasi lipid dan meningkatkan umur cadangan makanan. Butylated Hydroxytoluene (BHT) telah dilaporkan memiliki reaksi yang melawan ROS seperti singlet oxygen, radikal hidroksil, dan radikal peroksi bergantung dari ROS yang terlibat dan lingkungan sekitarnya. Aktivitas antioksidan dari molekul dapat terjadi pada saat temperatur tinggi, seperti kondisi pemanasan, yang dapat menjadi berbeda antara yang berkembang pada suhu rendah atau sedang, selama penyimpanan.

Butylated Hydroxytoluene (BHT) secara luas digunakan dalam pembuatan plastik dan industri pengolahan, fermentasi dan industri biokimia. Selain itu, Butylated Hydroxytoluene (BHT) juga dapat digunakan sebagai aditif dalam minyak esensial dan kosmetik.


Butylated Hydroxytoluene (BHT) adalah stabilisator yang juga dapat dijumpai dalam kosmetik dan pelembap. Zat ini berperan sebagai antioksidan. Beberapa orang menerapkan Butylated Hydroxytoluene (BHT) langsung ke kulit untuk luka dingin. Butylated Hydroxytoluene (BHT) adalah senyawa sintetis yang larut dalam lemak yang biasa digunakan untuk mengawetkan kosmetik dan makanan. Bahan ini bermanfaat pula untuk memperlambat laju autoksidasi dari bahan dalam produk yang dapat menyebabkan perubahan dalam rasa atau warna. Dengan demikian, Butylated Hydroxytoluene (BHT) ini terutama digunakan untuk mencegah lemak dalam makanan menjadi tengik. Namun bahan ini juga digunakan dalam kosmetik, obat-obatan, bahan bakar jet, karet, produk minyak bumi, minyak transformator listrik, dan cairan pembalseman. Badan pengatur di Eropa dan A.S. menyetujui penggunaan BHT dalam makanan, meskipun sejumlah kekhawatiran mengenai penggunaanya sebagai aditif makanan telah diungkapkan, namun banyak produsen yang menganggap penggunaannya diperbolehkan.

Butylated Hydroxytoluene (BHT) adalah bahan kimia laboratorium buatan yang umum ditambahkan ke makanan sebagai pengawet. Sejumlah orang juga menggunakannya sebagai obat. Butylated Hydroxytoluene (BHT) juga digunakan untuk mengobati herpes genital dan acquired immunodeficiency syndrome ( AIDS ). Bahan ini juga dikenal sebagai butilhidroksitoluena, yang merupakan senyawa organik lipofilik, kimia turunan fenol, yang berguna untuk sifat antioksidan.

Butylated Hydroxytoluene (BHT) dibuat memalaui reaksi p-kresol (4-metilfenol) dengan isobutilena (2-metilpropena) yang dikatalisis oleh asam sulfat:
CH3(C6H4)OH + 2 CH2=C(CH3)2 ((CH3)3C)2CH3C6H2OH
Alternatifnya,  Butylated Hydroxytoluene (2,6-Di-tert-butyl-4-methylphenol) atau yang disingkat dengan BHT dibuat dari 2,6-di-tert-butilfenol melalui hidroksimetilasi atau aminometilasi yang diikuti dengan hidrogenolisis.

Antioksidan fenolik BHT (CAS 128-37-0; NCI C03598) telah dipatenkan  pada tahun 1947. Sejauh ini, ada lebih dari belasan ribu publikasi tentang Butylated Hydroxytoluene (BHT) dan penggunaannya. Bahan ini telah didokumentasikan dalam ribuan jurnal, ulasan umum dan konferensi terutama membahas tentang peran Butylated Hydroxytoluene (BHT) sebagai substrat utama dalam makanan dan bahan kimia, farmasi dan farmakologi. Butylated Hydroxytoluene (BHT) telah disetujui untuk digunakan dalam makanan dan kemasan makanan dalam konsentrasi rendah oleh FDA AS sejak tahun 1954.

Butylated Hydroxytoluene (BHT) memiliki rumus kimia C15H24O dengan berat molekul 220, 35 gr/mol. Berpenampilan sebagai serbuk putih dengan densitas 1,048 gr/cm3 (padat). Titik lelehnya sekitar 70–73 °C dan titik didihnya 265 °C. Di dalam air Butylated Hydroxytoluene (2,6-Di-tert-butyl-4-methylphenol) atau yang disingkat dengan BHT hanya larut sekiar 1,1 mg/L pada suhu 20 °C. Mengenai bahaya, Butylated Hydroxytoluene (BHT) termasuk MSDS eksternal, dengan bahaya utama dapat terbakar, dengan titik nyala 127 °C. Butylated Hydroxytoluene (BHT) berkerabat dengan Butilat hidroksianisol.


Di Amerika Serikat, Butylated Hydroxytoluene (BHT) diklasifikasikan sebagai umumnya diakui sebagai aman (GRAS) berdasarkan studi National Cancer Institute dari tahun 1979 pada tikus dan mice.It disetujui untuk digunakan di AS oleh Food and Drug (FDA). Butylated Hydroxytoluene (BHT) diakui sebagai aman untuk digunakan dalam makanan dan merupakan salah satu antioksidan yang paling umum digunakan dalam makanan yang mengandung lemak, produk minyak bumi dan karet. Sifat biokimia dari Butylated Hydroxytoluene (BHT) menyebabkan bahan ini digunakan secara luas sebagai pengawet makanan.

Butylated Hydroxytoluene (BHT) merupakan zat antioksidan (anti oksidasi) yang ditambahkan pada minyak atau lemak supaya tidak menjadi tengik. Zat antioksidan merupakan zat yang akan mencegah asam lemak tak jenuh yang terdapat pada minyak ataupun lemak supaya tidak teroksidasi oleh cahaya, udara, dan bakteri.

Peraturan Eropa dan AS memungkinkan penggunaan Butylated Hydroxytoluene (BHT) dalam jumlah kecil untuk digunakan sebagai aditif makanan. Selain penggunaan tersebut, BHT banyak digunakan untuk mencegah oksidasi dalam cairan (misalnya; bahan bakar, minyak) dan bahan lainnya di mana radikal bebas harus dikendalikan.


Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Zat ini secara nyata mampu memperlambat atau menghambat oksidasi zat yang mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah. Antioksidan juga sesuai didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radkal bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas ini dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya. Radikal bebas adalah spesies yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi. Protein lipida dan DNA dari sel manusia yang sehat merupakan sumber pasangan elektron yang baik. Kondisi oksidasi dapat menyebabkan kerusakan protein dan DNA, kanker,  penuaan, dan penyakit lainnya. Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa golongan tersebut banyak terdapat dialam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Antioksidan banyak ditemukan pada bahan pangan, antara lain vit C, vit E, dan karotenoid. Antioksidan alami dapat diperoleh dari buah buahan dan sayuran. Buah-buahan yang mengandung antioksidan diantaranya yaitu apel, tomat, jeruk, anggur, blueberry, blackberry, strawberry, dan cherry. Sedangkan sayuran yang mengandung antioksidan diantaranya yaitu brokoli, kol, brussel sprout, kembang kol, kecambah, bawang putih, dan kentang. Telah diketahui sejak lama bahwa tumbuh-tumbuhan mengandung zat-zat yang terjadi secara alami dan memiliki aktivitas antioksidan. Tumbuh-tumbuhan juga merupakan sumber alami senyawa bioaktif yang dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, seperti bahan tambahan makanan dan obat-obatan (Gopalakrishnan et al., 2012). Berbagai tanaman telah dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan dan sebagian besar aktivitas antioksidan berkaitan dengan adanya senyawa flavon, flavonoid, isoflavon, antosianin, lignan, dan kumarin (Riaz et al., 2011).

Butylated Hydroxytoluene (BHT) merupakan antioksidan sintetis, yang artinya tidak terjadi secara alamiah, namun disintetsis pembuatannya. Meski Butylated Hydroxytoluene (BHT) masih perlu penelitian yang mendalam, karena ada dampak negatif yang ditimbulkan, tapi penggunakan zat aditif (tambahan) antioksidan tersebut telah diakui untuk diizinkan penggunaanya. Tentu dengan kadar yang diizinkan. Butylated Hydroxytoluene (BHT) juga merupakan salah satu jenis dari bahan pengawet makanan. Menurut BPOM, bahan tersebut aman digunakan pada jenis produk pangan namun dalam dosis yang telah ditentukan. Antioksidan sintetik dapat bersifat toksik apabila melebihi batas penggunaan yang dianjurkan sehingga dapat berpotensi membahayakan kesehatan tubuh (Bajpai et al., 2012). Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak merekomendasikan penggunaan antioksidan sintetik baik dalam makanan, minuman maupun kosmetik dalam jumlah yang melebihi batas maksimal penggunaan yang dianjurkan.

Pada beberapa orang penggunaan kosmetik yang mengandung bahan Butylated Hydroxytoluene (BHT) tersebut dapat menimbulkan iritasi. Namun selama produk perawatan wajah atau kosmetik tersebut sudah memiliki sertifikasi dari BPOM maka kemungkinan besar aman untuk digunakan, karena sudah melalui uji penelitian sebelumnya dan dengan jumlah dosis yang aman digunakan pada produk tersebut.

Komposisi antioksidan fenolik seperti Butylated Hydroxytoluene (BHT), telah digunakan bertahun- tahun sebagai antioksidan untuk menjaga dan mempertahankan kesegaran, nilai gizi, rasa, dan warna produk makanan. Stabilitas Butylated Hydroxytoluene (BHT) dipengaruhi oleh paparan cahaya, kelembapan, dan panas yang dapat menyebabkan perubahan warna.

Aktivitas Butylated Hydroxytoluene (BHT) sebagai antioksidan juga banyak didukung oleh berbagai penelitian terbaru, disebutkan penambahaan Butylated Hydroxytoluene (BHT) sebesar 0,08 (b/v) dapat menghambat terjadinya ketengikan minyak.


Sebuah penelitian menyebutkan bahwa pemberian Butylated Hydroxytoluene (2,6-Di-tert-butyl-4-methylphenol) atau yang disingkat dengan BHT sangat berpengaruh nyata pada penyimpanan bungkil kelapa. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa penggunaan Butylated Hydroxytoluene (BHT) dapat meningkatkan stabilitas minyak makan. Selain itu, aktivitas antioksidan sintetik seperti Butylated Hydroxytoluene (BHT) juga dapat diambil dari bahan alami seperti buah pome dengan aktivitas antioksidan yang mirip.

Butylated Hydroxytoluene (BHT) adalah antioksidan kimia yang paling sering digunakan. Antara 2011 dan 2012, European food safety authority (EFSA) mengevaluasi ulang informasi dari bahan antioksidan ini, termasuk data kontraindikasi yang telah dipublikasikan. EFSA merevisi Butylated Hydroxytoluene (BHT)  menjadi 0,25 mg/kg BB/hari dan dicatat bahwa paparan Butylated Hydroxytoluene (BHT) untuk dewasa dan anak-anak tidak boleh melewati batas tersebut.



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...