Loading...
Minyak merupakan salah satu
kelompok dari golongan lipida. Satu sifat yang khas dari golongan lipida
(termasuk lemak dan minyak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik (eter,
benzene, khloroform) atau sebaliknya ketidak-larutanya dalam pelarut air.
Berdasarkan sumbernya, lemak digolongkan menjadi dua, yaitu lemak hewani yang
berasal dari hewan dan lemak nabati yang berasal dari tumbuhan. Perbedaan dari
lemak hewani dan lemak nabati yaitu; lemak hewani umumnya bercampur dengan
steroid hewani yang disebut kolesterol, lemak nabati umumnya bercampur dengan
steroid nabati yang disebut fitosterol. Kadar asam lemak tidak jenuh dalam
lemak hewani lebih sedikit dibandingkan lemak nabati. (Umami, 2015).
Minyak nabati termasuk dalam
golongan lipid yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan. Walaupun kebanyakan bagian
dari tanam-tanaman dapat menghasilkan minyak, tetapi biji-bijian merupakan
sumber yang utama. Minyak nabati / minyak sayuran dapat digunakan baik untuk
keperluan memasak maupun untuk keperluan industri. Namun, beberapa jenis minyak
seperti minyak biji kapas, minyak jarak, dan beberapa jenis dari minyak
rapeseed tidak cocok untuk dikonsumsi tanpa pengolahan khusus.
Minyak nabati adalah minyak
yang disari/diekstrak dari berbagai bagian tumbuhan. Minyak jenis ini secara
umum juga disebut sebagai “Biodiesel” yang mencakup semua bahan bakar mesin
diesel yang terbuat dari sumber daya hayati atau biomassa. Biodiesel dapat
dibuat dari minyak nabati maupun lemak hewan, namun yang paling umum digunakan
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah minyak nabati. Minyak nabati juga
umum digunakan dalam olahan makanan, bahan penggorengan, pelumas, bahan bakar,
bahan pewangi (parfum), pengobatan, serta berbagai penggunaan industri lainnya
termasuk perawatan kesehatan kulit maupun kecantikan. Dan, tentunya hal ini
sudah tidak asing lagi di masyarakat.
Komposisi yang terdapat dalam
minyak nabati terdiri dari ragam trigliserida asam lemak (mempunyai kandungan
terbanyak dalam minyak nabati, mencapai sekitar 95%-b), asam lemak bebas (Free
Fatty Acid atau biasa disingkat dengan FFA), mono- dan digliserida, serta
beberapa komponen-komponen lain seperti phosphoglycerides, vitamin, mineral,
atau sulfur. Beberapa jenis minyak nabati yang umum digunakan ialah minyak
kelapa sawit, minyak jagung, minyak zaitun, minyak lobak, minyak kedelai, dan
minyak bunga matahari. Sedangkan margarin adalah mentega buatan yang terbuat
dari minyak nabati.
Kebanyakan trigliserida minyak
dan lemak yang terdapat di alam merupakan trigliserida campuran yang artinya,
ketiga bagian asam lemak dari trigliserida itu pada umumnya tidaklah sama. Bila
terdapat ikatan tak jenuh, maka asam lemak dengan panjang rantai yang sama akan
memiliki titik cair yang lebih kecil. Semakin panjang rantai atom C asam lemak,
maka titik cair akan semakin tinggi dan semakin tinggi pula kestabilan
trigliserida dari asam lemak itu terhadap polimerisasi dan oksidasi spontan. Asam
lemak yang umum ditemukan dalam minyak nabati adalah asam stearat, palmitat,
oleat, linoleat, dan linolenat. Fosfolipida, fosfatida, karoten, tokoferol, dan
senyawa belerang juga terkandung dalam minyak nabati walaupun jumlahnya
sedikit, sekitar 1–5%.
Berdasarkan keterangan dari
Kepala Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balitri), Syafaruddin,
minyak nabati dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu minyak nabati yang dapat
dimakan (edible oil) dan minyak nabati yang tidak dapat dimakan (inedible oil).
“Contoh minyak nabati yang dapat dimakan antara lain minyak sawit, minyak
jagung, minyak kelapa, minyak biji kapas, minyak zaitun, minyak kacang tanah,
minyak wijen, minyak kedelai, minyak bunga matahari. Sedangkan minyak yang
tidak dapat dimakan antara lain minyak jarak pagar, minyak karet, minyak kemiri
sunan, minyak malapari, minyak kosambi, minyak nyamplung,” kata Syafaruddin
menjelaskan.
Kemurnian minyak
dapat dinyatakan dalam
bentuk sebagai berikut (8,9):
-Angka Asam
Angka asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas. Perhitungannya
dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH
yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram
sampel minyak atau lemak.
-Angka Penyabunan
Angka penyabunan adalah jumlah
miligram KOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan 1 gram minyak atau lemak. Tiga mol KOH akan bereaksi dengan 1 mol
trigliserida. Angka ini menjelaskan banyaknya
asam lemak yang terikat sebagai
trigliserida maupun asam lemak bebasnya dalam suatu minyak.
-Angka Iod
Angka iod adalah jumlah gram
iod yang dapat diikat oleh 100 gram minyak atau lemak. Ikatan rangkap yang
terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh akan bereaksi dengan iod. Jadi, angka
iod menunjukkan jumlah ikatan rangkap yang ada di dalam minyak.
-Angka Peroksida
Angka peroksida adalah banyaknya
miliekivalen oksigen aktif yang terdapat dalam 1000 gram minyak atau lemak.
Angka peroksida merupakan informasi yang berguna untuk mengetahui kerusakan
yang Ieiah terjadi pada minyak atau lemak akibat reaksi oksidasi. Asam lemak
tidak jenuh penyusun suatu trigliserida dapat mengikat oksigen pada ikatan
rangkapnya, sehingga membentuk peroksida. Makin besar angka peroksida
menunjukkan makin besar pula derajat kerusakan pada minyak atau lemak.
-Densitas (berat jenis)
Berat jenis adalah massa minyak
per satuan volume pada suhu tertentu Metode yang digunakan untuk menentukan
berat jenis adalah ASTM D 1298 atau ASTM D 1480. Berat jenis minyak sangat dipengaruhi oleh
kejenuhan komponen asam lemaknya, tetapi akan turun nilainya dengan semakin
kecilnya berat molekul komponen asam lemaknya.
Banyak jenis dari minyak nabati
yang dapat dikonsumsi secara langsung, ataupun digunakan secara langsung
sebagai bahan campuran di dalam makanan. Minyak sangat cocok untuk keperluan
memasak karena mempunyai titik nyala yang tinggi. Sedngkan, untuk keperluan
obat-obatan, minyak nabati yang digunakan kebanyakan merupakan minyak yang
dihasilkan dari proses pengepresan (bukan ekstraksi). Dalam keperluan industri,
minyak nabati juga sering digunakan dalam :
-Pembuatan sabun, produk kesehatan kulit, dan
produk kosmetik lainnya.
-Digunakan sebagai agen
pengering, yang telah umum digunakan dalam pembuatan cat dan produk-produk
hasil kayu lainnya.
-Minyak nabati telah banyak
digunakan dalam industri elektronika sebagai insulator karena jenis minyak ini tidak
beracun terhadap lingkungan, serta dapat didegradasi oleh alam.
-Dapat digunakan sebagai bahan
pendingin dalam PCs.
-Dapat digunakan untuk
keperluan bahan bakar,
minyak kebanyakan sebagai
biodiesel dan SVO (straight vegetable oil) (Tambun, 2006).
Sifat fisik dari minyak nabati
yang membedakan terhadap jenis minyak lainnya antara lain; minyak nabati tidak
mudah menguap pada suhu kamar, tidak
memiliki aroma khas, mengandung trigliserida, serta membeku dibawah suhu 18°C.
Penyusun utama minyak nabati
ataupun lemak hewani adalah trigliserida, monogliserida dan digliserida.
Trigliserida atau triasilgliserol adalah sebuah gliserida yaitu ester dari
gliserol dan tiga asam lemak, rumus kimia trigliserida adalah
CO2COOR-CHCOOR'-CH2-COOR", dimana R, R’ dan R" masing- masing adalah
sebuah rantai alkil yang panjang atau asam lemak jenuh dan tak jenuh dari
rantai karbon. Apabila terdapat dua gugus alkohol dari gliserol yang mengikat
gugus asetil dan terdapat satu gugus alkohol maka esternya dinamakan
digliserida, dan jika hanya ada satu gugus alkohol pada gliserol yang mengikat
gugus asetil asam lemak dan dua gugus alkohol lainnya bebas, esternya dinamakan
monogliserida. (Umami, 2015).
Sedangkan, asam lemak bebas
(ALB) adalah asam lemak yang terpisahkan dari trigliserida, digliserida,
monogliserida, dan gliserin bebas. Hal ini dapat disebabkan oleh pemanasan dan
terdapatnya air sehingga terjadi proses hidrolisis. Oksidasi juga dapat
meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam minyak nabati. (Hardiani, 2010).
Dalam proses konversi
trigliserida menjadi alkil esternya melalui reaksi transesterifikasi dengan
katalis basa, asam lemak bebas harus dipisahkan atau dikonversi menjadi alkil
ester terlebih dahulu karena asam lemak akan mengkonsumsi katalis. Pemisahan
atau konversi asam lemak bebas ini dinamakan tahap preesterifikasi.
Dari beberapa sumber yang didapat
dan rangkuman terhadap manfaat minyak nabati, terdapat banyak sekali manfaat yang
diberikan oleh minyak nabati yang dikhususkan untuk kesehatan kulit, diantaranya
yaitu sebagai;
-Perlindungan alami dari
paparan sinar matahari.
-Meminimalisir garis-garis halus
kulit dengan cepat.
-Anti bakterisida.
-Antioksidan.
-Anti-inflamasi.
-Menyeimbangkan kondisi kulit.
-Melembabkan kulit dan
melembutkan kulit.
Kelapa sawit merupakan tanaman
penghasil minyak nabati yang paling berkelanjutan, dengan syarat mata rantai
pasok yang sepenuhnya dapat tersertifikasi. Kelapa sawit merupakan tanaman
penghasil minyak nabati dengan produksi tertinggi per hektarnya: 3.8 ton
dibandingkan dengan 0.8 ton untuk biji rapa (rapeseed) dan 0.7 ton untuk bunga
matahari, dan ia juga memiliki penilaian siklus hidup yang terbaik.
Penilaian siklus hidup (LCA)
merupakan metoda yang digunakan untuk mengevaluasi dampak lingkungan yang
terkait dengan berbagai tahapan dari sebuah produk, mulai dari pengumpulan
bahan baku, melalui tahap pengolahan dan distribusi dan berakhir di produk
finalnya. United Plantations Berhad (Indonesia) juga telah melaksanakan sebuah
studi untuk menganalisa siklus hidup beberapa macam minyak nabati serta
perbandingannya terhadap rata-rata industri bagi empat macam minyak nabati lainnya
yang banyak digunakan oleh industri pangan:
1. Minyak Kelapa Sawit
(Malaysia/Indonesia);
2. Minyak Rapa/Rapeseed oil
(Eropa);
3. Minyak Bunga Matahari
(Ukraina),
4. Minyak Kacang Tanah (India).
Melalui hasil survey serta
adanya perbandingan terhadap jenis minyak nabati diatas, nampak bahwa minyak
kelapa sawit memiliki kinerja yang lebih baik dari jenis minyak lainnya pada
semua kategori serta dampaknya. Dan untuk kategori seperti respirasi inorganik,
penipisan lapisan Ozon dan asidifikasi, minyak kelapa sawit kurang menimbulkan
dampak negatif pada lingkungan.
Di Indonesia sendiri untuk
pengembangan minyak nabati sudah diinstruksikan di dalam Instruksi Presiden
No.1/2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan
Bakar Lain. Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berasal dari minyak bumi
lama-kelamaan akan habis di muka bumi. Sebagai alternatif penggantinya,
beberapa negara mulai mengembangkan Bahan Bakar Nabati (BBN) atau dikenal
sebagai biodiesel. Indonesia sendiri mempunyai banyak sumber minyak nabati yang
bisa dikembangkan. Diantaranya kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, kemiri, kemiri sunan,
nyamplung, malapari, biji karet, dan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. “Jadi
penelitian di Balitri mengenai pengembangan bahan bakar nabati sudah dimulai
sejak tahun 2006. Dengan pengembangannya dimulai dengan bahan bakar nabati
berbasis dari jarak pagar,” kata Syafaruddin menjelaskan.
Jenis pengembangan minyak
nabati yang dilakukan di Indonesia mulai dari varietas unggul, teknik budidaya,
proteksi tanaman dan pengolahan pascapanen. Diantara hasil produk olahannya antara
lain; biobriket, biogas, sabun, dan biodiesel. Sudah 21 jenis minyak nabati
yang berhasil diolah menjadi biodisel, diantaranya biodiesel dari minyak kelapa
sawit (CPO). Biodiesel yang dihasilkan sudah digunakan untuk operasional kebun,
diantaranya untuk mesin genset, pompa air, traktor, dan mobil diesel
operasional kebun.
Syafaruddin juga menjelaskan
adanya jenis tanaman yang mempunyai potensi sangat besar sebagai penghasil
minyak nabati, yaitu; kemiri sunan. “Selain itu dapat berfungsi sebagi tanaman
konsevasi yang tumbuh di lahan kritis, termasuk lahan bekas tambang. Habitusnya
pohon, umurnya panjang diatas 50 tahun, mampu mengkonservasi lahan, bijinya
mengandung rendemen sekitar 50 persen dan sangat berpotensi untuk biodiesel,”
jelasnya.
Potensi kelapa sawit di dunia
sangat besar, hal ini ditandai dengan perolehan kelapa sawit yang mencapai 5000
kg per hektar per tahunnya. Dari kelapa sawit dapat dihasilkan minyak kelapa
sawit (biasa disebut dengan palm oil) yang sangat potensial.
Minyak sawit diperoleh dari
proses pengempaan daging buah kelapa sawit (Elais Guineensis Jaqs) berbentuk
kasar berwarna kuning kemerah- merahan sampai warna merah tua. Kelapa sawit
merupakan tanaman berkeping satu, termasuk ke dalam famili Palmae. Nama Elais
berasal dari bahasa Yunani elaion yang berarti minyak , sedangkan nama
Guineensis berasal dari kata Guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama
Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit di sana. Minyak hasil pengempaan daging
buah kelapa sawit dinamakan Crude Palm Oil (CPO).
Terdapat dua jenis minyak sawit
yang dapat dibuat dari kelapa sawit, antara lain; Crude Palm Oil (CPO) yang
didapat dari daging buah kelapa sawit dan Crude palm Kernel Oil yang didapat
dari inti biji kelapa sawit. Namun CPO mempunyai komposisi asam lemak bebas
yang cukup tinggi. Dan, selain dari dua jenis minyak sawit yang telah
disebutkan diatas, terdapat juga fraksi minyak sawit turunan CPO yang sudah
dimurnikan yaitu Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Perbedaanya
adalah pada kandungan asam lemak bebas yang sudah sangat kecil sehingga tidak
diperlukan lagi tahap pre-esterifikasi.
Selain menghasilkan CPO pada
buah sawit, terdapat juga minyak sisa hasil pengepresan buah sawit tersebut.
Brondolan kelapa sawit yang telah mengalami proses pencacahan sebelumnya akan
masuk ke alat proses pengepresan. Pada proses pengepresan ini bertujuan untuk
memisahkan minyak dari daging buah. Selama proses pengepresan berlangsung akan
ditambahkan air panas kedalam alat pengepresan (screw press). Hal ini bertujuan
untuk pengenceran sehingga buah yang di press tidak terlalu rapat. Screw press
yang digunakan mempunyai kapasitas yang dapat diatur dengan penyesuaian putaran
ulirnya. Makin tinggi tekanan maka semakin rendah kadar minyak dalam ampas.
Kandungan minyak dalam ampas sawit secara umum yaitu ±7%, sedangkan untuk buah
tipe dura (Cangkang sangat tebal, kandungan minyak dalam buah rendah) akan kehilangan
prosentase lebih tinggi dikarenakan angka perbandingan biji dengan bagian
serabut jauh lebih tinggi, sehingga kemungkinan biji bersinggungan satu sama
lain menjadi lebih besar, dengan demikian minyak yang terperangkap diantara
celah biji-biji tidak terperas keluar akan lebih banyak. Selain itu juga gaya
tekanan yang diberikan hanya akan diserap oleh biji-biji saja. Serabut hampir
tidak menerima gaya tekanan, sehingga minyak yang tersisa dalam serabut karena tidak terperas
habis akan lebih banyak pula. Gaya tekanan ulir cocok untuk tandan buah segar
(TBS) yang mempunyai perbandingan biji dengan buah segar 25:75 atau lebih
(Mangoensoekarjo, 2003).
Berdasarkan titik lelehnya
minyak sawit terdiri dari dua fraksi besar, yaitu olein sebagai fraksi yang
berwujud cair pada suhu kamar dan stearin sebagai fraksi yang berwujud padat
pada suhu kamar. Umumnya olein mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh,
contohnya asam oleat dan asam linoleat. Sedangkan stearin mengandung lebih banyak asam lemak jenuh,
contohnya asam palmitat dan asam stearat.
Kandungan minyak sawit antara
lain fosfolipida berupa asam-asam lemak terutama asam palmitat (44%), asam
oleat (39%), dan asam linoleat (10%); glikolipida; karotenoid (α–β karoten);
sterol (β–sitosterol); dan tokoferol
(γ–tokotrienol) (13,14). Komponen fosfolipida yang utama adalah lebih banyak
terdapat dalam fraksi olein daripada dalam fraksi stearin.
Sedangkan metil ester merupakan
ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari asam lemak dengan
metanol. Kemungkinan senyawa-senyawa metil ester yang terdapat dalam minyak sawit antara lain metil palmitat ,
metil cleat, metil linoleat, metil stearat, metil miristat, metil linoleat,
metil laurat, dan metil arakidat. Persentase kandungan metil ester dalam minyak
kelapa sawit adalah metil palmitat (45%) , metil cleat (40%), metillinoleat
(10%), metil stearat (4%), dan metil miristat (1%).
loading...