Saturday, 22 February 2020

Penjelasan Tentang Minyak Nabati Serta Beragam Jenisnya


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...

Penjelasan Tentang Minyak Nabati Serta Beragam Jenisnya

Minyak merupakan salah satu kelompok dari golongan lipida. Satu sifat yang khas dari golongan lipida (termasuk lemak dan minyak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik (eter, benzene, khloroform) atau sebaliknya ketidak-larutanya dalam pelarut air. Berdasarkan sumbernya, lemak digolongkan menjadi dua, yaitu lemak hewani yang berasal dari hewan dan lemak nabati yang berasal dari tumbuhan. Perbedaan dari lemak hewani dan lemak nabati yaitu; lemak hewani umumnya bercampur dengan steroid hewani yang disebut kolesterol, lemak nabati umumnya bercampur dengan steroid nabati yang disebut fitosterol. Kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih sedikit dibandingkan lemak nabati. (Umami, 2015).

Minyak nabati termasuk dalam golongan lipid yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan. Walaupun kebanyakan bagian dari tanam-tanaman dapat menghasilkan minyak, tetapi biji-bijian merupakan sumber yang utama. Minyak nabati / minyak sayuran dapat digunakan baik untuk keperluan memasak maupun untuk keperluan industri. Namun, beberapa jenis minyak seperti minyak biji kapas, minyak jarak, dan beberapa jenis dari minyak rapeseed tidak cocok untuk dikonsumsi tanpa pengolahan khusus.

Minyak nabati adalah minyak yang disari/diekstrak dari berbagai bagian tumbuhan. Minyak jenis ini secara umum juga disebut sebagai “Biodiesel” yang mencakup semua bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari sumber daya hayati atau biomassa. Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati maupun lemak hewan, namun yang paling umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah minyak nabati. Minyak nabati juga umum digunakan dalam olahan makanan, bahan penggorengan, pelumas, bahan bakar, bahan pewangi (parfum), pengobatan, serta berbagai penggunaan industri lainnya termasuk perawatan kesehatan kulit maupun kecantikan. Dan, tentunya hal ini sudah tidak asing lagi di masyarakat.


Komposisi yang terdapat dalam minyak nabati terdiri dari ragam trigliserida asam lemak (mempunyai kandungan terbanyak dalam minyak nabati, mencapai sekitar 95%-b), asam lemak bebas (Free Fatty Acid atau biasa disingkat dengan FFA), mono- dan digliserida, serta beberapa komponen-komponen lain seperti phosphoglycerides, vitamin, mineral, atau sulfur. Beberapa jenis minyak nabati yang umum digunakan ialah minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak zaitun, minyak lobak, minyak kedelai, dan minyak bunga matahari. Sedangkan margarin adalah mentega buatan yang terbuat dari minyak nabati.

Kebanyakan trigliserida minyak dan lemak yang terdapat di alam merupakan trigliserida campuran yang artinya, ketiga bagian asam lemak dari trigliserida itu pada umumnya tidaklah sama. Bila terdapat ikatan tak jenuh, maka asam lemak dengan panjang rantai yang sama akan memiliki titik cair yang lebih kecil. Semakin panjang rantai atom C asam lemak, maka titik cair akan semakin tinggi dan semakin tinggi pula kestabilan trigliserida dari asam lemak itu terhadap polimerisasi dan oksidasi spontan. Asam lemak yang umum ditemukan dalam minyak nabati adalah asam stearat, palmitat, oleat, linoleat, dan linolenat. Fosfolipida, fosfatida, karoten, tokoferol, dan senyawa belerang juga terkandung dalam minyak nabati walaupun jumlahnya sedikit, sekitar 1–5%.

Berdasarkan keterangan dari Kepala Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balitri), Syafaruddin, minyak nabati dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu minyak nabati yang dapat dimakan (edible oil) dan minyak nabati yang tidak dapat dimakan (inedible oil). “Contoh minyak nabati yang dapat dimakan antara lain minyak sawit, minyak jagung, minyak kelapa, minyak biji kapas, minyak zaitun, minyak kacang tanah, minyak wijen, minyak kedelai, minyak bunga matahari. Sedangkan minyak yang tidak dapat dimakan antara lain minyak jarak pagar, minyak karet, minyak kemiri sunan, minyak malapari, minyak kosambi, minyak nyamplung,” kata Syafaruddin menjelaskan.

Kemurnian  minyak  dapat  dinyatakan  dalam   bentuk   sebagai berikut (8,9):
-Angka Asam
Angka asam adalah  ukuran dari jumlah asam lemak bebas. Perhitungannya dinyatakan sebagai  jumlah miligram KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram sampel minyak atau lemak.
-Angka Penyabunan
Angka penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang  dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak. Tiga mol KOH akan bereaksi dengan 1 mol trigliserida. Angka ini menjelaskan banyaknya  asam  lemak yang terikat sebagai trigliserida maupun asam lemak bebasnya dalam suatu minyak.
-Angka Iod
Angka iod adalah jumlah gram iod yang dapat diikat oleh 100 gram minyak atau lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh akan bereaksi dengan iod. Jadi, angka iod menunjukkan jumlah ikatan rangkap yang ada di dalam minyak.
-Angka Peroksida
Angka peroksida adalah banyaknya miliekivalen oksigen aktif yang terdapat dalam 1000 gram minyak atau lemak. Angka peroksida merupakan informasi yang berguna untuk mengetahui kerusakan yang Ieiah terjadi pada minyak atau lemak akibat reaksi oksidasi. Asam lemak tidak jenuh penyusun suatu trigliserida dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya, sehingga membentuk peroksida. Makin besar angka peroksida menunjukkan makin besar pula derajat kerusakan pada minyak atau lemak.
-Densitas (berat jenis)
Berat jenis adalah massa minyak per satuan volume pada suhu tertentu Metode yang digunakan untuk menentukan berat jenis adalah ASTM D 1298 atau ASTM D 1480. Berat  jenis minyak sangat dipengaruhi oleh kejenuhan komponen asam lemaknya, tetapi akan turun nilainya dengan semakin kecilnya berat molekul komponen asam lemaknya.


Banyak jenis dari minyak nabati yang dapat dikonsumsi secara langsung, ataupun digunakan secara langsung sebagai bahan campuran di dalam makanan. Minyak sangat cocok untuk keperluan memasak karena mempunyai titik nyala yang tinggi. Sedngkan, untuk keperluan obat-obatan, minyak nabati yang digunakan kebanyakan merupakan minyak yang dihasilkan dari proses pengepresan (bukan ekstraksi). Dalam keperluan industri, minyak nabati juga sering digunakan dalam :
 -Pembuatan sabun, produk kesehatan kulit, dan produk kosmetik lainnya.
-Digunakan sebagai agen pengering, yang telah umum digunakan dalam pembuatan cat dan produk-produk hasil kayu lainnya.
-Minyak nabati telah banyak digunakan dalam industri elektronika sebagai insulator karena jenis minyak ini tidak beracun terhadap lingkungan, serta dapat didegradasi oleh alam.
-Dapat digunakan sebagai bahan pendingin dalam PCs.
-Dapat digunakan  untuk  keperluan  bahan  bakar,  minyak  kebanyakan sebagai biodiesel dan SVO (straight vegetable oil) (Tambun, 2006).

Sifat fisik dari minyak nabati yang membedakan terhadap jenis minyak lainnya antara lain; minyak nabati tidak mudah menguap pada suhu kamar,        tidak memiliki aroma khas, mengandung trigliserida, serta membeku dibawah suhu 18°C.


Tabel Jenis Asam Lemak yang Terkandung dalam Minyak Nabati.

Penyusun utama minyak nabati ataupun lemak hewani adalah trigliserida, monogliserida dan digliserida. Trigliserida atau triasilgliserol adalah sebuah gliserida yaitu ester dari gliserol dan tiga asam lemak, rumus kimia trigliserida adalah CO2COOR-CHCOOR'-CH2-COOR", dimana R, R’ dan R" masing- masing adalah sebuah rantai alkil yang panjang atau asam lemak jenuh dan tak jenuh dari rantai karbon. Apabila terdapat dua gugus alkohol dari gliserol yang mengikat gugus asetil dan terdapat satu gugus alkohol maka esternya dinamakan digliserida, dan jika hanya ada satu gugus alkohol pada gliserol yang mengikat gugus asetil asam lemak dan dua gugus alkohol lainnya bebas, esternya dinamakan monogliserida. (Umami, 2015).


Sedangkan, asam lemak bebas (ALB) adalah asam lemak yang terpisahkan dari trigliserida, digliserida, monogliserida, dan gliserin bebas. Hal ini dapat disebabkan oleh pemanasan dan terdapatnya air sehingga terjadi proses hidrolisis. Oksidasi juga dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam minyak nabati. (Hardiani, 2010).

Dalam proses konversi trigliserida menjadi alkil esternya melalui reaksi transesterifikasi dengan katalis basa, asam lemak bebas harus dipisahkan atau dikonversi menjadi alkil ester terlebih dahulu karena asam lemak akan mengkonsumsi katalis. Pemisahan atau konversi asam lemak bebas ini dinamakan tahap preesterifikasi.


Dari beberapa sumber yang didapat dan rangkuman terhadap manfaat minyak nabati, terdapat banyak sekali manfaat yang diberikan oleh minyak nabati yang dikhususkan untuk kesehatan kulit, diantaranya yaitu sebagai;
-Perlindungan alami dari paparan sinar matahari.
-Meminimalisir garis-garis halus kulit dengan cepat.
-Anti bakterisida.
-Antioksidan.
-Anti-inflamasi.
-Menyeimbangkan kondisi kulit.
-Melembabkan kulit dan melembutkan kulit.

Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang paling berkelanjutan, dengan syarat mata rantai pasok yang sepenuhnya dapat tersertifikasi. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati dengan produksi tertinggi per hektarnya: 3.8 ton dibandingkan dengan 0.8 ton untuk biji rapa (rapeseed) dan 0.7 ton untuk bunga matahari, dan ia juga memiliki penilaian siklus hidup yang terbaik.

Penilaian siklus hidup (LCA) merupakan metoda yang digunakan untuk mengevaluasi dampak lingkungan yang terkait dengan berbagai tahapan dari sebuah produk, mulai dari pengumpulan bahan baku, melalui tahap pengolahan dan distribusi dan berakhir di produk finalnya. United Plantations Berhad (Indonesia) juga telah melaksanakan sebuah studi untuk menganalisa siklus hidup beberapa macam minyak nabati serta perbandingannya terhadap rata-rata industri bagi empat macam minyak nabati lainnya yang banyak digunakan oleh industri pangan:
1. Minyak Kelapa Sawit (Malaysia/Indonesia);
2. Minyak Rapa/Rapeseed oil (Eropa);
3. Minyak Bunga Matahari (Ukraina),
4. Minyak Kacang Tanah (India).
Melalui hasil survey serta adanya perbandingan terhadap jenis minyak nabati diatas, nampak bahwa minyak kelapa sawit memiliki kinerja yang lebih baik dari jenis minyak lainnya pada semua kategori serta dampaknya. Dan untuk kategori seperti respirasi inorganik, penipisan lapisan Ozon dan asidifikasi, minyak kelapa sawit kurang menimbulkan dampak negatif pada lingkungan.

Di Indonesia sendiri untuk pengembangan minyak nabati sudah diinstruksikan di dalam Instruksi Presiden No.1/2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar Lain. Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berasal dari minyak bumi lama-kelamaan akan habis di muka bumi. Sebagai alternatif penggantinya, beberapa negara mulai mengembangkan Bahan Bakar Nabati (BBN) atau dikenal sebagai biodiesel. Indonesia sendiri mempunyai banyak sumber minyak nabati yang bisa dikembangkan. Diantaranya kelapa sawit,  kelapa, jarak pagar, kemiri, kemiri sunan, nyamplung, malapari, biji karet, dan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. “Jadi penelitian di Balitri mengenai pengembangan bahan bakar nabati sudah dimulai sejak tahun 2006. Dengan pengembangannya dimulai dengan bahan bakar nabati berbasis dari jarak pagar,” kata Syafaruddin menjelaskan.

Jenis pengembangan minyak nabati yang dilakukan di Indonesia mulai dari varietas unggul, teknik budidaya, proteksi tanaman dan pengolahan pascapanen. Diantara hasil produk olahannya antara lain; biobriket, biogas, sabun, dan biodiesel. Sudah 21 jenis minyak nabati yang berhasil diolah menjadi biodisel, diantaranya biodiesel dari minyak kelapa sawit (CPO). Biodiesel yang dihasilkan sudah digunakan untuk operasional kebun, diantaranya untuk mesin genset, pompa air, traktor, dan mobil diesel operasional kebun.

Syafaruddin juga menjelaskan adanya jenis tanaman yang mempunyai potensi sangat besar sebagai penghasil minyak nabati, yaitu; kemiri sunan. “Selain itu dapat berfungsi sebagi tanaman konsevasi yang tumbuh di lahan kritis, termasuk lahan bekas tambang. Habitusnya pohon, umurnya panjang diatas 50 tahun, mampu mengkonservasi lahan, bijinya mengandung rendemen sekitar 50 persen dan sangat berpotensi untuk biodiesel,” jelasnya.


Tabel Tanaman yang Menghasilkan Minyak Nabati di Indonesia (Penelitian oleh Sugiyono, 2016)

Potensi kelapa sawit di dunia sangat besar, hal ini ditandai dengan perolehan kelapa sawit yang mencapai 5000 kg per hektar per tahunnya. Dari kelapa sawit dapat dihasilkan minyak kelapa sawit (biasa disebut dengan palm oil) yang sangat potensial.

Minyak sawit diperoleh dari proses pengempaan daging buah kelapa sawit (Elais Guineensis Jaqs) berbentuk kasar berwarna kuning kemerah- merahan sampai warna merah tua. Kelapa sawit merupakan tanaman berkeping satu, termasuk ke dalam famili Palmae. Nama Elais berasal dari bahasa Yunani elaion yang berarti minyak , sedangkan nama Guineensis berasal dari kata Guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit di sana. Minyak hasil pengempaan daging buah kelapa sawit dinamakan Crude Palm Oil (CPO).

Terdapat dua jenis minyak sawit yang dapat dibuat dari kelapa sawit, antara lain; Crude Palm Oil (CPO) yang didapat dari daging buah kelapa sawit dan Crude palm Kernel Oil yang didapat dari inti biji kelapa sawit. Namun CPO mempunyai komposisi asam lemak bebas yang cukup tinggi. Dan, selain dari dua jenis minyak sawit yang telah disebutkan diatas, terdapat juga fraksi minyak sawit turunan CPO yang sudah dimurnikan yaitu Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Perbedaanya adalah pada kandungan asam lemak bebas yang sudah sangat kecil sehingga tidak diperlukan lagi tahap pre-esterifikasi.


Tabel Kandungan Asam Lemak Bebas dari Berbagai Minyak Kelapa Sawit

Selain menghasilkan CPO pada buah sawit, terdapat juga minyak sisa hasil pengepresan buah sawit tersebut. Brondolan kelapa sawit yang telah mengalami proses pencacahan sebelumnya akan masuk ke alat proses pengepresan. Pada proses pengepresan ini bertujuan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Selama proses pengepresan berlangsung akan ditambahkan air panas kedalam alat pengepresan (screw press). Hal ini bertujuan untuk pengenceran sehingga buah yang di press tidak terlalu rapat. Screw press yang digunakan mempunyai kapasitas yang dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya. Makin tinggi tekanan maka semakin rendah kadar minyak dalam ampas. Kandungan minyak dalam ampas sawit secara umum yaitu ±7%, sedangkan untuk buah tipe dura (Cangkang sangat tebal, kandungan minyak dalam buah rendah) akan kehilangan prosentase lebih tinggi dikarenakan angka perbandingan biji dengan bagian serabut jauh lebih tinggi, sehingga kemungkinan biji bersinggungan satu sama lain menjadi lebih besar, dengan demikian minyak yang terperangkap diantara celah biji-biji tidak terperas keluar akan lebih banyak. Selain itu juga gaya tekanan yang diberikan hanya akan diserap oleh biji-biji saja. Serabut hampir tidak menerima gaya tekanan, sehingga minyak yang  tersisa dalam serabut karena tidak terperas habis akan lebih banyak pula. Gaya tekanan ulir cocok untuk tandan buah segar (TBS) yang mempunyai perbandingan biji dengan buah segar 25:75 atau lebih (Mangoensoekarjo, 2003).

Berdasarkan titik lelehnya minyak sawit terdiri dari dua fraksi besar, yaitu olein sebagai fraksi yang berwujud cair pada suhu kamar dan stearin sebagai fraksi yang berwujud padat pada suhu kamar. Umumnya olein mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh, contohnya asam oleat dan asam linoleat. Sedangkan stearin  mengandung lebih banyak asam lemak jenuh, contohnya asam palmitat dan asam stearat.

Kandungan minyak sawit antara lain fosfolipida berupa asam-asam lemak terutama asam palmitat (44%), asam oleat (39%), dan asam linoleat (10%); glikolipida; karotenoid (α–β karoten); sterol (β–sitosterol);  dan tokoferol (γ–tokotrienol) (13,14). Komponen fosfolipida yang utama adalah lebih banyak terdapat dalam fraksi olein daripada dalam fraksi stearin.

Sedangkan metil ester merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari asam lemak dengan metanol. Kemungkinan senyawa-senyawa metil ester yang terdapat dalam  minyak sawit antara lain metil palmitat , metil cleat, metil linoleat, metil stearat, metil miristat, metil linoleat, metil laurat, dan metil arakidat. Persentase kandungan metil ester dalam minyak kelapa sawit adalah metil palmitat (45%) , metil cleat (40%), metillinoleat (10%), metil stearat (4%), dan metil miristat (1%).



pasang iklan disini




loading...