Loading...
Pencemaran Logam Berat Arsenik (As) dalam Tanah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan bahan yang karena
sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta mahluk hidup lain.
Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan
digunakan sebagai alat-alat yang berperan penting dalam sejarah peradaban
manusia. Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria- kriteria
yang sama dengan logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang
dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam organisme
hidup. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek
khusus pada mahluk hidup (Palar, 1994).
Menurut Widiowati, dkk, (2008) terdapat 80 jenis logam berat
dari 109 unsur kimia di muka bumi yang terbagi dalam dua jenis yaitu logam
berat esensial dan tidak esensial. Logam berat esensial yaitu logam dalam
jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme dan dalam jumlah yang
berlebihan dapat minimbulkan efek toksik, contohnya : Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan
lain sebagainya. Sedangkan logam berat tidak esensial yakni logam yang
keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat
toksik seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lainnya. Agen Lingkungan Amerika Serikat (EPA) di
dalam Mursyidin, (2006)
melaporkan, terdapat 13 elemen logam berat yang diketahui berbahaya bagi
lingkungan. Di alam, unsur ini
biasanya terdapat dalam
bentuk terlarut atau tersuspensi (terikat dengan zat padat) serta
terdapat sebagai bentuk ionik (Mursyidin, 2006).
Logam berat secara umum masuk ke lingkungan dengan dua cara,
yakni secara natural dan antropogenik (terlepas ke lingkungan dengan campur
tangan manusia atau tidak alami). Kondisi alami terlepasnya logam berat di
lingkungan akibat adanya pelapukan sedimen akibat cuaca, erosi, serta aktivitas
vulkanik. Sedangkan, terlepasnya logam berat secara antropogenik akibat
aktivitas manusia diantaranya electroplating/pelapisan logam, pertambangan,
peleburan, penggunaan pestisida, pupuk penyubur tanah, dan lain sebagainya (Ali
et al., 2013).
Arsenik (As) merupakan unsur yang melimpah secara alami
dengan nomor atom 33, berat atom 74,92 g/mol, memiliki 2 bentuk padatan, yaitu
kuning kehitaman dan abu-abu, termasuk dalam golongan semi-logam, dan mudah
patah. Berbagai senyawa As ditemukan di alam biasanya bersama unsure lain,
antara lain perak, kobalt, nikel, besi, antimony, atau sulfur.
Arsen (As) jarang ditemukan dalam bentuk unsure karena Arsen
(As) biasanya membentuk berbagai macam senyawa kompleks, bisa berupa trivalent
(As+3) atau pentavalen (As+5), yang terdapat secara luas di alam. Pada umumnya,
As+3 berupa As-anorganik antara lain senyawa As-pentoksida, asam arsenat,
Pb-arsenat, dan Ca-arsenat. As-organik bisa berupa As+3, maupun As+5
diantaranya asam arsanilat atau bentuk metilasi. Arsen di dalam tubuh mahluk
hidup, baik hewan maupun tanaman, bergabung dengan hydrogen atau karbon
membentuk As-organik.
Arsen (As) secara kimiawai memiliki karakteristik serupa
fosfor. Apabila dipanaskan, Arsen (As) akan cepat teroksidasi menjadi oksida
arsenic (As2O3) yang mempunyai bau seperti bawang putih. Arsen (As) banyak
digunakan di Persia sejak zaman kuno untuk membunuh seseorang dengan gejala
keracunan yang sulit dideteksi. As2O3 adalah racun yang umum digunakan sejak
zaman Romawi hingga abad pertengahan, sedangkan As2O3 bewarna putih dan tidak
berasa sehingga sulit dideteksi bila diberikan sedikit-sedikit dalam jangka
yang panjang. Lewisite, yang sering disebut sebagai gas perang, merupakan salah
satu turunan gas arsine.
Arsen merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala.
Senyawa arsen trioksida misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-2 mg. Dalam
jangka panjang, penggunaan tonikum ini ternyata
telah menyebabkan timbulnya gejala
intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat untuk
berbagai infeksi parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba, spirocheta dan
tripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan karena ditemukannya obat lain
yang lebih aman. Arsen dalam dosis kecil sampai saat ini juga masih digunakan
sebagai obat pada resep homeopathi.
Arsen
Inorganik
Senyawa arsen dengan oksigen, klorin atau belerang dikenal
sebagai arsen inorganik. Arsen trioksida (As2O3 atau As4O6) dan arsenat/arsenit
merupakan bentuk arsen inorganik berbahaya bagi kesehatan manusia. Pada suhu di
atas 1.073°C senyawa arsen trioksida dapat dihasilkan dari hasil samping
produksi tembaga dan pembakaran batubara. Arsen trioksida mempunyai titik didih
465°C dan akan menyublim pada suhu lebih rendah. Kelarutan arsen trioksida
dalam air rendah, kira-kira 2% pada suhu 25°C dan 8,2% pada suhu 98°C. Sedikit
larut dalam asam membentuk asam arsenide (H3As03). Arsen trioksida sangat cepat
larut dalam asam khlorida dan alkalis (Durrant dan Durrant, 1963; Carapella,
1973).
Arsen
Organik
Senyawa dengan carbon dan hydrogen dikenal sebagai arsen
organik. Arsen bentuk organik yang terakumulasi pada ikan dan kerang-kerangan,
yaitu arsenobetaine dan arsenokolin mempunyai sifat nontoksik. Sebagaimana
diketahui bahwa arsen inorganik lebih beracun dari pada arsen organik. Senyawa arsen organik sangat jarang dan mahal.
Ikatan carbon-arsen sangat stabil pada kondisi pH Iingkungan dan berpotensi
teroksidasi. Beberapa senyawa methylarsenic sebagaimana di dan trimethylarsenes
terjadi secara alami, karena merupakan hasil dari aktivitas biologik. Di dalam
air senyawa ini bisa teroksidasi menjadi methylarsenic acid Senyawa arsen
organik lainnya seperti : arsenobetaime dan arsenocho/ine bisa ditemukan pada
kehidupan laut dan sangat tahan terhadap degradasi secara kimiawi (Lauwerys et
aI, 1979).
Arsen (As) berasal dari kerak bumi yang bila dilepaskan ke
udara sebagai hasil sampingan dari aktivitas peleburuan bijih baruan, Arsen
(As) dalam tanah berupa bijih, yaitu arsenopirit dan orpiment, yang pada
akhirnya bisa mencemari air tanah. Arsen (As) merupakan unsur kerak bumi yang
berjumah besar, yaitu menempati urutan keduapuluh dari unsure kerak bumi,
sehingga sangat besar kemungkinannya mencemari air tanah dan air minum. Jutaan
manusia bisa terpapar Arsen (As), seperti yang pernah terjadi di Bangladesh,
India, Cina. Semua batuan mengandung Arsen (As) 1-5 ppm. Kosentrasi yang lebih
tinggi ditemukan pada batuan beku dan sedimen. Tanah hasil pelapukan batuan
biasanya mengandung Arsen (As) sebesar 0,1–40 ppm dengan rata-rata 5-6 ppm.
Tidak seperti logam lain yang membentuk kation, Arsen (As)
dialam berbentuk anion, seperti H2AsO4 (Ismunandar, 2004). Arsen (As) tidak
rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah yang dibawa oleh
debu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa larut di
perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Senyawa arsen pada awalnya
digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa organic ditemukan.
Arsen (As) merupakan senyawa alami sebagai bagian dari
tanah, air, dan batuan, yang terutama banyak terdapat pada beberapa jenis
batuan yang mengandung Co dan Pb. Kadar Arsen (As) di dalam tanah bervariasi
mulai dari 1 ppm hingga 100 ppm. Arsen (As) bisa dilepaskan ke lingkungan dari
sumber alam melalui proses erosi mineral dan letusan gunung berapi. Logam ini
bisa berada di udara melalui tanah. Sebanyak setengah kada As di udara berasal
dari lumpur dan tanah, sedangkan yang lainnya berasal dari aktivitas manusia,
antara lain dari kegiatan industry. Dan diperkirakan 75% emisi arsen berasal
dari kegiatan manusia, yaitu kegiatan penambangan yang berupa peleburan Co.
Meningkatnya pencemaran Arsen (As) dilingkungan karena
meningkatnya peleburan berbagai jenis logam dan emisi dari pembakaran arang
untuk menghasilkan energy. Penambangan mineral logam yang mengandung Arsen (As)
dan pembuangan tailing bisa mempercepat pergerakan unsur As dan selanjutnya
akan mengalir masuk kedalam system air permukaan (Herman, 2006).
Bentuk senyawa arsen yang paling beracun ialah gas arsin
(AsH3), yang terbentuk bila asam bereaksi dengan arsenat yang mengandung logam
lain.
Kegiatan
manusia yang mampu melepaskan arsen menuju tanah, air dan udara, diantaranya:
-Pelepasan Arsen (As) ke tanah, hampir 95% arsen yang
dibebaskan ke tanah berasal dari kegiatan industry seperti penggunaan
pestisida, limbah disposal, dan limbah umpur industri.
-Pelepasa Arsen (As) ke udara, setengah arsen yang berada diudara
berasal dari abu hasil letusan gunung berapi, asap kebakaran hutan, serta dari
berbagai kegiatan industri seperti pertanian kususnya pestisida, serta industry
erlatan listrik.
-Pelepasan Arsen (As) ke air, sebagian besar arsen
dibebaskan ke air melalui prose salami saat perubahan cuaca serta kegiatan
industri.
Kontaminasi arsen dalam tubuh manusia bisa berasal dariair,
tanah, udara, serta bahan pangan, baik yang berasal dari kandungan alami maupun
karena proses pengolahan.
Pencemaran logam berat arsen (As) dapat mempengaruhi
kegiatan ekonomi maupun sosial masyarakat dan juga dapat mempengaruhi aspek
derajat kesehatan masyarakat. Selain itu, pencemaran logam berat arsen (As)
dapat menimbulkan dampak biologi yang serus karena logam berat tersebut dapat
terakumulasi pada tubuh biota perairan melalui rantai makanan yang dapat
dikonsumsi oleh masyarakat.
Efek-efek yang merugikan kesehatan akibat adanya bahan
pencemar di lingkungan bersifat terukur, betapapun kecilnya perubahan yang
terjadi harus dianggap sebagai ancaman kesehatan. Misalnya, setiap konsentrasi
xenobiotik (zat asing) di dalam jaringan tubuh, betapapun rendahnya merupakan
bukti bahwa telah terjadi pemajanan yang menyebabkan tubuh mengalami tekanan
(Rahman, 2007).
Penanggulangan Pencemaran
Bioremoval adalah penggunaan material biologi, antara lain
mikroorganisme yang disebut biosorben yang berguna untuk mengabsorpsi polutan
logam. Kemampuan bioabsorbsi dari mikroorganisme dalam mengakumulasi polutan
logam terlihat melalui metabolisme. Proses bioabsorbsi terjadi karena adanya
biosorben dan larutan yang mengandung polutan logam (dengan afinitas yang
tinggi) sehingga mudah terikat dengan biosorben. Beberapa jenis mikroorganisme
bisa dimanfaatkan sebagai bioremoval. Penggunaan mikroorganisme sebagai
bioremoval memberikan berbagai keuntungan diantaranya yaitu dengan biaya rendah
dapat menghasilkan efisiensi yang tinggi. Biosorben bisa diregenerasi, tidak
memerlukan nutrisi tumbuhan, kemampuan mengabsorbsi logam cukup besar, serta
menghasilkan sludge yang rendah. Jenis mikroorganisme yang bisa mengabsorbsi
arsen diantaranya yaitu Chlorella vulgaris.
Metode lain untuk mengurangi pencemaran yaitu dengan
fitoremediasi yakni menggunakan tanaman yang memiliki kemampuan tinggi
mengangkut berbagai pencemaran yang ada ataupun tanaman yang memiliki kemampuan
mengangkut pencemaran yang bersifat tunggal. Pteris vittata dan pityrogramma
calomelanos mampu menyerap lebih dari 10.000 ppm arsen di bagian pucuk tanaman
( Aiyen, 2005)
Efek Toksik
Arsen (As) bisa digunakan sebagai bahan dari berbagai macam
obat, tetapi juga memberikan efek samping jika dosis yang digunakan berlebihan.
Untuk itu, penggunaan obat berbahan baku Arsen (As) harus secara hati-hati
karena Arsen (As) berpotensial bersifat karsinogenik. Dalam catatan sejarah
Arsen (As) merupakan racun kuno yang paling banyak memakan korban jiwa. Dari
679 kasus pembunuhan, penggunaan racun arsen menempati peringkat pertama yaitu
30,8 %, menggunakan racun sianida 9% dan racun strikin sebesar 5,9%.
Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum.Hal
tersebut terjadi apabila arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama
yang berada dalam enzim.Salah satu system enzim tersebut ialah kompleks.piruvat
dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A
dan CO2 sebelummasuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim
tersebut terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor.Reaksi tersebut melibatkan
transasetilasi yang mengikat koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA dan
dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril.Kelompok sulfhidril
sangat berperan mengikat arsen trivial yang membentuk kelat.kelat dari
dihidrofil-arsenat dapat menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya bila
arsen terikat dengan system enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam
darah.
Banyaknya
orang menggunakn racun arsen untuk pembunuhan karena diantaranya:
-Arsen (As) tidak berasa, tidak bewarna, dan tidak berbau
sehingga mudah dicampurkan pada makanan atau minuman tanpa dicurigai sedikitpun.
-Gejala keracunan sangat umum dan tidak spesifik seperti
muntaber sehingga susah untuk dikenali.
-Arsen (As) sangat mudah diperoleh dalam berbagai bentuk,
seperti pestisida, racun tikus, racun semut, herbisida, dan obat-obat tertentu.
Pemberian Arsen (As) dalam dosis yang besar bisa menimbulkan
gejala yang sangat hebat setelah 30 menit sampai 2 jam. Gejala yang terlihat
antara lain mual, muntah,kerongkongan terasa terbakar, sakit perut, diare
dengan kotoran seperti air cucian beras (kadang berdarah), mulut treasa kering
dan berasa logam, nafas berbau bawang putih, dan keluhan sakit menelan. Dosis
yang tinggi dapat menimbulkan kematian. Sementara itu, dosis rendah bisa
berpengaruh terhadap jenis jaringan tubuh dan berbagai sitem saraf tubuh.
Paparan Arsen (As) anorganik melalui alat pernafasan dalam
dosisi tinggi bisa menyebabkan iritasi tenggorokan dan paru-paru, sedangkan
paparan melalui kulit dapat menyebabkan kulit menjadi bengkak dan kemerahan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa arsenites (trivalen
bentuk) memiliki toksisitas akut yang lebih tinggi daripada arsenates
(pentavalent bentuk). Minimal dosis akut arsenik yang mematikan pada orang
dewasa diperkirakan 70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan
keracunan arsenik tidak disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu
senyawa arsen, terutama arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali lebih beracun
daripada arsenikum murni. Gejalanya antara lain: sakit di daerah perut,
produksi air liur berlebihan, muntah, rasa haus dan kekakuan di tenggorokan,
suara serak dan kesulitan berbicara, masalah muntah (kehijauan atau kekuningan,
kadang-kadang bernoda darah), diare, tenesmus, sakit pada organ kemih,
kejang-kejang dan kram, keringat basah, lividity dari ekstremitas, wajah pucat,
mata merah dan berair (www.wikipedia.org, 2009).
Toksisitas akut arsen biasanya memperlihatkan gejala sakit
perut, gejala tersebut disebabkan oleh adanya vasodilatasi (pelebaran pembuluh
darah) yang akan mengakibatkan terbentuknya vesikel (lepuh) pada lapisan
submukose lambung dan usus. Gangguan tersebut mengakibatkan rasa mual, muntah,
diare (kadang bercampur darah) dan sakit perut yang sangat. Bau napas seperti
bawang putih, diare profus menyebabkan banyak cairan tubuh keluar sehingga
menyebabkan gejala hipontesi. Terjadinya diare profus menyebabakan banyak
larutan protein terbuang keluar tubuh,sehingga mengakibatkan usus ridak
berfungsi normal (enteropati). Arsen juga dapat menyebabkan peningkatan
aktivitas mitotik pada sel hati. Gas arsenik dapat mengakibatkan hemolisis
dalam waktu 3-4 jam dan mengakibatkan nekrosis tubulus ginjal akut sehingga
terjadi kegagalan ginjal.
Tanda-tanda toksisitas As yang akut juga terlihat jelas
ialah dengan ditemukannya gejala rambut rontok kebotakan (alopesia) , tidak
berfungsinya saraf tepi yang ditandai dengan kelumpukan anggota gerak bagian
bawah,kaki lemas,persendian tangan lumpuh, dan daya reflex menurun.
Gejala keracunan arsenik ringan mulai dengan sakit kepala
dan dapat berkembang menjadi ringan dan biasanya, jika tidak diobati, akan
mengakibatkan kematian (www.wikipedia.org, 2009).
Pada sistem reproduksi, efek arsen terhadap fungsi
reproduksi biasanya fatal dan dapat pula berupa cacat bayi waktu dilahirkan,
lazim disebut efelk malformasi. Pada sistem immunologi, terjadi penurunan daya
tahan tubuh/ penurunan kekebalan, akibatnya peka terhadap bahan karsinogen
(pencetus kanker) dan infeksi virus. Pada sistem sel, efek terhadap sel
mengakibatkan rusaknya mitokondria dalam inti sel menyebabkan turunnya energi
sel dan sel dapat mati. Pada gastrointestinal (saluran pencernaan), arsen (As)
akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut, mual (nausea) dan
muntah (vomiting) (Nurhayati, 2009).
Sekitar 90% arsen yang diabsorbsi dalam tubuh manusia tersimpan
dalam hati, ginjal, dinding saluran pencernaan, limfa, dan paru. Juga tersimpan
dalam jumlah sedikit dalam rambut dan kuku serta dapat terdeteksi dalam waktu
lama, yaitu beberapa tahun setelah keracunan kronis. Di dalam darah yang normal
ditemukan arsen 0,2 µg/100ml. Sedangkan pada kondisi keracunan ditemukan 10
µg/100ml dan pada orang yang mati keracunan arsen ditemukan 60-90 µg/100ml
(Susanti, dkk.,2012).
Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan diserap
secara sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh
organ tubuh. Sebagai suatu racun protoplasmik arsen melakukan kerjanya melalui
efek toksik ganda, yaitu :
-Arsen mempengaruhi respirasi sel dengan cara mengikat gugus
sulfhidril (SH) pada dihidrolipoat sehingga menghambat kerja enzim yang terikat
dengan transfer energi, terutama pada piruvate dan succinate oxidative pathway,
sehingga menimbulkan efek patologis yang reversibel. Efek toksik ini dikatakan
reversible karena dapat dinetralisir dengan pemberian dithiol, 2,3,
dimerkaptopropanol (dimercaprol, British Anti-Lewisite atau BAL) yang akan
berkomptisi dengan arsen dalam
mengikat gugus sulfhidril
(2,3). Selain itu sebagian
arsen juga menggantikan
gugus fosfat sehingga
terjadi gangguan oksidasi fosforilasi dalam tubuh.
-Senyawa arsen memiliki tempat predileksi pada endotel
pembuluh darah, khususnya di daerah spalnknik dan menyebabkan paralisis
kapiler, dilatasi dan peningkatan permeabilitas yang patologis. Pembuluh darah
jantung yang terkena menyebabkan timbulnya petekie subepikardial dan
subendokardial yang jelas serta ekstravasasi perdarahan. Efek lokal arsen pada
kapiler menyebabkan serangkaian respons mulai dari kongesti, statis serta
trombosis sehingga menyebabkan nekrosis dan iskemia jaringan.
-Di dalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin
dalam darah. Dalam waktu 24 jam setelah dikonsumsi, arsen dapat ditemukan dalam
konsentrasi tinggi di berbagai organ tubuh, seperti hati, ginjal, limpa,
paru-paru serta saluran cerna, dimana arsen akan mengikat gugus sulfhidril
dalam protein jaringan. Sebagian kecil dari arsen yang menembus blood brain barier.
Di dalam tulang arsen menggantikan posisi fosfor, sehingga arsen dapat
dideteksi di dalam tulang setelah bertahun-tahun kemudian.
Sebagian arsen dibuang melalui urin dalam bentuk methylated
arsenik dan sebagian lainnya ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut. Fakta
terakhir ini penting, karena setiap kali ada paparan arsen, maka menambah depot
arsen dalam kulit, kuku dan rambut. Dalam penyidikan kasus pembunuhan dengan
meggunakan arsen, adanya persamaan peracunan kronis dan berulang dapat dilacak
dengan melakukan pemeriksaan kadar arsen pada berbagai bagian (fragmen)
potongan rambut dari pangkal sampai ujungnya.
Usaha pencegahan paparan Arsen dapat dilakukan dengan cara melakukan surveilance medis, yaitu pemeriksaan
kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun. Jika
keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam
urine.
Intoksikasi arsen secara kronis bisa menyebabkan munculnya
berbagai jenis lesi kulit antara lain seperti hyperkeratosis telapak tangan dan
kaki serta hiperpegmentasi yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker kulit.
Arsen bisa menimbulkan gejala arsenikosis berupa melanosis dan keratosis.
Gejala melanosis meliputi perubahan kulit menjadi kehitaman/gelap, terutama
pada tungkai dan legan yang selanjutnya meluas keseluruh tubuh dengan ditandai
dengan spot-spot hitam putih yang dikenal sebagai spotted melanosis. Gejala
keratosis berupa pergeseran telapak tangan dan kaki. Pada awalnya tidak ada
rasa sakit dan gatal, namun selanjutnya membusuk dan menjadi ulserasi dan
gengren, sebelum munculnya kanker kulit.
Arsen trivalen dan penavalen lebih mudah diabsorbsi dari
makanan melalui alat pencernaan. Selanjutnya dengan cepat arsen
ditransportasikan menuju berbagai organ dan jaringan. Arsen terutama
diakumulasi dikulit, rambut, lalu tulang dan otot. Kadar total arsen dalam
tubuh manusia yang diizinkan adalah 14-120 mg, belum menunjukan gejala
toksisitas. Dalam tubuh manusia arsen pentavalen mengalami biotransformasi
menjadi arsen trivalent yang bersifat lebih toksik karena arsen trivalen dapat
diikat lebih lama dalam tubuh karena ikatannya yang kuat pada gugus sulfhidril
yang banyak terdapat di dalam protein.
Senyawa arsen yang mengenai kulit akan diekskresikan melali
deskuamasi kulit dan keringat. Arsen di kulit akan mengakibatkan terjadinya
Mee’s Line ( perubahan pita putih melintang pada kuku jari ) yang akan muncul
setelah kurang lebih 6 minggu setelah terpapar arsen.
Berdasarkan FAO dan WHO, maksimum pengambilan arsen dalam
makanan yang diizinkan adaah sebesar 2µg/hari/kg berat badan. USA menetapkan
jumlah kadar arsen dalam makanan yang bisa dikonsumsi kurang dari 0,04 mg/hari
makanan seafood, sedangkan jumlah kadar total arsen yang dapat dikonsumsi
sebesar 0,2 mg/hari. Total pengambilan arsen dari makanan tanpa adanya paparan
arsen asal industri kurang dari 0,3 mg/hari (klaassen, 1986).
The Environmental Protection Agency (EPA) menetapkan batas
kadar asen dalam air minum sebesar 0,001 ppm (10 ppb), sedangkan Occupational
Safety and Health Administration (OSHA) menetapkan batas paparan arsen sebesar
10 µg/m3 bagi pekerja selama 8 jam/hari. Sementara itu The Environmental
Protection Agency (EPA) menetapkan batas maksimum kadar arsen dalam tanah sebesar
10 ppm.
Di batuan atau tanah, arsen (As) terdistribusi sebagai
mineral. Kadar As tertinggi dalam bentuk arsenida dari amalgam tembaga, timah
hitam, perak dan bentuk sulfida dari emas. Mineral lain yang mengandung arsen
adalah arsenopyrite (FeAsS), realgar (As4S4) dan orpiment (As2S3). Secara kasar
kandungan arsen di bumi antara 1,5-2 mglkg (NAS, 1977). Bentuk oksida arsen
banyak ditemukan pada deposit/sedimen dan akan stabil bila berada di
lingkungan.
Contoh penggunaan arsen trioksida pada tahun 1975-1978
adalah sebagai berikut : pembuatan zat kimia untuk pertanian (pestisida) 82%,
gelas dan peralatan dari gelas (pecah belah) 8%, industri kimia seperti amalgam
dari tembaga, timah hitam, dan farmasi
10%.
Di dalam pertanian, Arsen digunakan sebagai senyawa timah
arsenat, tembaga acetoarsenit, natrium arsenit, kalsium arsenat dan senyawa
arsen organik digunakan sebagai pestisida. Arsen sering digunakan untuk racun
tikus, pestisida, herbisida, insektisida dan keracunan arsen pada manusia sudah
dikenal, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Sejumlah kecil
methylarsenik acid dan dimethyl arsenik acid secara selektif digunakan sebagai
herbisida. Herbisida ini terutama penting untuk pembasmian sorghum halepense
dalam perkebunan kapas. Bahan-bahan tersebut juga digunakan untuk pembasmian
terhadap rerumputan sebagaimana "sandbur" (cenchrus sp), cocklebur
(xanthium sp), dan rumput ketam dalam petak rumput. Dimethylarsinic acid
digunakan sebagai silvisida dalam perlindungan hutan.
Akhir-akhir ini ketahanan pangan dihadapkan pada
permasalahan lingkungan yang mendapat perhatian serius, antara lain pemanasan global
dan perubahan iklim, pencemaran bahan beracun berbahaya di lahan pertanian
seperti bahan agrokimia (pupuk dan pestisida) dan logam berat. EPA
(Environmental Protection Agency) menerangkan bahwa Arsen (As) bentuk organik
(mengandung karbon), misalnya monosodium methanearsenate dan dinatrium
methanearsenate digunakan dalam pestisida untuk aplikasi pertanian. Salah satu
dampak dari paparan pestisida yangmengandung Arsen (As) adalah anemia.
Konsep pertanian berkelanjutan haruslah menjamin kualitas
lahan kita tetap produktif dengan menerapkan upaya konservasi dan rehabilitasi
terhadap degradasi. Kebijakan pembangunan pertanian dewasa ini lebih banyak
terfokus kepada usaha yang mendatangkan keuntungan ekonomi jangka pendek dan
mengabaikan multifungsi yang berorientasi pada keuntungan jangka panjang dan
keberlanjutan (sustainabilitas) sistem usaha tani. Akhir-akhir ini ketahanan
pangan dihadapkan pada permasalahan lingkungan yang mendapat perhatian serius,
antara lain pemanasan global dan perubahan iklim, pencemaran bahan beracun
berbahaya di lahan pertanian seperti bahan agrokimia (pestisida dan pupuk)
serta logam berat.
Pestisida yang digunakan dalam budidaya pertanian dapat
menyebabkan pencemaran pada tanah, air, biji atau buah, dan tanaman, bahkan
sampai ke badan air/ sungai dan perairan umum, karena pestisida mengandung
logam berat, salah satunya adalah Arsen (As).
Logam berat dapat terserap oleh akar tanaman apabila logam lain tidak mampu menghambat
keberadaannya. Hal ini akan mengakibatkan tanah akan didominasi oleh kation As,
sehingga menyebabkan kation kation lain ketersediaannya berkurang dalam
kompleks serapan akar. Kation As yang terserap oleh akar masuk kedalam tanaman
akan menjadi inhibitor pembentukan enzim kemudian akan menghambat proses metabolisme
tanaman, yang meliputi proses respirasi yang nantinya akan menghasilkan ATP
yang digunakan untuk fotosintesis, kemudian hasil fotosintesis akan digunakan
untuk pembelahan sel (tinggi, jumlah dan biomassa) dan reproduksi akan
terganggu. Apabila ini dilakukan terus menerus dalam jangka waktu panjang akan
menyebabkan menurunnya kualitas pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan
pertumbuhan tanaman terganggu (Amelia et al., 2015).
Menurut Nelvia et al., (2012) logam berat yang masuk ke
dalam tanaman akan berikatan dengan unsur hara lain dan mengalami imobilisasi
ke bagian tanaman tertentu dan tidak dapat diedarkan ke seluruh tanaman karena
telah mengalami proses detoksifikasi (penimbunan pada organ tertentu) sehingga
tanaman masih dapat tumbuh dan unsur hara yang diperlukan tanaman masih mampu
untuk mensuplai pertumbuhan tanaman meskipun tercemar logam berat As.
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
loading...