Tuesday, 4 December 2018

Dampak Pencemaran Logam Berat Merkuri (Hg) dalam Tanah


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...
     Pencemaran Logam Berat Merkuri (Hg) dalam Tanah

Logam berat adalah unsur logam yang memiliki berat jenis lebih dari lima dan dapat membentuk garam pada kondisi asam. Unsur logam berat di dalam tanah dapat berada dalam bentuk garam, hidroksida dan oksida, larutan tanah, berikatan dengan mineral maupun dalam bentuk senyawa komplek logam organik (Koeman, 1987). Logam berat secara biologis dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

Golongan pertama adalah logam berat esensial berupa logam yang dibutuhkan oleh tubuh untuk mendukung proses metabolisme (seperti: besi, mangan, nikel, seng).

Golongan kedua adalah logam berat non esensial yang berpotensi memiliki sifat toksik di dalam tubuh meskipun keberadaannya hanya dalam konsentrasi rendah (seperti: merkuri, kadmium, arsen, timbal, perak, aluminium).

Merkuri (Hg)
Merkuri merupakan salah satu logam berat yang paling berbahaya. Merkuri dengan nomor atom 80 dikenal juga sebagai “air raksa”, mempunyai simbol kimia Hg, yang merupakan singkatan dari bahasa Yunani “Hydrargyricum” yang berarti cairan perak.

Merkuri, ditulis dengan simbol kimia Hg  yang berarti “perak cair” (liquid silver) adalah jenis logam sangat berat yang berbentuk cair pada temperatur kamar, berwarna putih-keperakan, memiliki sifat konduktor listrik yang cukup baik, tetapi sebaliknya memiliki sifat konduktor panas yang kurang baik. Merkuri membeku pada temperatur  –38.90C dan mendidih pada temperatur 3570C. Merkuri adalah unsur kimia sangat beracun (toxic), dapat bercampur dengan enzim didalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan enzim untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang penting. Logam Hg ini dapat terserap kedalam tubuh melalui saluran pencernaan dan kulit.

Merkuri (Hg) merupakan salah satu dari jenis logam berat yang memiliki efek toksik paling berbahaya bersama dengan timbal (Pb) dan kadmium (Cd). (McLusky and Elliott (2004)

Cd, Pb, dan Hg dikenal sebagai the big three heavy metal (tiga logam berat paling berbahaya) dengan tingkat toksisitas tertinggi pada kesehatan manusia. (Widle and Benemann, 1993). WHO juga memasukkan merkuri sebagai 10 daftar bahan kimia yang paling berbahaya bagi tubuh manusia.

Merkuri dianggap sebagai logam berbahaya karena sebagai ion atau dalam bentuk senyawa tertentu mudah diserap ke dalam tubuh. Di dalam tubuh, merkuri dapat menghambat fungsi dari berbagai enzim bahkan dapat menimbulkan kerusakan sel.

Merkuri dapat berada dalam 3 bentuk, yaitu: metal (logam), senyawa-senyawa anorganik, dan senyawa organik. Merkuri dan turunannya sangat beracun, sehingga kehadirannya di lingkungan perairan dapat sangat merugikan.

Pengaruh pencemaran merkuri terhadap ekologi bersifat jangka panjang, yaitu meliputi kerusakan struktur komunitas, gen, jaringan makanan, tingkah laku, dan fisiologi hewan air.

Di lingkungan, merkuri yang terdapat dalam limbah di perairan umum diubah oleh aktifitas mikro organisme menjadi komponen methyl merkuri (senyawa organik) oleh mikroorganisme.

Sumber Pencemaran Logam Berat Merkuri
Kehadiran logam berat Hg di lingkungan dapat terjadi melalui aktivitas gunung berapi, pelapukan batuan, dan sebagai akibat dari aktivitas manusia.


Karena meskipun kehadiran merkuri dapat terjadi secara alami tetapi kadarnya sangat kecil. Mayoritas merkuri yang ada di lingkungan berasal dari kegiatan antropogenik, seperti kegiatan: pertambangan, pembakaran bahan bakar fosil, pabrik pengolahan kertas, emisi smelter, dsb.

Dalam kegiatan pertambangan emas Mercury (Hg) digunakan dalam dua tahap.

Tahap pertama adalah digunakan pada saat proses pemisahan emas dari material lainnya. Pada saat ini material tanah yang telah terkontaminasi merkuri apabila dibuang ke lingkungan dapat menimbulkan pencemaran merkuri.

Pada tahap kedua, merkuri digunakan dalam proses pemurnian emas. Dalam proses pemurnian emas dengan proses pemanasan, apabila wadah yang digunakan merupakan wadah terbuka, maka uap merkuri dapat menguap ke atmosfer. Pada saat hujan turun, kemungkinan air hujan terkontaminasi merkuri akan sulit dihindari.

Dampak Mercury atau Raksa (Hg) pada Kesehatan Manusia
Penting untuk diketahui, air raksa sangat beracun bagi manusia. Hanya sekitar 0,01 mg dalam tubuh manusia dapat menyebabkan kematian. Sayangnya setelah air raksa yang sudah masuk ke dalam tubuh manusia, tidak dapat dibawa keluar.

Manusia dapat terpapar oleh merkuri melalui proses penghidupan uap merkuri secara langsung maupun melalui proses rantai makanan jika memakan asupan yang sudah tercemar merkuri.

Paparan merkuri dalam tubuh manusia dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius, meskipun hanya dalam konsentrasi yang rendah.

Keracunan oleh merkuri nonorganik dapat mengakibatkan terganggunya fungsi ginjal dan hati. Merkuri organik dari jenis methyl mercury dapat memasuki plasenta dan merusak janin pada wanita hamil sehingga menyebabkan cacat bawaan, kerusakan DNA dan kromosom, mengganggu saluran darah ke otak serta menyebabkan kerusakan otak.

Keracunan merkuri juga akan mengganggu sistem enzim dan mekanisme sintetik apabila berupa ikatan dengan kelompok sulfur di dalam protein dan enzim.

Kerusakan tubuh yang disebabkan merkuri biasanya bersifat permanen, dan sampai saat ini belum dapat disembuhkan.

Di Indonesia, kasus pencemaran merkuri yang cukup serius juga pernah terekspos di Teluk Buyat, Sulawesi Utara pada 2004.

Di Indonesia, merkuri masih banyak digunakan para penambang emas tradisional (penambang emas skala kecil). Para penambang emas tradisional menggunakan merkuri untuk menangkap dan memisahkan butir-butir emas dari butir-butir batuan hingga proses pemurniannya.

Endapan merkuri ini disaring menggunakan kain untuk mendapatkan sisa emas. Endapan yang tersaring kemudian diremas-remas dengan tangan. Air sisa-sisa penambangan yang mengandung Hg dibiarkan mengalir ke sungai.

Meskipun penggunaannya ini bersifat ilegal, namun aktivitas penambangan emas secara tradisional semakin marak di Indonesia.

Tanah yang berada di sekitar penambangan emas berpotensi mengalami pencemaran merkuri akibat kurangnya penanganan yang baik terhadap tailing yang dihasilkan. Jika lingkungan tanah tercemar, hal ini dapat mempengaruhi kondisi lingkungan sekitarnya. Tanah daratan yang tercemar  merkuri dapat mempengaruhi kondisi udara, tanaman, dan air di sekitarnya. Partikel merkuri yang berada di tanah akan menguap karena terkena uap panas dari matahari. Partikel merkuri akan bertebangan di udara. Ketika musim hujan partikel tersebut akan terbawa oleh air hujan yang membasahi tanah sehingga timbul pencemaran tanah yang lebih luas. Pada umumnya kandungan merkuri secara  alamiah sangat rendah  di dalam tanah, kecuali tanah tersebut merupakan daerah pertambangan atau tanah tersebut sudah tercemar merkuri.

Merkuri merupakan unsur yang paling beracun terhadap manusia dan hewan, serta tidak diketahui fungsi biologis esensialnya. Logam merkuri (Hg2+) merupakan salah satu dari ion logam yang paling beracun terhadap biota tanah (Wijanto, 2005).

Menurut Fardiaz (1992), merkuri mengalami translokasi di dalam tanah, dapat mengumpul di dalam tubuh dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi. Kerusakan yang ditimbulkan oleh logam merkuri dalam tubuh umumnya bersifat permanen.

Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan. Tanah dan air tanah merupakan tempat awal dari kehidupan rantai makanan. Hal ini apabila terjadi cemaran pada daerah pertanian yang secara terus-menerus terendapakan di lahan pertanian dalam jangka panjang dapat menurunkan produktivitas hasil panen dan menurunkan kualitas produk pertanian, serta menyebabkan toksin dalam berbagai hasil pertanian dan peternakan yang membawa dampak negatif bagi manusia yang mengkonsumsinya.

Tanah memiliki sifat permeabel dimana air mengalir melalui ruang- ruang pori yang ada diantara butiran- butiran tanah. Permeabilitas menunujukkan kemampuan tanah untuk meloloskan air struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya. Tekstur tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah, begitu juga dengan permeabilitas. Permeabilitas dapat mempengaruhi kesuburan tanah. Permeabilitas berbeda dengan drainase yang lebih mengacu pada proses aliran air saja, permeabilitas dapat mencakup bagaimana air, bahan organik, bahan mineral, udara dan partikel-partikel lainnya yang terbawa bersama air yang akan diserap masuk ke dalam tanah. Tanah merupakan sumberdaya alam yang sangat terbatas, maka pencemaran terhadap tanah tersebut akan mendorong tanah sebagai fungsi produksi menurun produktivitasnya.

Karena bahaya proses raksa bagi kesehatan dan lingkungan yang serius, larangan penggunaannya  semakin ketat. Pada tahun 1988, diperkirakan 24 juta lb / yr dari raksa yang dilepaskan ke udara, tanah, dan air di seluruh dunia sebagai hasil dari aktivitas manusia. Ini termasuk raksa yang dilepaskan oleh pertambangan raksa dan memperbaiki berbagai operasi manufaktur, dengan pembakaran batu bara, dan sumber lainnya.

Pada tahun 1980-an, dengan meningkatnya pemahaman dan kesadaran akan dampak penggunaan air raksa yang lebih banyak membahayakan kesehatan dan lingkungan  dari pada manfaat, membuat penggunaannya mulai turun tajam. Pada tahun 1992, yang digunakan dalam baterai telah menurun menjadi kurang dari 5% dari tingkat pada tahun 1988, dan secara keseluruhan digunakan dalam perangkat listrik dan cahaya bulbs telah turun 50% pada periode yang sama. Penggunaan raksa produksi cat, fungisida, dan pestisida telah dilarang di Amerika Serikat, dan penggunaannya dalam pengerjaan dan proses produksi  kaca secara sukarela telah dihentikan.

Di seluruh dunia, produksi raksa hanya dibatasi untuk beberapa negara-negara dengan undang-undang lingkungan hidup. Di Spanyol, semua pertambangan merkuri telah dihentikan, dimana Spanyol pernah menjadi produsen merkuri terbesar di dunia sampai 1989. Di Amerika Serikat, raksa pertambangan juga telah dihentikan, meskipun dalam jumlah kecil adalah raksa kembali sebagai bagian dari proses pengilangan emas untuk menghindari pencemaran lingkungan. Cina, Rusia (dulu dikenal dengan USSR), Meksiko, dan Indonesia merupakan produsen terbesar raksa pada tahun 1992.

Di Amerika Serikat, Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) telah melarang penggunaan raksa untuk banyak aplikasi. EPA yang telah menetapkan tujuan mengurangi tingkat raksa ditemukan di kota menolak IB dari 1,4 juta / thn (0,64 juta kg / thn) pada tahun 1989 menjadi 0,35 juta lb / yr (0,16 juta kg / thn) pada tahun 2000. Hal ini akan dicapai oleh penurunan penggunaan raksa dalam meningkatkan produk dan pengalihan dari raksa dari kota menolak melalui daur ulang. Mercury masih sebuah komponen penting di banyak produk dan proses, walaupun penggunaannya diharapkan untuk terus menurun. Untuk itu, penanganan yang tepat dan daur ulang dari raksa diharapkan signifikan mengurangi lepaskan ke lingkungan dan dengan demikian mengurangi bahaya kesehatan.

Secara umum ketersediaan merkuri (Hg) tanah terhadap tanaman adalah rendah, dan ada kecenderungan besar akumulasi merkuri (Hg) dalam perakaran. Hal ini mengindikasikan bahwa perakaran menyiapkan penghalang terhadap pengambilan merkuri (Hg). Kandungan merkuri (Hg) dalam hasil pertanian yang ditanam pada tanah dengan kandungan merkuri (Hg) rendah dilaporkan memiliki tingkatan yang sama dengan tanah tersebut, tetapi perlu diperhatikan, menurut Fardiaz (1992), merkuri mengalami translokasi di dalam tanaman, dapat mengumpul di dalam tubuh dan tetap tinggal  dalam tubuh  dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi. Merkuri bersifat racun yang komulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang terserap dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya.

Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Namun proses ini relatif mahal dan cenderung menimbulkan permasalahan baru, yaitu akumulasi senyawa tersebut dalam sedimen dan organisme akuatik (perairan).

Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia (dalam istilah biologi dikenal dengan bioakumulasi, bioremediasi, atau bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengu- rangi tingkat keracunan elemen logam berat. Beberapa hasil studi melaporkan, penggunaan mikro- organisme untuk menangani pencemaran logam berat lebih efektif dibandingkan dengan ion exchange dan reverse osmosis dalam kaitannya dengan sensitivitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid), zat organik dan logam berat lainnya. Serta, lebih baik dari proses pengendapan (presipitation) jika dikaitkan dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan konsentrasi logam beratnya. Dengan kata lain, penanganan logam berat dengan mikroorga- nisme relatif mudah dilakukan, murah dan cenderung tidak berbahaya bagi lingkungan (Mursyidin, 2006).

Mengatasi pencemaran merkuri dengan bakteri juga dimungkinkan karena diketahui ada bakteri yang dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang mengandung merkuri dalam jumlah tinggi. Bakteri itu adalah Pseudomonas fluorescens, Staphylococcus aureus, dan Bacillus sp. Hal ini menginspirasi ahli biologi molekuler untuk memadukan fungsi gen beberapa bakteri hingga menghasilkan strain unggul untuk mengatasi pencemaran merkuri secara cepat dan efektif (Anonim, 2004).



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...