Friday, 21 December 2018

Kreasi Usaha: Peran Cacing Sebagai Faktor Kesuburan Tanah


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...
                  Peran Cacing Sebagai Faktor Kesuburan Tanah

Cacing adalah suatu makhluk makro yang berada dalam tanah, sebagai pengurai jasad lain, mulai dari hewan yang mati, daun gugur, akar yang mati hingga jasad manusia yang telah tutup usia hingga batu kapur. Cacing yang dimaksud adalah cacing tanah. Jenis cacing ini berbeda dengan cacing yang membuat hewan atau manusia menjadi sakit. Banyaknya cacing dalam tanah menunjukkan bahwa tanah itu sehat. Cacing tanah memakan humus dalam tanah, dan kemudian mengubah humus itu menjadi unsur hara, hal ini sangat baik untuk tanah.

Seringkali kita melihat hewan yang satu ini dengan tatapan sinis dan menjijikan. Cara bergeraknya yang melata dan tempat tinggalnya di dalam tanah membuat hewan ini tidak disukai sebagian orang. Namun, siapa sangka dibalik penampilannya yang kurang menarik itu, hewan ini justru banyak berkontribusi dalam kesuburan tanah.

Cacing tanah atau Earthworm merupakan makro-organisme tanah yang hidup dalam tanah dengan sumber makanan dari bahan organik yang ada dalam tanah. Cacing tanah membantu perombakan bahan organik yang ada dalam tanah menjadi berbagai senyawa serta ion yang sebagian besar berupa hara yang lebih mudah tersedia bagi tanaman. Selain itu, senyawa dan ion tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai organisme tanah lainnya, baik bermanfaat bagi makro-organisme tanah lainnya, maupun meso-organisme tanah dan mikro-organisme tanah, sehingga merangsang pertumbuhan dan perkembangan aktivitas biologis dalam sistem tanah tersebut.

Lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya akan lebih subur karena tanah yang bercampur dengan kotoran cacing tanah sudah siap untuk diserap oleh akar tanaman. Cacing tanah yang ada di dalam tanah akan mencampurkan bahan organik pasir ataupun bahan antara lapisan atas dan bawah. Aktivitas ini juga menyebabkan bahan organik akan tercampur lebih merata.

Berdasarkan hasil penelitian modern, seperti yang dilaporkan dalam publikasi Dr. Ni Luh Kartini, seorang ahli tanah dan penemu pupuk “kascing” dari Universitas Udayana—Bali, mengungkapkan bahwa lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya memang lebih subur. Pasalnya, tanah yang bercampur dengan kotoran cacing memberikan banyak manfaat bagi tanaman. Proses perubahan kondisi tanah dapat dijelaskan secara ilmiah. Awalnya, cacing tanah membuat lubang dengan cara mendesak massa tanah atau memakan langsung massa tanah (Minnich 1977). Setelah dicerna, sisa-sisa bahan tersebut dilepaskan kembali sebagai buangan padat (kotoran).

Hal ini diperkuat oleh hasil studi dari Edwards dan Lofty (1977), penulis buku yang mengupas biologi tentang cacing tanah, “Biology of Earthworms” di New York 1977 yang menyatakan, sebagian besar bahan tanah mineral yang dicerna cacing tanah dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk nutrisi yang mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Namun, produksi alami kotoran cacing tanah di alam bergantung pada spesies, musim, dan kondisi populasi yang sehat.

Cacing tanah memiliki peran penting bagi kesuburan tanah, cacing menghancurkan bahan organic sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Menjadikan lahan subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah sangat bermanfaat antara laian meningkatkan infiltrasi, memampatkan agregasi tanah, mengangkut bahan organic ke bagian tanah yang lebih dalam meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman.

Cacing tanah menghasilkan kotoran cacing yang disebut sebagai "Kotcing". Kotcing (kotoran cacing) mengandung ion fosfat dengan kadar yang tinggi. Ion Fosfat merupakan salah satu ion essensial baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, maupun untuk pembelahan sel dan pembesaran serta perkembangan sel dari berbagai organisme tanah.

Kotoran cacing tanah juga kaya unsur hara. Aktivitas cacing tanah mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, dan K di dalam tanah. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi tanaman. Penelitian terhadap tanah-tanah gundul di bekas tambang di Ohio, Amerika Serikat, menunjukkan, cacing tanah dapat meningkatkan kadar K tersedia 19% dan P tersedia 165%.

Telah banyak bukti yang menunjukan bahwa cacing tanah merupakan makrofauna tanah yang berperan penting sebagai penyelaras dan keberlangsungan ekosistem yang sehat, baik bagi biota tanah lainnya maupun bagi tumbuhan,manusia,dan hewan.Aristoteles mengemukakan pentingnya cacing tanah dalam mereklamasi tanah dan menyebutnya sebagai “usus bumi” (Hanafiah, K.A., 2008). Demikian pula Charles Darwin yang meneliti peraan cacing tanah dalam menghancurkan sisa organisme yang mati yang terdapat dalam tanah, dan mempertahankan struktur, aerasi, dan kesuburan tanah yang dituliskannya dalam buku “The Formation of Vegetable Mood through The Action Worms.Peneliti lain seperti Hensen, Muller, dan Urguhart yang berkeyakinan bahwa cacing tanah merupakan bagian penting dalam pembentukan tanah, bahkan dalam dalam beberapa kasus perannya esensial dalm menentukan kesuburan tanah.

Pada tahun 1941 hasil penelitian T.C. Puh menyatakan, bahwa karena aktivitas cacing tanah, maka N, P, K tersedia dan bahan organik dalam tanah dapat meningkat. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi tanaman. 

Selain mampu menyuburkan tanah, lubang bekas jalan cacing tanah juga berfungsi memperbaiki aerasi dan drainase di dalam tanah sehingga tanah menjadi gembur. Cacing tanah juga membantu pengangkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik dan memperbaiki struktur tanah.

Richard (1978), seorang ahli tanah yang pernah merangkum penelitiannya dalam buku berjudul “Introduction to the Soil Ecosystem” menyatakan, cacing tanah mampu melakukan penggalian lubang hingga kedalaman satu meter sehingga dapat meresapkan air dalam volume yang lebih besar, serta mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah. Dengan begitu, selain mencegah erosi, cacing tanah juga mampu meningkatkan ketersediaan air tanah.

Tahun 1979, Wollny juga menyatakan bahwa cacing tanah mempengaruhi kesuburan dan produktivitas tanah. Dengan adanya cacing tanah, kesuburan dan produkvitas tanah akan meningkat. Selain itu cacing tanah juga dapat mening­katkan daya serap air permukaan. Liang cacing tanah yang ditinggal dalam tanah berfungsi memperbaiki aerasi dan drainase. Keduanya sangat penting dalam pembentukan tanah.   Cacing tanah juga membantu pengangkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik. Lapisan bawah permukaan dan mencampurkan tanah dari bahan organik dengan bahan organik. Cacing tanah juga dapat memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah. Lubang-lubang cacing dan humus secara langsung menjadikan tanah gembur.

Satchell (1983) melaporkan bahwa cacing tanah mempunyai kontribusi yang penting pada struktur tanah dan pembentukan agregat tanah. Hasil uji oleh Blanchart’s (1992) di lapangan menunjukkan bahwa kerusakan agregat pada padang rumput di daerah tropis dapat diatasi oleh cacing (Megascolecidae): tanah yang diinokulasi dengan cacing tanah memiliki 12.9% makroagregat    (> 2 mm) setelah 3 bulan; dan makroagregat menjadi 31,7% setelah 6 bulan dan menjadi 60,6% setelah 30 bulan inokulasi cacing. Agregat yang dibentuk oleh cacing memiliki stabilitas terhadap air yang lebih tinggi. Dengan meningkatnya stabilitas agregat, bahan organik yang terkombinasi akan lebih tahan lama di dalam tanah dan tidak didekomposisi dengan mudah.  Ditambah lagi saluran/ lubang dari cacing penuh dengan kotoran cacing baik.  Kotoran-kotoran yang diproduksi terus menerus akan memproduksi pori nonkapiler, selanjutnya memperbaiki ventilasi dan permeabilitas, dan memperbaiki struktur tanah.

Cacing dapat mengubah sifat fisik dan kimia tanah, memperlancar proses mineralisasi bahan organik, dan menstabilkan siklus hara (Parkin dan Berry, 1999). Nisbah C/N dari bahan organik berkurang dengan cepat dengan adanya aktifitas cacing tanah (Amador et al. 2003). Semua hal tersebut berkontribusi terhadap perubahan bentuk N organik, P dan K yang terikat menjadi ke bentuk yang tersedia bagi tanaman dan memperpendek masa penyediaan hara. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tanah yang dipengaruhi oleh cacing tanah selalu memiliki bahan organik, total N, kapasitas tukar kation (KTK), Ca, Mg, dan K yang dapat dipertukarkan, N dan P tersedia yang lebih tinggi (Cortez et al, 2000 ; Sabrina, 2007). Hal ini disebabkan karena aktifitas cacing tanah sangat meningkatkan konsentrasi N  inorganik (terutama NH4+-N) dalam tanah. Kandungan N mineral (NO3-N+NH4+- N), total karbon, total nitrogen, dan biomasa mikroba meningkat pada lahan yang diinokulasi cacing tanah dan jika dilakukan pengembalian residu tanaman gandum pada sistem rotasi tanam gandum dan padi, hasil ini menunjukkan adanya fungsi ganda dari cacing tanah dengan peningkatan biomassa mikroba dan peningkatan mineralisasi N organik (Li et al. 2002). Aktifitas cacing tanah meningkatkan permeabilitas tanah dan juga memungkinkan meningkatnya kehilangan nitrogen akibat pencucian. Walaupun inokulasi cacing tanah pada tanah yang mengalami pengembalian bagian atas tanaman di permukaan tanah meningkatkan pencucian nitrogen, namun kehilangan N yang berasal dari pupuk tidak dijumpai dalam jumlah yang cukup berarti (Wang et al, 2004).

Cacing tanah dan sekresinya kaya akan hara dan dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman. Namun jenis dan kandungan hara yang dihasilkan bervariasi tergantung kondisi lingkungan tempat hidupnya (Li  et al. 2005). Tubuh cacing juga merupakan sumber hara yang potensial.  Tubuh cacing dapat terdekomposisi secara sempurna hanya dalam 4 hari saja setelah cacing itu mati dan 70% N yang berasal dari tubuh cacing akan diserap tanaman setelah 16 hari. Cacing tanah juga melepaskan hara ke dalam tanah dari aktifitas metabolismnya (Whalen et al. 1999). Amador et al. (2003) memperhitungkan N organik yang lepas dari cacing tanah yang mati mencapai 21.1-38.6 ton Ha setiap tahun. Sebagai tambahan, cacing tanah memotong sisa tanaman menjadi ukuran yang kecil, dan selanjutnya akan didekomposisi oleh protozoa dan mikroba tanah. Sementara itu,ada hubungan yang langsung dan tidak langsung antara cacing tanah dan mikroba dalam  siklus N dan P di dalam tanah melalui perannya dalam mengubah jumlah, jenis dan struktur mikroba dan meningkatkan pelepasan hasil metabolismenya.

Sisa tanaman dan bangkai merupakan sumber bahan organic tanah yang menjadi sasaran makroba dan mikrobia tanah, baik secara langsung oleh organisme heterotrofik tanah maupun secara tidak langsung oleh jasad ototrofik. Kecepatan dan intensitas proses dekomposisi bahan organik tersebut tergantung pada luas permukaan yang dapat diserang oleh jasad dekomposernya.

Cacing makhluk yang sangat aneh, yang disukai berupa bagian-bagian kotor, tetapi peranan cacing sangatlah penting sekali, cacing membuat tanah menjadi sehat dan tanaman sehat juga yang mampu menghasilkan buah yang bagus pula. Namun berhati-hatilah karena pestisida, herbisida dan beberapa pupuk kimia akan membunuh cacing-cacing dalam tanah.

Ketika sedang makan atau menggali tanah, cacing tanah mencerna campuran bahan organic-anorganik di dalam ususnya.Tipe Aneciqueik seperti L.terrestris mengonsumsi bahan organic dalam jumlah yang besar, L.castaneus dan L.feotida yang berukuran kecil, pemakan sampah kayu, menghasilkan kotoran yang hamper sepenuhnya adalah sampah-sampah kayu yang telah hancur, sedangkan A.longa  dan A.caliginosa sebagian besar pemakan tanah sehingga kotorannya hanya sedikit mengandung bahan organik.Setiap jenis cacing tanah memiliki kemampuan memamah sampah yang berbeda-beda, contohnya L.terrestris yang memamah tanah 100-200 mg atau 10-30% bobot hidupnya/hari, sedangkan A.longa  hanya mampu memamah hingga 20%.

Proses akhir dekomposisi bahan organik disebut humifikasi, yang merupakan proses penghancuran dan pencampuran secara kimiawi partikel-parikel bahan organic menjadi senyawa yang lebih kompleks koloid amorf yang bergugus fenolat (humus). Hanya sekitar 25% bahan organic mentah yang diubah menjadi humus. Proses ini dipicu oleh makrofauna tanah seperti kutu, springtail, dan arthropoda lain, serat dipercepat oleh lamanya bahan organic yang bercampur tanah melintasi usus cacing tanah. Tahap akhirnya melibatkan aktivitas mikroflora dalam usus cacing tanah karena proses kimiawi yang lebih diperani oleh mikroflora ini daripada fauna tanah.

Di kota-kota besar, sampah merupakan salah satu masalah yang rumit. Untuk memusnahkannya membutuhkan biaya yang sangat besar. Untuk mengatasinya, beberapa kota besar di luar negeri telah mencoba memanfaatkan cacing tanah. Ternyata cacing tanah mempunyai kemampuan yang cukup besar dan cukup mengagumkan untuk memusnahkan bahan organik. Dari hasil penelitian para ahli makanan ternak, ternyata selain tepung ikan, cacing tanah pun bisa digunakan untuk pakan ternak dan ikan. Menurut mereka, kadar protein cacing tanah lebih tinggi dibanding dengan tepung ikan. Selain itu kandungan asam aminonya paling lengkap, tidak berlemak, mudah dicerna dan tidak bertulang sehingga seluruh jasadnya dipakai. 


Penggolongan jenis cacing tanah:

Cacing Epigeik adalah cacing yang hidup di atas tanah yang memiliki ciri cacing tersebut memakan bahan organic di atas tanah, tidak membentuk liang dan warnanya gelap.

Cacing Endogeik adalah cacing yang hidup dibawah tanah atau dasar tanah yang mana memiliki ciri memakan mineral tanah, membuat liang dan tinggal didalamnya, warnanya merah muda serta castinnya dibentuk didalam tanah.

Cacing Anesik adalah cacing yang hidupnya di atas dan bawah tanah, cacing ini sangat menyuburkan tanah karena dapat membolak balikkan tanah sehingga banyak casting yang ditinggalkan didalam liang. Cacing ini memiliki ciri berwarna gelap pada atas tubuhnya dan berwarna merah muda pada bagian bawah tubuhnya.

Cacing tanah membantu menjaga kelangsungan hidup bumi secara seimbang. Cacing telah memberikan banyak keuntungan bagi makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya. Cacing tanah dapat memperbaiki sifat kimia tanah baik secara langsung (direct effect) maupun tidak langsung (indirect effect).

Pengaruh Langsung
Cacing tanah dapat membantu dalam sirkulasi unsur hara dalam tanah. Mobilitas cacing tanah dalam sistem tanah berlangsung baik secara horizontal maupun vertikal. Mobilitas secara vertikal menyebabkan terjadi sirkulasi unsur hara dari sisitem tanah bagian lebih dalam ke sistem tanah bagian atas dan terjadi juga sebaliknya. Sirkulasi unsur hara tersebut sangat menguntungkan bagi memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Tanah dengan populasi cacing tanah yang lebih banyak mempengaruhi terhadap peningkatan ketersediaan P bagi tanaman. Selain itu juga terjadi peningkatan pH tanah.

Cacing tanah dapat membantu dalam proses dekomposisi bahan organik yang ada dalam tanah. Proses dekomposisi tersebut akan dibebaskan berbagai unsur hara yang menjadi lebih tersedia bagi tanaman.

Pengaruh Tidak Langsung
Pengaruh tidak langsung dari cacing tanah terhadap perbaikan sifat kimia tanah, dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
-Pengaruh tidak langsung Intern sistem tanah.
-Pengaruh tidak langsung melalui proses tambahan diluar sistem tanah.

Pengaruh tidak langsung Intern sistem tanah merupakan perbaikan kimia tanah karena integrasi dari berbagai perbaikan fisiko-kimia tanah, kimia-biologi tanah, dan fisik-kimia-biologi tanah. Pengaruh Integrasi dalam intern sistem tanah mempercepat proses perbaikan sifat tanah.

Pengaruh tidak langsung melalui proses tambahan diluar sistem tanah merupakan pengaruh dari penggunaan dari proses pemanfaatan cacing tanah dalam merombak bahan organik menjadi pupuk organik yang dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Proses ini dikenal sebagai "Vermikomposting" yaitu suatu proses pembuatan pupuk kompos plus dengan memanfaatkan aktivitas cacing tanah. Pupuk kompos yang dihasilkan dari proses ini disebut pupuk "Vermikompos".


Dalam dunia pengobatan tradisional Tiongkok, cacing tanah digunakan dalam ramuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit, antara lain meredakan demam, untuk penderita tekanan darah tinggi, bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi, dan juga dapat menyembuhkan tifus.  Sedangkan di negara-negara industri maju, cacing tanah sudah dimanfaatkan dalam bidang kosmetika. Minyak hasil ekstraksi cacing tanah dapat digunakan sebagai pelembab. 

Penggunaan cacing tanah sebagai makanan manusia pada umumnya dicampur dengan makanan lain. Di Filipina, cacing tanah digunakan sebagai bahan untuk membuat perkedel. Di negara itu cacing tanah sudah mulai disukai sebagai santapan yang lezat.  Mungkin saja bagi anda yang belum pernah mencoba hidangan atau pengobatan yang berasal dari cacing tanah ini, ada yang merasa risi atau jijik. Sama halnya dengan mengkonsumsi air kencing, kecoa, cicak, empedu binatang melata, dan sebagainya. Tapi apa salahnya apabila mencobanya, daripada mengkonsumsi obat-obatan kimia, yang tentunya punya risiko terhadap kerusakan/ penyakit ginjal.

Cacing tanah bersegmen mampu menghasilkan material tanah 30 ton per hektar melalui digesti enzimatik dalam tubuhnya, dan peruraian hewan. Bekas cacing ini memiliki nitrogen, pospor, potassium, kalsium, magnesium, pH, pertukaran kation yang lebih tinggi dibandingkan didalam tanah. Jumlah cacing tanah dalam lantai hutan diperkirakan mencapai 1,5 juta-2,5 juta perhektar.

Cacing menghasilkan kompos berlendir yang kaya akan nutrisi bagi tanah. Kompos ini berasal dari bahan-bahan organik dan tanah yang dimakan oleh cacing, seperti: daun kering, potongan rumput, kompos akar, dan kotoran hewan. Setiap harinya, cacing bisa mengkonsumsi bahan-bahan organik dan tanah hingga seberat tubuhnya.

Peran cacing tanah terhadap pertumbuhan tanaman adalah melihat cacing sebagai dekomposer. Decomposer adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut. Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus.

Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing memiliki banyak kegunaan antara lain: membantu menghancurkan bahan organic yang dapat mempengaruhi kesuburan suatu tanah, Bahan Pakan Ternak, Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit, Bahan Baku Kosmetik dan bahan baku makanan untuk beberapa jenis cacing yang dapat dikonsumsi dan bermanfaat bagi manusia.

Cacing tanah membantu menyuburkan tanah kebun kita, sehingga mampu menumbuhkan banyak sayuran segar dan buah-buahan yang besar. Hewan ini juga memiliki kemampuan reproduksi yang sangat cepat, yaitu: 96 cacing baru setiap enam bulan.

Cacing membantu meningkatkan mineral-mineral kunci untuk tanaman bisa tumbuh dengan baik. Kompos lendir cacing sendiri kaya akan nitrogen, fosfor, dan potasium. Selain itu, kompos jenis ini juga membantu tanah untuk mengikat zat kalsium, zat besi, dan zal sulfur. Ketika mati, tubuh cacing yang sudah terurai pun menjadi bahan organik yang kaya akan nitrogen.

Cacing tanah membantu menghilangkan puing-puing di permukaan tanah. Hewan ini juga membantu mengenyahkan spora jamur di kebun kita. Dengan kata lain, cacing tanah membantu menghilangkan bahan organik yang mengganggu kesuburan tanah.

Bila tanah keras karena terdapat lapisan tanah liat, cacing tanah membantu untuk menguraikannya. Lapisan keras tanah liat sendiri tebalnya bisa mencapai beberapa meter dari permukaan tanah. Akar tanaman sendiri tidak mampu untuk menembus tanah jenis ini. Cacing tanah sendiri membantu membangun lubang di lapisan ini hingga mencapai kedalaman dua meter. Upaya ini membantu akar tanaman untuk menembus permukaan tanah dan menopang tumbuhnya tanaman di atasnya.

Cacing tanah membantu terbentuknya humus pada tanah. Humus sendiri merupakan tanah berwarna coklat gelap hingga hitam. Humus membantu menyimpan nutrisi penting bagi tanaman untuk tumbuh dengan baik.

Pengaruh cacing tanah pada penyediaan hara bagi pertumbuhan seharusnya  diperhitungkan untuk menekan penggunaan pupuk. Cacing tanah mempengaruhi siklus dan perubahan dari hara di dalam tanah melalui peranannya pada sifat biologi, kimia dan fisik tanah.

Pada proses penyuburan tanah, cacing tanah mampu meningkatkan jumlah N termineralisasi yang tersedia bagi tanaman, terutama berasal dari penguraian jasad cacing tanah yang mati.Bangkai cacing tanah cepat membusuk, pada suhu 12oC hanya dalam waktu 2-3 minggu bentuk aslinya emnjadi tidak kelihatan .N yang disuplaii ke tanah dari proses pembusukan ini sekitar 3% dalam bentuk N organic sederhana yang mudah larut dan 27% dalam bentuk N organic  kompleks yang lambat terdekomposisi.

Cacing tanah mampu mengonsumsi sebagian besar bahan organic berkadar N tinggi, yang sebagian besarnya dikembalikan ke dalam tanah melalui eksresinya yang dalam 50% berupa mukoprotein melalui sel-sel kelenjar pada epidermisnya dan  50% dalam benntuk ammonium, urea, dan allantoin dari urin yang dieksresikan melalui nephridiophora.proses ini juga bergantung pada jenis cacing dan kualitas pakannya.

Kontribusi cacing tanah dalam meningkatkan serapan hara P oleh tanaman  Setaria splendida lebih tinggi dibandingkan kontribusi dari jamur mikoriza arbuskula (Sabrina et al, 2007). Bahkan kehadiran cacing tanah dapat mengurangi besar kontribusi jamur mikoriza dalam meningkatkan serapan P oleh tanaman.



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...