Loading...
Peran Cacing Sebagai Faktor Kesuburan Tanah
Cacing adalah suatu makhluk
makro yang berada dalam tanah, sebagai pengurai jasad lain, mulai dari hewan
yang mati, daun gugur, akar yang mati hingga jasad manusia yang telah tutup
usia hingga batu kapur. Cacing yang dimaksud adalah cacing tanah. Jenis cacing
ini berbeda dengan cacing yang membuat hewan atau manusia menjadi sakit.
Banyaknya cacing dalam tanah menunjukkan bahwa tanah itu sehat. Cacing tanah
memakan humus dalam tanah, dan kemudian mengubah humus itu menjadi unsur hara,
hal ini sangat baik untuk tanah.
Seringkali kita melihat hewan
yang satu ini dengan tatapan sinis dan menjijikan. Cara bergeraknya yang melata
dan tempat tinggalnya di dalam tanah membuat hewan ini tidak disukai sebagian
orang. Namun, siapa sangka dibalik penampilannya yang kurang menarik itu, hewan
ini justru banyak berkontribusi dalam kesuburan tanah.
Cacing tanah atau Earthworm
merupakan makro-organisme tanah yang hidup dalam tanah dengan sumber makanan
dari bahan organik yang ada dalam tanah. Cacing tanah membantu perombakan bahan
organik yang ada dalam tanah menjadi berbagai senyawa serta ion yang sebagian
besar berupa hara yang lebih mudah tersedia bagi tanaman. Selain itu, senyawa
dan ion tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai organisme tanah lainnya,
baik bermanfaat bagi makro-organisme tanah lainnya, maupun meso-organisme tanah
dan mikro-organisme tanah, sehingga merangsang pertumbuhan dan perkembangan
aktivitas biologis dalam sistem tanah tersebut.
Lahan pertanian yang mengandung
cacing tanah pada umumnya akan lebih subur karena tanah yang bercampur dengan
kotoran cacing tanah sudah siap untuk diserap oleh akar tanaman. Cacing tanah
yang ada di dalam tanah akan mencampurkan bahan organik pasir ataupun bahan antara
lapisan atas dan bawah. Aktivitas ini juga menyebabkan bahan organik akan
tercampur lebih merata.
Berdasarkan hasil penelitian
modern, seperti yang dilaporkan dalam publikasi Dr. Ni Luh Kartini, seorang
ahli tanah dan penemu pupuk “kascing” dari Universitas Udayana—Bali,
mengungkapkan bahwa lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya
memang lebih subur. Pasalnya, tanah yang bercampur dengan kotoran cacing
memberikan banyak manfaat bagi tanaman. Proses perubahan kondisi tanah dapat dijelaskan
secara ilmiah. Awalnya, cacing tanah membuat lubang dengan cara mendesak massa
tanah atau memakan langsung massa tanah (Minnich 1977). Setelah dicerna,
sisa-sisa bahan tersebut dilepaskan kembali sebagai buangan padat (kotoran).
Hal ini diperkuat oleh hasil studi
dari Edwards dan Lofty (1977), penulis buku yang mengupas biologi tentang
cacing tanah, “Biology of Earthworms” di New York 1977 yang menyatakan,
sebagian besar bahan tanah mineral yang dicerna cacing tanah dikembalikan ke
dalam tanah dalam bentuk nutrisi yang mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Namun,
produksi alami kotoran cacing tanah di alam bergantung pada spesies, musim, dan
kondisi populasi yang sehat.
Cacing tanah memiliki peran
penting bagi kesuburan tanah, cacing menghancurkan bahan organic sehingga
memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Menjadikan lahan subur dan penyerapan
nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah sangat bermanfaat
antara laian meningkatkan infiltrasi, memampatkan agregasi tanah, mengangkut
bahan organic ke bagian tanah yang lebih dalam meningkatkan populasi mikroba
yang menguntungkan tanaman.
Cacing tanah menghasilkan
kotoran cacing yang disebut sebagai "Kotcing". Kotcing (kotoran
cacing) mengandung ion fosfat dengan kadar yang tinggi. Ion Fosfat merupakan
salah satu ion essensial baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
maupun untuk pembelahan sel dan pembesaran serta perkembangan sel dari berbagai
organisme tanah.
Kotoran cacing tanah juga kaya
unsur hara. Aktivitas cacing tanah mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara
N, P, dan K di dalam tanah. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi
tanaman. Penelitian terhadap tanah-tanah gundul di bekas tambang di Ohio,
Amerika Serikat, menunjukkan, cacing tanah dapat meningkatkan kadar K tersedia
19% dan P tersedia 165%.
Telah banyak bukti yang
menunjukan bahwa cacing tanah merupakan makrofauna tanah yang berperan penting
sebagai penyelaras dan keberlangsungan ekosistem yang sehat, baik bagi biota tanah
lainnya maupun bagi tumbuhan,manusia,dan hewan.Aristoteles mengemukakan
pentingnya cacing tanah dalam mereklamasi tanah dan menyebutnya sebagai “usus
bumi” (Hanafiah, K.A., 2008). Demikian pula Charles Darwin yang meneliti peraan
cacing tanah dalam menghancurkan sisa organisme yang mati yang terdapat dalam
tanah, dan mempertahankan struktur, aerasi, dan kesuburan tanah yang
dituliskannya dalam buku “The Formation of Vegetable Mood through The Action
Worms.Peneliti lain seperti Hensen, Muller, dan Urguhart yang berkeyakinan
bahwa cacing tanah merupakan bagian penting dalam pembentukan tanah, bahkan
dalam dalam beberapa kasus perannya esensial dalm menentukan kesuburan tanah.
Pada tahun 1941 hasil
penelitian T.C. Puh menyatakan, bahwa karena aktivitas cacing tanah, maka N, P,
K tersedia dan bahan organik dalam tanah dapat meningkat. Unsur-unsur tersebut
merupakan unsur pokok bagi tanaman.
Selain mampu menyuburkan tanah,
lubang bekas jalan cacing tanah juga berfungsi memperbaiki aerasi dan drainase
di dalam tanah sehingga tanah menjadi gembur. Cacing tanah juga membantu
pengangkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik dan memperbaiki struktur
tanah.
Richard (1978), seorang ahli
tanah yang pernah merangkum penelitiannya dalam buku berjudul “Introduction to
the Soil Ecosystem” menyatakan, cacing tanah mampu melakukan penggalian lubang
hingga kedalaman satu meter sehingga dapat meresapkan air dalam volume yang
lebih besar, serta mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah. Dengan begitu,
selain mencegah erosi, cacing tanah juga mampu meningkatkan ketersediaan air
tanah.
Tahun 1979, Wollny juga
menyatakan bahwa cacing tanah mempengaruhi kesuburan dan produktivitas tanah.
Dengan adanya cacing tanah, kesuburan dan produkvitas tanah akan meningkat.
Selain itu cacing tanah juga dapat meningkatkan daya serap air permukaan.
Liang cacing tanah yang ditinggal dalam tanah berfungsi memperbaiki aerasi dan
drainase. Keduanya sangat penting dalam pembentukan tanah. Cacing tanah juga membantu pengangkutan
sejumlah lapisan tanah dari bahan organik. Lapisan bawah permukaan dan mencampurkan
tanah dari bahan organik dengan bahan organik. Cacing tanah juga dapat
memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah. Lubang-lubang cacing dan humus
secara langsung menjadikan tanah gembur.
Satchell (1983) melaporkan
bahwa cacing tanah mempunyai kontribusi yang penting pada struktur tanah dan
pembentukan agregat tanah. Hasil uji oleh Blanchart’s (1992) di lapangan
menunjukkan bahwa kerusakan agregat pada padang rumput di daerah tropis dapat
diatasi oleh cacing (Megascolecidae): tanah yang diinokulasi dengan cacing
tanah memiliki 12.9% makroagregat
(> 2 mm) setelah 3 bulan; dan makroagregat menjadi 31,7% setelah 6
bulan dan menjadi 60,6% setelah 30 bulan inokulasi cacing. Agregat yang
dibentuk oleh cacing memiliki stabilitas terhadap air yang lebih tinggi. Dengan
meningkatnya stabilitas agregat, bahan organik yang terkombinasi akan lebih tahan
lama di dalam tanah dan tidak didekomposisi dengan mudah. Ditambah lagi saluran/ lubang dari cacing
penuh dengan kotoran cacing baik.
Kotoran-kotoran yang diproduksi terus menerus akan memproduksi pori
nonkapiler, selanjutnya memperbaiki ventilasi dan permeabilitas, dan
memperbaiki struktur tanah.
Cacing dapat mengubah sifat
fisik dan kimia tanah, memperlancar proses mineralisasi bahan organik, dan
menstabilkan siklus hara (Parkin dan Berry, 1999). Nisbah C/N dari bahan
organik berkurang dengan cepat dengan adanya aktifitas cacing tanah (Amador et
al. 2003). Semua hal tersebut berkontribusi terhadap perubahan bentuk N
organik, P dan K yang terikat menjadi ke bentuk yang tersedia bagi tanaman dan
memperpendek masa penyediaan hara. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tanah
yang dipengaruhi oleh cacing tanah selalu memiliki bahan organik, total N,
kapasitas tukar kation (KTK), Ca, Mg, dan K yang dapat dipertukarkan, N dan P tersedia
yang lebih tinggi (Cortez et al, 2000 ; Sabrina, 2007). Hal ini disebabkan
karena aktifitas cacing tanah sangat meningkatkan konsentrasi N inorganik (terutama NH4+-N) dalam tanah. Kandungan
N mineral (NO3-N+NH4+- N), total karbon, total nitrogen, dan biomasa mikroba
meningkat pada lahan yang diinokulasi cacing tanah dan jika dilakukan
pengembalian residu tanaman gandum pada sistem rotasi tanam gandum dan padi,
hasil ini menunjukkan adanya fungsi ganda dari cacing tanah dengan peningkatan
biomassa mikroba dan peningkatan mineralisasi N organik (Li et al. 2002). Aktifitas
cacing tanah meningkatkan permeabilitas tanah dan juga memungkinkan
meningkatnya kehilangan nitrogen akibat pencucian. Walaupun inokulasi cacing
tanah pada tanah yang mengalami pengembalian bagian atas tanaman di permukaan
tanah meningkatkan pencucian nitrogen, namun kehilangan N yang berasal dari
pupuk tidak dijumpai dalam jumlah yang cukup berarti (Wang et al, 2004).
Cacing tanah dan sekresinya
kaya akan hara dan dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman. Namun jenis dan
kandungan hara yang dihasilkan bervariasi tergantung kondisi lingkungan tempat
hidupnya (Li et al. 2005). Tubuh cacing
juga merupakan sumber hara yang potensial.
Tubuh cacing dapat terdekomposisi secara sempurna hanya dalam 4 hari
saja setelah cacing itu mati dan 70% N yang berasal dari tubuh cacing akan
diserap tanaman setelah 16 hari. Cacing tanah juga melepaskan hara ke dalam
tanah dari aktifitas metabolismnya (Whalen et al. 1999). Amador et al. (2003) memperhitungkan
N organik yang lepas dari cacing tanah yang mati mencapai 21.1-38.6 ton Ha
setiap tahun. Sebagai tambahan, cacing tanah memotong sisa tanaman menjadi
ukuran yang kecil, dan selanjutnya akan didekomposisi oleh protozoa dan mikroba
tanah. Sementara itu,ada hubungan yang langsung dan tidak langsung antara
cacing tanah dan mikroba dalam siklus N
dan P di dalam tanah melalui perannya dalam mengubah jumlah, jenis dan struktur
mikroba dan meningkatkan pelepasan hasil metabolismenya.
Sisa tanaman dan bangkai
merupakan sumber bahan organic tanah yang menjadi sasaran makroba dan mikrobia
tanah, baik secara langsung oleh organisme heterotrofik tanah maupun secara
tidak langsung oleh jasad ototrofik. Kecepatan dan intensitas proses
dekomposisi bahan organik tersebut tergantung pada luas permukaan yang dapat
diserang oleh jasad dekomposernya.
Cacing makhluk yang sangat
aneh, yang disukai berupa bagian-bagian kotor, tetapi peranan cacing sangatlah
penting sekali, cacing membuat tanah menjadi sehat dan tanaman sehat juga yang
mampu menghasilkan buah yang bagus pula. Namun berhati-hatilah karena
pestisida, herbisida dan beberapa pupuk kimia akan membunuh cacing-cacing dalam
tanah.
Ketika sedang makan atau
menggali tanah, cacing tanah mencerna campuran bahan organic-anorganik di dalam
ususnya.Tipe Aneciqueik seperti L.terrestris mengonsumsi bahan organic dalam
jumlah yang besar, L.castaneus dan L.feotida yang berukuran kecil, pemakan
sampah kayu, menghasilkan kotoran yang hamper sepenuhnya adalah sampah-sampah
kayu yang telah hancur, sedangkan A.longa
dan A.caliginosa sebagian besar pemakan tanah sehingga kotorannya hanya
sedikit mengandung bahan organik.Setiap jenis cacing tanah memiliki kemampuan
memamah sampah yang berbeda-beda, contohnya L.terrestris yang memamah tanah
100-200 mg atau 10-30% bobot hidupnya/hari, sedangkan A.longa hanya mampu memamah hingga 20%.
Proses akhir dekomposisi bahan
organik disebut humifikasi, yang merupakan proses penghancuran dan pencampuran
secara kimiawi partikel-parikel bahan organic menjadi senyawa yang lebih
kompleks koloid amorf yang bergugus fenolat (humus). Hanya sekitar 25% bahan
organic mentah yang diubah menjadi humus. Proses ini dipicu oleh makrofauna
tanah seperti kutu, springtail, dan arthropoda lain, serat dipercepat oleh
lamanya bahan organic yang bercampur tanah melintasi usus cacing tanah. Tahap
akhirnya melibatkan aktivitas mikroflora dalam usus cacing tanah karena proses
kimiawi yang lebih diperani oleh mikroflora ini daripada fauna tanah.
Di kota-kota besar, sampah
merupakan salah satu masalah yang rumit. Untuk memusnahkannya membutuhkan biaya
yang sangat besar. Untuk mengatasinya, beberapa kota besar di luar negeri telah
mencoba memanfaatkan cacing tanah. Ternyata cacing tanah mempunyai kemampuan
yang cukup besar dan cukup mengagumkan untuk memusnahkan bahan organik. Dari
hasil penelitian para ahli makanan ternak, ternyata selain tepung ikan, cacing
tanah pun bisa digunakan untuk pakan ternak dan ikan. Menurut mereka, kadar
protein cacing tanah lebih tinggi dibanding dengan tepung ikan. Selain itu
kandungan asam aminonya paling lengkap, tidak berlemak, mudah dicerna dan tidak
bertulang sehingga seluruh jasadnya dipakai.
Penggolongan jenis cacing tanah:
Cacing Epigeik
adalah cacing yang hidup di atas tanah yang memiliki ciri cacing tersebut
memakan bahan organic di atas tanah, tidak membentuk liang dan warnanya gelap.
Cacing Endogeik
adalah cacing yang hidup dibawah tanah atau dasar tanah yang mana memiliki ciri
memakan mineral tanah, membuat liang dan tinggal didalamnya, warnanya merah
muda serta castinnya dibentuk didalam tanah.
Cacing Anesik
adalah cacing yang hidupnya di atas dan bawah tanah, cacing ini sangat
menyuburkan tanah karena dapat membolak balikkan tanah sehingga banyak casting
yang ditinggalkan didalam liang. Cacing ini memiliki ciri berwarna gelap pada
atas tubuhnya dan berwarna merah muda pada bagian bawah tubuhnya.
Cacing tanah membantu menjaga
kelangsungan hidup bumi secara seimbang. Cacing telah memberikan banyak
keuntungan bagi makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya. Cacing tanah dapat
memperbaiki sifat kimia tanah baik secara langsung (direct effect) maupun tidak
langsung (indirect effect).
Pengaruh Langsung
Cacing tanah dapat membantu
dalam sirkulasi unsur hara dalam tanah. Mobilitas cacing tanah dalam sistem
tanah berlangsung baik secara horizontal maupun vertikal. Mobilitas secara
vertikal menyebabkan terjadi sirkulasi unsur hara dari sisitem tanah bagian
lebih dalam ke sistem tanah bagian atas dan terjadi juga sebaliknya. Sirkulasi
unsur hara tersebut sangat menguntungkan bagi memenuhi kebutuhan unsur hara
tanaman. Tanah dengan populasi cacing tanah yang lebih banyak mempengaruhi
terhadap peningkatan ketersediaan P bagi tanaman. Selain itu juga terjadi
peningkatan pH tanah.
Cacing tanah dapat membantu
dalam proses dekomposisi bahan organik yang ada dalam tanah. Proses dekomposisi
tersebut akan dibebaskan berbagai unsur hara yang menjadi lebih tersedia bagi
tanaman.
Pengaruh Tidak Langsung
Pengaruh tidak langsung dari
cacing tanah terhadap perbaikan sifat kimia tanah, dikelompokkan dalam dua
kategori, yaitu:
-Pengaruh tidak langsung Intern
sistem tanah.
-Pengaruh tidak langsung
melalui proses tambahan diluar sistem tanah.
Pengaruh tidak langsung Intern sistem tanah merupakan perbaikan kimia tanah karena integrasi dari
berbagai perbaikan fisiko-kimia tanah, kimia-biologi tanah, dan
fisik-kimia-biologi tanah. Pengaruh Integrasi dalam intern sistem tanah
mempercepat proses perbaikan sifat tanah.
Pengaruh tidak langsung melalui proses tambahan diluar
sistem tanah merupakan pengaruh dari
penggunaan dari proses pemanfaatan cacing tanah dalam merombak bahan organik
menjadi pupuk organik yang dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Proses ini dikenal
sebagai "Vermikomposting" yaitu suatu proses pembuatan pupuk kompos
plus dengan memanfaatkan aktivitas cacing tanah. Pupuk kompos yang dihasilkan
dari proses ini disebut pupuk "Vermikompos".
Dalam dunia pengobatan
tradisional Tiongkok, cacing tanah digunakan dalam ramuan untuk menyembuhkan
berbagai penyakit, antara lain meredakan demam, untuk penderita tekanan darah
tinggi, bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi, dan juga dapat menyembuhkan
tifus. Sedangkan di negara-negara
industri maju, cacing tanah sudah dimanfaatkan dalam bidang kosmetika. Minyak
hasil ekstraksi cacing tanah dapat digunakan sebagai pelembab.
Penggunaan cacing tanah sebagai
makanan manusia pada umumnya dicampur dengan makanan lain. Di Filipina, cacing
tanah digunakan sebagai bahan untuk membuat perkedel. Di negara itu cacing
tanah sudah mulai disukai sebagai santapan yang lezat. Mungkin saja bagi anda yang belum pernah
mencoba hidangan atau pengobatan yang berasal dari cacing tanah ini, ada yang
merasa risi atau jijik. Sama halnya dengan mengkonsumsi air kencing, kecoa,
cicak, empedu binatang melata, dan sebagainya. Tapi apa salahnya apabila
mencobanya, daripada mengkonsumsi obat-obatan kimia, yang tentunya punya risiko
terhadap kerusakan/ penyakit ginjal.
Cacing tanah bersegmen mampu
menghasilkan material tanah 30 ton per hektar melalui digesti enzimatik dalam
tubuhnya, dan peruraian hewan. Bekas cacing ini memiliki nitrogen, pospor,
potassium, kalsium, magnesium, pH, pertukaran kation yang lebih tinggi
dibandingkan didalam tanah. Jumlah cacing tanah dalam lantai hutan diperkirakan
mencapai 1,5 juta-2,5 juta perhektar.
Cacing menghasilkan kompos
berlendir yang kaya akan nutrisi bagi tanah. Kompos ini berasal dari
bahan-bahan organik dan tanah yang dimakan oleh cacing, seperti: daun kering,
potongan rumput, kompos akar, dan kotoran hewan. Setiap harinya, cacing bisa
mengkonsumsi bahan-bahan organik dan tanah hingga seberat tubuhnya.
Peran cacing tanah terhadap
pertumbuhan tanaman adalah melihat cacing sebagai dekomposer. Decomposer adalah
makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati,
sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar
daerah tersebut. Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan
Lumbricus.
Ketiga jenis cacing tanah ini
menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan.
Cacing memiliki banyak kegunaan antara lain: membantu menghancurkan bahan
organic yang dapat mempengaruhi kesuburan suatu tanah, Bahan Pakan Ternak,
Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit, Bahan Baku
Kosmetik dan bahan baku makanan untuk beberapa jenis cacing yang dapat
dikonsumsi dan bermanfaat bagi manusia.
Cacing tanah membantu
menyuburkan tanah kebun kita, sehingga mampu menumbuhkan banyak sayuran segar
dan buah-buahan yang besar. Hewan ini juga memiliki kemampuan reproduksi yang
sangat cepat, yaitu: 96 cacing baru setiap enam bulan.
Cacing membantu meningkatkan
mineral-mineral kunci untuk tanaman bisa tumbuh dengan baik. Kompos lendir
cacing sendiri kaya akan nitrogen, fosfor, dan potasium. Selain itu, kompos
jenis ini juga membantu tanah untuk mengikat zat kalsium, zat besi, dan zal
sulfur. Ketika mati, tubuh cacing yang sudah terurai pun menjadi bahan organik
yang kaya akan nitrogen.
Cacing tanah membantu
menghilangkan puing-puing di permukaan tanah. Hewan ini juga membantu
mengenyahkan spora jamur di kebun kita. Dengan kata lain, cacing tanah membantu
menghilangkan bahan organik yang mengganggu kesuburan tanah.
Bila tanah keras karena
terdapat lapisan tanah liat, cacing tanah membantu untuk menguraikannya.
Lapisan keras tanah liat sendiri tebalnya bisa mencapai beberapa meter dari
permukaan tanah. Akar tanaman sendiri tidak mampu untuk menembus tanah jenis
ini. Cacing tanah sendiri membantu membangun lubang di lapisan ini hingga
mencapai kedalaman dua meter. Upaya ini membantu akar tanaman untuk menembus
permukaan tanah dan menopang tumbuhnya tanaman di atasnya.
Cacing tanah membantu
terbentuknya humus pada tanah. Humus sendiri merupakan tanah berwarna coklat
gelap hingga hitam. Humus membantu menyimpan nutrisi penting bagi tanaman untuk
tumbuh dengan baik.
Pengaruh cacing tanah pada
penyediaan hara bagi pertumbuhan seharusnya
diperhitungkan untuk menekan penggunaan pupuk. Cacing tanah mempengaruhi
siklus dan perubahan dari hara di dalam tanah melalui peranannya pada sifat biologi,
kimia dan fisik tanah.
Pada proses penyuburan tanah,
cacing tanah mampu meningkatkan jumlah N termineralisasi yang tersedia bagi
tanaman, terutama berasal dari penguraian jasad cacing tanah yang mati.Bangkai
cacing tanah cepat membusuk, pada suhu 12oC hanya dalam waktu 2-3 minggu bentuk
aslinya emnjadi tidak kelihatan .N yang disuplaii ke tanah dari proses
pembusukan ini sekitar 3% dalam bentuk N organic sederhana yang mudah larut dan
27% dalam bentuk N organic kompleks yang
lambat terdekomposisi.
Cacing tanah mampu mengonsumsi
sebagian besar bahan organic berkadar N tinggi, yang sebagian besarnya
dikembalikan ke dalam tanah melalui eksresinya yang dalam 50% berupa
mukoprotein melalui sel-sel kelenjar pada epidermisnya dan 50% dalam benntuk ammonium, urea, dan allantoin
dari urin yang dieksresikan melalui nephridiophora.proses ini juga bergantung
pada jenis cacing dan kualitas pakannya.
Kontribusi cacing tanah dalam meningkatkan
serapan hara P oleh tanaman Setaria
splendida lebih tinggi dibandingkan kontribusi dari jamur mikoriza arbuskula
(Sabrina et al, 2007). Bahkan kehadiran cacing tanah dapat mengurangi besar
kontribusi jamur mikoriza dalam meningkatkan serapan P oleh tanaman.
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
loading...