Monday, 5 August 2019

Mengungkap Sejarah Perkembangan Parfum Dunia


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...

Mengungkap Sejarah Perkembangan Parfum Dunia

Parfum atau minyak wangi adalah salah satu aksesoris sehari-hari yang cukup penting. Parfum digunakan pada beragam objek keseharian seperti pakaian, ruangan, mobil dan terutama tubuh untuk menghilangkan bau badan. Dalam definisi umumnya, parfum adalah suatu campuran atau ramuan cair yang menghasilkan aroma wangi yang terdiri dari beragam minyak aroma, material wewangian hingga bahan kimia.

Parfum merupakan benda yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia. Apalagi saat ini aroma parfum yang ditawarkan sudah semakin beragam, baik yang dikhususkan untuk pria, wanita, atau unisex. Dan tidak jarang, aroma parfum bisa menjadi sebuah pick up line andalan seorang pria ketika ingin berkenalan dengan wanita.

Dunia wewangian dapat membawa kita mengembara dan juga menceritakan kisah kita. Ada begitu banyak fakta menarik tentang wewangian yang belum terungkap. Ada Berbagai teori bermunculan tentang asal-muasal parfum, tetapi yang paling umum Mesopotamia, Persia, dan Mesir sama-sama disebutkan sebagai pencipta parfum pertama di dunia. Sekitar 2005 silam para arkeolog melakukan penggalian di sebuah situs di daerah Siprus, 120 km sebelah barat Suriah dan menemukan artefak parfum tertua yang umurnya 4000 tahun. Namun tidak ada catatan resmi mengenai sejarah awal wewangian dari negara ini. Tokoh pembuat parfum pertama yang tercatat adalah seorang kimiawan perempuan bernama Tapputi, nama wanita ini muncul pada sebuah prasasti kuno sebagai seorang peramu parfum di Mesopotamia sekitar 2000 SM. Legenda perfumer Tapputi tercatat dalam tulisan paku pada tablet dari tahun 2000 SM di Mesopotamia. Epic Gilgamesh bercerita tentang raja legendaris Ur di Mesopotamia (modern Irak) membakar dupa dari getah kayu cedar dan mur untuk menempatkan para dewa dan dewi dalam suasana hati yang menyenangkan. Sebuah tablet dari Babilonia juga berisi perintah impor untuk cedar, mur dan cemara; sebagai bahan resep untuk salep wangi dan obat herbal. Esensi aromatik asli yang digunakan dalam wewangian berupa bumbu dan rempah- rempah; bunga baru digunakan sebagai bahan pembuat wewangian setelah jauh hari kemudian.


Perfumer Taputti menyuling sari bunga dan ramuan lain hingga menghasilkan minyak beraroma wangi. Ia menciptakan wewangian pertama dengan mur, minyak dan bunga di Babylonian Mesopotamia. Dan, Di Mesir, hampir 4000 tahun yang lalu, orang-orang menggunakan wewangian untuk beragam kebutuhan, mulai dari upacara keagamaan hingga persiapan pemakaman, dan bahkan pakaian sehari-hari. Aroma tersebut dikembangkan dalam kolaborasi dengan kosmetik pertama. Namun saat itu, parfum tidak dibuat untuk menarik lawan jenis, mereka dibuat untuk menarik niat baik dari para dewa.


Dari 7000-4000 SM, minyak lemak zaitun dan wijen diduga telah digabungkan dengan tanaman harum untuk menciptakan salep aromatik. Sejarah kuno parfum masih banyak yang diselimuti misteri. Parfum merupakan bagian penting dari kehidupan di zaman kuno yang tercermin dari bukti arkeologis. Wewangian telah digunakan selama ribuan tahun dalam upacara keagamaan, meditasi, praktek penyembuhan dan kosmetik.

Bukti arkeologi juga menunjukkan penghuni awal benua India telah mampu mengekstraksi dan melakukan penyulingan tanaman berharga untuk minyak aromatik. Indikasi awal dari kegiatan ini tersedia dari temuan guci parfum dan wadah terakota dari peradaban Lembah Indus, di mana pekerjaan arkeologi telah mengungkapkan temuan wadah tembaga bulat, digunakan untuk proses distilasi yang berusia setidaknya lima ribu tahun, wadah ini disebut degs. Setelah musim bunga, pengrajin tradisional, membuat parfum (ittar) dengan degs mereka. Ekspedisi arkeologi modern di tahun 1975 ke Lembah Indus (yang membentang dari Pakistan modern), Dr. Paolo Rovesti, fakta ditemukannya peralatan laboratorium terra- cotta yang tidak biasa, ditampilkan bersama dengan wadah parfum gerabah (terra- cotta), sekarang tersimpan di museum Taxila. Kemudian wadah dari desain yang sama, dari sekitar tahun 2000 SM, ditemukan di Afghanistan. Tulisan paku dari tablet Mesopotamia abad ke-13 ke abad ke-12 SM menggambarkan wadah rumit berbentuk telur yang mengandung kumparan, fungsi mereka tidak diketahui, tetapi mereka cukup mirip dengan itriz Arab yang banyak digunakan di era kemudian dalam sejarah untuk proses distilasi.


Orang Mesir adalah orang yang sangat spiritual. Itu sebabnya mereka mengambil seni parfum dengan begitu serius, mereka berpikir bahwa para dewa tersenyum pada mereka jika mereka merasa baik, dan jika mereka dikelilingi oleh bau-bau tersebut. Bahkan, mereka mengambil ide dengan adanya prosesi kematian mereka, banyak parfum kontainer dimakamkan di kuburan massal. Parfum juga digunakan dalam acara pembalseman, mitologi yang hadir tentang parfum semakin banyak parfum yang digunakan semakin besar kemungkinan akan pergi ke surga. Para penganut animisme dan pemeluk berbagai kepercayaan kuno lainnya, sudah biasa menyajikan korban persembahan kepada para dewa melalui pembakaran. Ini dapat dimengerti karena para dewa yang tidak berwujud, tentu lebih mudah menerima korban persembahan dalam bentuknya yang tidak berwujud pula. Melalui pembakaran, korban persembahan akan berubah menjadi asap. Dan melalui asap itulah, persembahan dapat langsung melambung tinggi menuju sasaran.

Peradaban Mesir semakin maju dalam memanfaatkan wewangian. Sekitar abad 3.000 SM, mereka menggunakan tanaman untuk obat, terapi pijat, pengawetan makanan dan mumifikasi (Damian, 1995:4). Wewangian juga digunakan sebagai parfum pribadi, kosmetik dan ritual keagamaan dalam bentuk dupa. Wewangian sangat penting dalam acara kegiatan orang Mesir, laki- laki maupun perempuan akan memakai wadah minyak wangi berbentuk kerucut di topi kepala mereka, yang secara perlahan akan mengalirkan minyak wangi sepanjang upacara, melindungi kepala dan tubuh mereka dari bau badan (Davis, 1995:2).

Menurut Thariq Yahya, pengelola "Mody Khattab", jejak sejarah parfum dapat ditelusuri semenjak ribuan tahun silam. "Acapkali sebagai aromatik, kemenyan maupun mur, dihasilkan dari pohon. Sampai sekarang kami tetap mempertahankan pembuatan parfum dari bahan-bahan herbal bukan alkohol," ujarnya. Thariq Yahya menjelaskan bahwa usaha parfum miliknya telah dikelola secara turun-temurun sejak 300 tahun lalu. "Hampir semua usaha rumahan pembuatan parfum di Kairo ini berasal dari usaha turun-temurun sejak ratusan tahun lalu," katanya saat menerima jemaah ziarah Jejak-jejak Rasul (JJR) Khalifah Tour dan Amoures.

Parfum pertama kali diproduksi dalam jumlah besar di dinasti kedelapan belas Mesir (Foster, 1966: 11). Industri ini ditangani para imam pendeta, yang terus memproduksi di belakang kuil mereka (Donato dan Seefried, 1980: 9). Pada 3000 SM, ketika orang Mesir sedang belajar menulis dan membuat batu bata, mereka sudah mengimpor dalam jumlah besar bahan-bahan pembuat parfum. Item awal perdagangan berupa rempah-rempah, gum, damar dan tanaman harum lainnya, sebagian besar diadakan untuk tujuan keagamaan.

Nusantara juga mengambil peranan penting dalam bahan pembuatan parfum. Karena merupakan negeri yang sangat kaya akan bahan baku wewangian dan memiliki khasanah tradisi aromatik yang beragam. Menurut catatan sejarah, salah satu perdagangan rempah yang paling tersohor dimasa lalu adalah kayu manis (Cinnamomum verum). Kayu manis menjadi primadona lantaran aromanya yang kuat, manis dan pedas. Kayu manis juga merupakan salah satu bumbu makanan tertua yang digunakan manusia sebagai bahan pembuat wewangian / aromatik. Kayu manis sudah digunakan di Mesir Kuno pada sekitar tahun 3000 SM, dan disebutkan beberapa kali di dalam kitab Perjanjian Lama.

Kayu manis bahan baku parfum dari Nusantara.

Terdapat tiga jenis utama kayu manis di Mediterania: daun kayu manis atau malabathrum, kulit kayu manis yang disebut cassia, dan kulit kayu yang lebih lembut serta kuncup bunga yang bagi bangsa Romawi merupakan cinnamon yang sesungguhnya.

Selama masa pemerintahan firaun Mesir Khufu, pembangun Piramida Besar (2700 SM), naskah papirus mencatat penggunaan herbal wangi, minyak pilihan, parfum dan dupa candi, serta menceritakan penyembuhan salep yang terbuat dari getah tumbuhan harum. Bangsa  Mesir Kuno memang memiliki kesenangan terhadap wewangian. Wewangian parfum diyakini memiliki semacam kekuatan dalam pemurnian dari kematian atau penyakit dan untuk membersihkan najis (Donato dan Seefried, 1980: 9). Mereka mengaitkan wewangian mereka dengan para dewa dan diyakini memiliki efek positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan. Parfum pada saat itu pada umumnya digunakan dalam bentuk salep berbasis minyak. Dan, terdapat banyak ramuan serta penggambaran persiapan parfum di kuil-kuil di seluruh Mesir. Dewi parfum Nefertum juga merupakan dewa penyembuhan yang dikisahkan telah meringankan penderitaan dewa matahari Ra dengan karangan bunga seroja. Dia bisa digambarkan sebagai aromaterapis pertama di dunia. Mumi Mesir dibalsem melalui proses yang panjang menggunakan herbal aromatik dan minyak. (Foster, 1966: 11). Aroma Mesir paling terkenal, kyphi (berarti "selamat datang kepada para dewa"), Kota Matahari, Heliopolis, membakar resin di pagi hari, mur pada siang hari dan kyphi saat matahari terbenam untuk dewa matahari Ra. Aroma Kyphi selain digunakan untuk ritual agama, juga digunakan sebagai obat tidur, mengurangi kecemasan, meningkatkan mimpi, menghilangkan duka, mengobati asma dan bertindak sebagai penangkal umum untuk racun.

Dengan berkembangnya rasa estetika, manusia juga mulai berusaha agar asap persembahan juga berbau harum. Hal itu dirasakkan akan lebih sesuai dengan kedudukan para dewa pujaannya. Maka bahan bakar dari kayu-kayuan dan bunga-bungaan yang menimbulkan aroma harum, mulai banyak digunakan. Mungkin pada saat yang sama itu pula, mulai dilakukan usaha secara sadar untuk membuat parfum.

Selama bertahun-tahun, penggunaan parfum terbatas pada imam yang melakukan upacara keagamaan, dan juga untuk orang yang sangat kaya. Mereka yang cukup kaya dan berpengaruh cukup untuk memiliki parfum, mulai mengajaknya untuk alasan yang lebih pribadi. Konsisten dengan ide menjadi spiritual yang bersih, untuk dapat menyenangkan para dewa, bahkan adanya keinginan untuk memenuhi udara dengan parfum. Hal tersebut menyebabkan adanya praktek perendaman kayu harum dan resin dalam air dan minyak, serta menerapkan cairan gosok di seluruh tubuh. Praktek tersebut pun terus berlanjut, hingga para imam menyerah pada cengkeramannya terhadap parfum berharga, untuk memberi orang lain hak menggunakannya. Dalam upaya untuk menciptakan masyarakat yang bersih sempurna, orang-orang diperintahkan untuk menggunakan parfum sendiri setidaknya sekali seminggu.

Di Mesir purba, pembuatan parfum ditangani para pendeta istana pharaoh yang juga bertugas selaku dokter raja. Dalam usaha menemukan ramuan obat-obatan pengawet mumi raja, para pendeta berhasil membuat parfum. Parfum digunakan untuk membasahi kain pembalut mumi.

Pembuatan parfum diturunkan selama berabad-abad. Hingga, kemudian sekitar abad ke-16 sampai abad ke-11 SM, para perempuan Mesir menggunakan parfum untuk perlengkapan mandi dan bahan campuran kosmetik.

Tercatat parfum yang sangat berharga dari dunia kuno berasal dari Mesir. Jenis parfum Mesir yang paling populer adalah Susinum (parfum berdasarkan bunga lily, mur, kayu manis), Cyprinum (berdasarkan henna, kapulaga, kayu manis, mur dan southernwood) dan Mendesia (mur dan cassia dengan berbagai macam gum dan resin). Mendesia berasal dari kota kuno Mendes. Parfum tersebut sangat terkenal kala itu. Sehingga meskipun parfum juga diproduksi dari daerah lain, Mendesia masih dianggap sebagai parfum yang terbaik. Pengaruh tradisi parfum dari Mesir kuno berlanjut sampai pada peradaban Romawi dan Yunani kuno. Penggunaan aromatik juga tersebar ke seluruh kebudayaan kuno lainnya, seperti Iran kuno dan Cina kuno, meskipun kebudayaan Cina kebanyakan menggunakan aroma dalam bentuk dupa bukan parfum yang dikenakan.

Herodotus (484-424 sebelum Masehi), menyebut orang Arab memelintir asal-usul kayu manis sebagai komoditas yang tumbuh di antara batu cadas berkapur di Etiopia dan rawa-rawa di Sudan. Tujuannya adalah untuk mengelabui orang-orang yang mencari sumber kayu manis. Hal itu menunjukkan betapa berharganya kayu manis sebagai bahan parfum di kala itu. Memang, kayu manis menjadi unsur penting dalam upacara kerajaan di Mesir. Dalam teks Exilic Hebrew yang  ditulis  pada abad ke-7 sebelum Masehi dan teks Theophrastus  (372-288 sebelum Masehi), kayu manis dijuluki sebagai “Bapak Tanaman”  karena menjadi bahan utama pewangi atau campuran wewangian.

Mesir adalah bangsa yang terkemuka di dunia dalam penciptaan parfum dan dikaitkan erat dengan perdagangan parfum internasional. Ketika Julius Caesar menaklukkan Mesir, ia menunjukkan fakta ini kepada orang-orang Romawi dengan membagikan botol parfum berharga kepada masyarakat selama kembali dari kemenangannya ke Roma. Bangsa Romawi juga merupakan penikmat besar parfum. Para Gladiator sebelum kontes diceritakan telah dioleskan salep atau lotion beraroma ke tubuh mereka.

Langkah logis berikutnya untuk ini adalah untuk orang-orang untuk mulai menggunakan parfum di kamar mandi mereka. Ide mandi mewah dari Yunani dan Romawi datang ke Mesir. Mereka berenang dengan antusias. Minyak telah membantu untuk melindungi kulit mereka dari pengeringan akibat cuaca panas. Dan, hal ini juga awal adanya krim dan salep untuk pelembab.

Jejak peradaban kuno yang berkenaan dengan tradisi pembuatan parfum pada bangsa Mesir, Yunani dan Romawi dapat ditemukan pada gambar-gambar dan beberapa artefak kuno. Artefak-artefak tersebut secara visual dapat dibaca dengan menggunakan bahasarupa, menceritakan bahwa tradisi parfum telah berkembang dalam peradaban bangsa-bangsa kuno tersebut.

Relief pembuatan parfum bunga lily mesir kuno

Parfum dan wewangian dapat ditelusuri ke beberapa budaya kuno, terutama untuk peradaban Mesir kuno. Bahkan, Mesir terkait parfum mereka dengan dewa. Wewangian dianggap sebagai keringat dewa matahari Ra. Tutankhamun menuangkan minyak parfum ke tangan tunggu ratunya Ankhesena-mun, seperti yang ditunjukkan pada relief emas dari kuil Nekhbet.

Tutankhamun menuangkan parfum pada permaisurinya

Perempuan Etruria sangat mengagungkan dewi cinta Lassa, yang mana parfum adalah bagian dari penghormatannya. Oleh karena itu perempuan bangsa Etruscan tidak pernah lepas dari parfum. Dewi Lassa digambarkan sebagai perempuan bersayap, telanjang, membawa sebotol parfum. Dia diukir pada gagang cermin terbuat dari perunggu. Bahkan ketika perempuan Etruscan mati, cermin bergagang dewi Lassa turut dikuburkan dengannya untuk menemani mereka ke alam baka.

Selama abad ke 6 SM perdagangan parfum sangat penting, kemungkinan pengadaannya telah diimpor, tetapi botol kemasannya dibuat di pulau Rhodes, Yunani, dalam berbagai bahan dan bentuk. Berbagai macam bentuk botol parfum dibuat baik dalam sosok manusia dan kepala serta berbagai macam hewan. Pengrajin lokal mengembangkan gaya natural botol parfum ini dalam bentuk seorang pria gemuk dalam posisi sedikit jongkok, dengan tangan memegang perutnya. Gaya yang sedikit humoris karikatural sosok pria gendut memancing perhatian dan membuat senang memandang maupun mengkoleksinya bagi pembeli parfum dari kalangan laki-laki.

Fat Man Perfume Bottle.

Botol parfum kuno dengan bentuk pria gendut berpose lucu memegang perutnya yang buncit,  berpose sedikit jongkok, berasal dari Kameiros di pulau Rhodes, Yunani, pembuatannya sekitar 520 SM. Rhodes adalah sebuah pulau Yunani yang relatif besar dan makmur di zaman kuno karena memiliki posisi strategis secara geografis. Pulau tersebut terletak dekat dengan laut Asia Kecil, yang memberi peluang penduduk untuk kontak dan perdagangan.

Terracotta aryballos (perfume bottle) in the shape of a woman’s head

Terdapat juga botol parfum yunani kuno dengan penggambaran seorang wanita sedang menyunggi vase. Fungsi vase yang diatas sebagai mulut tuang cairan parfum. Wadah parfum yang mencerminkan gender penggunanya, yaitu wanita.

In the shape of a Warior Helm and In the form of a boot.

Terakota aroma-botol dalam bentuk kepala seorang prajurit, Yunani, sekitar 600-550 SM, berasal dari Kamiros, Rhodes, Aegean Sea. Pembuatan jumlah besar botol parfum kecil dilakukan di Pulau Rhodes antara sekitar 600 dan 540 SM. Bentuk kepala helm adalah salah satu bentuk yang paling populer disamping bentuk patung perempuan dan kaki berspatu tentara. Sejumlah besar botol ini telah ditemukan di Rhodes, tetapi banyak yang diekspor jauh sampai Italia dan Sisilia. Botol biasanya dibuat dalam dua cetakan, bagian depan dan belakang, dengan mulut botol yang dibuat secara terpisah. Mereka dihiasi dengan tanah liat encer yang warnanya berbeda, dibubuhkan  sebelum pembakaran, menghasilkan warna yang sangat baik dan awet.

A woman holding a dove.

Pada era ini, telah dibuat pula botol parfum yang terbuat dari tembikar. Bagian atas berupa bentuk kepala, badan dan lengan dari seorang wanita, di dadanya ia memegang burung merpati. Bentuk botol parfum menunjukkan bahwa perempuan adalah pengguna utamanya. Botol kemasan cantik yang digunakan juga sebagai buah tangan (sovenir) bagi wanita. Botol ini juga digunakan sebagai persembahan dalam upacara penguburan.

The Macmillan aryballos.

Botol parfum dihiasi gambar prajurit bertameng dan penunggang kuda juga telah dibuat di era 6 – 5 SM. Para prajurit tampak berada dalam pertempuran, menyodorkan tombak mereka, berdesak-desakan dalam formasi atau sebagian ada yang jatuh ke tanah. Setiap prajurit dipersenjatai dengan helm berbulu, tombak dan perisai. Beberapa senjata tampak bernoda darah. Bagian atas botol berbentuk kepala singa, mulutnya terbuka untuk menampilkan deretan gigi yang menakutkan dan lidah merah. Botol parfum ini berisi parfum cair. Bagian mulut singa tersebut merupakan bagian yang berfungsi megisi dan menuangkan cairan parfum. Bentuk dan hiasan botol parfum tersebut menunjukkan digunakan untuk laki-laki dengan semangat juang yang digelorakan.

Ditemukan pula peninggalan botol parfum firaun yang menyampaikan simbolisme bahwa Dewi Nil akan memberikan perlindungan kepada raja dan ratu (yang namanya tertulis di vas) dengan kandungan isinya. Mengapit botol dua orang dewi keduanya bernama Hapi, yang mempersonifikasikan Nil dan kesuburannya. Mereka dibedakan dengan mahkota bunga lily dan papirus di kepala mereka. Mereka adalah Hapi Mesir Hulu dan Hapi Mesir Hilir. Dua wilayah dari kerajaan dan selanjutnya dilambangkan dengan bunga lily dan batang papirus. Keduanya diikatkan ke leher vas dan dipegang oleh dua Hapi. Masing-masing juga memegang kolom yang merupakan batang papyrus dan batang bunga lily, diatasnya kepala ular kobra bermahkota Hulu dan Hilir Mesir. Dalam panel kerawang dudukan bawah vas adalah figur elang dengan cakram surya dipasang dengan tanda hieroglif untuk "emas". Figur elang melindungi dengan mengembangkan sayapnya dengan kartu bertuliskan nama-nama raja dan diapit oleh tongkat kekuasaan yang melambangkan "kekuasaan".

Botol parfum Tutankhamun.

Wadah salep aromatik juga ditemukan dalam bentuk rusa Ibex anggun. Bertuliskan huruf   hieroglip “Firaun” namun tidak terdapat tulisan bermakna mantra magis. Wadah tersebut tidak ada hubunganya dengan ritual pemujaan terhadap dewa. Salah satu barang pribadi kepunyaan Tutankhamun berupa wadah salep aromatik tersebut memiliki desain yang menarik untuk mencerminkan selera lugas seorang remaja yang menyukai permainan berburu. Hal ini merupakan karakter khas untuk anak laki-laki seusianya.

Botol parfum berhias putri raja.

Ditemukan pula botol parfum kuno yang menyerupai bentuk vase wadah air dengan dudukan panjang pada baian bawahnya. Pada badan botol terdapat hiasan timbul yang menempel. Hiasan botol berbentuk seorang anak perempuan berambut panjang, berdiri diatas bunga teratai berwarna biru. Posisi gambar putri sedang menyambut datangnya hari yang cerah. Dalam kepercayaan mesir, gambar gadis dan bunga merupakan simbol yang bermakna kelahiran kembali dan peremajaan.

Botol parfum berbentuk induk kera menggendong anak.

Botol parfum yang indah berbentuk kera sedang mendekap anaknya juga dibuat pada era pertumbuhan parfum kuno. Perwujudan tersebut melambangkan kesuburan, serta menggambarkan hubungan erat antara ibu dan anak. Botol yang bertuliskan huruf hieroglif yang mereferensikan raja. Botol tersebut berisikan cairan parfum untuk diberikan kepada putri-putri raja.

Pada abad ke 1 SM, Pliny the Elder, seorang sejarawan Romawi, pernah menulis tentang pelaut yang datang ke Afrika dari lautan Timur demi memenuhi selera lidah. Mereka menggunakan rakit atau perahu sederhana dengan dua cadik yang bermuatan kayu manis dan bumbu-bumbu lain. Selain dari Pliny, catatan arkeologis mesir kuno pun turut merekam bukti sejarah tentang para pelaut dari lautan timur. Catatan itu bisa ditemukan di galeri Mesir, tembok kuil Deir el- Bahri, Royal Ontario Museum, Amerika Serikat. Di galeri tersebut terdapat lukisan yang menggambarkan ekspedisi kapal besar yang diprakarsai Ratu Hatshepsut, pemegang kekuasaan Mesir dari 1503 hingga 1482 SM. Di bawah lukisannya tertera huruf hieroglif yang menjelaskan kapal itu membawa berbagai jenis tanaman dan bahan wewangian untuk pemujaan, antara lain kayu  manis. Para pelaut itu berasal dari Timur dan mengarungi lautan untuk berdagang rempah- rempah ke Mesir dengan perahu tradisional.

Relief Ekspedisi kapal besar Ratu Hatshepsut untuk mencari rempah-rempah, ke Nusantara.

Tanah Punt adalah mitra dagang Mesir, dikenal memproduksi dan mengekspor emas, dupa, resin aromatik, kayu manis, kayu eboni, gading dan binatang. Daerah ini diketahui dari catatan ekspedisi perdagangan Mesir kuno. Orang Mesir terus berhubungan dagang dengan masyarakat Punt, sebagaimana tercatat dalam sejarah mereka dari Dinasti ke-4 sampai ke-26 (abad ke-27 – ke-6 SM). Ekspedisi Mesir ke Tanah Punt merupakan catatan sejarah yang paling terkenal, dan sebagian besar informasinya diperoleh dari ekspedisi yang dilakukan oleh Dinasti ke-18, yaitu Ratu Hatshepsut (1473 – 1458 SM) dan tercatat secara terinci dalam relief pada dinding kuil penyimpanan mayat di Deir El-Bahari, Mesir. Relief di Deir el-Bahari jelas sangat penting karena menunjukkan secara terinci perihal flora, fauna dan penduduk Tanah Punt. Suasananya tidak saja menggambarkan barang-barang yang diperdagangkan oleh penduduk Tanah Punt dengan Mesir, tetapi juga beberapa fauna dan flora di Tanah Punt. Barang yang diperdagangkan dapat disebut sebagai barang mewah, antara lain yang utama adalah kemenyan (ảnti), yang digunakan secara luas di Mesir dalam ritual pemujaan keagamaan. Barang-barang lainnya antara lain kayu eboni, gading, emas/elektrum, kayu manis, kayu khesit, balsem, getah kering, cangkang kura-kura dan senjata. Faunanya digambarkan meliputi spesies yang beragam seperti sapi bertanduk pendek, beruk, badak bercula satu, monyet, anjing, macan tutul, dan berbagai macam satwa laut. Floranya di identifikasi sebagai pohon pinang, pohon eboni, pohon kemenyan dan pohon kayu manis. Rumah-rumahnya berbentuk panggung yang dilengkapi dengan tangga, semuanya dibuat serupa.

Ilustrasi dinding di ruang tengah Deir el-Bahari (Djeser-Djeseru) yang dibuat oleh Johannes Deumichen (1869), Auguste Mariette (1877), dan Eduard Naville (1898).

Bukti arkeologi sejauh ini agak jarang sehingga siapa pun tidak akan pernah bisa menentukan lokasi Tanah Punt dengan pasti, kecuali ditemukan bukti- bukti lain yang lebih kuat. Satu hal yang dapat dilakukan hanyalah membuat sebuah hipotesis tentang lokasinya dengan tingkat probabilitas yang wajar, dan dengan mengumpulkan bukti-bukti untuk membentuk sebuah rangkaian karakteristik yang dapat diamati (mirip dengan “fenotip” dalam biologi). Bukti- buktinya harus jelas sehingga dapat dengan kuat atau paling mungkin untuk mewakili fenotipnya. Bukti- bukti yang ditemukan antara lain :


Semakin banyak rangkaian buktinya dalam fenotip, semakin tinggi kekuatan hipotesisnya. Dari rangkaian bukti yang menandakan kesesuaian ciri Tanah Punt dengan kondisi geografis, flora, fauna, dan budaya dari Kepulauan Nusantara (Sumatra, Indonesia).

Kembali pada catatan Pliny (23/24-79  SM), meski dia sendiri menyebutkan daerah itu adalah “Etiopia”, namun, dia juga mengatakan bahwa orang Etiopia pun membeli dari tempat lain. Lagi pula tak satu pun dari cassia, kayu manis murni, atau tanaman-tanaman lain yang serupa, pernah tumbuh di Arab, Etiopia, Somalia, atau India. Kayu berkulit manis itu hanya dapat di temukan tumbuh secara liar di Asia Tenggara dan beberapa pulau di Indonesia. James Innes Miller menulis, kayu manis mula-mula tumbuh di Asia Tenggara, di timur Himalaya, dan utara Vietnam. Dari tempat-tempat tersebut, orang Cina Selatan menanam dan mengembangkan tanaman yang disebutnya gui itu di negerinya. Dari Cina Selatan, gui menyebar ke Jawa dan seluruh Indonesia dan mendapatkan tempat tumbuh yang subur, terutama di Maluku. Dari tulisannya diketahui bahwa bentuk perahu-perahu itu datar seperti rakit. Rakit tersebut sejenis perahu kano multi-bagian yang memiliki platform seperti kano yang digunakan untuk menjelajah Samudra Pasifik. Gambaran rakit itu mengingatkan kita pada gambaran kapal di Borobudur. Memang, perahu dengan jenis seperti itu sangat sederhana untuk  melakukan pelayaran jarak jauh. Dibanding dengan perahu-perahu di Laut merah, sungguh berbeda sekali, bahkan perahu itu tidak punya dayung dan hanya mengandalkan layar serta cadik. Sebab itu, Pliny yang tergugah oleh keberanian para pelaut itu menuliskan bahwa perahu tersebut digerakkan oleh “semangat dan keberanian” para pelautnya.


Dengan bahan baku wewangian yang melimpah dan mudah ditemukan di daerah disekitarnya, maka masyarakat Nusantara langsung mengolah sendiri bahan baku wewangian. Berbeda dengan tradisi wewangian bangsa mesir kuno dan yunani kuno, yang wewangiannya sudah di ekstrak menjadi cairan parfum dan disimpa dalam botol-botol parfum. Teknik aromatik masyarakat nusantara dikenal dilakukan dengan beberapa cara ; wewangian dengan pengasapan, wewangian dengan penguapan, wewangian dengan peluluran atau boreh, wewangian dengan minum jamu, serta wewangian dengan mandi bunga.

Teknik aromatik nusantara di berbagai daerah memiliki istilah dan cara yang berbeda. Nusantara sangat kaya dengan tradisi wewangian. Dikenal istilah “Ngukus” merupakan kata kerja dari kata “kukus”, yang mempunyai asal makna  “mengepul”, “berasap”, ataupun “mengeluarkan asap”. Dalam budaya Sunda, “Ngukus”  bermakna “aktivitas membakar menyan (kemenyan) yang menyertai ritual tertentu”. Ada beberapa fungsi ngukus (membakar kemenyan) dalam pelaksanaan ritus atau ritual. Pertama, untuk mengharumkan ruangan. Pada zamannya “ngukus” dimaksudkan untuk mengharumkan ruangan, serupa dengan fungsi “dupa” atau minyak wangi. Sebagian menyebutkan bahwa “kukus” juga dapat mengusir nyamuk. Kedua, meningkatkan konsentrasi ketika melakukan semedi (mujasmedi) atau “bertapa”.

Tradisi Aromatik Nusantara dengan pengasapan.

Betawi punya ritual perawatan yang disebut ‘’pelihare pengantin’’ untuk calon pengantin wanita sebelum hari pernikahan. Rangkaian ritual akan dipandu seorang ‘juru piare pengantin’. Calon pengantin wanita duduk di kursi yang berlubang dan di bawah kursi diletakan pedupaan yang mengepulkan asap setanggi atau kayu gaharu dan rebusan rempah-rempah wangi. Tujuannya agar calon pengantin bersih dan harum. Prosesi yang biasa disebut tangas ini berlangsung sekitar 30 menit sampai berkeringat. Kemudian calon pengantin dimandikan dengan air kembang untuk menghilangkan keringat dan kembali segar.

“Kemenyan” berasal dari “getah” kering yang berasal dari pohon kemenyan, yang keluar dengan sendirinya atau senagaja ditoreh serupa dengan cara mengambil getah karet. Terdapat beberapa jenis kemenyan yang masing- masing memiliki kadar wangi yang berbeda-beda, sangat tergantung pada kualitasnya. Kemenyan yang bagus, pada masanya, mempunyai harga sebanding dengan emas. Pada sisi lainnya, kepemilikan kemenyan dapat menunjukkan status sosial pemiliknya ; yakni jika ia memiliki kemenyan yang berkualitas tinggi, berarti ia adalah orang kaya; demikian sebaliknya. Pada jamannya, kemenyan menunjukkan komoditas yang mampu menggerakkan roda ekonomi.

Tadisi perawatan bagi calon pengantin wanita dari Makassar dan Bugis biasanya berlangsung tiga malam berturut-turut sebelum hari pernikahan. Diawali dengan mappasau atau mandi uap. Uap yang dipakai dalam ritual ini berasal dari rebusan rempah-rempah yang dalam Bahasa Bugis disebut rampah patappulo. Rempah-rempah tersebut dimasak hingga keluar uap untuk ‘memandikan’ calon pengantin. Uap rebusan rempah bermanfaat mengharumkan kulit tubuh. Kegiatan mappasau dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut.

Tradisi mandi uap wangi rempah-rempah.

Salah satu ritual cantik khas Kalimatan Selatan yang lestari hingga kini dalah mandi uap Batimung. Proses mandi uap ini diperuntukkan bagi perempuan sebelum upacara pernikahan. Sebelum melakukan batimung atau mandi uap, terlebih dahulu dilakukan prosesi lulur dari bedak wadak yang sering juga disebut sebagai mangir wangi. Mangir wangi terbuat dari beras kencur ditambah dengan bahan alami lainnya yang mengandung wangi-wangian. Kemudian, calon pengantin atau yang akan melakukan proses batimung diselimuti kain tebal. Bahan campuran seperti beras, kencur, kayu manis, limau, pandan, akar wangi, dan daun jeruk direbus, lalu uapnya diurapkan ke seluruh tubuh yang berselimut kain hingga uap ramuan habis.

Palembang memiliki  sejumlah ritual khusus bagi calon pengantin, salah satunya adalah betangas. Perawatan berlangsung 2 atau 3 hari menjelang pernikahan, calon pengantin akan menikmati mandi uap selama 30-45 menit dengan keharuman aroma rempah-rempah tradisional. Keharuman uap berasal dari rebusan air yang telah dicampur dengan rempah daun serai wangi, daun pandan, akar wangi, daun nilam, cengkih, kayu manis, dan rempah-rempah khas berbau harum lainnya. Perawatan mandi uap secara tradisional ini berkhasiat mengatasi rasa lelah dan menghilangkan bau badan, sehingga tubuh calon mempelai beraroma wangi dan segar alami.

Metode Lulur Kuning yang dioleskan ke kulit mengandung bahan dasar pandan wangi, sari tepung beras, kunyit, dan temu giring. Lulur kuning berasal dari Pulau jawa dan biasa digunakan sebagai  perawatan untuk mempertahankan kehalusan dan kecantikan kulit. Cara pemakaiannya, campur bahan dasar dan rempah-rempah hingga halus. Setelah itu, dibalurkan ke seluruh bagian tubuh sambil digosok-gosokkan. Di diamkan selama 30 menit hingga lulur kuning meresap ke seluruh kulit, lalu dibilas menggunakan air hangat. Lulur kuning bermanfaat untuk membersihkan badan dari kotoran-kotoran serta mengangkat sel-sel kulit mati pada tubuh sehingga kulit terlihat bersih. Selain itu lulur juga menghaluskan, menyegarkan, dan melembutkan kulit serta membuat aroma tubuh wangi alami.

Peluluran menggunakan Lulur Kuning.

Bedda Lotong berasal dari kata Bugis yang berarti lulur hitam atau bedak hitam. Bedda lotong biasa digunakan oleh para wanita Bugis sebelum memasuki jenjang pernikahan. Dibuat dari beras yang disangrai hingga hangus, lalu ditumbuk dan dicampur rempah-rempah seperti ginseng dan kayu manis. Bedda Lotong digunakan seperti layaknya lulur yang dibalurkan ke seluruh bagian tubuh dan didiamkan selama 30 menit. Setelah itu, bilas menggunakan air hangat.

Boreh berasal dari Bali, merupakan jenis lulur yang digunakan oleh wanita Bali untuk menghangatkan badan, menghilangkan masuk angin, memperlancar peredaran darah, dan menghilangkan pegal-pegal sekaligus detoksifikasi. Terbuat dari campuran beragam rempah, yaitu serai, cendana, jahe, kayu manis, cengkih, pala, lengkuas, beras hitam, dan minyak kelapa.

Ritual perawatan bagi calon pengantin dalam tradisi Jawa diawali dengan siraman, yang intinya memandikan calon pengantin dengan rendaman air bunga setaman disertai dengan tradisi memberikan lulur atau boreh tujuh warna. Air yang dipergunakan untuk siraman diambil dari tujuh sumber mata air.

Mandi bunga atau rempah.

Nenek moyang bangsa Indonesia juga menggunakan berbagai tanaman tradisional untuk mengatasi bau badan ataupun mulut. Putri-putri keraton di Pulau Jawa memanfaatkan kesegaran buah kepel atau burahol untuk menjaga tubuh dari bau yang tidak enak. Bukan hanya tubuh, aroma air seni pun jadi lebih wangi. Beberapa tanaman sebagai bahan jamu herbal pengharum badan, antara lain; bunga kecombrang, daun sirih, daun beluntas, daun kemangi, temu lawak, jahe, dan jeruk nipis.

Tradisi Minum Jamu.

Beragamnya kekayaan tradisi wewangian Nusantara dikarenakan melimpahnya bahan baku aromatik. Setiap daerah memiliki tradisi wewangian yang khas, baik dilakukan dalam kegiatan sehari-hari maupun ritual-ritual tradisi khusus.

Dewi cinta “Lassa” bangsa Etruscan.

Lukisan dinding bangsa Romawi dari kota Pompeii dan Herculaneum menampilkan proses pembuatan parfum. Parfum merupakan komoditas perdagangan dan industri yang terkenal dikala itu. Dimana juga banyak ditemukan wadah-wadah parfum kuno. Sekelompok Cupids digambarkan membuat parfum dalam toko parfum pada lukisan dinding fragmen Romawi ini. Di sebelah kiri, dua Cupids membuat campuran parfum dalam mangkuk putih besar. Di belakang mereka, lemari memajang botol memajang produk parfum maupun bahannya. Di sebelah kanan, sebuah Cupid memegang alabastron, sementara duduk memegang lengannya untuk mencium parfum. Cupids dan Psyche digambarkan terlibat dalam kegiatan sehari-hari adalah figur yang populer dalam seni Romawi, terutama lukisan dinding. Fragmen lukisan ini adalah bagian dari gambar dinding yang lebih besar dari dekorasi dinding di rumah orang kaya. Lukisan dinding sangat banyak ditemukan dalam reruntuhan kota ketika gunung berapi Vesuvius meletus di tahun 79  Masehi, menghancurkan kota Pompeii dan Herculaneum. Panel seperti ini merupakan elemen kecil dari dekorasi tembok.

Lukisan dinding pembuatan parfum kota Pompeii

Dalam konteks Kerajaan Romawi, sejarah parfum dapat dikatakan bersifat kultural karena adanya bentrok antar kebudayaan yang terjadi pada masa tersebut. Gereja menganggap kehidupan para elit Kerajaan Romawi yang suka dandan (mandi dan menggunakan wewangian) tidak sesuai dengan semangat prajurit gereja yang terbiasa hidup keras. Sebaliknya, Romawi menganggap bau badan pasukan musuh (kaum barbar) yang tidak sedap dapat mempengaruhi kinerja pasukan romawi atau bahkan menjadi sumber penyakit. Bentrok budaya tersebut terjadi pada abad ke 4 hingga ke 5. Dalam perkembangannya hingga abad ke 6 beberapa gereja menggunakan incense pada ritual keagamaannya.

Tradisi bangsa Yunani dan Romawi kuno menjalankan praktek mandi dan pijat setiap hari dengan minyak beraroma (Lawless, 1992:12). Kesukaan orang- orang Romawi terhadap mawar dan wewangian selalu digunakan dalam hari perayaan khusus. Kaisar Nero dikatakan telah memberikan perjamuan dengan memasang pipa perak di bawah piring untuk menyemprot para tamu dengan air beraroma. Langit-langit di ruang perjamuan bisa dibuka untuk menjatuhkan hujan bunga dan parfum kepada para tamu dibawahnya (Ackerman, 1990:36).


Dunia Yunani kuno juga kaya aromatik. Bahasa Yunani kata “arómata” menjelaskan tentang dupa, parfum, rempah-rempah dan obat-obatan aromatik. Salah satu ramuan tersebut bernama Megallus, yang berisi bakaran resin, cassia, kayu manis dan mur, dan digunakan dalam pengobatan luka serta peradangan.

Parfum atau minyak wangi adalah campuran minyak esensial yang dihasilkan dari proses ekstraksi bahan-bahan aromatik, fiksatif, dan pelarut yang digunakan untuk memberikan bau wangi pada tubuh manusia, objek, ataupun ruangan. Proses ekstraksi tersebut menghasilkan minyak esensial yang memiliki aroma wangi yang sangat pekat. Parfum sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, dan kata "parfum" berasal dari bahasa Latin per fume yang memiliki arti "melalui asap". Salah satu bentuk parfum tertua berupa pembakaran dupa dan herbal aromatik yang digunakan dalam pelayanan keagamaan. Biasanya yang digunakan untuk aromatik gums, kemenyan dan mur ini dikumpulkan dari pohon. Mesir adalah yang pertama memasukkan parfum ke budaya mereka diikuti oleh Cina kuno, Hindu, Israel, Carthaginians, Arab, Yunani, dan Romawi. Parfum biasanya disimpan pada sebuah gelas atau wadah kecil. Namun diperkirakan bangsa Mesir mulai menggunakan botol kaca untuk menyimpan parfum sekitar 1000 SM. Mesir telah menemukan gelas dan botol parfum dan merupakan salah satu penggunaan umum pertama untuk kaca. "Mesir menciptakan gelas maupun botol parfum yang dipertahankan terus sampai kini," ucap Thariq Yahya.

Penggunaan botol kaca dianggap lebih praktis karena tidak mudah tumpah, dan penggunaannya lebih terjaga. Orang Mesir memperlakukan parfum mereka dengan penuh hormat, dan percaya bahwa hanya wadah terbaik akan mampu untuk menahan aroma parfum. Setiap usaha dibuat untuk memproduksi wadah khusus yang indah. Mereka menggunakan bahan-bahan eksotis seperti alabaster, eboni kayu dan porselen. Ketika gelas pertama kali dibuat di Mesir, barang tersebut dinilai lebih berharga daripada permata, sehingga menjadi bahan pilihan untuk wadah parfum mereka.

Parfum dan kosmetik juga telah digunakan dan berkembang dalam peradaban Yunani sebagaimana tertulis dalam referensi sejarah bangsa mereka. Ditemukan peninggalan wadah-wadah kemasan yang pernah dibuat untuk  kepentingan tersebut. Sumber-sumber tertulis yang menjelaskan pembuatan parfum kuno dibuat para penulis, seperti Theophrastus (Yunani, c. 270-285 BC) dalam bukunya “On Odors”, serta Pliny the Elder (Romawi, 23-79 AD) dalam “Natural History”. Isi tulisannya termasuk daftar bahan untuk parfum, serta beberapa kajian tentang teknik dan alat pembuatannya. Parfum, serbuk kosmetik, eye shadow, skin glosses, cat kuku, dan salep kecantikan, bahkan pewarna rambut tampaknya telah digunakan secara umum dalam peradaban mereka. Ekspor dan penjualan barang-barang tersebut merupakan bagian penting dari perdagangan sekitar Mediterania.

Tradisi wewangian yang kuat juga terjadi dalam dunia Islam, khususnya bangsa orang Arab, didukung ajaran keagamaan setelah munculnya Islam. Umat Islam meningkatkan produksi parfum dan terus menggunakan wewangian dalam kehidupan sehari-hari dan dalam ritual keagamaan.

Parfum di dalam bahasa Arab disebut juga dengan ‘ithr, menggunakan parfum dalam bahasa Arab disebut atta’aththur. Selain itu dalam bahasa Arab juga sering digunakan istilah ath-thiib, yang artinya parfum juga. Dari kata itu, maka menggunakan parfum disebut sebagai at- athoyyub.

Dalam budaya Arab dan Islam, penggunaan parfum telah didokumentasi- kan sejak abad ke-6 dan penggunaannya dianggap sebagai bagian dari kewajiban agama. Mengenakan parfum termasuk bagian dari kegiatan ibadah bersuci (thoharoh), sebagaimana juga disyariatkan agama untuk berwudhu’, mandi wajib, membersihkan najis dan sebagainya. Nabi Muhammad Shollallau alaihi wassalam memberikan pengajaran : “ Barangsiapa yang ditawari wewangian, maka janganlah ia menolaknya, karena ia ringan dibawa dan harum baunya.” (HR. Muslim, Abu Dawud, an-Nasa’i).

Parfum merupakan bagian keutamaan dalam ibadah hari jumat. Dari Ibni Abbas Radhiyallahu ‘Anh berkata bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Hari ini adalah hari besar yang dijadikan Allah untuk muslimin. Siapa di antara kamu yang datang shalat Jumat hendaklah mandi dan bila punya parfum hendaklah dipakainya. Dan hendaklah kalian bersiwak.” (HR. Ibnu Majah).

Dalam penggunaan parfum dalam Islam ada pembatasan bagi wanita. Parfum yang dipakai secara berlebihan bagi wanita justru akan menimbulkan fitnah tersendiri. Karenanya penggunaan parfum untuk wanita agak sedikit dibatasi, demi menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, terutama masalah fitnah hubungan laki-laki dan wanita. Karena itulah syariat Islam menetapkan bahwa bila wanita memakai parfum, hendaknya menggunakan yang aromanya lembut, bukan yang menyengat dan menarik minat  laki-laki. Bila sampai demikian, maka Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat melarangnya, bahkan sampai beliau  mengatakan bahwa wanita yang berparfum seperti itu seperti seorang pezina. Sabdanya : “Siapa pun wanita yang memakai parfum lalu melenggang di depan laki-laki agar mereka menghirup bau wanginya, maka wanita itu adalah wanita pezina”. Karena itu maka bagi para wanita, penggunaan Parfum agak dibatasi volume penggunaannya . Kalau pun harus menggunakannya, maka dipilih aroma yang soft dan tidak terkesan terlalu keras. Dalam hadits riwaat dari Abi Hurairah ra, Nabi Muhamad saw. Memberikan kriteria : “Parfum laki-laki adalah yang aromanya kuat tapi warnanya tersembunyi. Parfum wanita adalah yang aromanya lembut tapi warnanya kelihatan jelas”.

Peradaban Islam memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan wewangian di dunia Barat dalam dua bidang yang signifikan yaitu : menyempurnakan ekstraksi wewangian melalui penyulingan dan memperkenalkan bahan baku baru. Keduanya sangat mempengaruhi tradisi wewangian Barat dan perkembangan ilmiah dalam bidang kimia.

Snuff Bottle in the Shape of a Man.

Parfum juga merupakan bagian dari kemewahan Kelas atas bangsa Cina dinasti T'ang abad ke-7 akhir dinasti Ming. Kepercayaan Tao percaya bahwa aromatik tanaman menggambarkan pembebasan jiwa. Cina memiliki satu kata untuk wewangian, yaitu Heang, digunakan untuk parfum, dupa dan wangi. Heang diklasifikasikan ke dalam enam tipe dasar, sesuai dengan suasana hati yang disebabkannya : tenang, tertutup, mewah, indah, halus dan mulia.


Jika Anda meninjau botol dan kontainer parfum yang dijual hari ini, dan Anda akan melihat bahwa praktek ini tidak berubah selama ribuan tahun. Botol parfum saat ini juga di desain dengan sangat menarik, produsen parfum akan sangat inovatif dengan desain botol mereka.

Parfum memang sudah dikenal dan dipakai oleh masyarakat ribuan tahun silam, setiap kebudayaan menggunakan jenis parfum yang berbeda, sesuai dengan jenis tanaman yang tersedia di wilayah mereka. Parfum untuk acara keagamaan digunakan dalam waktu-waktu tertentu. Tidak semua orang dapat menggunakan parfum khusus upacara itu, hanya mereka yang sudah dipilih oleh kepala adat saja yang dapat menggunakannya.

Fragrance dianggap keringat Ra, sang dewa matahari, dan karena itu dianggap sebagai atribut suci. Orang Mesir bahkan memiliki dewa parfum bernama Nefertum yang mengenakan gaun kepala yang terbuat dari bunga lili air, yang merupakan salah satu bahan parfum paling umum saat ini.

Dan, ketika orang-orang Yunani dan Romawi pindah ke Mesir, mereka menyukai minyak wangi dan salep yang digunakan oleh orang Mesir, serta dengan cepat belajar untuk menghasilkan produk tersebut, dan memulai berinovasi untuk menambahkan sentuhan pribadi mereka. Dikatakan bahwa orang-orang Yunani adalah yang pertama untuk pembuatan parfum cair, meskipun jenisnya tersebut bukan sesuatu seperti parfum yang ada pada era saat ini. Untuk membuat parfum orang-orang Yunani menggunakan campuran dari bubuk harum dan minyak berat tanpa adanya pelarut alkohol.

Orang Yunani menjunjung tinggi bunga tertentu, termasuk lili dan mawar, bahan tersebut dianggap sebagai bahan parfum yang terbaik. Mereka juga menggunakan beberapa jenis minyak seperti minyak zaitun dan minyak almond, untuk menangkap aroma bunga bahan dasar parfum. Mereka juga menggunakan adas dan akar iris sebagai bahan aroma. Orang Yunani sangat suka berenang dalam air dengan campuran minyak wangi, baik pria maupun wanita, dan parfum digunakan hampir pada semua bagian tubuh, baik sebelum ataupun sesudah mandi. Praktek ini tersebar luas di pemandian Romawi, di mana akan ada semua jenis botol dan minyak wangi dalam segala bentuk dan ukuran. Bangsa Romawi mandi tiga kali sehari. Mereka bahkan menerapkan penggunaan parfum pada anjing dan kuda. Dan dalam beragam acara pesta, mereka menaruh aroma parfum pada sayap burung, dan membiarkannya terbang di sekitar ruangan, meninggalkan jejak aroma ketika mereka pergi. Orang Yunani juga mengaplikasikan parfum pada furnitur mereka. Menciptakan sebuah masyarakat wangi! Menjadikan jalan bagi Parfum untuk dikenal di seluruh dunia.

Selama abad ke-8 dan ke-7 SM, pasar eksport didominasi produk dari Corinthian, Rhodian dan Timur Termos seperti temuan botol parfum Yunani dan produk kosmetik lainnya, termasuk aryballoi, alabastra, pyxides dan bentuk khusus kecil lainnya. Salep kosmetik diimpor ke Yunani dalam wadah diukir dari daerah Tridacna.

Pada abad ke-6 dan ke-5 SM pasar ekspor diambil alih oleh produk Attic. Minyak parfum mandi yang di distribusikan dalam termos besar dan disebut lekythoi, yang digunakan untuk menyimpan minyak wangi atau parfum dalam jumlah besar. Pada periode Klasik parfum terus dikirim ke luar negeri, mungkin dalam wadah massal, dan kemudian dijual eceran dalam wadah kemasan kecil dari terakota berupa aryballoi dan alabastra dalam bentuk yang beraneka ragam.

Parfum begitu penting bagi kehidupan orang dahulu, terbukti wadah parfum dikuburkan dengan orang mati untuk digunakan di akhirat. makam Etruscan dipenuhi dengan botol parfum (Donato dan Seefried, 1980: 10). Wadah kemasan parfum yang banyak ditemukan merupakan jejak peninggalan peradaban bangsa Corinth, Yunani dan Roma. Bentuk figural sering digunakan untuk tema wadah parfum, termasuk bentuk-bentuk ikonik makhluk mitos (Gorgons, sphinx dan komasts) serta hewan (kelinci, burung) (Biers, 1994: 1). Kemasannya juga mencerminkan kualitas dari isi kandungannya. Sepanjang sejarah, artefak wadah parfum maupun kosmetik lainnya telah ditemukan dan didokumentasikan. Pembuatan barang berharga yang terbuat dari emas, porselen, kaca dan bahan lainnya telah dilakukan dalam peradaban kuno.

Peralatan destilasi peradaban Lembah Indus yang tersimpan di Museum Taxila Pakistan.

Sejumlah besar referensi untuk kosmetik dan parfum dalam literatur Sanskerta ditemukan seperti di Brhatsamhita dalam ensiklopedia berbahasa Sansekerta abad-6 oleh Varahamihira (505 AD - 587 AD). Kosmetik dan parfum pembuatan terutama dipraktekkan untuk tujuan ibadah, penjualan dan kenikmatan sensual. Di India kuno, parfum (ittar) disiapkan dengan menyuling bunga dan tanaman berharga lainnya menjadi air atau minyak. Ittars ini kemudian dipakai sebagai parfum suci atau untuk mengurapi.

Di abad ke-9 Al-Kindi juga menulis buku tentang parfum. Al Kindi yang seorang ahli kimia lewat bukunya Book of the Chemistry of Perfume and Distillations menjelaskan 100 resep minyak wangi, salep, obat-obatan dan beragam aroma terapi serta 107 metode serta alat dalam pembuatannya. "Buku itu pun mencatat mengenai 107 teknik memproduksi parfum, akan tetapi pada buku tersebut belum mencatat ekstrak bunga sebagai penambah wangi," kata Thariq Yahya.

Al-Kindi melakukan penelitian yang luas dan eksperimen dalam menggabungkan berbagai tanaman dan sumber-sumber lain untuk menghasilkan berbagai produk aromatik. Dia menjelaskan sejumlah besar 'resep' untuk berbagai macam parfum, kosmetik dan obat-obatan.

Orang-orang Arab juga memainkan peran penting dalam perkembangan industri parfum. Dokter Arab / apotik bernama Ibnu Sina (orang barat menyebutnya Avicenna), seorang ilmuan Islam sekitar tahun 1.000 M, lahir di tempat yang sekarang dinamakan Uzbekistan (Damian and Damian, 1995:6), mengembangkan proses distilasi ekstrak minyak bunga. Bunga pertama yang ia coba proses adalah mawar. Pada era itu, parfum cair terbuat dari campuran minyak, tumbuhan, ataupun kelopak yang dihancurkan, sehingga menciptakan sebuah aroma parfum yang sangat kuat. Proses Avicenna (Ibnu Sina) telah mampu menghasilkan extrak air dari tumbuhan menjadi minyak wangi yang memiliki konsistensi aroma jauh lebih ringan, dan metode tersebut dengan cepat menjadi sangat populer. Pengembangan metode distilasi atau proses penyulingan yang lebih cepat untuk mengekstrak cairan parfum yang ditemukan oleh Ibnu Sina akhirnya digunakan hingga saat ini. Dengan munculnya teknik penyulingan (destilasi), minyak wangi bisa dengan mudah diambil dari bahan tanaman dan rempah dan dibuat dalam jumlah yang banyak. Produksi minyak wangi dengan metode tersebut mampu menyediakan kebutuhan pasar untuk air mawar dan aroma Arab lainnya (Lawless, 1992:14).

Tercatat juga beberapa ilmuwan islam terkemuka seperti Jabir Ibnu Hayyan yang turut andil dalam mengembangkan materi dan cara pengolahan parfum. Ibnu Hayyan merupakan ahli kimia yang berhasil mengembangkan teknik distilasi, penyaringan dan penguapan yang menghasilkan cairan parfum yang lebih banyak.

Banyak penemuan besar dalam bidang parfum berasal dari Arab di abad ke-10 M. Berkat kerja keras dari dua ahli kimia berbakat Arab : Jabir bin Hayyan (lahir 722 M di Irak), dan Al-Kindi ( lahir 801M di Irak) yang mendirikan industri parfum. Jabir mengembangkan banyak teknik, termasuk penyulingan, penguapan dan filtrasi, yang memungkinkan pengumpulan aroma tanaman menjadi uap, dan dikumpulkan dalam bentuk air atau minyak (Levey, Nartin, 1973:50).

Parfum tiba di Eropa melalui Andalusia, parfum bunga dibawa ke Eropa pada abad 11 dan 12 dari jazirah Arab dengan kembalinya tentara salib, melalui perdagangan dengan dunia Islam. Terdapat catatan munculnya Parfum beraroma floral yang diperkenalkan pada masyarakat Eropa lewat jalur perdagangan dengan adanya catatan pada Pepperers Guild of London yang bertarikh 1179 M, yang menunjukkan bahwa orang Eropa melakukan perdagangan dengan umat Islam berupa komoditas rempah-rempah, bahan parfum dan pewarna (Dunlop  D.M.,  1973:15).

Para pedagang Arab dan Persia memiliki akses yang luas akan bahan baku wewangian sebagai komoditas dagang. Bahan baku parfum berupa musk, ambergris, bunga mawar, melati dan berbagai macam rempah-rempah, serta tumbuhan yang digunakan dalam wewangian dibudidayakan oleh umat Islam. Disamping itu juga didatangkan bahan baku wewangian dari China dan Kepulauan Nusantara, baik melalui Jalur Perdagangan Sutra maupun pelayaran laut jalur kayu manis.

Orang Persia juga pengagum parfum, dan wewangian sering digunakan sebagai simbol status politik. Tidak lama kemudian ketika orang-orang Yunani dan Romawi mengambil alih Persia dan berkenalan dengan parfum yang mulai dilihat sebagai bentuk seni. Perlahan tapi pasti, wewangian menyebar ke seluruh dunia, penggunaan parfum menyebar ke Yunani, Roma, hingga sampai ke dunia Islam. Bahkan, komunitas Islam pada waktu itu secara intensif memakai dan ikut menyebarkan minyak wangi ke penjuru dunia. Pada tahun 1190, saat parfum datang ke Paris, dan bertumbuh secara komersial serta berkembang menjadi industri besar seperti yang kita lihat dan rasakan hingga kini.


Snuff Bottle.

Banyak teks yang terkait dengan aromaterapi yang diterbitkan di Cina. The Hsian Pu sebuah catatan oleh Hung Chu (tahun 1100 M) menjelaskan tentang pembuatan wewangian. Di negara Mesir, rempah-rempah yang tumbuh di tanah Arab seperti cinnamon dan cassia menjadi komoditi wewangian para pedagang Arab. Dalam buku Aroma: The Cultural History of Smell (Routledge, 1994), tercatat bahwa rute perdagangan global pada era kuno menjadi pertemuan komoditas parfum dari Timur dan Barat. Istilah Arabia felix atau ‘Arab yang berbahagia’ adalah sebutan yang diberikan oleh Bangsa Roma kepada Bangsa Arab karena komoditas wewangiannya.

Kejatuhan Kekaisaran Romawi sempat membuat pengaruh parfum berkurang, namun titik balik muncul saat memasuki abad ke-12 dimana perdagangan minyak wangi menjadi aktif kembali. Kebangkitan parfum tersebut tidak lepas dari peran komunitas Islam yang tetap hidup dengan penggunaan parfum, serta adanya rute perdagangan internasional dan terbuka, seni membuat parfum dapat menyebar hingga ke seluruh dunia. Seperti ditemukan di beberapa negara yang terlibat dalam seni, berbagai aromatik ditemukan untuk menciptakan wewangian baru.

Bangsa Eropa baru bisa membuat parfum tahun 1221 yang diprakarsai oleh para biarawati dari gereja Santa Maria delle Vigne Florence dan berhasil membuat resep parfum pertama.

Arti dan status parfum berkembang secara berbeda di berbagai negara, hingga terdapat banyak jenis wewangian yang dianggap parfum, jauh sebelum parfum modern pertama diperkenalkan. Bangsa Hungaria yang akhirnya memperkenalkan parfum sebagai wewangian modern, terbuat dari minyak esensial harum yang dicampur dalam larutan alkohol. Parfum pertama yang dibuat untuk penggunaan pribadi eksklusif adalah untuk Ratu Elizabeth dari Hungaria dan dikenal di seluruh Eropa sebagai Air Hungaria. Aromanya didominasi oleh bahan alami seperti rosemary dan thyme.

Kepemilikan dan penggunaan parfum telah menjadi simbol status, suatu tanda prestise. Hanya mereka yang memiliki uang untuk cadangan mampu memiliki parfum mahal. Eropa yang merupakan negara kaya yang membeli permen karet aromatik yang telah dikirim dari China.

Minyak wangi terbaik dan termahal terbuat dari minyak absolut, campuran formulasi yang pekat, sangat aromatik dan berminyak,  yang diekstrak dari tanaman atau bunga tertentu. Bahan-bahan alami paling mahal biasanya adalah bahan yang sangat jarang, sangat sulit diperoleh atau sangat terbatas. Beberapa bahan parfum yang tergolong mahal di dunia diantaranya adalah Jasmine, Bulgarian Rose, Oud, Musk, dan Orris. Sementara bahan termahal di dunia adalah Ambergris, zat yang diproduksi dalam sistem pencernaan paus sperma. Harga bahan yang tinggi juga dapat disebabkan oleh fakta bahwa sumber alami nyaris punah, seperti minyak Oud alami, atau jika bahannya sangat tergantung musim, seperti ylang ylang dari Madagaskar.

Terlepas dari sejarah parfum sebelum masehi, para bangsawan Eropa adalah pihak yang dipercaya menjadi pengembang parfum yang paling berjasa. Dan, Pada abad ke-13 ada sekelompok biarawan dari Italia yang mengembangkan cairan wangi jenis baru.


Pada abad ke-14 Ratu Hungaria secara khusus memerintahkan sebuah penelitian untuk mencampur parfum dengan alkohol, agar cepat menguap. Ramuan baru tersebut kemudian dikenal dengan nama “Hungary Water” atau air dari Hungaria, yang juga merupakan cikal bakal parfum modern. Thariq Yahya menjelaskan tentang eksperimen parfum bunga mawar yang ditambah minyak, herbal maupun daun bunga untuk menciptakan parfum yang tidak biasa " Negara  Eropa serta Hungaria lah kali pertama yang menciptakan di abad 14, lewat menambahkan alkohol supaya awet wanginya. Ketika itu parfum ini dipakai Ratu Elizabeth dari Hungaria,".

Thariq juga menjelaskan "Sampai sekarang, sekalipun kian banyak perusahaan parfum, akan tetapi resep pembuatannya masih tidak diketahui masyarakat awam,". Ia menambahkan bahwa di pabriknya terdapat tiga kelompok parfum yakni 18 jenis parfum aroma terapi yang terbuat dari bahan-bahan alami. "Seperti lotus flower, lavender, papirus flower, dan lain-lain," kata Thariq yang pintar berbahasa Indonesia ini. Sedangkan jenis produk dari 19 sampai 38 dikenal sebagai "blend" yang biasa dikenal sebagai parfum internasional. "Namun kami memiliki nama yang berbeda, tapi bahan induk parfum untuk merek-merek terkenal berasal dari kami. Mereka menambahkan alkohol sampai 80 persen agar wanginya awet, sedangkan kami masih alami dengan bahan herbal," ujarnya. Sementara produk lainnya untuk parfum jenis pengobatan sebab memakai bahan-bahan alami seperti mint, eucaliptus/minyak kayu putih maupun virgin olive oil. "Masyarakat lebih tahu merk-merk internasional yang terkenal dengan harga mahal, padahal mereka mendapatkan bibit parfum dari kami dengan harga jauh lebih murah," kata Thariq.

Negara Perancis melakukan budidaya bunga sebagai bahan dasar pembuatan parfum dimulai pada abad ke-14 dan menjadikan parfum sebagai salah satu industri utama mereka. Daerah selatan Perancis merupakan wilayah tempat pembudidayaan beragam bunga.


Penggunaan parfum juga memuncak di Inggris selama pemerintahan Henry VIII (memerintah 1509-1547) dan Ratu Elizabeth I (memerintah 1558-1603). Selama pemerintahan Ratu Elizabeth semua tempat-tempat umum dibuat beraroma harum, karena dia tidak bisa mentolerir bau buruk. Ratu ini  sangat senang dengan wewangian dan bangga terhadap ketrampilan dalam menciptakan wewangian.

Parfum dan kosmetik juga berkembang di Italia di masa Renaissance abad ke-16. Venesia kota kosmopolitan, memproduksi pasta beraroma, sarung tangan, kaus kaki, sepatu, kemeja bahkan koin harum. Rempah-rempah kering disimpan dalam pot porselen indah dan Tanaman bunga harum disimpan dalam kaca Venesia.


Pengaruh parfum Italia sampai Prancis, dipicu juga dengan oleh perkawinan Caterina de Medici (bangsawan Italia juga pembuat parfum) dengan pangeran Perancis Henri II. Catherine de’ Medici dan biasa dipanggil Rene merupakan seorang ahli parfum yang membawa teknologi serta semua resep pembuatan parfum Italia ke Perancis. Pada masa itu para bangsawan Perancis memerlukan wewangian untuk menutupi bau badan mereka yang rata-rata memang jarang mandi. Rene membuat sebuah laboratorium yang memiliki jalur rahasia ke kantor kerajaan. Dengan demikian segala rahasia pembuatan parfum tidak akan bocor keluar. Jadilah hingga sekarang Perancis dikenal sebagai salah satu negara dengan produksi parfum dan kosmetika paling tersohor di dunia. Rene juga membuka toko-toko parfum di kota Paris.

Pen Cao seorang tabib terkenal Cina abad  ke-16, juga membahas hampir 2.000 herbal, termasuk bagiannya 20 minyak atsiri. Minyak Melati digunakan sebagai tonik secara umum; Minyak Mawar untuk memperbaiki pencernaan, hati dan darah; chamomile mengurangi sakit kepala, pusing dan pilek; jahe diperlakukan untuk mengatasi sakit batuk dan malaria.

Kebayakan parfum dihasilkan dari ekstraksi tumbuh-tumbuhan seperti bunga, akar, daun atau kayu tapi ada juga yang berasal dari hewan seperti musk (kasturi) yang dihasilkan dari kelenjar rusa, namun pada konteks nya di jaman sekarang musk pada parfum sudah diganti dengan senyawa sintetik, karena adanya pelarangan keras atas perburuan rusa yang merupakan satwa yang dilindungi. Parfum yang biasa dijual tidak terdiri dari sepenuhnya minyak esensial murni, melainkan telah melewati proses pencampuran dan pengenceran, campuran tersebut dapat terdiri dari minyak esensial itu sendiri, air destilasi ataupun alkohol.


Perancis dengan cepat menjadi pusat pembuatan parfum dan kosmetik Eropa. Sarung tangan wangi menjadi salah satu komoditas populer di Perancis pada tahun 1656, dan pada waktu itu juga terbentuklah serikat pembuat sarung tangan dan minyak wangi, seiring dengan pertumbuhan parfum di Perancis. Pengadilan yang dipimpin oleh Louis XV bahkan menamakan dirinya 'pengadilan wangi' karena aroma yang ditimbulkan oleh parfum tak hanya dikenakan pada kulit saja, melainkan juga pada pakaian, kipas, dan furnitur.


Selama periode Renaissance, parfum sering digunakan terutama oleh bangsawan dan orang kaya untuk menutupi bau badan. Kota-kota Montpellier dan Grasse sangat dipengaruhi oleh tetangganya Genoa, yang sudah lama memproduksi sarung tangan wangi dalam gaya tinggi untuk kalangan elit.

Ketika memasuki abad ke-17 M, masyarakat Perancis telah banyak yang menggunakan sarung tangan berparfum dalam kegiatan sehari-hari mereka. Awalnya parfum hanya digunakan oleh masyarakat kelas bangsawan ketika menghadiri acara-acara tertentu. Namun dalam perkembangannya, parfum semakin menyebar dan mulai digunakan oleh masyarakat dari berbagai kelas sosial.


Abad ke 17 menjadi puncak kesuksesan parfum, terutama di Perancis. Pada era tersebut banyak produsen parfum bermunculan. Di Perancis parfum tidak hanya digunakan untuk mengharumkan tubuh, tetapi digunakan untuk pengharum pakaian dan furnitur. Parfum menjadi simbol romantisasi di Perancis, dengan menambahkan sentuhan sensual yang alami.


Bagian lain dari warisan parfum Perancis yang telah mengadopsi seni Mesir kuno adalah pembuatan wadah parfum. Perancis membuat segala macam botol parfum mewah, didorong oleh pembukaan pabrik kaca Baccarat pada 1765.

Seorang tukang cukur di negara Jerman  berkebangsaan italia yang bernama Giovanni Paolo Feminis pada tahun 1732  juga berhasil menciptakan parfum original cair yang dinamai “Aqua Admirabilis” yang kemudian banyak dikenal dengan nama “Eau de Cologne”.

Pada abad ke-17. Perkembangan parfum di Cina telah digunakan pada tubuh, mandi, pakaian, rumah dan kuil-kuil peribadatan. Wewangian juga dibubuhkan dalam tinta, kertas, sachet yang terselip dalam pakaian dan kosmetik. Selop kayu yang terbuat dari kayu cendana wangi. Patung Buddha harum yang diukir dari kayu kamper. Penonton dalam pertunjukan tarian dan upacara lainnya berharap akan dilempari sachet wewangian. China mengimpor minyak melati dari India, air mawar Persia melalui jalur sutra dan juga aromatik cengkeh, jahe, pala dan nilam dari kepulauan Nusantara.


Dan, Pada abad ke-18, di Perancis ditemukan sebuah inovasi wewangian yang mengubah perkembangan parfum dunia, yang diberi nama Eau de Cologne. Sebuah kemajuan besar dalam bidang wewangian mengiringi penciptaan tersebut, inovasi ini berasal dari campuran rosemary, neroli, bergamot, dan lemon. Eau de Cologne dibuat dalam berbagai bentuk, seperti bentuk cair yang dicampurkan dengan air ketika akan mandi, dicampur dengan anggur, sebagai obat kumur, dicampurkan dengan beberapa jenis minuman serta makanan, dan bahkan disuntikkan langsung pada kulit, bahkan sebagai enema.

Ketika Louis XV naik tahta, istananya disebut "la cour Parfumée" (Istana wangi). Madame de Pompadour  memerintahkan memperbanyak persediaan parfum, dan Raja Louis menuntut aroma yang berbeda untuk kamar setiap hari. Istana Louis XIV bahkan terkenal karena aroma yang diterapkan pada pakaian dan furnitur. Parfum menggantikan sabun dan air. Setelah Napoleon berkuasa, anggaran yang banyak untuk parfum terus dilakukan. Dua liter violet cologne yang diberikan kepadanya setiap minggu, dan dia dikatakan menggunakan enam puluh botol ekstrak melati setiap bulannya.

Jumlah dan tipe pelarut yang bercampur dengan minyak wangi menentukan apakah suatu parfum dianggap sebagai ekstrak parfum, Eau de parfum, Eau de toilette, atau Eau de Cologne. Minyak parfum perlu diencerkan dengan pelarut. Hal ini dikarenakan minyak esensial/murni (baik yang alami ataupun sintetis) mengandung konsentrat tinggi dari komponen volatil yang kemungkinan dapat mengakibatkan reaksi alergi serta kemungkinan cedera ketika digunakan langsung ke kulit atau pakaian. Pelarut juga akan menguapkan minyak esensial, membantu minyak aromatik menyebar ke udara. Dan, sejauh ini pelarut yang paling umum digunakan untuk pengenceran minyak parfum adalah etanol atau campuran etanol dan air. Minyak parfum juga dapat diencerkan dengan cara menetralkan bau lemak menggunakan jojoba, minyak kelapa difraksinasi atau lilin.

Porsi minyak esensial dalam parfum menentukan tingkatan parfum dan juga ketahanan wangi yang akan terus tercium. Persentase volume konsentrat dalam minyak parfum adalah sebagai berikut:
-Ekstrak parfum: 20% - 40% senyawa aromatik
-Eau de Parfum (EDP): 10 - 30% senyawa aromatik
-Eau de Toilette (EDT): 5 - 20% senyawa aromatik
-Eau de Cologne (EDC): 2 - 5% senyawa aromatik, merek (reg.Trademark): Original Eau de Cologne
-Eau de Solid (EDS): - 1% senyawa aromatik, merek (reg.Trademark): EDS
Semakin tinggi jumlah persentase senyawa aromatik, maka intensitas dan aroma yang tahan lama tercipta. Perfumeries yang berbeda menetapkan jumlah yang berbeda dari minyak untuk masing-masing parfum mereka. Oleh karena itu, meskipun konsentrat minyak parfum dalam pengenceran Eau De Parfum (EDP) selalu akan lebih tinggi daripada parfum yang sama dalam bentuk eau de toilette (EDT) di dalam kisaran yang sama, jumlah yang sebenarnya dapat bervariasi antara masing-masing Perfumeries. Sebuah parfum EDT dari sebuah Perfumeries mungkin lebih kuat daripada EDP dari Perfumeries yang lain.

Di London, James Henry Creed mendirikan House of Creed parfum. Dan, seiring dengan pergantian abad rumah parfume muncul di Eropa. The Crown Perfumery didirikan pada tahun 1872 oleh William Sparks Thomson, pembuat crinolines dan korset. Katering untuk masyarakat kelas atas di London dan Eropa, ia meluncurkan koleksi wewangian bunga yang disebut Fairies Flower. Ratu Victoria diberi wewangian Crown, sebuah parfum dengan gambar mahkota pada desain botol parfum.


Pada abad ke-19 terjadi perubahan besar untuk industri parfum. Penemuan-penemuan di bidang kimia modern yang menjadi dasar pembuatan parfum mulai banyak dilakukan untuk menciptakan jenis wewangian baru yang lebih mudah dan bertahan lama. evolusi ilmu pengetahuan dan kimia telah membuka seluruh dunia baru untuk industri parfum. Dan, tidak ada bahan Perancis dapat dicegah untuk digunakan secara luas sebagai aroma parfum. Pada abad ke-19 bermunculan produk-produk parfum yang diciptakan oleh berbagai kalangan masyarakat sebagai bagian dari cara mereka mengekspresikan diri. Walaupun parfum masih menjadi barang mewah, tetapi sudah dapat digunakan oleh semua orang, tidak hanya oleh kaum bangsawan saja. Negara Perancis menjadi pusat parfum dunia, dan Kota Grasse menjadi pusat produksi bahan baku parfum terbesar di dunia, serta memunculkan perusahaan-perusahaan parfum yang memproduksi aroma khasnya tersendiri, yang memberikan banyak pilihan bagi masyarakat. Kota Grasse merupakan sebuah kota kecil di wilayah Provinsi Selatan Perancis. Kota tersebut adalah tempat dimana suatu revolusi dalam industri parfum dimulai. Grasse telah menjadi penyedia global terbesar bahan baku untuk industri parfum. Paris menjadi mitra komersial untuk Grasse dan pusat dunia parfum. Rumah parfum seperti Houbigant (Quelques Fleurs, masih sangat populer saat ini), Lubin, Roger and Gallet, dan Guerlain semua berbasis di Paris.


Suatu tradisi yang mewah terjadi setiap tahun pada bulan Mei, rakyat Grasse melakukan panen “tanaman” mereka. Anda bisa melihat puluhan orang di ladang, dengan tangan yang hati-hati memetik bunga-bunga merah muda pucat centifolia Rosa, atau biasa disebut Rose Mei. Kelopak dari bunga tersebut merupakan bahan yang paling dicari oleh rumah parfum sebagai bahan baku pembuatan produk. Namun, kuantitatif dari kelopak yang banyak diperlukan hanya untuk menghasilkan sejumlah kecil parfum. Hanya untuk menghasilkan satu kilogram bahan mutlak minyak wangi, yang mereka sebut sebagai konsentrasi kelopak bunga, mereka membutuhkan 300.000 Roses Mei. Dan, proses pembuatan konsentrat kelopak bunga tersebut memerlukan proses dalam beberapa waktu, juga memerlukan bahan pelarut untuk ekstraksi jangka panjang. Hasil dari proses yang rumit tersebut adalah sebuah zat lilin berwarna merah darah. Dan, ketika dipadukan dengan alkohol serta disuling, akan menghasilkan cairan mawar kuning pucat mutlak. Karena pembuatannya yang memerlukan proses cukup panjang dan elegan, cairan konsentrasi parfum tersebut memiliki harga yang sangat mahal, lebih dari USD 9,000,- per kg, dan konsentrat parfum tersebut cukup untuk membuat lebih dari seratus botol parfum.Ekstrak ini pun telah menjadi sangat populer di seluruh dunia.

Tidak ketinggalan, negara-negara lain seperti Cina, India, Afrika Selatan dan Maroko, juga mununjukkan karya terbaik mereka dan menghasilkan produk-produk parfum terkenal pula pada era abad ke-19, negara-negara tersebut juga berhasil menjadi produsen parfum dalam persaingan dagang dunia. Bahkan berani menyaingi harga parfum produk Grasse Original. Namun, tak ingin kalah bersaing, Perancis pun terus menghasilkan parfum terbaik di dunia. Seorang perfumer perintis dari Perancis, Jean Patou, telah mempresentasikan sebuah produk parfum terkenal pada era tersebut, Joy, yang sekarang dikenal sebagai “parfum paling mahal di dunia”. Sebuah aroma sukacita yang dibuat secara eksklusif dengan mawar dan melati yang absolut, dan memiliki harga sekitar USD 120,- untuk tiap 50 ml. Joy awalnya diciptakan pada tahun 1930 oleh Jean Patou. Dan, dua parfum lain yang dibuat secara baik dari ekstraksi mawar alami yaitu Guerlain Shalimar serta Chanel No 5. Ini adalah pemimpin wewangian otentik yang menghasilkan sebuah produk parfum yang memiliki elegansi tinggi, seperti parfum Perancis yang paling mahal.


Melihat peluang wewangian kulit, dan motif bunga, yang cukup populer dengan kemunculan Worth Je Reviens (1932), Carson Fleurs de Rocaille (1933) dan Jean Patou Joy parfum (1935). Dengan wewangian Perancis di puncak tahun 1950, desainer lain seperti Christian Dior, Jacques Fath, Nina Ricci parfum, Pierre Balmain dan seterusnya, mulai bermunculan menciptakan aroma mereka sendiri, serta memicu munculnya merek parfum kecil dan eksklusif yang bersedar di pasaran. Di susul pula dengan munculnya wewangian niche, merek seperti Amouage, Montale parfum, Xerjoff, Parfumerie Naturelle, Bois 1920, Odori parfum yang membawa kembali kualitas wewangian halus tinggi dari pengrajin parfum terbaru. Wewangian tersebut mengandung minyak terbaik dari seluruh dunia dan telah menghidupkan kembali gairah wewangian untuk begitu banyak orang. Sampel parfum adalah cara yang bagus untuk mencoba wewangian niche tersebut.

Kisah menarik tentang parfum juga terjadi pada tahun 1922, ketika para ahli arkeologi Inggris menggali makam Raja Tutankhamun di Mesir, dan mereka dibuat terkejut. Sebab, kain pembalut mumi raja Mesir berusia 33 abad tersebut masih berbau harum! Dan pada akhirnya penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa para pendeta Mesir Kuno membuat ramuan herbal berbau wangi untuk menambah ramuan pengawet mumi sang raja.

Produk parfum Tresor, oleh Lancome, Salah satu wewangian yang terbukti paling sukses bersaing dalam pasar parfum sejak diluncurkan pada tahun 90-an. Perfum Tresor telah menjadi salah satu dari lima parfum terlaris di Eropa dalam empat tahun diperkenalkan. Parfum lainnya yang juga menjadi hit di seluruh dunia pada era tersebut adalah Amarige oleh Givenchy. Era 90-an juga membawa esensi kesegaran dalam notes parfum, didorong oleh kesadaran lingkungan. Wewangian yang memiliki catatan kelautan dan ozonic dihadirkan, misalnya, West New oleh Aramis, kemudian diikuti pula oleh Calvin Klein, dan Dune oleh Christian Dior.

Ketika Yves Saint Laurent diperkenalkan di Perancis pada tahun 1970. Sedangkan di AS benar-benar telah memulai ledakan peluncuran parfum besar-besaran. Menjadikan seorang perempuan lebih mandiri dalam membeli sebuah aroma parfum untuk dipakai sepanjang hari, dan tidak hanya untuk acara-acara malam. Mereka pun mulai menciptakan pakaian dengan balutab aroma, serta berbagai rasa, satu untuk setiap kesempatan.


Timur Tengah dan Asia Timur telah menciptakan banyak rasa serta desainer parfum besar, pasar parfum pun mulai membidik konsumen yang memiliki anggaran kecil. Dan, parfum pun diproduksi untuk dikonsumsi oleh pria dan wanita. Meskipun pasar parfum sebagian besar di dominasi oleh wanita. Namun, wewangian untuk pria telah memasuki era-nya. Beberapa contoh produk Cologne untuk pria semisal Pi disediakan oleh Givenchy, Hugo Boss Baldessarini, serta rumah parfum Estee Lauder, Lancome, Calvin Klein. Karena, para model pria semakin menyadari arti dari elegansi parfum, sebagaimana dibuktikan pula oleh peningkatan penggunaan kosmetik untuk pria.

Dan, ketika Revlon memperkenalkan Charlie pada peluncuran pertama di tahun 1973. Banyak wanita menyukainya! Dan era tersebut menjadi awal dari pengaruh Amerika yang kuat pada industri parfum. Semua desainer besar telah mengadopsi sebuah wewangian yang sesuai dengan gaya mereka sendiri. Tanpa ketinggalan, negara-negara lain juga mengikuti langkah Amerika. Di Inggris, Mary Quant Havoc diperkenalkan pada tahun 1974. Havoc adalah parfum semprot tubuh yang telah disesuaikan dengan generasi muda dengan harga ekonomis, parfum Havoc memiliki note wangi yang ringan karena sistem semprotan mampu tersebar di area yang luas. Dan jika konsumen menghendaki, produk Havoc bisa disemprotkan sedikit ke udara, kemudian berjalan di dalamnya, untuk memberikan cakupan penuh, meskipun teknik ini bukanlah cara yang dianjurkan.


Jepang juga memasuki pasar parfum dengan ciptaan mereka sendiri pada era abad 19-an, aroma baru dari bunga hijau. Shiseido telah digunakan dalam peluncuran dari produk Inoue. Bunga hijau juga telah digunakan dalam produk parfum semisal Chanel No 19 pada tahun 1971, Paduan Estee Lauder pada tahun 1972, Koleksi pribadi pada tahun 1973, Amazone Hermes pada tahun 1974, Van Cleef dan Arpels yang diluncurkan pertama pada tahun 1976.

Produk parfum untuk laki-laki pun mulai banyak bermunculan pada era abad 19-an. Christian Dior yang diperkenalkan oleh Eau Sauvage, sebuah parfum yang mendorong perempuan liar! Pada tahun 1977, YSL (Yves Saint Laurent) juga meluncurkan produk Opium, yang begitu kontroversial dan hampir dilarang di Amerika Serikat. Sedangkan Estee Lauder membalas dengan mengeluarkan produk Cinnabar segera setelahnya.

Pada tahun 1978, terjadi sedikit pergeseran dalam tren parfum, Anais Cacharel diluncurkan dengan notes bunga putih, menjadi lawan saingan dari produk Green Day yang populer, serta adanya produk parfum Flamboyant merupakan dampak tren dari wewangian era tahun 80-an. Pada era tersebut ekonomi mulai berkembang menghasilkan kecenderungan dengan kreativitas buta. Wewangian yang kuat dirancang parfum Yuppies dan semua brand yang telah memiliki nama besar mengembangkan wewangian mereka sendiri, yang dilakukan pada tahun 1981 oleh Giorgio Beverly Hills.

Christian Dior pun mendapat saingan keras dari Poison, sebuah produk parfum yang diumumkan untuk menciptakan perasaan cinta-benci. Sebuah produk parfum floriental yang begitu kuat. Tren ini pun terus berlanjut menghadirkan jajaran parfum yang kuat dengan diperkenalkannya aroma Calvin Klein Obsession Timur pada tahun 1985, dan diikuti oleh Guerlain Samsara pada tahun 1989, yang sangat overdosis dengan notes cendananya. Beberapa notes floriental mencolok lainnya juga diperkenalkan di era tahun 80-an oleh Guy Laroche, Panthere oleh Cartier, Lou Lou oleh Cacharel, Happy Berlian Chopard serta Boucheron. Namun, ada juga beberapa aroma yang kurang kuat diperkenalkan pada tahun 80-an di Paris oleh YSL, Jardins de Bagatelle oleh Guerlain, dan Indah oleh Estee Lauder, berhasil menciptakan notes parfum yang halus dan tenang.


Perusahaan parfum yang mulai terkenal di awal abad ke-20, di antaranya Worth Je Reviens (1932), Carson Fleurs de Rocaille (1933), dan Jean Patou Joy Parfum (1935). Perancis kemudian semakin memantapkan diri sebagai negara produksi parfum terbesar di dunia dengan munculnya berbagai merek dagang terkenal yang dimulai pada tahun 1950, seperti Christian Dior, Jacques Fath, Nina Ricci, Pierre Balmain, dan lain sebagainya. Alchemy memberi jalan untuk kimia dan wewangian baru diciptakan, Revolusi Perancis sama sekali tidak mengurangi cita rasa parfum, bahkan terdapat aroma yang disebut “Parfum ala Guillotine.” Kedengarannya seperti sebuah aroma yang “memabukkan”, di bawah pemerintahan pasca-revolusioner, orang berani mengekspresikan kecenderungan untuk barang-barang mewah, termasuk parfum. Perdagangan melati, mawar dan perdagangan jeruk tumbuh pesat.

Pada zaman Napoleon, merupakan masa dimana kosmetika termasuk parfum, memperoleh peran penting dalam kehidupan sosial. Permaisuri Joshepine misalnya, tercatat sebagai tokoh yang sangat menaruh perhatian terhadap parfum. Di Indonesia sendiri, sejak dahulu para wanita mempunyai kebiasaan memberikan asap “ratus” pada pakaiannya, guna menimbulkan aroma harum anggun sewaktu dipakainya nanti. Dalam cerita pewayangan juga disebutkan, keberhasilan Arjuna sebagai tokoh pujaan para wanita bukan saja karena ketampanan dan kesaktiannya, melainkan juga karena keharuman badannya.

Selama empat puluh tahun terakhir, industri parfum telah bangkit meledak.Sebagai gambarannya, pada tahun 1993, ada aroma baru diluncurkan setiap sekitar seminggunya. Bahkan, sekarang ada satu setiap harinya, setiap perusahaan berusaha untuk menemukan titik ruang dalam persaingan dagang mereka dalam segi biaya peluncuran, inovatif dan glamor.

Selama paruh kedua abad ke-20, telah ada banyak perubahan dalam gaya dan aroma dari produk parfum. Setiap produsen menciptakan karya dengan menyesuaikan gaya hidup dominan sehari-hari. Sebagai contoh, tahun 70-an, bunga putih dan floriental (kombinasi bunga dan oriental) adalah parfum populer. Kemudian pada 80 rasa kekuasaan mengambil alih. Dan dalam era 90-an catatan parfum didominasi piramida yang ramah lingkungan, segar dan manis dengan preferensi Ozonic. Sekarang, di milenium baru dalam kebebasan gaya bertema. Parfum era 70-an mampu mengguncang dominasi pasar.

Produksi parfum pun semakin berkembang dari waktu ke waktu. Tidak hanya di Eropa, hampir seluruh negara di dunia memiliki produk parfum andalan. Teknologi pembuatan parfum juga semakin canggih. Kita bisa memilih varian parfum yang paling sesuai dengan selera dan keinginan kita.

Saat ini parfum sudah menjadi suatu kebutuhan yang termasuk penting di kalangan masyarakat moderen, Dengan seiring perkembangan zaman, pabrik-pabrik parfum maupun bibit parfum (biang) yang biasa disebut dengan parfum refill pun sudah sangat banyak dan berdiri di berbagai negara.

Saat ini sudah lebih dari 30.000 parfum desainer di pasar, dan produk parfum tidak lagi untuk golongan kalangan tertentu. Industri parfum telah mengalami beberapa perubahan dalam teknik, material dan gaya. Semua telah menciptakan industri wewangian modern, salah satu penggabungan kreativitas, mistik dan asmara bersama dengan pemasaran untuk menarik massa.

Produk-produk parfum merupakan hasil dari keterampilan teknik tingkat tinggi, yang dicapai melalui eksperimentasi serta perbaikan alat dan perangkatnya secara terus menerus. Banyak mesin yang berlainan yang harus diuji coba sebelum versi finalnya menjadi alat penyulingan modern. Dan secara umum, terdapat lima teknik yang digunakan untuk memproduksi parfum, yaitu:
-Maceration, merupakan teknik yang paling kuno, yakni penyatuan antara wewangian dan lemak melalui pemanasan.
- Enfleurage, menyatukan wewangian dan minyak namun dengan cara yang berbeda, yakni penyerapan wewangian melalui lemak dan benzoin. Cara ini dapat menghasilkan parfum setara bunga.
- Distilasi, berbagai bahan wewangian dilumatkan dan dimasukkan kedalam mesin penyuling, lalu dicampur dengan air dan dipanaskan hingga mendidih. Melalui pipa leher angsa, uapnya didinginkan dan menjadi cairan, proses tersebut akan mengakibatkan air terletak di bagian bawah, sedangkan esensnya yang berupa minyak mengambang di bagian atas. Dari esens itu, biasanya kemudian dipisahkan. Namun kadang-kadang air bercampur esens itu dijual dalam bentuk murni.
- Ekstraksi, mengingat tidak semua bunga atau tanaman dapat di distilasi, misalnya mawar centifolia, narcissus, atau mimosa. Maka para ahli mengembangkan teknik ekstraksi. Bahan-bahan parfum tidak dilumatkan tapi dicampur dengan air dan diputar berulang-ulang hingga mengeluarkan pelarut. Pelarut ini kemudian ke taruh dalam wadah ruang hampa udara, dipanaskan, dijadikan uap dan seterusnya sama dengan proses distilasi.
- Ekspresi, adalah teknik terakhir. Cara ini digunakan untuk mengekstraksi minyak citrus dan buah-buahan semisal jeruk orange, lemon, dan mandarin. Minyak alami dari buah-buahan tersebut terdapat dalam kelenjar kecil di bagian kulitnya. Dengan pengupasan dan pemerasan, minyak yang merupakan esens wewangian dan air tersebut dapat keluar. Prinsip yang sama diterapkan dalam pabrikasi parfum.

Di dalam ilmu wewangingan, sebuah produk parfum umumnya memiliki tingkatan dan dapat digambarkan seperti piramida dengan tiga tingkatan dari atas kebawah. Tingkatan ini disebut "note/notes" (nada), disebut demikian dikarenakan setiap tingkatan aroma akan menimbulkan harmoni aroma yang akan tercium secara berangsur-angsur.
Berikut ketiga note tersebut:
-Top notes: merupakan aroma yang tercium pertama kali sesaat setelah disemprotkan.
-Heart notes/middle notes: merupakan aroma yang tercium beberapa saat setalah top notes dan merupakan inti dari aroma parfum tersebut.
-Base notes/bottom notes: merupakan aroma yang mencakup keseluruhan aroma parfum dari top notes dan juga heart notes.


Beberapa tips dalam penggunaan parfum:


-Tidak disarankan untuk menyemprotkan parfum di udara dan berjalan melewatinya. Hal itu perlu dihindari karena akan dapat menciptakan noda berminyak, dimana sejumlah kecil parfum akan turun ke lantai dan Anda harus membersihkannya.

-Pengaplikasian parfum pada area rambut, sebaiknya menggunakan produk parfum khusus (Hair mist).

-Jangan pernah menyemprotkan parfum ke bahan sutra. Karena akan dapat merusak sutra tersebut.

-Orang dengan kulit berminyak cenderung memiliki aroma kuat dibandingkan dengan mereka yang memiliki kulit kering. Karena, aroma parfum akan lebih menempel pada kulit berminyak, untuk mensiasatinya oleskan sedikit pelembab kulit alami berbasis minyak pada kulit Anda sebelum memakai parfum.

-Tempat terbaik untuk memakai parfum: bagian tengkuk (belakang) leher, siku bagian dalam, belahan dada, belakang telinga dan di sepanjang bahu.

-Untuk memperpanjang usia botol parfum, tempatkan produk di tempat kering yang sejuk. Paparan sinar matahari ataupun lampu bisa menyebabkan perubahan warna, bau dan penguapan.

-Jika Anda telah sangat jatuh cinta dengan sebuah aroma parfum, namun produk tersebut membuat kulit Anda alergi. Sebagai solusinya, Anda dapat menggunakan produk parfum tersebut untuk aroma tas, dompet, rambut, jaket atau pakaian yang tidak langsung kontak dengan kulit Anda. Dan, ini merupakan sebuah solusi yang cerdas.

-Untuk menguji apakah kulit Anda alergi terhadap parfum tertentu, cobalah cara ini: oleskan sedikit pada pergelangan tangan, atau siku bagian dalam atau bagian belakang tangan / lengan dan jika terjadi reaksi setelah 1 jam, maka parfum tersebut mungkin tidak cocok untuk Anda gunakan.

-Anda hanya disarankan untuk melakukan pengujian pada 4 jenis parfum yang berbeda pada waktu yang bersamaan. Terlalu banyak variasi akan dapat membingungkan hidung Anda. Atau Anda dapat mencium bubuk kopi untuk menetralkan dan kemudian melanjutkan pengujian. Anda juga harus menguji bagaimana suatu aroma memberikan kebenarannya setelah sekitar 10 menit, setelah alkohol menguap dan parfum telah bercampur dengan minyak alami dari kulit Anda.

-Bila cuaca panas, hindari menerapkan aroma pada daerah yang terkena sinar matahari karena reaksi panas dapat menyebabkan iritasi kulit. Sinar matahari dapat bereaksi dengan bahan kimia yang terdapat dalam parfum, sehingga dapat menyebabkan pigmentasi seperti terlihat pada leher orang-orang setelah bertahun-tahun menerapkan parfum di tempat yang sama.


Menilik dari sejarah diatas, wewangian dari parfum yang kita pakai atau tercium dari objek sehari-hari ternyata juga membawa aroma kultural dan politis. Di sisi yang lain, yaitu dari perspektif medis, wewangian kini dapat juga diaplikasikan sebagai bentuk terapi. Belum lagi dari perspektif psikologis di mana bau atau aroma tertentu dipercayai dapat menstimulus respon emosi seseorang. Dengan segala keunikan historis dan aplikasinya, parfum sederhananya adalah suatu penanda estetika bagi indera penciuman layaknya warna bagi indera penglihatan.



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...