Thursday 3 January 2019

Kreasi Usaha: Azadirachta indica A. Juss (Mimba) sebagai Bahan Pestisida Hayati


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...

Azadirachta indica A. Juss (Mimba) sebagai Bahan Pestisida Hayati

Biopestisida adalah bahan yang berasal dari alam, seperti tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman atau juga disebut dengan pestisida hayati. Biopestisida merupakan salah satu solusi ramah lingkungan dalam rangka menekan dampak negatif akibat penggunaan pestisida non hayati yang berlebihan. Saat ini Biopestisida telah banyak dikembangkan di masyarakat khususnya para petani. Namun belum banyak petani yang menjadikan biopestisida sebagai penangkal dan pengendali hama penyakit untuk tujuan mempertahankan produksi.

Di negara-negara sedang berkembang sebagian besar potensi Mimba sebagai pengendali hama masih belum dimanfaatkan karena petani terlanjur menggunakan insektisida sintetis spektrum luas. Selain itu, iklan-iklan yang berisi slogan-slogan seperti "satu- satunya serangga yang baik adalah serangga yang mati" dan anggapan bahwa memanfaatkan Mimba secara tradisional adalah langkah mundur, lama kelamaan membuat orang-orang tidak mau menggunakan Mimba. Baru dalam dua dasawarsa terakhir ini, potensi Mimba untuk mengendalikan hama kembali dihargai. Meskipun tidak kentara, efek Mimba, seperti:  efek mengusir, mencegah serangga makan dan meletakkan telurnya,  efek menghambat pertumbuhan, menganggu proses kawin, sterilisasi kimiawi, dll. sekarang dianggap jauh lebih menarik bagi program-program pengendalian hama terpadu daripada cara-cara  yang memberikan solusi cepat. Penggunaan Mimba mengurangi terpaparnya musuh alami hama pada makanan beracun atau kelaparan. Selain selektivitasnya yang tinggi, derivatif Mimba mempengaruhi sekitar 400 sampai 500 spesies serangga hama dari berbagai ordo (Schmutterer and Singh 2002), satu spesies ostracoda, beberapa spesies tungau, dan nematoda, bahkan siput-siput dan jamur-jamur yang berbahaya, termasuk Aspergillus spp. yang menghasilkan aflatoksin.

Walaupun pemerintah telah meluncurkan program PHT (Pengendalian Hama Terpadu) agar masyarakat tidak tergantung kepada pestisida, serta mencabut subsidi dan melarang beberapa jenis pestisida, namun kenyataannya, nilai impor bahan pestisida yang pada tahun 1990-an mencapai sekitar 200 milyaran rupiah (Kasryno, 1994) ternyata pada tahun 2000-an melampui angka 300 milyaran rupiah (Anon, 2000), bukannya menurun, tetapi malah meningkat tajam.

Hal ini menunjukkan bahwa petani indonesia masih bergantung kepada pestisida kimia sintetis, khususnya impor serta kebiasan masyarakat kita yang masih kuat dan sulit dirubah untuk tidak bergantung kepada pestisida, atau memang kebijakan pemerintah kita yang masih mendukung penggunaan pestisida kimia sintetis dengan cara meloloskan beberapa jenis pestisida untuk beredar di Indonesia dan sebaliknya belum atau kurang mendukung berkembangnya pestisida hayati di Indonesia.

Penggunaaan pestisida di bidang pertanian telah dimulai sejak beberapa abad yang lalu. Mula-mula orang memakai zat-zat organik yang berasal dari tumbuhan seperti pyrethrum dan nikotin, kemudian unsur belerang dan tembaga disusul dengan penggunaan arsenat timbal. Penggunaan pestisida sintetik dimulai menjelang akhir perang dunia kedua dengan ditemukannya DDT (Oka dan Sukardi, 1982).

Penggunaan pestisida terutama pestisida sintetis telah berhasil menyelamatkan hasil pertanian yang dihancurkan oleh jasad pengganggu, namun menimbulkan dampak negatif terhadap alam, lingkungan maupun manusia (Sastroutomo, 1982). Pengaruh samping penggunaan pestisida dapat berupa fitotoksik terhadap tanaman, resistensi hama, ledakan hama sekunder dan pengaruh terhadap organisme bukan sasaran (Adisoemarto dkk, 1977; Sudarmo, 1992). Senyawa produk alami merupakan salah satu alternatif bahan pengendali hama (Rice, 1984). Senyawa ini mudah terurai di alam (biodegradable), sehingga tidak mencemari lingkungan, aman bagi manusia dan ternak. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 235 famili mengandung bahan pestisida (Kardinan, 2000).


Salah satu jenis pestisida hayati yang sudah banyak dikenal masyarakat dunia adalah yang berasal dari pohon mimba (Azadirachta indica A. Juss) (Gagoup and Hayes, 1984; Ermel, 1995). Selain dikenal sebagai pestisida dan juga sebagai bahan pupuk, bangunan serta penghijauan, belakangan ini dikenal juga sebagai bahan obat dan kosmetik sehingga disebut sebagai tanaman multi-fungsi (Grainge and Ahmed, 1987).

Pengertian Pestisida Nabati Kardinan (2008), mengatakan bahwa pestisida nabati merupakan kearifan lokal di Indonesia yang sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), guna mendukung terciptanya sistem Pertanian Organik. Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas juga oleh karena terbuat dari bahan alami /nabati,maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia serta ternak peliharaan karena residunya mudah hilang.

Dalam beberapa dasawarsa mendatang, negara-negara berkembang akan dihadapkan pada empat krisis menyedihkan, semuanya bersifat kontra-produktif dari meningkatnya aktivitas dan kegagalan manusia dalam menggunakan sumber daya alam secara berkelanjutan:
-Ancaman terhadap keamanan pangan karena tekanan pertambahan penduduk.
-Kemiskinan dan tidak adanya pekerjaan di pedesaan dan perkotaan.
-Polusi dan degradasi lahan subur dan berbagai perairan.
-Hilangnya keanekaragaman hayati.

Mimba mempunyai banyak hal yang dapat ditawarkan untuk memecahkan berbagai masalah pertanian, kesehatan masyarakat global, populasi, dan pencemaran lingkungan. Tentu saja, hal ini tidak dapat dicapai tanpa membangun kesadaran akan potensi Mimba dan menyebarkan teknologi berbasis Mimba baik untuk pengendalian hama, kesehatan masyarakat, reboisasi, atau produksi dan komersialisasi berbagai produk Mimba baik untuk keperluan rumah tangga atau ekspor. Pohon Mimba dari ekotipe atau genotipe yang unggul perlu lebih banyak ditanamterutama sebagai strategi untuk memulihkan lahan miskin dan membuat  lahan-lahan itu menjadi lahan produktif dan menguntungkan. Tentu saja, hal ini tidak akan terwujud dalam semalam. Jika kita berencana untuk menanam secara berkelanjutan, maka investasi dalam kerangka waktu lima sampai 10 tahun tidaklah signifikan. Selain itu akan dibutuhkan dukungan keuangan, yang diperkuat oleh kebijakan yang menguntungkan untuk promosi, produksi, dan komersialisasi Mimba.


Mimba adalah spesies pohon hutan yang sangat berharga di Asia dan Afrika, dan juga mulai populer di kawasan tropis di Amerika, negara-negara Timur Tengah, dan Australia. Imigran abad kesembilan belas membawa pohon ini dari India ke Fiji, dan sejak itu pohon ini menyebar ke pulau-pulau lain di Pasifik Selatan, bahkan sampai ke Pulau Paskah, yang nyaris dikenal sebagai tempat yang tidak ada pepohonannya. Karena kayunya yang keras, dan manfaatnya yang serbaguna, Mimba sangat ideal untuk program reboisasi dan rehabilitasi lahan terdegradasi, semi-kering, dan gersang, serta daerah pesisir. Selama kekeringan yang parah di Tamil Nadu, India pada bulan Juni-Juli 1987, Mimba terlihat tetap tumbuh subur meskipun tanaman- tanaman lainnya mengering.

Mimba adalah pohon yang sangat baik untuk sistem silvipastoral yang melibatkan produksi rumput pakan ternak dan legum. Namun menurut beberapa laporan, Mimba tidak dapat ditanam di antara tanaman pertanian karena sifatnya yang agresif. Kajian Lain mengatakan bahwa Mimba dapat ditanam dalam kombinasi dengan budidaya tanaman buah dan tanaman seperti wijen, kapas, rami, kacang tanah, kacang, sorgum, singkong, dll, terutama ketika pohon Mimba masih muda. Mimba dapat dijuntaikan untuk mengurangi keluasan naungannya dan untuk menyediakan pakan ternak serta mulsa. Kemajuan terbaru dalam kultur jaringan dan bioteknologi seharusnya memungkinkan untuk memilih fenotipe Mimba dengan ketinggian dan tampilan yang diinginkan untuk digunakan dalam tumpangsari dan berbagai sistem agroforestri. Efek-efek alelopati dari Mimba pada tanaman, jika ada, masih perlu diselidiki.

Pohon Mimba benar-benar sebuah tanaman ajaib  yang menyimpan banyak potensi untuk membantu para petani kecil di bidang pertanian dan pengembangan komunitas sehingga mereka mempunyai mata pencaharian yang semakin baik. ECHO telah melakukan penelitian dan mempromosikan Mimba sejak awal 1980-an.

Mimba merupakan tanaman yang memenuhi persyaratan untuk dikembangkan menjadi sumber bahan dasar pembuatan pestisida nabati. Adapun persyaratan-persyaratan tersebut menurut Ahmed (1995) antara lain:
-Merupakan tanaman tahunan.
-Tidak perlu dimusnahkan apabila suatu saat bagian tanamannya diperlukan.
-Mudah dibudidayakan.
-Tidak menjadi gulma atau inang bagi organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
-Mempunyai nilai tambah.
-Mudah diproses, sesuai dengan kemampuan petani.


Mimba adalah anggota dari famili Meliaceae,yang secara botani merupakan sepupu pohon Mahoni. Menurut laporan dari panel ad hoc Dewan Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Internasional (Board on Science and Technology for International Development), "tanaman ini dapat mengantar ke era baru dalam pengendalian hama, menyediakan obat-obatan murah bagi jutaan manusia, mengurangi laju pertumbuhan populasi manusia dan bahkan mengurangi erosi, penggundulan hutan, dan peningkatan suhu pemanasan global."(National Research Council 1992).Mimba mendapat sebutan lainnya, misalnya, "anugerah alam yang pahit," "hadiah alam untuk umat manusia," "pohon untuk berbagai kesempatan," "pohon yang memurnikan," "pohon ajaib," “pohon abad ke-21,” dan "pohon untuk memecahkan masalah- masalah global." Semua sebutan ini menunjukkan pengakuan atas keragaman manfaatnya. Nama botaninya, Azadirachta indica, berasal dari bahasa Persia, "azad darakht-i-hindi" yang secara harfiah berarti "pohon merdeka atau pohon mulia dari India," yang menunjukkan bahwa pohon ini benar-benar bebas dari masalah hama dan penyakit serta ramah lingkungan.Bahasa Sanskerta untuk Mimba adalah "Arishtha" yang berarti pereda sakit.Dalam bahasa Kiswahili, Afrika Timur, Mimba dikenal sebagai "Mwarubaini," yang berarti membebaskan dari 40 gangguan.

Selama hampir tiga dasawarsa ini, Mimba telah diamati sangat teliti oleh dunia keilmuan sebagai materi alami pengendali serangga hama di berbagai konferensi internasional, yang utamanya dilakukan di negara-negara maju seperti Jerman, Kanada, Australia, USA, dll. Sampai sekarang hampir sekitar 3000 makalah keilmuan telah diterbitkan tentang Mimba. Untuk beberapa dasawarsa ke depan, Australia dengan lahan gersang dan semi-gersang yang selama ini tidak dipakai mungkin akan menjadi pelaku utama budidaya Mimba.

Minat terhadap Mimba di negara-negara maju ini, karena fakta produk pengendali hama berbasis Mimba yang bisa diterapkan melalui beragam tindakan perlakuan, bukan hanya efektif melawan hama tetapi juga aman, lebih ramah lingkungan, dan lebih tidak rentan dengan masalah kekebalan hama ketimbang pestisida sintetis. Kandungan aktif Mimba yang tidak tercampur unsur-unsur lainnya, utamanya adalah azadirachtin yang mempunyai harga tertinggi sekitar US$375/kg dibandingkan dengan US$75/kg untuk pyrethrum (Isman 1995). Pada tahun 1989, penggunaan ‘Margosan’, yang mengandung 0,3% azadirachtin, memperoleh persetujuan dari US Environmental Protection Agency (EPA) untuk penggunaan non-pangan pada tanaman lansekap dan  tanaman hias; pada tahun 1993 EPA  menyetujui penggunaan produk-produk Mimba, seperti ‘Neemix’ pada tanaman pangan. W.R. Grace Co., yang berbasis di Amerika dan memegang hak paten U.S. Patent and Trademarks Office dalam hal metode mengekstrasi insektisida dari Mimba, mengiklankan “Neemix” sebagai “teknologi moderen dari pohon kuno.”Agridyne, salah satu perusahaan lain yang juga berbasis di AS memasarkan 'Align' (dengan kandungan 3% azadirachtin dan 97% bahan tidak aktif, utamanya limonoid Mimba lainnya) untuk mengendalikan hama serangga pada sayuran, buah, kacang, dan tanaman- tanaman agronomi. Kedua produk ini sekarang digunakan untuk perlindungan tanaman berskala komersial di Amerika Serikat. Ekstrak biji Mimba digunakan untuk pengelolaan serangga hama hutan di Kanada. Dalam dasawarsa yang akan datang, pestisida berbasis Mimba diharapkan dapat menangkap 10% dari pangsa pasar pestisida global. Sebuah teknik untuk menggunakan ekstrak Mimba sebagai fungisida juga telah dipatenkan di Amerika Serikat. Sejauh ini, di seluruh dunia, hak paten yang sudah diberikan atas Mimba sudah hampir mencapai angka 50. Penggunaan aditif, bahan pembantu, aktivator, dan bahkan dikaji kemampuannya untuk meningkatkan potensi azadirachtins melawan serangga hama.


Mimba berasal dari Myanmar dan dari kawasan- kawasan kering subbenua India. Di kawasan ini, Mimba bisa dikatakan telah disemi-budidayakan. Selama abad terakhir, Mimba diperkenalkan di zona kering Afrika. Sekarang, Mimba tumbuh di banyak negara Asia, di kawasan tropis Dunia Baru, dan di beberapa negara di Karibia serta Mediterania. Selama tiga dasawarsa terakhir, Mimba diperkenalkan dan ditanam dalam skala besar di Australia, Filipina, dan juga di Dataran Arafat dekat Mekkah di Arab Saudi, daerah-daerah yang secara ekologis sangat berbeda. Selama dasawarsa terakhir, lebih dari 25 juta pohon Mimba telah ditanam di Cina bagian selatan, khususnya di provinsi Yunnan. Di semua daerah ini, Mimba tumbuh subur, hal tersebut merupakan suatu bukti tentang kemampuannya beradaptasi dan ketangguhannya dengan lingkungan yang sulit. Meskipun demikian, Mimba, tidak cocok untuk ditanam di daerah dingin dan kawasan pegunungan (> 1000 m).

Mimba adalah tanaman selalu hijau, tinggi, cepat tumbuh, dapat mencapai ketinggian 25m dan  lingkar batang 2.5m. Pohon ini memiliki tajuk menarik dari daun-daun berwarna hijau tua (yang dapat membentang sampai selebar 10 m) dan bunga bergerombol dengan wangi madu. Mimba tumbuh subur bahkan di tanah tandus yang miskin hara. Mimba mampu hidup di daerah bersuhu tinggi hingga sangat tinggi, curah hujan rendah, kemarau panjang, dan kadar garam (salinitas) tinggi. Mimba diperbanyak melalui biji, bibit yang sudah berumur 9 sampai 12 bulan dapat ditransplantasi dengan baik. Burung dan kelelawar juga menyebarkan benihnya. Pohon ini mulai berbuah saat menginjak umur 3 sampai 5 tahun.Di sub-benua India, masa berbunga dari Januari sampai bulan April dan Daun, biji, bunga serta batang buahnya matang mulai Mei sampai Agustus. Di wilayah pesisir Kenya, Mimba berbuah pada bulan Maret dan April.

Mimba rasanya pahit, yang disebabkan oleh kandungan berbagai senyawa kompleks yang disebut "triterpenes" atau lebih khususnya "limonoid." Lebih dari 100 senyawa bioaktif yang unik telah berhasil diidenifikasi dari berbagai bagian pohon Mimba, dan masih lebih banyak lagi yang sedang diteliti.Tingginya keragaman senyawa bioaktif ini membuat Mimba menjadi tanaman unik dengan potensi penerapan di bidang pertanian, perawatan hewan, kesehatan masyarakat, dan bahkan dalam mengatur kesuburan manusia. Limonoid dalam Mimba terdapat di dalam sembilan kelompok struktur dasar, azadirone (dari minyak), amoorastatin (dari daun segar), vepinin (dari minyak biji), vilasinin (dari daun hijau), gedunin (dari minyak biji dan kulit pohon), nimbin (dari daun dan biji), nimbolin (dari inti biji/kernel), dan salannin (dari daun dan biji), dan kelompok aza (dari  biji Mimba). Azadirahtin dan analognya telah membuat para peneliti terpesona selama 40 tahun terakhir karena kemampuannya menghambat pertumbuhan, dan efek sterilisasi melalui proses kimia pada serangga hama (Saxena 1989, Schmutterer 1990, 2002). Kandungan Azadirachtin dalam Mimba bisa cukup bervariasi sesuai perbedaan kondisi tanah, iklim, atau genotip.


Terdapat pula beberapa jenis Mimba yang berbuah di bulan November atau Desember. Panjang buahnya sekitar 2 cm, dan saat matang, kulit buah berwarna kuning berdaging, cangkang keras berwarna putih, dan biji berwarna cokelat yang kaya minyak. Buah yang dihasilkan berkisar 30-100 kg per pohon, bergantung pada curah hujan, radiasi matahari, jenis tanah, dan ekotipe atau genotipe Mimba tersebut. Dari 50 kg buah segar dapat menghasilkan sekitar 30 kg biji yang dapat memberikan 6 kg minyak dan 24 kg daging buah. Daya hidup biji berkisar antara 6 sampai 8 minggu, tetapi jika benar-benar dibersihkan, dikeringkan dan didinginkan, daya hidupnya bisa sampai  6 bulan. Perbanyakan juga dapat dilakukan melalui tunggul dan stek batang. Meskipun baru berhasil sebagian,perbanyakan juga dilakukan melalui kultur jaringan yang menghasilkan tanaman-tanaman kecil.

Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tanaman multimanfaat karena selain dapat tumbuh dengan baik di daerah marginal yang panas dan kering, juga dapat berfungsi sebagai pohon reboisasi dan penghijauan, bahan pestisida nabati yang dapat mengendalikan OPT secara ramah lingkungan serta bahan pupuk organik yang selain mengandung unsur hara tanaman, baik makro, maupun mikro, juga mengandung bahan pestisida untuk menanggulangi OPT di dalam tanah.

Di sebagian besar negara sedang berkembang, sekarang ini pengendalian hama utamanyabergantung kepada pestisida impor. Ketergantungan ini harus dikurangi. Meskipun pada umumnya pestisida menguntungkan dalam bentuk hasil langsung panen yang lebih baik, penggunaannya sering mengakibatkan kontaminasi lingkungan daratan dan perairan, merusak serangga yang bermanfaat dan biota liar, tanpa sengaja meracuni manusia dan ternak, serta memunculkan efek samping yaitu hama menjadi kebal dan akan menyerang-ulang. Ada lebih dari 500 spesies hama arthropoda yang menjadi kebal terhadap satu atau lebih insektisida. Kekebalan ulat cotton boll worm di India dan Pakistan, kumbang kentang Colorado di Amerika Serikat terhadap semua insektisida yang tersedia, dan ngengat diamondback yang kebal terhadap semua kelas insektisida, termasuk  Bacillus thuringiensis  (Bt),  di Hawaii, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Thailand, menggambarkan betapa rumitnya masalah ini. Pergeseran status hama dari hama sampingan menjadi hama utama, dan serangan-ulang hama yang sama, seperti kebangkitan lalat putih akibat punahnya musuh alaminya secara langsung atau tidak langsung merupakan salah satu perkembangan lain yang tidak diinginkan  terkait dengan penggunaan pestisida.


Menurut laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia dan Program Lingkungan PBB diperkirakan bahwa di seluruh dunia, setiap tahun ada 1 juta orang yang keracunan pestisida, sekitar 20.000 di antaranya berakhir dengan kematian, terutama di negara-negara sedang berkembang. Masalahnya menjadi lebih sulit lagi karena hanya sedikit, jika ada, senyawa baru yang muncul untuk menggantikan senyawa insektisida yang lama. Biaya untuk mengembangkan dan mendaftarkan pestisida baru sangat mengejutkan, hampir USD 60 juta, sedangkan produsen pestisida tidak mau mengambil risiko menanam modal untuk produk- produk yang masa hidupnya di pasar bisa dipersingkat oleh perkembangan kekebalan hama.

Mimba, terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan). Mimba (Azadirachta indica A. Juss; Mileaceae), merupakan salah satu tumbuhan sumber bahan pestisida (pestisida nabati) yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama.

Untuk pengendalian hama yang sehat secara ekologis, seimbang, dan etis maka dibutuhkan adanya agen pengendali yang spesifik mengendalikan hama tertentu, tidak meracuni manusia dan biota lainnya, bisa hancur secara alami, lebih tidak rentan terhadap resistensi dan serangan-ulang hama, dan relatif lebih murah. Di antara berbagai pilihan yang ada, Mimba telah di-identifikasi sebagai sumber pestisida alami yang "ramah" lingkungan.


Penggunaan Mimba untuk melawan hama di rumah-rumah dan gudang-gudang penyimpanan dan sampai batas tertentu untuk melawan hama tanaman pangan di sub-benua India sudah berlangsung sangat lama. Pada awal 1930, daging buah Mimba digunakan di lahan-lahan padi dan tebu untuk melawan hama penggerek batang dan semut putih. Pengamatan-pengamatan awal menemukan bahwa kerumunan belalang yang tidak menyerang daun Mimba telah dibuktikan kebenarannya dalam penelitian laboratorium dan ini dikaitkan dengan aktivitas Mimba yang menjerakan belalang untuk memakannya.

Daun mimba dapat digunakan sebagai insektisida, seain itu mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, maupun akarisida (Backer dan Van der Brink, 1965). Mimba memiliki efek anti serangga dengan azadirachtin sebagai komponen yang paling potensi.

Seperti telah kita ketahui, bahwa tanaman merupakan gudang bahan kimia yang kaya akan kandungan berbagai jenis bahan aktif. Di dalam tanaman mungkin terkandung puluhan atau ratusan, bahkan ribuan jenis bahan kimia, sehingga sangat sulit untuk menentukan jenis dan fungsi atau manfaat setiap jenis kandungan bahan aktif tersebut. Dikenal suatu kelompok bahan aktif yang disebut “Produk metabolit sekunder” (Secondary metabolic products), dimana fungsinya bagi tumbuhan tersebut dalam proses metabolismenya kurang jelas. Namun kelompok ini dikenal berperan dalam hal berinteraksi atau berkompetisi, termasuk menjadi bahan untuk melindungi diri dari gangguan pesaingnya (Kardinan, 2002).


Ada beberapa serangga herbivora, termasuk beberapa serangga pengisap, kumbang, dan ngengat yang memang bertahan hidup di pohon Mimba, tetapi pada umumnya pohon ini bebas dari masalah hama yang serius. Beberapa serangga dapat menyesuaikan diri dengan limonoid, tetapi uji laboratorium terhadap dua galur genetik yang berbeda dari ngengat Diamondback yang diberi perlakuan ekstrak biji Mimba tidak menunjukkan tanda-tanda kekebalan dalam uji coba yang dilakukan atas pakan dan uji fekunditas sampai 35 generasi (Vollinger 1987, Vollinger and Schmutterer 2002). Sebaliknya, ngengat yang diberi perlakuan Deltametrin menunjukkan munculnya faktor kekebalan 20 dalam satu galur dan 35 dalam galur lainnya. Tidak ada kekebalan silang antara Deltametrin dan ekstrak biji Mimba di galur yang kebal terhadap Deltametrin. Keragaman senyawa Mimba dan efek gabungan senyawa-senyawa tersebut pada serangga hama tampaknya memberikan mekanisme pencegahan kekebalan yang ada di dalam Mimba. Namun, akal sehat menuntut kita untuk menahan diri dari melakukan aplikasi eksklusif dan berkepanjangan atas materi bioaktif tunggal, seperti azadirachtin.

Pohon mimba termasuk pohon yang mampu beradaptasi di daerah marginal yang panas dan kering, bahkan berbatu. Di-Situbondo pohon mimba dapat ditemukan dari mulai pesisir pantai, rawa-rawa sampai di perbukitan berbatu sekalipun, sehingga pohon ini akan sangat cocok digunakan sebagai pohon penghijauan ataupun reboisasi di Indonesia, khususnya di daerah yang panas dan kering di dataran rendah. Walaupun tidak berbiji apabila ditanam di dataran tinggi (di atas 300 m dpl.), namun pohon mimba masih mampu berdaun dengan lebat.

Pohon mimba dengan tinggi yang mampu mencapai 20 m, bersifat mampu meresap CO2 dari udara relatif lebih banyak dibanding pohon-pohon lainnya, juga dengan sendirinya mampu mengeluarkan O2 relatif lebih banyak pula dibandingkan pohon pohon lainnya, sehingga pohon ini dianggap mampu meminimalkan polusi udara dan memberikan kesegaran pada lingkungan. Oleh karena itu pohon ini sangat cocok dijadikan pohon penghijauan di perkotaan khususnya kota-kota besar seperti Jakarta yang memang sudah sangat tinggi dengan polusi udaranya.

Pohon mimba mempunyai perakaran yang kuat dan dalam, sehingga sangat memungkinkan mampu mengangkat unsur hara di dalam tanah dan mengeluarkannya ke permukaan melalui jatuhnya bagianbagian tanaman ke permukaan tanah. Oleh karena itu pohon ini diharapkan mampu memperbaiki kesuburan tanah dan akan sangat cocok ditanam di daerah yang kurang subur. Untuk keperluan ini sebaiknya bibit mimba yang digunakan adalah yang berasal dari biji (generatif), bukan yang berasal dari stek batang atau ranting (vegetatif), karena bibit yang berasal dari biji memiliki akar tunggang (dari perbanyakan vegetatif tidak memiliki akar tunggang) dan akan lebih tahan dalam menghadapi terpaan angin ataupun gangguan goyangan lainnya agar tidak tumbang.

Pohon mimba memiliki diameter batang yang cukup besar dan kayunya termasuk kayu kelas satu, sehingga akan sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai bahan bangunan, sedangkan daunnya yang lebat dapat digunakan sebagai pakan ternak yang juga bersifat sebagai obat cacing untuk ternak. Namun demikian, saat ini tidak dianjurkan menebang pohon mimba untuk digunakan kayunya, karena populasinya di Indonesia masih relatif rendah.

Saat ini bibit pohon mimba yang berasal dari biji tersedia di BPT Situbondo dalam jumlah besar, sehingga siap mendukung program reboisasi dan penghijauan di Indonesia.

Kandungan Bahan Aktif dari Mimba
Mimba, terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan). Beberapa diantaranya adalah azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin (Ruskin, 1993). Azadirachtin sendiri terdiri dari sekitar 17 komponen dan komponen yang mana yang paling bertanggung jawab sebagai pestisida atau obat, belum jelas diketahui (Rembold, 1989). Mimba tidak membunuh hama secara cepat, namun mengganggu hama pada proses makan, pertumbuhan, reproduksi dan lainnya (Senrayan, 1997).

Azadirachtin
Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian (Chiu, 1988).

Salanin
Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan (anti-feedant) yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam penggunaan pestisida nabati dari mimba, seringkali hama tidak mati seketika setelah disemprot (knock-down), namun memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari. Namun demikian, hama yang telah disemprot tersebut daya rusaknya sudah sangat menurun, karena dalam keadaan sakit (Ruskin, 1993).

Meliantriol
Meliantriol berperan sebagai penghalau (repellent) yang mengakibatkan serangga hama enggan mendekati zat tersebut. Suatu kasus terjadi ketika belalang Schistocerca gregaria menyerang tanaman di Afrika, semua jenis tanaman terserang belalang, kecuali satu jenis tanaman, yaitu mimba (Sudarmadji, 1999). Mimba-pun dapat merubah tingkah laku serangga, khususnya belalang (insect behavior) yang tadinya bersifat migrasi, bergerombol dan merusak menjadi bersifat solitair serta tidak merusak (informasi lisan Prof. K. Untung).

Nimbin
Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti mikro organisme seperti anti-virus, bakterisida, fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit tanaman (Ruskin, 1993). Tidak terbatas hal itu, bahan-bahan ini sering digunakan dan dipercaya masyarakat sebagai obat tradisional yang mampu menyembuhkan segala jenis penyakit pada manusia (Kardinan dan Taryono, 2003).

Selain mengandung bahan-bahan tersebut di atas, di dalam tanaman mimba masih terdapat berpuluh, bahkan beratus jenis bahan aktif yang merupakan produksi metabolit sekunder yang belum teridentifikasi dan belum diketahui manfaatnya. Oleh karena itu,penelitian mengenai penggalian potensi mimba masih banyak diperlukan.

Pemanenan Biji Mimba
Di BPT Situbondo maupun wilayah lain yang berdekatan, biasayan pohon mimba mulai berbuah pada bulan Oktober – November dan mulai tua/matang pada bulan Desember - Februari tahun berikutnya. BPT Situbondo memanen biji mimba hanya yang terjatuh dari pohon, karena buah tua/matang atau karena buahnya dimakan hewan seperti burung, kelelawar, tikus dan musang.

Pohon mimba yang sedang berbuah perbedaan buah mimba muda dan buah mimba tua biji mimba yang terjatuh, bekas dimakan binatang dan karena buah tua.

Proses Pengolahan Mimba
Bagian utama dari pohon mimba yang dimanfaatkan adalah daun dan biji. Berikut dijelaskan mengenai prosesing daun dan biji agar dapat dimanfaatkan, baik sebagai obat, pestisida, kosmetik, toilet teries, pupuk dan lainnya.

Biji
Biji mimba mengandung minyak sekitar 40%. Untuk memperoleh minyaknya dapat diperoleh dengan 2 (dua) cara:

Cara pengepresan, yaitu dengan jalan mengepres biji mimba dengan suatu alat pengepres sehingga yang tersisa adalah bungkilnya yang biasanya masih mengandung minyak. Dengan cara ini minyak yang terambil antara 15-20 %, sehingga kandungan minyak pada bungkil masih tinggi, oleh karena itu banyak orang yang menggunakan bungkil mimba ini sebagai bahan pestisida dengan cara mengekstraknya dengan ethanol atau denan air dengan sedikit penambahan deterjen atau sabun colek, agar antara minyak dan air terjadi emulsi.
Ekstraksi dengan heksan, yaitu dengan cara mengaduk dan maserasi adukan tersebut, sehingga minyak yang terkandung dalam biji mimba tertarik dan bercampur dengan heksan. Selanjutnya heksan tersebut di rotavapor (diuapkan) untuk memisahkan pelarut heksan dengan minyak mimba. Dengan cara ini minyak yang terambil lebih tinggi, yaitu dapat mencapai antara 20 – 25%. Namun demikian, bungkil mimbanya masih mengandung minyak dan masih dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati, yaitu dengan cara mengekstraknya dengan ethanol, atau ada juga yang mengekstraknya dengan air yang ditambah sedikit emulsifier, biasanya deterjen atau sabun cair Teepol. Selanjutnya minyak yang diperoleh digunakan untuk berbagai keperluan, diantaranya pembuatan sabun mandi, shampo, pestisida, sabun pencuci tangan, pasta gigi dan lainnya.

Daun dapat digunakan langsung dalam keadaan segar, ataupun dikeringkan, sehingga di peroleh simplisia kering, namun ada juga yang dibuat tepung, sehingga lebih praktis pengemasannya. Dalam keadaan segar tidak memerlukan perlakuan khusus, hanya perlu dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan cara dicuci, selanjutnya apabila akan digunakan sebagai obat, cukup menyeduh tujuh lembar daun dalam dua gelas air sampai menjadi satu gelas air. Simplisia kering daun diperoleh dengan cara mengering-anginkan daun sampai daun bisa diremas menjadi serpihan. Bisa juga dilakukan pemanasan dengan oven yang dilengkapi fan (kipas angin) pada suhu maksimal 400C atau ada juga yang menjemur di bawah sinar matahari di bawah jam 10 pagi (tidak terlalu terik). Tepung daun mimba diperoleh dengan cara menggrinder simplisia kering tadi dengan alat khusus (grinder) atau dapat juga dengan alat penghancur yang ada pada mixer.

Daun mimba (Azadirachta indica)  tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun majemuk menyirip genap. Daun mimba dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membasmi hama dengan cara yang tradisional yang ramah lingkungan, karena penggunaan daun mimba sebagai pestisida nabati tidak menimbulkan dampak atau pencemaran yang membahayakan masyarakat sekitar. 

Ekstrak daun dapat berefek sebagai fungisida alami pada pengendalian penyakit antraknosa pada apel pasca panen, berefek insektisida terhadap larva Aedes aegypti.

Mimba Digunakan Sebagai Obat Tradisional
Sangat banyak berita-berita yang menginformasikan khasiat mimba dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit, bahkan saat ini daun mimba sudah dijual dalam berbagai macam kemasan, mulai dari kapsul, tepung daun, daun kering ataupun teh mimba instant. Dalam kemasan tersebut disebutkan bahwa daun mimba mampu menanggulangi penyakit tumor, kanker, diabetes, kolesterol, asma, darah tinggi, asam urat dan lainnya. Diberitakan oleh Karjono dalam majalah Trubus (1998) mengenai suatu kasus seorang pasien yang sudah divonis dokter bahwa yang bersangkutan tidak bisa tertolong, namun berkat meminum 7 (tujuh) lembar daun mimba, berangsur-angsur si pasien sembuh, sampai akhirnya sembuh total dan sampai saat ini masih segar bugar dan meneruskan meminum teh mimba.

Sampai saat ini masih terjadi kontroversi mengenai digunakannya daun mimba sebagai obat tradisional. Disatu pihak bersikeras bahwa mimba adalah racun yang apabila digunakan sebagai obat akan sangat membahayakan si pasien. Dilain pihak bersikeras pula bahwa mimba dapat digunakan sebagi obat tradisional untuk berbagai jenis penyakit, karena telah digunakan sejak jaman dahulu dan sudah banyak bukti akan khasiat mimba dalam menanggulangi berbagai macam penyakit, hanya proses pembuatan dan dosisnya yang harus diperhatikan secara tepat dan benar. Suatu contoh bahwa untuk digunakan sebagai obat, hanya 7 (tujuh) lembar daun mimba atau setara dengan ¼ sendok teh tepung daun mimba yang perlu digodok dalam 2 (dua) dua gelas air, sehingga menjadi 1 (satu) gelas air atau langsung diseduh air panas dalam satu gelas dan diminum selagi hangat, jangan sampai dibiarkan/diendapkan sampai keesokan harinya, karena akan berubah menjadi racun. Dalam hal ini banyak kasus pasien keracunan karena si pasien ingin puas dan cepat sembuh, sehingga mengkonsumsi over dosis yang sangat membahayakan si pasien itu sendiri. Selain itu banyak kasus bahwa dengan alasan lupa meminum, akhirnya seduhan tadi mengendap sampai keesokan harinya dan diminum yang akhirnya juga membahayakan si pasien.

Sudah sejak lama mimba digunakan sebagai pestisida nabati dengan kemanjuran dan peruntukan yang luas (Broad spectrum), baik digunakan secara sederhana di negara berkembang, maupun digunakan secara terformula di negara maju, seperti Amerika Serikat. Di Amerika Serikat sendiri mimba sudah digunakan secara meluas, yang pada awalnya hanya diperuntukan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada tanaman yang bukan untuk dikonsumsi (non-food crops), namun belakangan ini sudah diperkenankan dipergunakan untuk mengendalikan OPT pada tanaman pangan (food crops), dengan berbagai jenis merk dagang, diantaranya adalah Margosan, Aligin, Turpex, Azatin dan Bio-neem. Negara lain-pun di Asia sudah banyak yang memproduksi pestisida nabati dari mimba, diantaranya India dengan berbagai merk dagang, satu diantaranya yang sudah masuk ke Indonesia adalah “Neemazal”, Singapura yang juga telah memproduksi pestisida nabati mimba dan telah masuk pula ke Indonesia, namun dengan mengaku/mengklaim sebagai pupuk organik cair, yaitu “Bionature”, dan masih banyak merk dagang lain yang telah dibuat oleh Thailand, Myanmar dan Singapura.

Khasiat derivatif Mimba dalam melawan hama utama penyakit padi dan virus yang ditularkan oleh serangga hama tersebut serta kenaikan hasil panen telah dikaji oleh Saxena (1989). Di Filipina, penggunaan campuran daging buah Mimba dan urea dengan perbandingan 2:10 sebanyak 120 kg/ha telah menurunkan terjadinya serangan penyakit Kerdil Hampa, Kerdil Rumput, dan virus tungro, serta meningkatkan panen padi secara signifikan, baik di musim kemarau maupun musim hujan. Selain itu penyemprotan mingguan dengan volume sangat rendah (VSR) 50% dari campuran minyak Mimba-minyak apel dengan perbandingan 4: 1 (vol/vol) sebanyak 8l/ha dari pembibitan sampai ke tahap maksimum anakan telah menurunkan serangan tungro dan meningkatkan hasil panen (Abdul Kareem, dkk. 1987). Rendahnya biaya asupan yang diperlukan untuk perlakuan ini turut menyumbang tingginya keuntungan bersih dibandingkan perlakuan dengan insektisida. Di India, perlakuan Mimba berhasil mengendalikan populasi wereng hijau, penggerek batang kuning, rice gall midge, dan belalang. Lahan yang disemprot dengan 2% ekstrak biji Mimba sebanyak 10 kg/ha menghasilkan panen gabah tertinggi.

Jagung, sorgum, dan milet (jawawut).Dalam uji coba yang dilakukan di Stasiun Lapang Mbita Point Field Station of International Centre of Insect Physiology and Ecology (ICIPE) dan di lahan- lahan petani di Kenya, perlakuan bubuk biji Mimba pada daun tanaman sebanyak 3 g/tanaman atau bubuk daging buah Mimba sebanyak 1g/tanaman, sekali per 4 minggu setelah biji berkecambah atau dua kali pada 4 dan 6 minggu setelah biji jagung berkecambah, yang telah diserang oleh penggerek batang bertotol, secara signifikan mengurangi kerusakan daun, penggerekan batang, kerusakan pada tasel, dan populasi larva penggerek. Panen butiran jagung dari lahan jagung yang memperoleh perlakuan ini sama tingginya dengan panen yang diperoleh dari lahan yang menggunakan pestisida dan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang tidak diberi perlakuan apa-apa.

Penyimpanan daging buah Mimba dalam kondisi tanpa cahaya hingga 2 tahun lamanya ternyata tidak mengurangi keefektivannya melawan hama. Saat perlakuan daging buah Mimba diberikan ketanaman sorgum, kerusakan yang ditimbulkan oleh hama menjadi berkurang termasuk ukuran tubuh hama menjadi lebih kecil. Pengukuran dilakukan dengan mengukur lebar kapsul kepala larva, dan panen yang dihasilkan meningkat. Dalam uji coba yang dilakukan di Mali, ekstrak Mimba lokal yang digunakan membuat hasil panen meningkat secara signifikan pada tanaman milet yang ditanam di awal dan saat musim utama karena berhasil mengendalikan hama yang menyerang bulir milet, kumbang blister, dan penggerek bulir.

Pohon Mimba tidak hanya indah dipandang, mengesankan keagungan dan keanggunan, tetapi juga berfungsi sebagai tempat berlindung bagi banyak organisme menguntungkan; kelelawar, burung, lebah madu, laba-laba, dll. Sarang lebah yang dibangun di pohon Mimba bebas dari serangan ngengat kutu/galleria wax moth. Banyak spesies burung dan kelelawar pemakan buah yang bertahan hidup dari daging buahnya yang matang dan manis, sementara tikus-tikus jenis tertentu secara selektif memakan kernelnya, mengukuhkan keamanan Mimba bagi hewan berdarah panas. Serasah daunnya meningkatkan kesuburan  dan kandungan organik tanah. Dalam era modern saat ini,asosiasi mikoriza antara Mimba dan bakteri serta jamur endofitik telah diidentifikasi. Memang benar, pohon Mimba adalah sebuah mikrokosmos yang hidup.

Di India, Mimba dipandang lebih tinggi derajatnya dibandingkan ‘Kalpavriksha’, pohon yang secara mitologis dianggap sebagai pohon pengabul harapan. Meskipun perlu dilakukan kajian ilmiah, Mimba  dianggap dapat memurnikan udara dan lingkungan dari unsur berbahaya.

Indonesiapun saat ini telah banyak yang memproduksi pestisida nabati dari mimba,diantaranya oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), Balai penelitian Tanaman Serat dan Kapas (Balittas-Malang), Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro-Bogor) dan pihak-pihak swasta (PT. Nihon Seima), maupun LSM lainnya. Namun demikian hanya satu yang telah terdaftar dan mendapat ijin dari Komisi Pestisida – Departemen Pertanian. Prosesnya pendaftaran pestisida agak rumit (disamakan dengan pestisida kimia sintetis), yang paling utama adalah “Biaya” yang harus dikeluarkan relatif besar bila diukur dari para pengembang lokal yang umumnya bukan merupakan pengusaha besar dengan skala impor-ekspor. Untuk itu, jika pemerintah mempunyai itikad baik (Political will) untuk membatasi berkembangnya penggunaan pestisida kimia sintetis yang semakin waktu semakin meningkat dengan pencemaran lingkungan dan dampak negatif yang semakin meningkat pula, maka pemerintah harus mendukung berkembangnya penggunaan pestisida nabati, khususnya dari mimba ini, salah satunya dengan memberikan kemudahan perijinan dan keringanan biaya pendaftarannya.

Kemiskinan tidak selalu muncul dalam bentuk kekurangan uang atau uang tunai. Dalam arti lebih luas, kemiskinan adalah kurang tersedianya pilihan, entah dalam wujud tidak tersedianya pupuk untuk budidaya tanaman, pestisida untuk perlindungan tanaman, obat medis untuk kesejahteraan keluarga, bahan bakar atau kayu bakar untuk memasak, kayu untuk mebel atau tempat tinggal, atau teknologi tepat guna untuk memulihkan tanah terlantar, atau tidak adanya pendapatan dan kesempatan kerja. Dalam semua hal ini, Mimba bisa menjadi 'obat mujarab bagi semua masalah,’ terutama di kawasan pedesaan. Di India, selama musim Mimba berbuah pada bulan Juni-Juli, para wanita pengangguran, anak-anak, dan orang-orang yang tidak mempunyai banyak tenaga bisa menemukan lapangan kerja dan pendapatan karena ada pekerjaan mengumpulkan biji-biji Mimba. Dengan meningkatnya permintaan biji Mimba, madu Mimba dan produk-produk Mimba lainnya di seluruh dunia, ada kesempatan yang cukup besar untuk membangun industri kecil, dan usaha kecil lainnya di daerah pedesaan di Asia dan Afrika di mana Mimba telah umum ditanam. Karena pertanian merupakan tongkat kehidupan di kawasan pedesaan, maka meningkatkan produktivitas pertanian melalui penggunaan produk Mimba dalam mengendalikan hama dapat memberikan kontribusi penting untuk mengentaskan kemiskinan di pedesaan.

Bungkil atau dedak biji mimba yang telah diambil minyaknya, baik secara di pres, maupun diekstrak dengan heksan, merupakan bahan pupuk organik yang kaya akan nutrisi yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Selain bahan nutrisi tanaman, baik unsur makro, maupun mikro, bungkil biji mimba ini juga masih mengandung bahan aktif pestisida nabati, seperti azadirachtin yang akan bermanfaat mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan yang berada di dalam tanah, seperti hama rayap, uret/kuul/lundi, nematoda dan hama lainnya, sehingga penggunaannya sebagai pupuk organik akan bermanfaat ganda, yaitu secara tidak langsung akan bermanfaat sebagai pestisida juga. Keuntungan lain yang diperoleh adalah bahwa azadirachtin bersifat sistemik, yaitu dapat meresap kedalam jaringan tumbuhan, sehingga apabila diaplikasikan sebagai pupuk di tanah, maka apabila terisap oleh tanaman akan ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya, seperti daun dan akan berfungsi melindungi tanaman dari gangguan OPT. Pupuk organik dari bungkil biji mimba ini telah diproduksi oleh Balittro, yaitu dengan penambahan pupuk kandang, kompos ataupun guano kedalamnya, sehingga diperoleh pupuk organik plus.

Selain bungkil biji mimba, daunnyapun dapat digunakan sebagai bahan kompos untuk dijadikan pupuk organik yang juga mengandung kandungan bahan aktif pestisida nabati, sehingga dapat berfungsi ganda. Pohon mimba berdaun lebat, sehingga daun mudah diperoleh. Walaupun pohon mimba hanya akan berbiji bila ditanam ditempat yang panas dan kering di dataran rendah, namun mimba akan tetap berdaun walaupun ditanam di dataran tinggi dengan curah hujan yang tinggi.

Naungannya tidak hanya memberikan kesejukan tetapi juga mencegah terjadinya berbagai macam penyakit. Selama bulan-bulan musim panas di bagian utara sub-benua kawasan India, suhu di bawah pohon Mimba ada di titik 10C lebih rendah dari suhu sekitarnya. Pemulihan kesehatan tanah terdegradasi dan penggunaan akhir dari tanah terlantar yang berhasil disuburkan kembali dengan penanaman Mimba adalah contoh lain dari nilai Mimba bagi umat manusia. Sekitar 25 tahun yang lalu, kurang-lebih 50.000 pohon Mimba ditanam dilahan seluas 10 km2 lebih, di dataran Arafat untuk menyediakan peneduh bagi umat Muslim selama menjalankan ibadah haji (Ahmed dkk. 1989). Kebun Mimba itu membuktikan adanya pengaruh nyata terhadap iklim mikro, mikroflora, mikrofauna, dan kandungan hara tanah di area tersebut. Selain itu, pohon-pohon yang telah tumbuh dewasa memberikan keteduhan bagi sekitar 2 juta peziarah. Dalam dasawarsa terakhir ini, sekitar 25 juta pohon Mimba telah ditanam di Cina bagian selatan, terutama di Provinsi Yunnan.

Mimba juga digunakan sebagai penahan angin. Di kawasan dengan curah hujan rendah dan kecepatan angin yang tinggi, pohon Mimba dapat melindungi tanaman dari proses pengeringan. Di lembah Majjia di Nigeria, lebih dari 500 km penahan angin dibuat dari jajaran dua baris pohon Mimba yang sengaja ditanam untuk melindungi tanaman milet. Penahan angin ini dilaporkan telah meningkatkan hasil bijian sebesar 20%. Mimba penahan angin dalam skala yang lebih kecil juga telah ditanam di sepanjang perkebunan selat sisal di wilayah pesisir Kenya. Penanaman Mimba skala besar telah dimulai dalam program Reboisasi Kwimba di Tanzania dan Adjumani, Uganda bagian utara.

Di negara-negara yang terletak di antara Somalia sampai ke Mauritania, Mimba telah dipakai untuk menghentikan perluasan gurun Sahara. Selain itu, Mimba juga menjadi pohon yang disukai karena menyediakan naungan. Mimba sangat baik jika ditanam bersama campuran tegakan tanaman lainnya. Mungkin bukan kebetulan bahwa Kaisar Ashoka, penguasa besar dari India kuno, pada abad ke-3 SM, memerintahkan agar Mimba ditanam di sepanjang jalan raya kerajaan dan jalan-jalan utama bersama dengan tanaman tahunan lainnya (asam dan 'mahua').  Mimba memiliki semua karakter baik yang diperlukan untuk berbagai program kehutanan sosial.

Pohon yang termasuk dalam tanaman tahunan dan hijau abadi ini,dapat bertahan selama 250 sampai 300 tahun. Bahkan perkiraan yang sangat konservatif dari 'jasa lingkungan' tidak langsung yang diberikan oleh pohon ini jika dihitung berdasarkan USD 10 per bulan selama masa hidupnya akan memberikan nilai yang menakjubkan mulai dari USD 30.000 sampai USD 36.000. Keuntungan ekonomi nyata lainnya yang di peroleh dari derivat Mimba, seperti produksi biomassa, kayu, biji, dan madu, semuanya dapat diukur.

Pohon Mimba dewasa menghasilkan antara 10 hingga 100 ton biomassa kering/ha, tergantung pada curah hujan, ciri-ciri lokasi, jarak tanam, ekotipe atau genotipenya. Dari biomassa total, sekitar 50% berasal dari daun; 25% dari buah dan 25% dari kayu. Peningkatan pengelolaan tegakan Mimba dapat menghasilkan panen sekitar 12,5 meter kubik (40 ton) kayu berkualitas tinggi per hektare.

Kayu Mimba keras dan relatif berat, umumnya digunakan untuk membuat gerobak, gagang peralatan, alat pertanian, dan bahkan mainan, serta ikon-ikon keagamaan di beberapa daerah di India. Kayu ini bisa melewati proses pengeringan dengan baik, kecualiujung-ujungnya yang memecah. Karena awet dan tahan rayap, maka kayu Mimba digunakan sebagai tiang pagar, tiang rumah, mebel, dll. Di beberapa negara Eropa tersedia pasar yang semakin berkembang untuk mebel dari kayu Mimba yang berwarna terang. Tiang kayu sangat penting, terutama di negara-negara berkembang, kemampuan pohon ini untuk bertunas kembali setelah dipotong dan kembali menumbuhkan tajuknya setelah  pemangkasan membuatnya produktif sebagai penghasil tiang. Mimba tumbuh cepat dan merupakan sumber yang baik untuk kayu bakar dan bahan bakar, arangnya memiliki kandungan kalori yang tinggi.

Mimba di daerah perkotaan dan kawasan industri juga akan membuat tersedianya peluang kerja menghasilkan produk bernilai tambah,baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor. Mimba seharusnya juga berperanan penting dalam memperkaya keanekaragaman flora dan fauna sebab banyak sekali macam organisme, mulai dari serangga sampai burung dan mamalia yang hidup bersama Mimba. Meningkatnya penanaman Mimba di sepanjang pinggiran jalan dan jalan-jalan rayaseharusnya membuat kota-kota lebih nyaman dihuni dan kawasan desa menjadi lebih menarik daripada sekarang. Penggunaan agen pengendali hama dan pupuk berbasis Mimba seharusnya mengurangi bahaya dan polusi yang terkait pestisida baik di darat maupun di kawasan perairan. Kisah Mimba memang baru saja bergulir. Negara-negara tropis di mana Mimba dapat tumbuh subur bisa mendapatkan banyak keuntungan dari meningkatnya kesadaran akan 'harta' terpendam di dalam Mimba.

Tindakan mematenkan pestisida Mimba dan formulasi-formulasinya telah menimbulkan kritik serius dan tantangan di negara-negara berkembang, khususnya di India, karena dianggap sebagai contoh dari 'pembajakan/pelanggaran atas  kearifan masyarakat tradisional'. Di beberapa negara Eropa upaya untuk mengekstrak azadirachtin dari kulit kayu Mimba, telah dilakukan pada skala komersial. Namun demikian usaha semacam ini masih tetap sulit dijalankan dan tidak menguntungkan secara ekonomis. Biji Mimba yang menyimpan kandungan azadirachtin tinggi akan tetap merupakan bahan baku dasar untuk produksi insektisida berbasis Mimba di masa depan. Dalam konteks ini, negara-negara tropis Asia dan Afrika bisa menjadi eksportir utama bahan mentah maupun produk-produk jadi yang mempunyai nilai tambah.



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...