Loading...
Biopestisida adalah bahan yang
berasal dari alam, seperti tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk mengendalikan
Organisme Pengganggu Tanaman atau juga disebut dengan pestisida hayati.
Biopestisida merupakan salah satu solusi ramah lingkungan dalam rangka menekan
dampak negatif akibat penggunaan pestisida non hayati yang berlebihan. Saat ini
Biopestisida telah banyak dikembangkan di masyarakat khususnya para petani.
Namun belum banyak petani yang menjadikan biopestisida sebagai penangkal dan
pengendali hama penyakit untuk tujuan mempertahankan produksi.
Di negara-negara sedang
berkembang sebagian besar potensi Mimba sebagai pengendali hama masih belum
dimanfaatkan karena petani terlanjur menggunakan insektisida sintetis spektrum
luas. Selain itu, iklan-iklan yang berisi slogan-slogan seperti "satu-
satunya serangga yang baik adalah serangga yang mati" dan anggapan bahwa
memanfaatkan Mimba secara tradisional adalah langkah mundur, lama kelamaan
membuat orang-orang tidak mau menggunakan Mimba. Baru dalam dua dasawarsa
terakhir ini, potensi Mimba untuk mengendalikan hama kembali dihargai. Meskipun
tidak kentara, efek Mimba, seperti: efek
mengusir, mencegah serangga makan dan meletakkan telurnya, efek menghambat pertumbuhan, menganggu proses
kawin, sterilisasi kimiawi, dll. sekarang dianggap jauh lebih menarik bagi program-program
pengendalian hama terpadu daripada cara-cara
yang memberikan solusi cepat. Penggunaan Mimba mengurangi terpaparnya
musuh alami hama pada makanan beracun atau kelaparan. Selain selektivitasnya
yang tinggi, derivatif Mimba mempengaruhi sekitar 400 sampai 500 spesies
serangga hama dari berbagai ordo (Schmutterer and Singh 2002), satu spesies
ostracoda, beberapa spesies tungau, dan nematoda, bahkan siput-siput dan
jamur-jamur yang berbahaya, termasuk Aspergillus spp. yang menghasilkan
aflatoksin.
Walaupun pemerintah telah
meluncurkan program PHT (Pengendalian Hama Terpadu) agar masyarakat tidak
tergantung kepada pestisida, serta mencabut subsidi dan melarang beberapa jenis
pestisida, namun kenyataannya, nilai impor bahan pestisida yang pada tahun 1990-an
mencapai sekitar 200 milyaran rupiah (Kasryno, 1994) ternyata pada tahun
2000-an melampui angka 300 milyaran rupiah (Anon, 2000), bukannya menurun, tetapi
malah meningkat tajam.
Hal ini menunjukkan bahwa petani
indonesia masih bergantung kepada pestisida kimia sintetis, khususnya impor serta
kebiasan masyarakat kita yang masih kuat dan sulit dirubah untuk tidak bergantung
kepada pestisida, atau memang kebijakan pemerintah kita yang masih mendukung
penggunaan pestisida kimia sintetis dengan cara meloloskan beberapa jenis
pestisida untuk beredar di Indonesia dan sebaliknya belum atau kurang mendukung
berkembangnya pestisida hayati di Indonesia.
Penggunaaan pestisida di bidang
pertanian telah dimulai sejak beberapa abad yang lalu. Mula-mula orang memakai
zat-zat organik yang berasal dari tumbuhan seperti pyrethrum dan nikotin,
kemudian unsur belerang dan tembaga disusul dengan penggunaan arsenat timbal.
Penggunaan pestisida sintetik dimulai menjelang akhir perang dunia kedua dengan
ditemukannya DDT (Oka dan Sukardi, 1982).
Penggunaan pestisida terutama
pestisida sintetis telah berhasil menyelamatkan hasil pertanian yang
dihancurkan oleh jasad pengganggu, namun menimbulkan dampak negatif terhadap
alam, lingkungan maupun manusia (Sastroutomo, 1982). Pengaruh samping
penggunaan pestisida dapat berupa fitotoksik terhadap tanaman, resistensi hama,
ledakan hama sekunder dan pengaruh terhadap organisme bukan sasaran
(Adisoemarto dkk, 1977; Sudarmo, 1992). Senyawa produk alami merupakan salah
satu alternatif bahan pengendali hama (Rice, 1984). Senyawa ini mudah terurai
di alam (biodegradable), sehingga tidak mencemari lingkungan, aman bagi manusia
dan ternak. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 235 famili
mengandung bahan pestisida (Kardinan, 2000).
Salah satu jenis pestisida
hayati yang sudah banyak dikenal masyarakat dunia adalah yang berasal dari
pohon mimba (Azadirachta indica A. Juss) (Gagoup and Hayes, 1984; Ermel, 1995).
Selain dikenal sebagai pestisida dan juga sebagai bahan pupuk, bangunan serta
penghijauan, belakangan ini dikenal juga sebagai bahan obat dan kosmetik
sehingga disebut sebagai tanaman multi-fungsi (Grainge and Ahmed, 1987).
Pengertian Pestisida Nabati
Kardinan (2008), mengatakan bahwa pestisida nabati merupakan kearifan lokal di
Indonesia yang sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam pengendalian Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT), guna mendukung terciptanya sistem Pertanian Organik.
Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan
dasarnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang
atau buah. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas juga oleh karena terbuat dari bahan alami
/nabati,maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam
sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia serta ternak
peliharaan karena residunya mudah hilang.
Dalam beberapa dasawarsa
mendatang, negara-negara berkembang akan dihadapkan pada empat krisis
menyedihkan, semuanya bersifat kontra-produktif dari meningkatnya aktivitas dan
kegagalan manusia dalam menggunakan sumber daya alam secara berkelanjutan:
-Ancaman terhadap keamanan
pangan karena tekanan pertambahan penduduk.
-Kemiskinan dan tidak adanya
pekerjaan di pedesaan dan perkotaan.
-Polusi dan degradasi lahan subur
dan berbagai perairan.
-Hilangnya keanekaragaman hayati.
Mimba mempunyai banyak hal yang
dapat ditawarkan untuk memecahkan berbagai masalah pertanian, kesehatan
masyarakat global, populasi, dan pencemaran lingkungan. Tentu saja, hal ini
tidak dapat dicapai tanpa membangun kesadaran akan potensi Mimba dan menyebarkan
teknologi berbasis Mimba baik untuk pengendalian hama, kesehatan masyarakat,
reboisasi, atau produksi dan komersialisasi berbagai produk Mimba baik untuk
keperluan rumah tangga atau ekspor. Pohon Mimba dari ekotipe atau genotipe yang
unggul perlu lebih banyak ditanamterutama sebagai strategi untuk memulihkan
lahan miskin dan membuat lahan-lahan itu
menjadi lahan produktif dan menguntungkan. Tentu saja, hal ini tidak akan
terwujud dalam semalam. Jika kita berencana untuk menanam secara berkelanjutan,
maka investasi dalam kerangka waktu lima sampai 10 tahun tidaklah signifikan.
Selain itu akan dibutuhkan dukungan keuangan, yang diperkuat oleh kebijakan
yang menguntungkan untuk promosi, produksi, dan komersialisasi Mimba.
Mimba adalah spesies pohon
hutan yang sangat berharga di Asia dan Afrika, dan juga mulai populer di
kawasan tropis di Amerika, negara-negara Timur Tengah, dan Australia. Imigran
abad kesembilan belas membawa pohon ini dari India ke Fiji, dan sejak itu pohon
ini menyebar ke pulau-pulau lain di Pasifik Selatan, bahkan sampai ke Pulau
Paskah, yang nyaris dikenal sebagai tempat yang tidak ada pepohonannya. Karena
kayunya yang keras, dan manfaatnya yang serbaguna, Mimba sangat ideal untuk
program reboisasi dan rehabilitasi lahan terdegradasi, semi-kering, dan
gersang, serta daerah pesisir. Selama kekeringan yang parah di Tamil Nadu,
India pada bulan Juni-Juli 1987, Mimba terlihat tetap tumbuh subur meskipun
tanaman- tanaman lainnya mengering.
Mimba adalah pohon yang sangat
baik untuk sistem silvipastoral yang melibatkan produksi rumput pakan ternak
dan legum. Namun menurut beberapa laporan, Mimba tidak dapat ditanam di antara
tanaman pertanian karena sifatnya yang agresif. Kajian Lain mengatakan bahwa
Mimba dapat ditanam dalam kombinasi dengan budidaya tanaman buah dan tanaman
seperti wijen, kapas, rami, kacang tanah, kacang, sorgum, singkong, dll,
terutama ketika pohon Mimba masih muda. Mimba dapat dijuntaikan untuk
mengurangi keluasan naungannya dan untuk menyediakan pakan ternak serta mulsa.
Kemajuan terbaru dalam kultur jaringan dan bioteknologi seharusnya memungkinkan
untuk memilih fenotipe Mimba dengan ketinggian dan tampilan yang diinginkan
untuk digunakan dalam tumpangsari dan berbagai sistem agroforestri. Efek-efek
alelopati dari Mimba pada tanaman, jika ada, masih perlu diselidiki.
Pohon Mimba benar-benar sebuah
tanaman ajaib yang menyimpan banyak
potensi untuk membantu para petani kecil di bidang pertanian dan pengembangan
komunitas sehingga mereka mempunyai mata pencaharian yang semakin baik. ECHO
telah melakukan penelitian dan mempromosikan Mimba sejak awal 1980-an.
Mimba merupakan tanaman yang
memenuhi persyaratan untuk dikembangkan menjadi sumber bahan dasar pembuatan
pestisida nabati. Adapun persyaratan-persyaratan tersebut menurut Ahmed (1995)
antara lain:
-Merupakan tanaman tahunan.
-Tidak perlu dimusnahkan
apabila suatu saat bagian tanamannya diperlukan.
-Mudah dibudidayakan.
-Tidak menjadi gulma atau inang
bagi organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
-Mempunyai nilai tambah.
-Mudah diproses, sesuai dengan
kemampuan petani.
Mimba adalah anggota dari
famili Meliaceae,yang secara botani merupakan sepupu pohon Mahoni. Menurut
laporan dari panel ad hoc Dewan Sains dan Teknologi untuk Pembangunan
Internasional (Board on Science and Technology for International Development),
"tanaman ini dapat mengantar ke era baru dalam pengendalian hama,
menyediakan obat-obatan murah bagi jutaan manusia, mengurangi laju pertumbuhan
populasi manusia dan bahkan mengurangi erosi, penggundulan hutan, dan
peningkatan suhu pemanasan global."(National Research Council 1992).Mimba
mendapat sebutan lainnya, misalnya, "anugerah alam yang pahit,"
"hadiah alam untuk umat manusia," "pohon untuk berbagai
kesempatan," "pohon yang memurnikan," "pohon ajaib,"
“pohon abad ke-21,” dan "pohon untuk memecahkan masalah- masalah
global." Semua sebutan ini menunjukkan pengakuan atas keragaman
manfaatnya. Nama botaninya, Azadirachta indica, berasal dari bahasa Persia,
"azad darakht-i-hindi" yang secara harfiah berarti "pohon merdeka
atau pohon mulia dari India," yang menunjukkan bahwa pohon ini benar-benar
bebas dari masalah hama dan penyakit serta ramah lingkungan.Bahasa Sanskerta
untuk Mimba adalah "Arishtha" yang berarti pereda sakit.Dalam bahasa
Kiswahili, Afrika Timur, Mimba dikenal sebagai "Mwarubaini," yang
berarti membebaskan dari 40 gangguan.
Selama hampir tiga dasawarsa
ini, Mimba telah diamati sangat teliti oleh dunia keilmuan sebagai materi alami
pengendali serangga hama di berbagai konferensi internasional, yang utamanya
dilakukan di negara-negara maju seperti Jerman, Kanada, Australia, USA, dll. Sampai
sekarang hampir sekitar 3000 makalah keilmuan telah diterbitkan tentang Mimba.
Untuk beberapa dasawarsa ke depan, Australia dengan lahan gersang dan
semi-gersang yang selama ini tidak dipakai mungkin akan menjadi pelaku utama
budidaya Mimba.
Minat terhadap Mimba di
negara-negara maju ini, karena fakta produk pengendali hama berbasis Mimba yang
bisa diterapkan melalui beragam tindakan perlakuan, bukan hanya efektif melawan
hama tetapi juga aman, lebih ramah lingkungan, dan lebih tidak rentan dengan
masalah kekebalan hama ketimbang pestisida sintetis. Kandungan aktif Mimba yang
tidak tercampur unsur-unsur lainnya, utamanya adalah azadirachtin yang
mempunyai harga tertinggi sekitar US$375/kg dibandingkan dengan US$75/kg untuk
pyrethrum (Isman 1995). Pada tahun 1989, penggunaan ‘Margosan’, yang mengandung
0,3% azadirachtin, memperoleh persetujuan dari US Environmental Protection
Agency (EPA) untuk penggunaan non-pangan pada tanaman lansekap dan tanaman hias; pada tahun 1993 EPA menyetujui penggunaan produk-produk Mimba,
seperti ‘Neemix’ pada tanaman pangan. W.R. Grace Co., yang berbasis di Amerika
dan memegang hak paten U.S. Patent and Trademarks Office dalam hal metode mengekstrasi
insektisida dari Mimba, mengiklankan “Neemix” sebagai “teknologi moderen dari
pohon kuno.”Agridyne, salah satu perusahaan lain yang juga berbasis di AS
memasarkan 'Align' (dengan kandungan 3% azadirachtin dan 97% bahan tidak aktif,
utamanya limonoid Mimba lainnya) untuk mengendalikan hama serangga pada
sayuran, buah, kacang, dan tanaman- tanaman agronomi. Kedua produk ini sekarang
digunakan untuk perlindungan tanaman berskala komersial di Amerika Serikat.
Ekstrak biji Mimba digunakan untuk pengelolaan serangga hama hutan di Kanada.
Dalam dasawarsa yang akan datang, pestisida berbasis Mimba diharapkan dapat
menangkap 10% dari pangsa pasar pestisida global. Sebuah teknik untuk
menggunakan ekstrak Mimba sebagai fungisida juga telah dipatenkan di Amerika
Serikat. Sejauh ini, di seluruh dunia, hak paten yang sudah diberikan atas
Mimba sudah hampir mencapai angka 50. Penggunaan aditif, bahan pembantu,
aktivator, dan bahkan dikaji kemampuannya untuk meningkatkan potensi
azadirachtins melawan serangga hama.
Mimba berasal dari Myanmar dan
dari kawasan- kawasan kering subbenua India. Di kawasan ini, Mimba bisa
dikatakan telah disemi-budidayakan. Selama abad terakhir, Mimba diperkenalkan
di zona kering Afrika. Sekarang, Mimba tumbuh di banyak negara Asia, di kawasan
tropis Dunia Baru, dan di beberapa negara di Karibia serta Mediterania. Selama
tiga dasawarsa terakhir, Mimba diperkenalkan dan ditanam dalam skala besar di
Australia, Filipina, dan juga di Dataran Arafat dekat Mekkah di Arab Saudi,
daerah-daerah yang secara ekologis sangat berbeda. Selama dasawarsa terakhir,
lebih dari 25 juta pohon Mimba telah ditanam di Cina bagian selatan, khususnya
di provinsi Yunnan. Di semua daerah ini, Mimba tumbuh subur, hal tersebut
merupakan suatu bukti tentang kemampuannya beradaptasi dan ketangguhannya
dengan lingkungan yang sulit. Meskipun demikian, Mimba, tidak cocok untuk
ditanam di daerah dingin dan kawasan pegunungan (> 1000 m).
Mimba adalah tanaman selalu
hijau, tinggi, cepat tumbuh, dapat mencapai ketinggian 25m dan lingkar batang 2.5m. Pohon ini memiliki tajuk
menarik dari daun-daun berwarna hijau tua (yang dapat membentang sampai selebar
10 m) dan bunga bergerombol dengan wangi madu. Mimba tumbuh subur bahkan di
tanah tandus yang miskin hara. Mimba mampu hidup di daerah bersuhu tinggi
hingga sangat tinggi, curah hujan rendah, kemarau panjang, dan kadar garam
(salinitas) tinggi. Mimba diperbanyak melalui biji, bibit yang sudah berumur 9
sampai 12 bulan dapat ditransplantasi dengan baik. Burung dan kelelawar juga
menyebarkan benihnya. Pohon ini mulai berbuah saat menginjak umur 3 sampai 5 tahun.Di
sub-benua India, masa berbunga dari Januari sampai bulan April dan Daun, biji,
bunga serta batang buahnya matang mulai Mei sampai Agustus. Di wilayah pesisir
Kenya, Mimba berbuah pada bulan Maret dan April.
Mimba rasanya pahit, yang
disebabkan oleh kandungan berbagai senyawa kompleks yang disebut
"triterpenes" atau lebih khususnya "limonoid." Lebih dari
100 senyawa bioaktif yang unik telah berhasil diidenifikasi dari berbagai
bagian pohon Mimba, dan masih lebih banyak lagi yang sedang diteliti.Tingginya
keragaman senyawa bioaktif ini membuat Mimba menjadi tanaman unik dengan
potensi penerapan di bidang pertanian, perawatan hewan, kesehatan masyarakat,
dan bahkan dalam mengatur kesuburan manusia. Limonoid dalam Mimba terdapat di
dalam sembilan kelompok struktur dasar, azadirone (dari minyak), amoorastatin
(dari daun segar), vepinin (dari minyak biji), vilasinin (dari daun hijau),
gedunin (dari minyak biji dan kulit pohon), nimbin (dari daun dan biji),
nimbolin (dari inti biji/kernel), dan salannin (dari daun dan biji), dan
kelompok aza (dari biji Mimba).
Azadirahtin dan analognya telah membuat para peneliti terpesona selama 40 tahun
terakhir karena kemampuannya menghambat pertumbuhan, dan efek sterilisasi
melalui proses kimia pada serangga hama (Saxena 1989, Schmutterer 1990, 2002).
Kandungan Azadirachtin dalam Mimba bisa cukup bervariasi sesuai perbedaan
kondisi tanah, iklim, atau genotip.
Terdapat pula beberapa jenis Mimba
yang berbuah di bulan November atau Desember. Panjang buahnya sekitar 2 cm, dan
saat matang, kulit buah berwarna kuning berdaging, cangkang keras berwarna
putih, dan biji berwarna cokelat yang kaya minyak. Buah yang dihasilkan
berkisar 30-100 kg per pohon, bergantung pada curah hujan, radiasi matahari,
jenis tanah, dan ekotipe atau genotipe Mimba tersebut. Dari 50 kg buah segar
dapat menghasilkan sekitar 30 kg biji yang dapat memberikan 6 kg minyak dan 24
kg daging buah. Daya hidup biji berkisar antara 6 sampai 8 minggu, tetapi jika
benar-benar dibersihkan, dikeringkan dan didinginkan, daya hidupnya bisa
sampai 6 bulan. Perbanyakan juga dapat
dilakukan melalui tunggul dan stek batang. Meskipun baru berhasil
sebagian,perbanyakan juga dilakukan melalui kultur jaringan yang menghasilkan tanaman-tanaman
kecil.
Mimba (Azadirachta indica A.
Juss) merupakan tanaman multimanfaat karena selain dapat tumbuh dengan baik di
daerah marginal yang panas dan kering, juga dapat berfungsi sebagai pohon
reboisasi dan penghijauan, bahan pestisida nabati yang dapat mengendalikan OPT
secara ramah lingkungan serta bahan pupuk organik yang selain mengandung unsur
hara tanaman, baik makro, maupun mikro, juga mengandung bahan pestisida untuk
menanggulangi OPT di dalam tanah.
Di sebagian besar negara sedang
berkembang, sekarang ini pengendalian hama utamanyabergantung kepada pestisida
impor. Ketergantungan ini harus dikurangi. Meskipun pada umumnya pestisida
menguntungkan dalam bentuk hasil langsung panen yang lebih baik, penggunaannya
sering mengakibatkan kontaminasi lingkungan daratan dan perairan, merusak
serangga yang bermanfaat dan biota liar, tanpa sengaja meracuni manusia dan
ternak, serta memunculkan efek samping yaitu hama menjadi kebal dan akan
menyerang-ulang. Ada lebih dari 500 spesies hama arthropoda yang menjadi kebal
terhadap satu atau lebih insektisida. Kekebalan ulat cotton boll worm di India
dan Pakistan, kumbang kentang Colorado di Amerika Serikat terhadap semua
insektisida yang tersedia, dan ngengat diamondback yang kebal terhadap semua
kelas insektisida, termasuk Bacillus
thuringiensis (Bt), di Hawaii, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan
Thailand, menggambarkan betapa rumitnya masalah ini. Pergeseran status hama dari
hama sampingan menjadi hama utama, dan serangan-ulang hama yang sama, seperti
kebangkitan lalat putih akibat punahnya musuh alaminya secara langsung atau
tidak langsung merupakan salah satu perkembangan lain yang tidak
diinginkan terkait dengan penggunaan
pestisida.
Menurut laporan dari Organisasi
Kesehatan Dunia dan Program Lingkungan PBB diperkirakan bahwa di seluruh dunia,
setiap tahun ada 1 juta orang yang keracunan pestisida, sekitar 20.000 di
antaranya berakhir dengan kematian, terutama di negara-negara sedang
berkembang. Masalahnya menjadi lebih sulit lagi karena hanya sedikit, jika ada,
senyawa baru yang muncul untuk menggantikan senyawa insektisida yang lama.
Biaya untuk mengembangkan dan mendaftarkan pestisida baru sangat mengejutkan,
hampir USD 60 juta, sedangkan produsen pestisida tidak mau mengambil risiko
menanam modal untuk produk- produk yang masa hidupnya di pasar bisa
dipersingkat oleh perkembangan kekebalan hama.
Mimba, terutama dalam biji dan
daunnya mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder yang
diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk),
maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan). Mimba (Azadirachta indica A. Juss;
Mileaceae), merupakan salah satu tumbuhan sumber bahan pestisida (pestisida
nabati) yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama.
Untuk pengendalian hama yang
sehat secara ekologis, seimbang, dan etis maka dibutuhkan adanya agen
pengendali yang spesifik mengendalikan hama tertentu, tidak meracuni manusia
dan biota lainnya, bisa hancur secara alami, lebih tidak rentan terhadap
resistensi dan serangan-ulang hama, dan relatif lebih murah. Di antara berbagai
pilihan yang ada, Mimba telah di-identifikasi sebagai sumber pestisida alami
yang "ramah" lingkungan.
Penggunaan Mimba untuk melawan
hama di rumah-rumah dan gudang-gudang penyimpanan dan sampai batas tertentu
untuk melawan hama tanaman pangan di sub-benua India sudah berlangsung sangat
lama. Pada awal 1930, daging buah Mimba digunakan di lahan-lahan padi dan tebu
untuk melawan hama penggerek batang dan semut putih. Pengamatan-pengamatan awal
menemukan bahwa kerumunan belalang yang tidak menyerang daun Mimba telah
dibuktikan kebenarannya dalam penelitian laboratorium dan ini dikaitkan dengan
aktivitas Mimba yang menjerakan belalang untuk memakannya.
Daun mimba dapat digunakan sebagai
insektisida, seain itu mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida,
nematisida, bakterisida, maupun akarisida (Backer dan Van der Brink, 1965).
Mimba memiliki efek anti serangga dengan azadirachtin sebagai komponen yang
paling potensi.
Seperti telah kita ketahui,
bahwa tanaman merupakan gudang bahan kimia yang kaya akan kandungan berbagai
jenis bahan aktif. Di dalam tanaman mungkin terkandung puluhan atau ratusan,
bahkan ribuan jenis bahan kimia, sehingga sangat sulit untuk menentukan jenis
dan fungsi atau manfaat setiap jenis kandungan bahan aktif tersebut. Dikenal
suatu kelompok bahan aktif yang disebut “Produk metabolit sekunder” (Secondary
metabolic products), dimana fungsinya bagi tumbuhan tersebut dalam proses
metabolismenya kurang jelas. Namun kelompok ini dikenal berperan dalam hal
berinteraksi atau berkompetisi, termasuk menjadi bahan untuk melindungi diri
dari gangguan pesaingnya (Kardinan, 2002).
Ada beberapa serangga
herbivora, termasuk beberapa serangga pengisap, kumbang, dan ngengat yang
memang bertahan hidup di pohon Mimba, tetapi pada umumnya pohon ini bebas dari
masalah hama yang serius. Beberapa serangga dapat menyesuaikan diri dengan
limonoid, tetapi uji laboratorium terhadap dua galur genetik yang berbeda dari
ngengat Diamondback yang diberi perlakuan ekstrak biji Mimba tidak menunjukkan
tanda-tanda kekebalan dalam uji coba yang dilakukan atas pakan dan uji
fekunditas sampai 35 generasi (Vollinger 1987, Vollinger and Schmutterer 2002).
Sebaliknya, ngengat yang diberi perlakuan Deltametrin menunjukkan munculnya
faktor kekebalan 20 dalam satu galur dan 35 dalam galur lainnya. Tidak ada
kekebalan silang antara Deltametrin dan ekstrak biji Mimba di galur yang kebal
terhadap Deltametrin. Keragaman senyawa Mimba dan efek gabungan senyawa-senyawa
tersebut pada serangga hama tampaknya memberikan mekanisme pencegahan kekebalan
yang ada di dalam Mimba. Namun, akal sehat menuntut kita untuk menahan diri
dari melakukan aplikasi eksklusif dan berkepanjangan atas materi bioaktif
tunggal, seperti azadirachtin.
Pohon mimba termasuk pohon yang
mampu beradaptasi di daerah marginal yang panas dan kering, bahkan berbatu. Di-Situbondo
pohon mimba dapat ditemukan dari mulai pesisir pantai, rawa-rawa sampai di
perbukitan berbatu sekalipun, sehingga pohon ini akan sangat cocok digunakan
sebagai pohon penghijauan ataupun reboisasi di Indonesia, khususnya di daerah
yang panas dan kering di dataran rendah. Walaupun tidak berbiji apabila ditanam
di dataran tinggi (di atas 300 m dpl.), namun pohon mimba masih mampu berdaun
dengan lebat.
Pohon mimba dengan tinggi yang
mampu mencapai 20 m, bersifat mampu meresap CO2 dari udara relatif lebih banyak
dibanding pohon-pohon lainnya, juga dengan sendirinya mampu mengeluarkan O2
relatif lebih banyak pula dibandingkan pohon pohon lainnya, sehingga pohon ini
dianggap mampu meminimalkan polusi udara dan memberikan kesegaran pada
lingkungan. Oleh karena itu pohon ini sangat cocok dijadikan pohon penghijauan
di perkotaan khususnya kota-kota besar seperti Jakarta yang memang sudah sangat
tinggi dengan polusi udaranya.
Pohon mimba mempunyai perakaran
yang kuat dan dalam, sehingga sangat memungkinkan mampu mengangkat unsur hara
di dalam tanah dan mengeluarkannya ke permukaan melalui jatuhnya bagianbagian
tanaman ke permukaan tanah. Oleh karena itu pohon ini diharapkan mampu
memperbaiki kesuburan tanah dan akan sangat cocok ditanam di daerah yang kurang
subur. Untuk keperluan ini sebaiknya bibit mimba yang digunakan adalah yang
berasal dari biji (generatif), bukan yang berasal dari stek batang atau ranting
(vegetatif), karena bibit yang berasal dari biji memiliki akar tunggang (dari
perbanyakan vegetatif tidak memiliki akar tunggang) dan akan lebih tahan dalam
menghadapi terpaan angin ataupun gangguan goyangan lainnya agar tidak tumbang.
Pohon mimba memiliki diameter
batang yang cukup besar dan kayunya termasuk kayu kelas satu, sehingga akan
sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai bahan bangunan, sedangkan daunnya
yang lebat dapat digunakan sebagai pakan ternak yang juga bersifat sebagai obat
cacing untuk ternak. Namun demikian, saat ini tidak dianjurkan menebang pohon
mimba untuk digunakan kayunya, karena populasinya di Indonesia masih relatif
rendah.
Saat ini bibit pohon mimba yang
berasal dari biji tersedia di BPT Situbondo dalam jumlah besar, sehingga siap
mendukung program reboisasi dan penghijauan di Indonesia.
Kandungan Bahan Aktif dari Mimba
Mimba, terutama dalam biji dan
daunnya mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga
sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun
farmasi (kosmetik dan obat-obatan). Beberapa diantaranya adalah azadirachtin,
salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin (Ruskin, 1993). Azadirachtin sendiri
terdiri dari sekitar 17 komponen dan komponen yang mana yang paling bertanggung
jawab sebagai pestisida atau obat, belum jelas diketahui (Rembold, 1989). Mimba
tidak membunuh hama secara cepat, namun mengganggu hama pada proses makan,
pertumbuhan, reproduksi dan lainnya (Senrayan, 1997).
Azadirachtin
Azadirachtin berperan sebagai
ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu
suatu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa serangga. Serangga akan
terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan dari telur
menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi
dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian
(Chiu, 1988).
Salanin
Salanin berperan sebagai
penurun nafsu makan (anti-feedant) yang mengakibatkan daya rusak serangga
sangat menurun, walaupun serangganya sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam
penggunaan pestisida nabati dari mimba, seringkali hama tidak mati seketika
setelah disemprot (knock-down), namun memerlukan beberapa hari untuk mati,
biasanya 4-5 hari. Namun demikian, hama yang telah disemprot tersebut daya
rusaknya sudah sangat menurun, karena dalam keadaan sakit (Ruskin, 1993).
Meliantriol
Meliantriol berperan sebagai
penghalau (repellent) yang mengakibatkan serangga hama enggan mendekati zat
tersebut. Suatu kasus terjadi ketika belalang Schistocerca gregaria menyerang
tanaman di Afrika, semua jenis tanaman terserang belalang, kecuali satu jenis
tanaman, yaitu mimba (Sudarmadji, 1999). Mimba-pun dapat merubah tingkah laku
serangga, khususnya belalang (insect behavior) yang tadinya bersifat migrasi,
bergerombol dan merusak menjadi bersifat solitair serta tidak merusak
(informasi lisan Prof. K. Untung).
Nimbin
Nimbin dan nimbidin berperan
sebagai anti mikro organisme seperti anti-virus, bakterisida, fungisida sangat
bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit tanaman (Ruskin, 1993).
Tidak terbatas hal itu, bahan-bahan ini sering digunakan dan dipercaya
masyarakat sebagai obat tradisional yang mampu menyembuhkan segala jenis
penyakit pada manusia (Kardinan dan Taryono, 2003).
Selain mengandung bahan-bahan
tersebut di atas, di dalam tanaman mimba masih terdapat berpuluh, bahkan
beratus jenis bahan aktif yang merupakan produksi metabolit sekunder yang belum
teridentifikasi dan belum diketahui manfaatnya. Oleh karena itu,penelitian
mengenai penggalian potensi mimba masih banyak diperlukan.
Pemanenan Biji Mimba
Di BPT Situbondo maupun wilayah
lain yang berdekatan, biasayan pohon mimba mulai berbuah pada bulan Oktober –
November dan mulai tua/matang pada bulan Desember - Februari tahun berikutnya.
BPT Situbondo memanen biji mimba hanya yang terjatuh dari pohon, karena buah
tua/matang atau karena buahnya dimakan hewan seperti burung, kelelawar, tikus
dan musang.
Pohon mimba yang sedang berbuah
perbedaan buah mimba muda dan buah mimba tua biji mimba yang terjatuh, bekas
dimakan binatang dan karena buah tua.
Proses Pengolahan Mimba
Bagian utama dari pohon mimba
yang dimanfaatkan adalah daun dan biji. Berikut dijelaskan mengenai prosesing
daun dan biji agar dapat dimanfaatkan, baik sebagai obat, pestisida, kosmetik,
toilet teries, pupuk dan lainnya.
Biji
Biji mimba mengandung minyak
sekitar 40%. Untuk memperoleh minyaknya dapat diperoleh dengan 2 (dua) cara:
Cara pengepresan,
yaitu dengan jalan mengepres biji mimba dengan suatu alat pengepres sehingga
yang tersisa adalah bungkilnya yang biasanya masih mengandung minyak. Dengan
cara ini minyak yang terambil antara 15-20 %, sehingga kandungan minyak pada
bungkil masih tinggi, oleh karena itu banyak orang yang menggunakan bungkil
mimba ini sebagai bahan pestisida dengan cara mengekstraknya dengan ethanol
atau denan air dengan sedikit penambahan deterjen atau sabun colek, agar antara
minyak dan air terjadi emulsi.
Ekstraksi dengan heksan,
yaitu dengan cara mengaduk dan maserasi adukan tersebut, sehingga minyak yang
terkandung dalam biji mimba tertarik dan bercampur dengan heksan. Selanjutnya
heksan tersebut di rotavapor (diuapkan) untuk memisahkan pelarut heksan dengan
minyak mimba. Dengan cara ini minyak yang terambil lebih tinggi, yaitu dapat
mencapai antara 20 – 25%. Namun demikian, bungkil mimbanya masih mengandung
minyak dan masih dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati, yaitu dengan
cara mengekstraknya dengan ethanol, atau ada juga yang mengekstraknya dengan
air yang ditambah sedikit emulsifier, biasanya deterjen atau sabun cair Teepol.
Selanjutnya minyak yang diperoleh digunakan untuk berbagai keperluan,
diantaranya pembuatan sabun mandi, shampo, pestisida, sabun pencuci tangan,
pasta gigi dan lainnya.
Daun dapat digunakan
langsung dalam keadaan segar, ataupun dikeringkan, sehingga di peroleh
simplisia kering, namun ada juga yang dibuat tepung, sehingga lebih praktis pengemasannya.
Dalam keadaan segar tidak memerlukan perlakuan khusus, hanya perlu dibersihkan
dari kotoran yang menempel dengan cara dicuci, selanjutnya apabila akan
digunakan sebagai obat, cukup menyeduh tujuh lembar daun dalam dua gelas air
sampai menjadi satu gelas air. Simplisia kering daun diperoleh dengan cara
mengering-anginkan daun sampai daun bisa diremas menjadi serpihan. Bisa juga
dilakukan pemanasan dengan oven yang dilengkapi fan (kipas angin) pada suhu
maksimal 400C atau ada juga yang menjemur di bawah sinar matahari di bawah jam
10 pagi (tidak terlalu terik). Tepung daun mimba diperoleh dengan cara
menggrinder simplisia kering tadi dengan alat khusus (grinder) atau dapat juga
dengan alat penghancur yang ada pada mixer.
Daun mimba (Azadirachta indica) tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai,
merupakan daun majemuk menyirip genap. Daun mimba dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk membasmi hama dengan cara yang tradisional yang ramah lingkungan, karena
penggunaan daun mimba sebagai pestisida nabati tidak menimbulkan dampak atau
pencemaran yang membahayakan masyarakat sekitar.
Ekstrak daun dapat berefek
sebagai fungisida alami pada pengendalian penyakit antraknosa pada apel pasca
panen, berefek insektisida terhadap larva Aedes aegypti.
Mimba Digunakan Sebagai Obat Tradisional
Sangat banyak berita-berita
yang menginformasikan khasiat mimba dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit,
bahkan saat ini daun mimba sudah dijual dalam berbagai macam kemasan, mulai
dari kapsul, tepung daun, daun kering ataupun teh mimba instant. Dalam kemasan
tersebut disebutkan bahwa daun mimba mampu menanggulangi penyakit tumor,
kanker, diabetes, kolesterol, asma, darah tinggi, asam urat dan lainnya.
Diberitakan oleh Karjono dalam majalah Trubus (1998) mengenai suatu kasus
seorang pasien yang sudah divonis dokter bahwa yang bersangkutan tidak bisa
tertolong, namun berkat meminum 7 (tujuh) lembar daun mimba, berangsur-angsur
si pasien sembuh, sampai akhirnya sembuh total dan sampai saat ini masih segar
bugar dan meneruskan meminum teh mimba.
Sampai saat ini masih terjadi
kontroversi mengenai digunakannya daun mimba sebagai obat tradisional. Disatu
pihak bersikeras bahwa mimba adalah racun yang apabila digunakan sebagai obat
akan sangat membahayakan si pasien. Dilain pihak bersikeras pula bahwa mimba
dapat digunakan sebagi obat tradisional untuk berbagai jenis penyakit, karena
telah digunakan sejak jaman dahulu dan sudah banyak bukti akan khasiat mimba
dalam menanggulangi berbagai macam penyakit, hanya proses pembuatan dan
dosisnya yang harus diperhatikan secara tepat dan benar. Suatu contoh bahwa
untuk digunakan sebagai obat, hanya 7 (tujuh) lembar daun mimba atau setara
dengan ¼ sendok teh tepung daun mimba yang perlu digodok dalam 2 (dua) dua
gelas air, sehingga menjadi 1 (satu) gelas air atau langsung diseduh air panas
dalam satu gelas dan diminum selagi hangat, jangan sampai dibiarkan/diendapkan
sampai keesokan harinya, karena akan berubah menjadi racun. Dalam hal ini
banyak kasus pasien keracunan karena si pasien ingin puas dan cepat sembuh,
sehingga mengkonsumsi over dosis yang sangat membahayakan si pasien itu
sendiri. Selain itu banyak kasus bahwa dengan alasan lupa meminum, akhirnya
seduhan tadi mengendap sampai keesokan harinya dan diminum yang akhirnya juga
membahayakan si pasien.
Sudah sejak lama mimba
digunakan sebagai pestisida nabati dengan kemanjuran dan peruntukan yang luas
(Broad spectrum), baik digunakan secara sederhana di negara berkembang, maupun
digunakan secara terformula di negara maju, seperti Amerika Serikat. Di Amerika
Serikat sendiri mimba sudah digunakan secara meluas, yang pada awalnya hanya
diperuntukan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada
tanaman yang bukan untuk dikonsumsi (non-food crops), namun belakangan ini sudah
diperkenankan dipergunakan untuk mengendalikan OPT pada tanaman pangan (food
crops), dengan berbagai jenis merk dagang, diantaranya adalah Margosan, Aligin,
Turpex, Azatin dan Bio-neem. Negara lain-pun di Asia sudah banyak yang
memproduksi pestisida nabati dari mimba, diantaranya India dengan berbagai merk
dagang, satu diantaranya yang sudah masuk ke Indonesia adalah “Neemazal”,
Singapura yang juga telah memproduksi pestisida nabati mimba dan telah masuk
pula ke Indonesia, namun dengan mengaku/mengklaim sebagai pupuk organik cair,
yaitu “Bionature”, dan masih banyak merk dagang lain yang telah dibuat oleh
Thailand, Myanmar dan Singapura.
Khasiat derivatif Mimba dalam
melawan hama utama penyakit padi dan virus yang ditularkan oleh serangga hama
tersebut serta kenaikan hasil panen telah dikaji oleh Saxena (1989). Di
Filipina, penggunaan campuran daging buah Mimba dan urea dengan perbandingan
2:10 sebanyak 120 kg/ha telah menurunkan terjadinya serangan penyakit Kerdil
Hampa, Kerdil Rumput, dan virus tungro, serta meningkatkan panen padi secara
signifikan, baik di musim kemarau maupun musim hujan. Selain itu penyemprotan
mingguan dengan volume sangat rendah (VSR) 50% dari campuran minyak
Mimba-minyak apel dengan perbandingan 4: 1 (vol/vol) sebanyak 8l/ha dari pembibitan
sampai ke tahap maksimum anakan telah menurunkan serangan tungro dan
meningkatkan hasil panen (Abdul Kareem, dkk. 1987). Rendahnya biaya asupan yang
diperlukan untuk perlakuan ini turut menyumbang tingginya keuntungan bersih
dibandingkan perlakuan dengan insektisida. Di India, perlakuan Mimba berhasil
mengendalikan populasi wereng hijau, penggerek batang kuning, rice gall midge,
dan belalang. Lahan yang disemprot dengan 2% ekstrak biji Mimba sebanyak 10
kg/ha menghasilkan panen gabah tertinggi.
Jagung, sorgum, dan milet
(jawawut).Dalam uji coba yang dilakukan di Stasiun Lapang Mbita Point Field
Station of International Centre of Insect Physiology and Ecology (ICIPE) dan di
lahan- lahan petani di Kenya, perlakuan bubuk biji Mimba pada daun tanaman sebanyak
3 g/tanaman atau bubuk daging buah Mimba sebanyak 1g/tanaman, sekali per 4
minggu setelah biji berkecambah atau dua kali pada 4 dan 6 minggu setelah biji
jagung berkecambah, yang telah diserang oleh penggerek batang bertotol, secara
signifikan mengurangi kerusakan daun, penggerekan batang, kerusakan pada tasel,
dan populasi larva penggerek. Panen butiran jagung dari lahan jagung yang
memperoleh perlakuan ini sama tingginya dengan panen yang diperoleh dari lahan
yang menggunakan pestisida dan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang
tidak diberi perlakuan apa-apa.
Penyimpanan daging buah Mimba
dalam kondisi tanpa cahaya hingga 2 tahun lamanya ternyata tidak mengurangi
keefektivannya melawan hama. Saat perlakuan daging buah Mimba diberikan ketanaman
sorgum, kerusakan yang ditimbulkan oleh hama menjadi berkurang termasuk ukuran
tubuh hama menjadi lebih kecil. Pengukuran dilakukan dengan mengukur lebar
kapsul kepala larva, dan panen yang dihasilkan meningkat. Dalam uji coba yang
dilakukan di Mali, ekstrak Mimba lokal yang digunakan membuat hasil panen
meningkat secara signifikan pada tanaman milet yang ditanam di awal dan saat
musim utama karena berhasil mengendalikan hama yang menyerang bulir milet,
kumbang blister, dan penggerek bulir.
Pohon Mimba tidak hanya indah
dipandang, mengesankan keagungan dan keanggunan, tetapi juga berfungsi sebagai
tempat berlindung bagi banyak organisme menguntungkan; kelelawar, burung, lebah
madu, laba-laba, dll. Sarang lebah yang dibangun di pohon Mimba bebas dari
serangan ngengat kutu/galleria wax moth. Banyak spesies burung dan kelelawar
pemakan buah yang bertahan hidup dari daging buahnya yang matang dan manis,
sementara tikus-tikus jenis tertentu secara selektif memakan kernelnya,
mengukuhkan keamanan Mimba bagi hewan berdarah panas. Serasah daunnya meningkatkan
kesuburan dan kandungan organik tanah. Dalam
era modern saat ini,asosiasi mikoriza antara Mimba dan bakteri serta jamur
endofitik telah diidentifikasi. Memang benar, pohon Mimba adalah sebuah
mikrokosmos yang hidup.
Di India, Mimba dipandang lebih
tinggi derajatnya dibandingkan ‘Kalpavriksha’, pohon yang secara mitologis
dianggap sebagai pohon pengabul harapan. Meskipun perlu dilakukan kajian
ilmiah, Mimba dianggap dapat memurnikan
udara dan lingkungan dari unsur berbahaya.
Indonesiapun saat ini telah
banyak yang memproduksi pestisida nabati dari mimba,diantaranya oleh Institut
Teknologi Bandung (ITB), Balai penelitian Tanaman Serat dan Kapas
(Balittas-Malang), Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro-Bogor)
dan pihak-pihak swasta (PT. Nihon Seima), maupun LSM lainnya. Namun demikian
hanya satu yang telah terdaftar dan mendapat ijin dari Komisi Pestisida – Departemen
Pertanian. Prosesnya pendaftaran pestisida agak rumit (disamakan dengan
pestisida kimia sintetis), yang paling utama adalah “Biaya” yang harus
dikeluarkan relatif besar bila diukur dari para pengembang lokal yang umumnya
bukan merupakan pengusaha besar dengan skala impor-ekspor. Untuk itu, jika
pemerintah mempunyai itikad baik (Political will) untuk membatasi berkembangnya
penggunaan pestisida kimia sintetis yang semakin waktu semakin meningkat dengan
pencemaran lingkungan dan dampak negatif yang semakin meningkat pula, maka
pemerintah harus mendukung berkembangnya penggunaan pestisida nabati, khususnya
dari mimba ini, salah satunya dengan memberikan kemudahan perijinan dan
keringanan biaya pendaftarannya.
Kemiskinan tidak selalu muncul
dalam bentuk kekurangan uang atau uang tunai. Dalam arti lebih luas, kemiskinan
adalah kurang tersedianya pilihan, entah dalam wujud tidak tersedianya pupuk
untuk budidaya tanaman, pestisida untuk perlindungan tanaman, obat medis untuk
kesejahteraan keluarga, bahan bakar atau kayu bakar untuk memasak, kayu untuk
mebel atau tempat tinggal, atau teknologi tepat guna untuk memulihkan tanah
terlantar, atau tidak adanya pendapatan dan kesempatan kerja. Dalam semua hal
ini, Mimba bisa menjadi 'obat mujarab bagi semua masalah,’ terutama di kawasan
pedesaan. Di India, selama musim Mimba berbuah pada bulan Juni-Juli, para
wanita pengangguran, anak-anak, dan orang-orang yang tidak mempunyai banyak
tenaga bisa menemukan lapangan kerja dan pendapatan karena ada pekerjaan
mengumpulkan biji-biji Mimba. Dengan meningkatnya permintaan biji Mimba, madu
Mimba dan produk-produk Mimba lainnya di seluruh dunia, ada kesempatan yang
cukup besar untuk membangun industri kecil, dan usaha kecil lainnya di daerah
pedesaan di Asia dan Afrika di mana Mimba telah umum ditanam. Karena pertanian
merupakan tongkat kehidupan di kawasan pedesaan, maka meningkatkan
produktivitas pertanian melalui penggunaan produk Mimba dalam mengendalikan
hama dapat memberikan kontribusi penting untuk mengentaskan kemiskinan di
pedesaan.
Bungkil atau dedak biji mimba
yang telah diambil minyaknya, baik secara di pres, maupun diekstrak dengan
heksan, merupakan bahan pupuk organik yang kaya akan nutrisi yang bermanfaat
bagi pertumbuhan tanaman. Selain bahan nutrisi tanaman, baik unsur makro,
maupun mikro, bungkil biji mimba ini juga masih mengandung bahan aktif
pestisida nabati, seperti azadirachtin yang akan bermanfaat mengendalikan
organisme pengganggu tumbuhan yang berada di dalam tanah, seperti hama rayap,
uret/kuul/lundi, nematoda dan hama lainnya, sehingga penggunaannya sebagai
pupuk organik akan bermanfaat ganda, yaitu secara tidak langsung akan
bermanfaat sebagai pestisida juga. Keuntungan lain yang diperoleh adalah bahwa
azadirachtin bersifat sistemik, yaitu dapat meresap kedalam jaringan tumbuhan,
sehingga apabila diaplikasikan sebagai pupuk di tanah, maka apabila terisap
oleh tanaman akan ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya, seperti daun dan
akan berfungsi melindungi tanaman dari gangguan OPT. Pupuk organik dari bungkil
biji mimba ini telah diproduksi oleh Balittro, yaitu dengan penambahan pupuk
kandang, kompos ataupun guano kedalamnya, sehingga diperoleh pupuk organik
plus.
Selain bungkil biji mimba,
daunnyapun dapat digunakan sebagai bahan kompos untuk dijadikan pupuk organik
yang juga mengandung kandungan bahan aktif pestisida nabati, sehingga dapat
berfungsi ganda. Pohon mimba berdaun lebat, sehingga daun mudah diperoleh.
Walaupun pohon mimba hanya akan berbiji bila ditanam ditempat yang panas dan
kering di dataran rendah, namun mimba akan tetap berdaun walaupun ditanam di
dataran tinggi dengan curah hujan yang tinggi.
Naungannya tidak hanya
memberikan kesejukan tetapi juga mencegah terjadinya berbagai macam penyakit.
Selama bulan-bulan musim panas di bagian utara sub-benua kawasan India, suhu di
bawah pohon Mimba ada di titik 10C lebih rendah dari suhu sekitarnya. Pemulihan
kesehatan tanah terdegradasi dan penggunaan akhir dari tanah terlantar yang
berhasil disuburkan kembali dengan penanaman Mimba adalah contoh lain dari
nilai Mimba bagi umat manusia. Sekitar 25 tahun yang lalu, kurang-lebih 50.000
pohon Mimba ditanam dilahan seluas 10 km2 lebih, di dataran Arafat untuk
menyediakan peneduh bagi umat Muslim selama menjalankan ibadah haji (Ahmed dkk.
1989). Kebun Mimba itu membuktikan adanya pengaruh nyata terhadap iklim mikro,
mikroflora, mikrofauna, dan kandungan hara tanah di area tersebut. Selain itu,
pohon-pohon yang telah tumbuh dewasa memberikan keteduhan bagi sekitar 2 juta
peziarah. Dalam dasawarsa terakhir ini, sekitar 25 juta pohon Mimba telah
ditanam di Cina bagian selatan, terutama di Provinsi Yunnan.
Mimba juga digunakan sebagai
penahan angin. Di kawasan dengan curah hujan rendah dan kecepatan angin yang
tinggi, pohon Mimba dapat melindungi tanaman dari proses pengeringan. Di lembah
Majjia di Nigeria, lebih dari 500 km penahan angin dibuat dari jajaran dua
baris pohon Mimba yang sengaja ditanam untuk melindungi tanaman milet. Penahan
angin ini dilaporkan telah meningkatkan hasil bijian sebesar 20%. Mimba penahan
angin dalam skala yang lebih kecil juga telah ditanam di sepanjang perkebunan
selat sisal di wilayah pesisir Kenya. Penanaman Mimba skala besar telah dimulai
dalam program Reboisasi Kwimba di Tanzania dan Adjumani, Uganda bagian utara.
Di negara-negara yang terletak
di antara Somalia sampai ke Mauritania, Mimba telah dipakai untuk menghentikan
perluasan gurun Sahara. Selain itu, Mimba juga menjadi pohon yang disukai
karena menyediakan naungan. Mimba sangat baik jika ditanam bersama campuran tegakan
tanaman lainnya. Mungkin bukan kebetulan bahwa Kaisar Ashoka, penguasa besar
dari India kuno, pada abad ke-3 SM, memerintahkan agar Mimba ditanam di
sepanjang jalan raya kerajaan dan jalan-jalan utama bersama dengan tanaman
tahunan lainnya (asam dan 'mahua'). Mimba
memiliki semua karakter baik yang diperlukan untuk berbagai program kehutanan
sosial.
Pohon yang termasuk dalam
tanaman tahunan dan hijau abadi ini,dapat bertahan selama 250 sampai 300 tahun.
Bahkan perkiraan yang sangat konservatif dari 'jasa lingkungan' tidak langsung
yang diberikan oleh pohon ini jika dihitung berdasarkan USD 10 per bulan selama
masa hidupnya akan memberikan nilai yang menakjubkan mulai dari USD 30.000
sampai USD 36.000. Keuntungan ekonomi nyata lainnya yang di peroleh dari
derivat Mimba, seperti produksi biomassa, kayu, biji, dan madu, semuanya dapat
diukur.
Pohon Mimba dewasa menghasilkan
antara 10 hingga 100 ton biomassa kering/ha, tergantung pada curah hujan,
ciri-ciri lokasi, jarak tanam, ekotipe atau genotipenya. Dari biomassa total,
sekitar 50% berasal dari daun; 25% dari buah dan 25% dari kayu. Peningkatan
pengelolaan tegakan Mimba dapat menghasilkan panen sekitar 12,5 meter kubik (40
ton) kayu berkualitas tinggi per hektare.
Kayu Mimba keras dan relatif
berat, umumnya digunakan untuk membuat gerobak, gagang peralatan, alat
pertanian, dan bahkan mainan, serta ikon-ikon keagamaan di beberapa daerah di
India. Kayu ini bisa melewati proses pengeringan dengan baik,
kecualiujung-ujungnya yang memecah. Karena awet dan tahan rayap, maka kayu
Mimba digunakan sebagai tiang pagar, tiang rumah, mebel, dll. Di beberapa
negara Eropa tersedia pasar yang semakin berkembang untuk mebel dari kayu Mimba
yang berwarna terang. Tiang kayu sangat penting, terutama di negara-negara berkembang,
kemampuan pohon ini untuk bertunas kembali setelah dipotong dan kembali menumbuhkan
tajuknya setelah pemangkasan membuatnya
produktif sebagai penghasil tiang. Mimba tumbuh cepat dan merupakan sumber yang
baik untuk kayu bakar dan bahan bakar, arangnya memiliki kandungan kalori yang
tinggi.
Mimba di daerah perkotaan dan
kawasan industri juga akan membuat tersedianya peluang kerja menghasilkan
produk bernilai tambah,baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor. Mimba
seharusnya juga berperanan penting dalam memperkaya keanekaragaman flora dan
fauna sebab banyak sekali macam organisme, mulai dari serangga sampai burung
dan mamalia yang hidup bersama Mimba. Meningkatnya penanaman Mimba di sepanjang
pinggiran jalan dan jalan-jalan rayaseharusnya membuat kota-kota lebih nyaman
dihuni dan kawasan desa menjadi lebih menarik daripada sekarang. Penggunaan
agen pengendali hama dan pupuk berbasis Mimba seharusnya mengurangi bahaya dan
polusi yang terkait pestisida baik di darat maupun di kawasan perairan. Kisah Mimba
memang baru saja bergulir. Negara-negara tropis di mana Mimba dapat tumbuh
subur bisa mendapatkan banyak keuntungan dari meningkatnya kesadaran akan
'harta' terpendam di dalam Mimba.
Tindakan mematenkan pestisida
Mimba dan formulasi-formulasinya telah menimbulkan kritik serius dan tantangan
di negara-negara berkembang, khususnya di India, karena dianggap sebagai contoh
dari 'pembajakan/pelanggaran atas
kearifan masyarakat tradisional'. Di beberapa negara Eropa upaya untuk
mengekstrak azadirachtin dari kulit kayu Mimba, telah dilakukan pada skala
komersial. Namun demikian usaha semacam ini masih tetap sulit dijalankan dan
tidak menguntungkan secara ekonomis. Biji Mimba yang menyimpan kandungan
azadirachtin tinggi akan tetap merupakan bahan baku dasar untuk produksi
insektisida berbasis Mimba di masa depan. Dalam konteks ini, negara-negara
tropis Asia dan Afrika bisa menjadi eksportir utama bahan mentah maupun
produk-produk jadi yang mempunyai nilai tambah.
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
loading...