Loading...
Senyawa Alami dan Manfaat Tanin
Tanin (Tannin)
Tanin adalah
suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, mempunyai rasa pahit dan
kelat, bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik
lainnya, termasuk asam amino dan alkaloid.
Tanin
merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman, seperti daun, buah yang
belum matang, batang dan kulit kayu. Pada mulanya senyawa ini lebih dikenal
sebagai tannin substance (zat tanin) dalam proses penyamakan kulit hewan untuk
dibuat kerajinan tangan.
Tanin
merupakan senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawa polifenol
kompleks, dibangun dari elemen C, H dan O serta sering membentuk molekul besar
dengan BM lebih dari 2000.
Tanin
bersifat antiinflamasi, antiseptik, antidiabetik, membantu aktivitas insulin
dan membantu dalam mencegah dan melawan sel kanker.
Tanin merupakan
senyawa kompleks yang dapat membentuk ikatan kompleks dengan protein dan unsur
lainnya. Tanin memiliki sifat pengganggu dan menghambat, namun manfaatnya
banyak. Cara memaksimalkan kemanfaatan tanin dalam teh adalah dengan cara
persiapan, penyeduhan dan penyajian.
Hasil dari penelitian yang berkelanjutan menunjukkan bahwa
tanin bukan lagi sebagai senyawa pengganggu, tetapi menjadi senyawa yang
bermanfaat. Contoh penelitian yang membuktikan bahwa tanin merupakan zat
bermanfaat adalah penelitian yang dilakukan oleh Hsu dan timnya di tahun 2003. Mereka
menemukan fakta bahwa tanin dan flavonoid dalam teh digunakan dalam pengobatan
kuno untuk menyembuhkan luka bakar, toksin dari serangga, karena tanin dan
flavonoid bersifat antiinflamasi dan antiseptik. Tidak selamanya senyawa yang
memiliki sifat penghambat akan terus mengganggu, senyawa itu pasti memiliki
sifat lain yang akan memberikan keuntungan.
Penamaan Tanin
Kata tanin berasal dari bahasa Inggris tannin, yang dalam
bahasa Jerman Hulu Kuno disebut tanna, dan berarti pohon ek yang dalam bahasa
Indonesia disebut pohon berangan. Merujuk pada penggunaan bahan tanin nabati
dari pohon ek, pada mulanya tanin digunakan untuk menyamak belulang hewan untuk
menghilangkan sisa-sisa daging, lemak, dan kotoran lainnya yang menempel
padanya, sehingga kemudian akan menjadi kulit masak yang awet dan lentur.
Namun kini pengertian tanin sudah sangat meluas, mencakup
berbagai macam senyawa polifenol berukuran besar yang mengandung cukup banyak
gugus hidroksil dan gugus lain yang sesuai, seperti karboksil untuk membentuk
perikatan kompleks yang kuat dengan protein dan makromolekul lainnya.
Senyawa tanin banyak ditemukan dalam berbagai macam jenis
tumbuhan. Berbagai macam senyawa tanin ini berperan penting untuk melindungi
tumbuhan dari pemangsaan hewan herbivora dan hama, juga berperan penting dalam
pengaturan pertumbuhannya. Tanin yang terkandung dalam buah muda menimbulkan
rasa kelat (sepat), perubahan-perubahan yang terjadi pada senyawa tanin seiring
dengan berjalannya waktu berperan penting dalam proses pemasakan buah.
Kandungan tanin dari bahan organik (serasah, ranting dan
kayu) yang terlarut dalam air hujan bersama-sama dengan aneka subtansi humus
akan menjadikan air yang tergenang dirawa-rawa menjadi berwarna coklat
kehitaman seperti air teh, dan dikenal sebagai air hitam (black water).
Kandungan senyawa tanin-lah yang membuat air semacam itu berasa kesat dan
kepahit-pahitan.
Klasifikasi Tanin
Tanin diklasifikasikan
menjadi 2 kelas, yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi.
Tanin Terhidrolisis (pemecahan
senyawa kimia melalui penambahan air)
Tanin,
apabila dihidrolisa akan menghasilkan fenol polihidroksi yang sederhana.
Terbentuk dari ikatan
- Depsidik (Ikatan Ester) antar 2 mol asam galat
- C- C pada cincin aromatik 2 mol asam galat
Hidrolisa:
a. Asam Gallat >
terurai menjadi pirogalol
b. Asam Protokatekuat > Katekol
c. Asam Ellag dan Tenol > Fenol lain
Tanin
terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat yang dapat
membentuk jembatan oksigen, sehingga dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam
sulfat atau asam klorida.
Tanin Terkondensasi (perubahan
menjadi benda cair pada suhu udara dibawah titik embun)
Tanin
terkondensasi adalah polimer komplek, kebanyakan katekin dan
flavonoid. Tanin terkondensasi tidak dapat dihidrolisis melainkan terkondensasi
menghasilkan asam klorida. Tanin terkondensasi memiliki peranan yang lebih
penting bila dibandingkan dengan zat samak terhidrolisis.
Sifat-Sifat Tanin
Senyawa
tanin dapat diidentifikasi karena sifat-sifatnya sebagai berikut:
Tanin merupakan
senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran polifenol yang sulit untuk
dipisahkan, sehingga sulit membetuk kristal.
Apabila dilarutkan kedalam air, maka tanin akan membentuk
koloid, sehingga air tersebut akan memiliki rasa asam dan sepat
Apabila dicampur dengan alkaloid dan glatin, maka tanin akan
berbentuk endapan
Tanin dapat
mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut,
sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik
Mampu mengkerutkan kulit
Berasa sepat
Tidak berwarna hingga berwarna kuning atau coklat
Tanin dapat diidentifikasi dengan menggunakan kromotografi
Senyawa fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi
adstringensia, antiseptik, dan pemberi warna.
Reaksi Dengan Protein
Terjadi ikatan antara gugus hidroksi fenolik dengan ikatan
peptida (-C-NH). Dengan jenis ikatan kovalen, ionik, hidrogen. Pembentukan
kompleks dipengarhi oleh konsentrasi dan pH.
Manfaat Dan Kegunaan Tanin
Sebagai senyawa metabolit sekunder, tanin memiliki banyak
manfaat dan kegunaan. Manfaat dan kegunaan tanin adalah sebagai berikut:
Tanin banyak
dimanfaatkan sebagai bahan untuk menyamak belulang (kulit) agar awet dan nyaman
digunakan.
Tanin juga
digunakan untuk menyamak (mengubar) jaring nelayan, tali, dan layar agar lebih
tahan terhadap air laut.
Selain itu tanin dimanfaatkan juga sebagai bahan pewarna
Tanin juga
dimanfaatkan sebagai bahan mordan (pengikat zat warna agar tidak larut dalam
air atau kelembaban).
Tanin juga
dimanfaatkan sebagai bahan perekat.
Tanin juga
dimanfaatkan sebagai anti hama untuk mencegah serangga dan fungi pada tanaman.
Tanin juga
dimanfaatkan sebagai pelindung tanaman ketika masa pertumbuhan dari bagian
tertentu tanaman, misalnya pada bagian buah, saat masih muda akan terasa pahit dan
sepat.
Tanin juga
dimanfaatkan sebagai adstrigensia pada GI dan kulit.
Tanin juga
bermanfaat untuk proses metabolisme dari beberapa bagian tanaman.
Tanin juga
dimanfaatkan sebagai antidotum (keracunan alkaloid).
Tanin juga
dimanfaatkan sebagai reagen pendeteksi gelatin, alkaloid, dan protein.
Tanin juga
dimanfaatkan sebagai antiseptik, karena dapat mengendapkan protein.
Tanin yang
terkandung dalam minuman seperti teh, kopi, anggur, dan bir memberikan aroma
dan rasa sedap yang khas.
Bahan kunyahan seperti gambir (salah satu campuran makan
sirih) memanfaatkan tanin yang terkandung didalamnya untuk memberikan rasa
kelat ketika makan sirih.
Senyawa fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi
adstringensia, antiseptik, dan pemberi warna.
Fenol yang ada pada tanin, secara biologis dapat berguna
sebagai kelat logam. Mekanisme atau proses pengkelatan akan terjadi sesuai
dengan pola subtitusi dan pH senyawa fenol itu sendiri. Hal ini biasanya
terjadi pada tanin terhidrolisis, sehingga memiliki kemampuan untuk menjadi
pengkelat logam.
Kelat yang dihasilkan dari tanin ini dapat memiliki daya
kelat yang kuat dan dapat membuat kelat logam menjadi lebih stabil dan aman
didalam tubuh. Namun dalam mengkonsumsi tanin harus sesuai dengan kadarnya, karena
apabila terlalu sedikit (kadarnya rendah), maka tidak akan memberikan efek,
sebaliknya apabila mengkonsumsi terlalu banyak (kadar tinggi), maka dapat
mengakibatkan anemia karena zat besi yang ada dalam darah akan dikelat olehnya.
Sifat pengelat atau pengerut (astringensia) itu sendiri
menjadikan banyak tumbuhan yang mengandung tanin dijadikan sebagai 1Esclierichia
culi (EPEC) pada bayi.
Hasil penelitian Yulia (2006) menunjukkan bahwa daun teh
segar yang belum mengalami pengolahan lebih berpotensi sebagai senyawa
antibakteri, karena seiring dengan pengolahan menjadi teh hitam, aktivitas
senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri pada daun teh menjadi
berkurang.
Manfaat Dan Khasiat Tanin Untuk Kesehatan
Dalam
dunia kesehatan tanin mempunyai beberapa manfaat dan khasiat, antara lain:
Astringensia (Pengelat dan Anti diare)
Tanin dapat menciutkan (adstringensia) dan mengeraskan
dinding usus, sehingga dapat mengurangi keluar masuknya cairan dalam usus.
Tanin juga dapat digunakan untuk menciutkan pori-pori kulit.
Anti bakteri
Efek antibakteri tanin antara lain melalui reaksi dengan
membran sel. Flavonoid dalam tanin akan mendenaturasi dan mengkoagulasi protein
serta merusak membran dinding sel.
Antioksidan
Ketekin dalam tanin mempunyai sifat antioksidatif yang
berperan dalam melawan radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh.
Antidotum (Penawar racun)
Tanin akan
mengeluarkan asam tamak yang tidak larut dan bereaksi dengan alkaloida membentuk
tanat yang mengendap.
Tanaman
Sumber Tanin:
- Teh
- Daun jambu biji
- Kayu secang
- Buah Sawo
- Daun Salam
- Daun Sendok
- Daun Tempuyung
Menurut Holman (1997), kandungan tanin dalam satu cangkir
sajian teh adalah sekitar 9-20%. Penelitian ini menunjukkan adanya kadar tanin
dalam teh yang cukup tinggi dalam kandungan teh. Tanin adalah sebuah senyawa
fenolik – senyawa dengan gugus fenol – yang sekaligus merupakan kelompok
senyawa flavonoid (Mc Nabb, 2003 dan Westendarp, 2006).
Senyawa tanin merupakan senyawa pemberi rasa pahit yang khas
pada teh. Menurut Westendarp (2006) tanin dibagi menjadi dua kelompok besar,
yaitu: kelompok tanin terhidrolisis (hydrolysable tanin) dan tanin
terkondensasi (condensed tanin).
Menurut Westendarp (2006), tanin terhidrolisis merupakan
polimer dari senyawa gallic atau ellagic acid (asam ellagic) yang berikatan
ester dengan sebuah molekul gula. Contoh tanin terhidrolisis adalah: catecin
(C), Epigallocatecin (EGC), Epicatecin (EC), Catecin gallate (CG) dan
Epigallocatecin gallate (EGCG) yang semuanya merupakan antioksidan. Berdasarkan
penelitian USDA (United State Department of Agriculture) tahun 2002 menunjukkan
bahwa senyawa turunan gallic tersebut bermanfaat dalam membantu mempercepat
aktifitas hormone insulin (dalam pengaturan kadar gula darah). Penelitian yang
dilakukan oleh Owour dan Obanda tahun 1998 menunjukkan bahwa aktifitas kelompok
senyawa ini dapat menurunkan risiko terjadinya kanker. Sedangkan golongan tanin
terkondensasi masih belum terlalu banyak sumber yang membahas manfaatnya.
Manfaat Tanin Dalam Pakan Ternak
Tanin yang
terkandung dalam pakan ternak seperti pada daun kaliandra, jika dikonsumsi
berlebih dapat menjadi anti nutrisi pada ternak ruminansia. Hal ini dapat
diatasi dengan cara melakukan manipulasi proses pencernaan oleh mikroba rumen
dengan menginokulasi isolasi bakteri toleran tanin supaya mengoptimalkan
pemanfaatan kaliandra sebagai sumber pakan.
Tanin mampu
memproteksi protein bahan pakan, seperti daun katuk, sehingga tidak
terdegradasi dirumen. Tanin juga bermanfaat sebagai agensia pelindung asam lemak
tak jenuh, sehingga tidak terdegradasi oleh mikroba rumen dalam sistem
pencernaan ruminansia.
Penyamakan Belulang (Kulit)
Dalam proses penyamakan, tanin bereaksi dengan protein dari
belulang. Proses ini akan mengawetkan kulit dari serangan-serangan bakteri.
Disamping itu, penyamakan akan memberi warna tertentu, serta membentuk
kepadatan dan kelenturan kulit tersamak yang berbeda-beda tergantung pada
sifat-sifat kulit asal dan pada proses penyamakan yang digunakan. Proses
penyamakan itu sendiri dapat menggunakan tanin dari kulit kayu akasia sebagai
bahan penyamak nabati.
Tanin Untuk Perekat Kayu
Tanin yang
terkandung dalam tanaman bakau dan akasia dapat diekstrak dan dijadikan perekat
kayu lamina. Perekat autokondensat tanin bakau dan akasia memiliki nilai
keteguran geser kayu laminanya yang tidak berbeda dengan menggunakan perekat
fenolformaldehida dan ureaformaldehida.
Menurut penelitian Hsu (2003), teh sejak dahulu sudah
dijadikan sebagai bahan ramuan penyembuh luka bakar dan luka akibat racun
serangga. Kandungan yang berperan adalah tannin dan flavonoid yang memiliki
sifat antiinflamasi dan antiseptik. Penelitian yang dilakukan oleh USDA (United
State Department of Agriculture) tahun 2002 yang dipublikasikan di Journal of
Agriculture menunjukkan peningkatan secara signifikan kinerja insulin yang
dibantu oleh senyawa turunan tannin yang terhidrolisis. Senyawa Epigallocatecin
gallate (EGCG) merupakan senyawa pemicu aktifitas insulin terbaik dibandingkan
dengan senyawa C, CG, EC dan EGC. Penelitian Frei dan Higdon (2003) menemukan
fakta bahwa dengan adanya senyawa tannin dan antioksidan, dapat membantu
menurunkan risiko dan dampak stress. Ho (1997) membuktikan bahwa EGCG lebih
baik dari CG, EC, EGC, ECG dan Theafalavin dalam menghambat radikal bebas jenis
DPPH (Difenil 2-Pikrihidrazil).
Demikianlah sedikit penjelasan mengenai tanin, senyawa alami dan manfaatnya
Semoga bermanfaat dan Salam Sehat.
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
loading...