Sunday, 11 March 2018

Senyawa Alami dan Manfaat Tanin


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...
                              Senyawa Alami dan Manfaat Tanin


Tanin (Tannin)

Tanin adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, mempunyai rasa pahit dan kelat, bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya, termasuk asam amino dan alkaloid.

Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman, seperti daun, buah yang belum matang, batang dan kulit kayu. Pada mulanya senyawa ini lebih dikenal sebagai tannin substance (zat tanin) dalam proses penyamakan kulit hewan untuk dibuat kerajinan tangan.

Tanin merupakan senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawa polifenol kompleks, dibangun dari elemen C, H dan O serta sering membentuk molekul besar dengan BM lebih dari 2000.

Tanin bersifat antiinflamasi, antiseptik, antidiabetik, membantu aktivitas insulin dan membantu dalam mencegah dan melawan sel kanker.

Tanin merupakan senyawa kompleks yang dapat membentuk ikatan kompleks dengan protein dan unsur lainnya. Tanin memiliki sifat pengganggu dan menghambat, namun manfaatnya banyak. Cara memaksimalkan kemanfaatan tanin dalam teh adalah dengan cara persiapan, penyeduhan dan penyajian.
Hasil dari penelitian yang berkelanjutan menunjukkan bahwa tanin bukan lagi sebagai senyawa pengganggu, tetapi menjadi senyawa yang bermanfaat. Contoh penelitian yang membuktikan bahwa tanin merupakan zat bermanfaat adalah penelitian yang dilakukan oleh Hsu dan timnya di tahun 2003. Mereka menemukan fakta bahwa tanin dan flavonoid dalam teh digunakan dalam pengobatan kuno untuk menyembuhkan luka bakar, toksin dari serangga, karena tanin dan flavonoid bersifat antiinflamasi dan antiseptik. Tidak selamanya senyawa yang memiliki sifat penghambat akan terus mengganggu, senyawa itu pasti memiliki sifat lain yang akan memberikan keuntungan.

Penamaan Tanin
Kata tanin berasal dari bahasa Inggris tannin, yang dalam bahasa Jerman Hulu Kuno disebut tanna, dan berarti pohon ek yang dalam bahasa Indonesia disebut pohon berangan. Merujuk pada penggunaan bahan tanin nabati dari pohon ek, pada mulanya tanin digunakan untuk menyamak belulang hewan untuk menghilangkan sisa-sisa daging, lemak, dan kotoran lainnya yang menempel padanya, sehingga kemudian akan menjadi kulit masak yang awet dan lentur.

Namun kini pengertian tanin sudah sangat meluas, mencakup berbagai macam senyawa polifenol berukuran besar yang mengandung cukup banyak gugus hidroksil dan gugus lain yang sesuai, seperti karboksil untuk membentuk perikatan kompleks yang kuat dengan protein dan makromolekul lainnya.

Senyawa tanin banyak ditemukan dalam berbagai macam jenis tumbuhan. Berbagai macam senyawa tanin ini berperan penting untuk melindungi tumbuhan dari pemangsaan hewan herbivora dan hama, juga berperan penting dalam pengaturan pertumbuhannya. Tanin yang terkandung dalam buah muda menimbulkan rasa kelat (sepat), perubahan-perubahan yang terjadi pada senyawa tanin seiring dengan berjalannya waktu berperan penting dalam proses pemasakan buah.

Kandungan tanin dari bahan organik (serasah, ranting dan kayu) yang terlarut dalam air hujan bersama-sama dengan aneka subtansi humus akan menjadikan air yang tergenang dirawa-rawa menjadi berwarna coklat kehitaman seperti air teh, dan dikenal sebagai air hitam (black water). Kandungan senyawa tanin-lah yang membuat air semacam itu berasa kesat dan kepahit-pahitan.



Klasifikasi Tanin

Tanin diklasifikasikan menjadi 2 kelas, yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi.

Tanin Terhidrolisis (pemecahan senyawa kimia melalui penambahan air)
Tanin, apabila dihidrolisa akan menghasilkan fenol polihidroksi yang sederhana. Terbentuk dari ikatan
- Depsidik (Ikatan Ester) antar 2 mol asam galat
- C- C pada cincin aromatik 2 mol asam galat
 Hidrolisa:
a. Asam Gallat > terurai menjadi pirogalol
b. Asam Protokatekuat > Katekol
c. Asam Ellag dan Tenol > Fenol lain
Tanin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat yang dapat membentuk jembatan oksigen, sehingga dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida.

Tanin Terkondensasi (perubahan menjadi benda cair pada suhu udara dibawah titik embun)
Tanin terkondensasi adalah polimer komplek, kebanyakan katekin dan flavonoid. Tanin terkondensasi tidak dapat dihidrolisis melainkan terkondensasi menghasilkan asam klorida. Tanin terkondensasi memiliki peranan yang lebih penting bila dibandingkan dengan zat samak terhidrolisis.

Sifat-Sifat Tanin

Senyawa tanin dapat diidentifikasi karena sifat-sifatnya sebagai berikut:
Tanin merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran polifenol yang sulit untuk dipisahkan, sehingga sulit membetuk kristal.

Apabila dilarutkan kedalam air, maka tanin akan membentuk koloid, sehingga air tersebut akan memiliki rasa asam dan sepat

Apabila dicampur dengan alkaloid dan glatin, maka tanin akan berbentuk endapan

Tanin dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut, sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik
Mampu mengkerutkan kulit
Berasa sepat
Tidak berwarna hingga berwarna kuning atau coklat
Tanin dapat diidentifikasi dengan menggunakan kromotografi
Senyawa fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi adstringensia, antiseptik, dan pemberi warna.

Reaksi Dengan Protein
Terjadi ikatan antara gugus hidroksi fenolik dengan ikatan peptida (-C-NH). Dengan jenis ikatan kovalen, ionik, hidrogen. Pembentukan kompleks dipengarhi oleh konsentrasi dan pH.

Manfaat Dan Kegunaan Tanin
Sebagai senyawa metabolit sekunder, tanin memiliki banyak manfaat dan kegunaan. Manfaat dan kegunaan tanin adalah sebagai berikut:

Tanin banyak dimanfaatkan sebagai bahan untuk menyamak belulang (kulit) agar awet dan nyaman digunakan.

Tanin juga digunakan untuk menyamak (mengubar) jaring nelayan, tali, dan layar agar lebih tahan terhadap air laut.

Selain itu tanin dimanfaatkan juga sebagai bahan pewarna

Tanin juga dimanfaatkan sebagai bahan mordan (pengikat zat warna agar tidak larut dalam air atau kelembaban).

Tanin juga dimanfaatkan sebagai bahan perekat.

Tanin juga dimanfaatkan sebagai anti hama untuk mencegah serangga dan fungi pada tanaman.

Tanin juga dimanfaatkan sebagai pelindung tanaman ketika masa pertumbuhan dari bagian tertentu tanaman, misalnya pada bagian buah, saat masih muda akan terasa pahit dan sepat.

Tanin juga dimanfaatkan sebagai adstrigensia pada GI dan kulit.

Tanin juga bermanfaat untuk proses metabolisme dari beberapa bagian tanaman.

Tanin juga dimanfaatkan sebagai antidotum (keracunan alkaloid).

Tanin juga dimanfaatkan sebagai reagen pendeteksi gelatin, alkaloid, dan protein.

Tanin juga dimanfaatkan sebagai antiseptik, karena dapat mengendapkan protein.

Tanin yang terkandung dalam minuman seperti teh, kopi, anggur, dan bir memberikan aroma dan rasa sedap yang khas.

Bahan kunyahan seperti gambir (salah satu campuran makan sirih) memanfaatkan tanin yang terkandung didalamnya untuk memberikan rasa kelat ketika makan sirih.

Senyawa fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi adstringensia, antiseptik, dan pemberi warna.

Fenol yang ada pada tanin, secara biologis dapat berguna sebagai kelat logam. Mekanisme atau proses pengkelatan akan terjadi sesuai dengan pola subtitusi dan pH senyawa fenol itu sendiri. Hal ini biasanya terjadi pada tanin terhidrolisis, sehingga memiliki kemampuan untuk menjadi pengkelat logam.

Kelat yang dihasilkan dari tanin ini dapat memiliki daya kelat yang kuat dan dapat membuat kelat logam menjadi lebih stabil dan aman didalam tubuh. Namun dalam mengkonsumsi tanin harus sesuai dengan kadarnya, karena apabila terlalu sedikit (kadarnya rendah), maka tidak akan memberikan efek, sebaliknya apabila mengkonsumsi terlalu banyak (kadar tinggi), maka dapat mengakibatkan anemia karena zat besi yang ada dalam darah akan dikelat olehnya.

Sifat pengelat atau pengerut (astringensia) itu sendiri menjadikan banyak tumbuhan yang mengandung tanin dijadikan sebagai 1Esclierichia culi (EPEC) pada bayi.

Hasil penelitian Yulia (2006) menunjukkan bahwa daun teh segar yang belum mengalami pengolahan lebih berpotensi sebagai senyawa antibakteri, karena seiring dengan pengolahan menjadi teh hitam, aktivitas senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri pada daun teh menjadi berkurang.

Manfaat Dan Khasiat Tanin Untuk Kesehatan

Dalam dunia kesehatan tanin mempunyai beberapa manfaat dan khasiat, antara lain:

Astringensia (Pengelat dan Anti diare)
Tanin dapat menciutkan (adstringensia) dan mengeraskan dinding usus, sehingga dapat mengurangi keluar masuknya cairan dalam usus. Tanin juga dapat digunakan untuk menciutkan pori-pori kulit.

Anti bakteri
Efek antibakteri tanin antara lain melalui reaksi dengan membran sel. Flavonoid dalam tanin akan mendenaturasi dan mengkoagulasi protein serta merusak membran dinding sel.

Antioksidan
Ketekin dalam tanin mempunyai sifat antioksidatif yang berperan dalam melawan radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh.

Antidotum (Penawar racun)
Tanin akan mengeluarkan asam tamak yang tidak larut dan bereaksi dengan alkaloida membentuk tanat yang mengendap.

Tanaman Sumber Tanin:
- Teh
- Daun jambu biji
- Kayu secang
- Buah Sawo
- Daun Salam
- Daun Sendok
- Daun Tempuyung

Menurut Holman (1997), kandungan tanin dalam satu cangkir sajian teh adalah sekitar 9-20%. Penelitian ini menunjukkan adanya kadar tanin dalam teh yang cukup tinggi dalam kandungan teh. Tanin adalah sebuah senyawa fenolik – senyawa dengan gugus fenol – yang sekaligus merupakan kelompok senyawa flavonoid (Mc Nabb, 2003 dan Westendarp, 2006).

Senyawa tanin merupakan senyawa pemberi rasa pahit yang khas pada teh. Menurut Westendarp (2006) tanin dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu: kelompok tanin terhidrolisis (hydrolysable tanin) dan tanin terkondensasi (condensed tanin).

Menurut Westendarp (2006), tanin terhidrolisis merupakan polimer dari senyawa gallic atau ellagic acid (asam ellagic) yang berikatan ester dengan sebuah molekul gula. Contoh tanin terhidrolisis adalah: catecin (C), Epigallocatecin (EGC), Epicatecin (EC), Catecin gallate (CG) dan Epigallocatecin gallate (EGCG) yang semuanya merupakan antioksidan. Berdasarkan penelitian USDA (United State Department of Agriculture) tahun 2002 menunjukkan bahwa senyawa turunan gallic tersebut bermanfaat dalam membantu mempercepat aktifitas hormone insulin (dalam pengaturan kadar gula darah). Penelitian yang dilakukan oleh Owour dan Obanda tahun 1998 menunjukkan bahwa aktifitas kelompok senyawa ini dapat menurunkan risiko terjadinya kanker. Sedangkan golongan tanin terkondensasi masih belum terlalu banyak sumber yang membahas manfaatnya.

Manfaat Tanin Dalam Pakan Ternak

Tanin yang terkandung dalam pakan ternak seperti pada daun kaliandra, jika dikonsumsi berlebih dapat menjadi anti nutrisi pada ternak ruminansia. Hal ini dapat diatasi dengan cara melakukan manipulasi proses pencernaan oleh mikroba rumen dengan menginokulasi isolasi bakteri toleran tanin supaya mengoptimalkan pemanfaatan kaliandra sebagai sumber pakan.

Tanin mampu memproteksi protein bahan pakan, seperti daun katuk, sehingga tidak terdegradasi dirumen. Tanin juga bermanfaat sebagai agensia pelindung asam lemak tak jenuh, sehingga tidak terdegradasi oleh mikroba rumen dalam sistem pencernaan ruminansia.

Penyamakan Belulang (Kulit)
Dalam proses penyamakan, tanin bereaksi dengan protein dari belulang. Proses ini akan mengawetkan kulit dari serangan-serangan bakteri. Disamping itu, penyamakan akan memberi warna tertentu, serta membentuk kepadatan dan kelenturan kulit tersamak yang berbeda-beda tergantung pada sifat-sifat kulit asal dan pada proses penyamakan yang digunakan. Proses penyamakan itu sendiri dapat menggunakan tanin dari kulit kayu akasia sebagai bahan penyamak nabati.

Tanin Untuk Perekat Kayu
Tanin yang terkandung dalam tanaman bakau dan akasia dapat diekstrak dan dijadikan perekat kayu lamina. Perekat autokondensat tanin bakau dan akasia memiliki nilai keteguran geser kayu laminanya yang tidak berbeda dengan menggunakan perekat fenolformaldehida dan ureaformaldehida.

Menurut penelitian Hsu (2003), teh sejak dahulu sudah dijadikan sebagai bahan ramuan penyembuh luka bakar dan luka akibat racun serangga. Kandungan yang berperan adalah tannin dan flavonoid yang memiliki sifat antiinflamasi dan antiseptik. Penelitian yang dilakukan oleh USDA (United State Department of Agriculture) tahun 2002 yang dipublikasikan di Journal of Agriculture menunjukkan peningkatan secara signifikan kinerja insulin yang dibantu oleh senyawa turunan tannin yang terhidrolisis. Senyawa Epigallocatecin gallate (EGCG) merupakan senyawa pemicu aktifitas insulin terbaik dibandingkan dengan senyawa C, CG, EC dan EGC. Penelitian Frei dan Higdon (2003) menemukan fakta bahwa dengan adanya senyawa tannin dan antioksidan, dapat membantu menurunkan risiko dan dampak stress. Ho (1997) membuktikan bahwa EGCG lebih baik dari CG, EC, EGC, ECG dan Theafalavin dalam menghambat radikal bebas jenis DPPH (Difenil 2-Pikrihidrazil).

Demikianlah sedikit penjelasan mengenai tanin, senyawa alami dan manfaatnya Semoga bermanfaat dan Salam Sehat.



*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...