Loading...
Dampak Pencemaran Logam Berat Terhadap Tanah
Kita pasti tahu bahwa lingkungan di sekitar kita belim tentu
sehat. Banyak sekali kontaminasi zat – zat atau unsur yang buruk bagi diri
kita, sesama, maupun lingkungan. Bakteri, virus, radikal bebas menjadi salah satunya.
Namun selain itu, ternyata ada unsur lain yang bisa membuat lingkungan kita terkontaminasi,
yaitu logam berat.
Logam berat ini sendiri memiliki arti tersendiri. Logam
berat disini bukan hanya logam-logam yang terlihat seperti besi, seng, atau
yang lainnya saja, melainkan unsur logam yang memang banyak berkeliaran di
lingkungan sekitar bisa juga menyebabkan dampak pencemaran udara. Maka, logam
berat adalah unsur yang bersifat padat, karena bersifat padat maka dapat
ditempa, selain itu juga bersifat konduktor, dan juga mengkilap. Logam berat
memang banyak di sekitar kita. Namun, tidak semua logam berat merugikan dan
berbahaya. Namun sebagian besar logam berat berbahaya jika kadarnya melebihi
ambang bakunya.
Kadar logam berat dalam tanah
dapat mencapai tingkat yang menyebabkan fitotoksisitas dan gangguan fungsional
terhadap komponen lingkungan lainnya. Fenomena ini dapat terjadi secara alami
melalui proses geogenik dan pedogenesis maupun melalui proses antropogenik
(Alloway 1995, Lacatusu 2000).
Logam berat adalah unsur logam
dengan berat molekul tinggi. Dalam kadar rendah, logam berat pada umumnya sudah
beracun bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia, beberapa jenis logam berat
yang sering menimbulkan pencemaran adalah mercuri (Hg), kromium (Cr), kadmium
(Cd), timbal (Pb) dan arsen (As). Keberadaan logam berat di lingkungan tidak
dengan sendirinya dapat membahayakan makhluk hidup termasuk manusia. Logam
berat tersebut dapat membahayakan manakala masuk ke dalam sistem metabolisme
dalam jumlah yang melebihi ambang batas (Moenir et al. 2010).
Sumber Logam Berat
Logam berat berdasarkan sumber datangnya bisa dipisahkan
menjadi 2, yaitu berasal dari reaksi yang alami, atau bersumber dari reaksi
buatan (limbah atau reaksi buatan manusia).
Sumber yang
berasal dari alam
Sumber alami logam berat dalam
tanah berasal dari bahan induk pembentuk tanah.
Logam berat melalui reaksi ini memang berasal dari alam
tanpa ada campur tangan manusia yang membuatnya, dan sudah ada sejak jaman
dahulu.
Tanah secara alami telah mengandung logam berat meskipun
hanya sedikit serta memiliki kamampuan untuk mentolelir logam berat yang ada di
dalamnya. Hal tersebut tergantung pada bahan induk penysun tanahnya.
Contoh:
Berasal dari daerah sekitar pantai dan lingkungan daratan.
Logam bisa berasal dari partikel debu yang di transportasi oleh ikan ke
atmosfer.
Berasal dari daerah pantai, bersumber dari sungai, dan
terpaan gelombang air laut dari laut.
Berasal dari reaksi gunung vulkanik yang mengeluarkan lava
yang juga mengandung logam berat dan jatuh ke lingkungan.
Sumber
berasal dari buatan
Sumber antropogenik logam berat
muncul
akibat buatan yaitu menghasilkan logam-logam yang sering kita jumpai, dan
sebagian besar bersifat racun jika masuk ke tubuh kita melebihi batasnya.
Contoh:
-Pertambangan dan peleburan
mineral logam.
-Bahan pertanian dan
hortikultura.
- Lumpur limbah.
-Pembakaran bahan bakar fosil.
-Industri logam (manufaktur,
penggunaan dan pembuangan limbah komoditas berbahan logam).
-Elektronika (manufaktur,
penggunaan dan pembuangan limbah komoditas elektronika).
-Industri kimia dan manufaktur
lainnya.
-Pembuangan limbah.
-Limbah dari rumah tangga (deterjen atau sabun).
Jika dilihat dari bahayanya, jelas sangat berbahaya yang
berasal dari buatan. Namun, kita perlu melihat bahwa penyebab logam berat
tersebut menyebar dikarenakan ulah manusia yang tidak mengerti bahaya logam
bagi lingkungan.
Peningkatan pembangunan termasuk industri turut menyebabkan
dampak negatif apabila tidak dikelola secara benar. Industri yang menggunakan
bahan baku logam berat bila membuang limbahnya ke sungai/badan air
mengakibatkan sungai dan tanah di sekitar wilayah yang terairi oleh sungai
tersebut akan terkontaminasi logam berat, dan pada tingkat tertentu
mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan. Adanya logam berat dalam tanah
berimplikasi pada adanya logam berat dalam tanaman. Kerusakan tanah akibat
adanya logam berat menyebabkan sebagian tanah menjadi berkurang kesuburannya
dan bahkan dapat menjadi racun bagi tanaman.
Walaupun pelaku industri tersebut menyatakan telah melakukan
proses pengolahan limbah melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), namun
masih saja terdapat sejumlah senyawa beracun yang ikut terbawa pada aliran
sungai. Limbah yang dibuang ke badan air dan menjadi sumber air irigasi bagi
lahan pertanian yang
masih produktif menimbulkan
dampak yang tidak
saja merugikan bagi keberlangsungan usaha tani pada lahan tersebut akan
tetapi dapat berakibat pada kerusakan ekosistem.
Pencemaran yang terjadi pada tanah, air tanah, badan air,
atau sungai, udara dapat menyebabkan terganggunya ekosistem. Hal ini karena
terputusnya rantai dalam satu tatanan linkungan atau matinya organisme yang
menyebabkan terganggunya ekosistem ( Soemarwoto, 1991).
Dibawah
ini adalah penejelasan dari bahaya logam berat bagi lingkungan
Logam berat dalam jumlah berlebih menyebabkan terjadinya
pencemaran dalam tanah. Saeni (2002) menjelaskan bahwa unsur-unsur logam berat
yang potensial menimbulkan pencemaran pada lingkungan adalah; Fe, As, Cd, Pb,
Hg, Mn, Ni, Cr, Zn, dan Cu, karena unsur ini lebih ekstensif penggunaannya demikian
pula dengan tingkat toksisitasnya yang tinggi. Sementara United State
Environment Protection Agency (US EPA) mendata logam berat yang merupakan
pencemar utama berbahaya yaitu Sb, Ag, Be, Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, Ni, Se, Sr, Ag
dan Zn (Sukhendrayatna, 2001) namun terdapat pula logam berat seperti Cr, Cu,
Fe, Mn, Mo yang merupakan unsur hara mikro yang esensial bagi tanaman, tetapi
bila jumlahnya terlalu besar akan merupakan racun bagi tanaman. Adanya racun
pada tanah terutama bila logam tersebut telah terakumulasi dan telah melebihi
batas kritis dalam tanah.
Kadmium
atau Cadmium (Cd)
Kadmium atau Cadmium (dalam inggris) memang sangat berbahaya
bagi kesehatan karena sifatnya sangat beracun dan masuk dalam logam berat
paling berbahaya bagi manusia. WHO menegaskan bahwa kadar Cd yang wajar adalah
400 μg per minggu.
Mercury
atau raksa (Hg)
Raksa atau Hg adalah salah satu logam berat yang berbahaya
di lingkungan. Biasanya mercury bisa mengkontaminasi perairan atau lautan.
Penyebab nya hanya sebagian besar merupakan limbah olahan manusia atau ulah
manusia itu sendiri.
Mercury yang mencemari perairan atau lautan sangat berbahaya
yang akan menjadi penyebab dampak pencemaran udara bagi makhluk hidup di daerah
itu serta untuk kelangsungan hidup manusia sendiri. Jika laut terkontaminasi,
maka ikan pun akan terkontaminasi dan jika manusia memakan ikan yang
terkontaminasi mercury, akan menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi
kesehatan.
Chromium
atau krom (Cr)
Krom atau Cr sendiri adalah meta abu – abu yang keras. Krom
biasanya digunakan untuk pabrik-pabrik pembuat gelas, metal, dan fotografi.
Pada dasarnya, krom termasuk ke logam dengan toxic yang tidak terlalu tinggi,
namun senyawa hasil dari krom dengan unsur lain sangat iritan dan korosif.
Plumbum
atau timbal (Pb)
Pb merupakan logam berat yang sering digunakan pada mesin
mobil atau motor atau mesin lainnya. Pb memiliki sifat mudah terbakar dan iritan.
Jika masuk dalam tubuh manusia, akan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
kerusakan pada tubuh manusia itu sendiri.
Arsen
atau Arsenik (As)
Arsen termasuk logam berat yang berbahaya. Arsen biasanya
terdapat di pabrik keramik atau kerajinan. Jika Arsen masuk ke tubuh manusia
melebihi batasnya, maka akan menyebabkan iritasi pada bagian luar hingga dalam
tubuh. Jika terkena mata, maka akan menyebabkan iritasi pada bagian-bagian
mata, kornea mata terganggu, katarak, bahkan buta. selain itu juga bisa
menggagalkan fungsi sum sum tulang belakang dari manusia, kerusakan ginjal,
hati, paru – paru, kanker, liver, bahkan kematian.
Sejak pelita 1 terjadi pembangunan di bidang pertanian yang
sangat pesat. Indonesia dapat memperoleh predikat swasembada pangan karena
pembangunan di bidang pertanian tersebut. Produksi pertanian sangat baik pada saat itu. Suplay pangan
cukup untuk rakyat. Produksi pertanian yang tinggi adalah sasaran yang ingin di
capai. Untuk memenuhi sasaran ini dilakukan penambahan input termasuk
penambahan penggunaan pupuk dan pestisida sintetis yang tidak memperhatikan
aspek lingkungan. Hal ini menyebabkan terjadinya pencemaran lahan pertanian
oleh unsure logam berat yang terkandung dalam pupuk dan pestisida tersebut.
Logam berat adalah unsur logam yang memiliki
berat molekul yang tinggi. Logam berat walau pun dalam jumlah yang kecil sudah
dapat mencemari lingkungan dan sifat racun. Tanaman sebenarnya memiliki
kemapuan untuk menetralisir logam berat. Namun apabila terlalu banyak akan
bersifat racun bagi tanaman tersebut.
Akumulasi logam berat pada tanah dapat mempengaruhi seluruh
kehidupan yang ada ditanah yang merupakan factor penentu produktifitas tanah,
masuknya logam berat ke dalam tanah juga menyebabkan penurunan kualitas sifat
kimia tanah dan dengan menurunnya produktifitas tanah maka hasil panen tanaman
akan menurun baik kualitas maupun kuantitas. Hal-hal yang terjadi akibat
akumulasi logam berat di atas membawa dampak yang berbahaya bagi pertanian
kita. Ditambah lagi akumulasi logam berat ini telah terjadi cukup lama.
Akumulasi logam berat dalam
tanah merupakan racun bagi manusia dan hewan serta tumbuhan. Paparan logam
berat yang terjadi secara terus-menerus (paparan selama jangka waktu yang lama)
dapat berakibat masuk ke rantai makanan. Gejala keracunan dari logam berat
jarang terjadi melalui konsumsi atau kontak kulit, tetapi dimungkinkan terjadi.
Pada umumnya permasalahan
disebabkan oleh logam kationik (elemen logam yang berada di tanah yang
bermuatan positif misalnya, Pb2+) adalah merkuri, kadmium, timah, nikel,
tembaga, seng, kromium, dan mangan. Senyawa anionik yang paling umum (elemen
yang terbentuk di tanah yang dikombinasikan dengan oksigen dan bermuatan
negatif misalnya, MoO42-) adalah arsenik, molibdenum, selenium, dan boron
(Auburn 2000).
Reaksi tanah merupakan faktor
pengontrol penting perilaku kimia logam-logam dan berbagai proses di dalam
tanah. Soepardi (1983) menyatakan bahwa pH tanah mempengaruhi serapan unsur
hara dan pertumbuhan tanaman melalui pengaruh langsungnya terhadap tersedianya
unsur hara dan adanya unsur-unsur beracun. Hal ini menunjukkan bahwa pH tanah
merupakan faktor penting untuk menentukan ketersediaan unsur-unsur esensial dan
non esensial bagi tanaman. kation logam dalam keadaan masam sangat larut dan
tersedia bagi tanaman.
Pengaruh pH baik secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi berbagai mekanisme dari retensi
logam oleh tanah. Pada seluruh kation logam maka penyerapan meningkat seiring
dengan meningkatnya pH. Namun, dapat diketahui bahwa retensi logam tidak secara
signifikan meningkat hingga pH lebih besar dari 7. pH tanah merupakan parameter yang penting,
secara langsung mempengaruhi penyerapan/pelepasan, presipitasi, bentuk-bentuk
kompleks, dan reaksi oksidasi-reduksi.<7 1992="" clean="" o:p="">7>
Menurut Soepardi (1983) keberadaan
logam-logam berat berkaitan dengan kadar bahan organik di dalam tanah. Adanya
bahan organik dalam tanah akan menyebabkan pengkelatan kation-kation logam.
Proses-proses yang terjadi dalam tanah sebagian besar dilakukan oleh penyusun
tanah yang jumlahnya relatif sedikit yaitu liat dan humus. Bentuk koloidal,
baik liat maupun bahan organik, merupakan pusat kegiatan dalam tanah dimana
terjadi reaksi-reaksi pertukaran ion.
Cara
masuknya logam berat kelahan pertanian adalah melalui:
Pencemaran limbah yang terjadi di sungai yang masuk ke lahan
pertanian melalui sistem irigasi. Adapun limbah yang dapat mengandung logam
berat yang dapat mencemari lahan pertanian berasal dari:
-Pabrik kimia.
-Limbah Industry listrik dan elektronika.
-Limbah Industry logam dan penyepukan elektro.
-Limbah industri kulit.
-Metalurgi.
-Limbah cat dan bahan pewarna.
Residu pestisida dan pupuk sintetis dari usaha pertanian di
lahan itu sendiri maupun dari lahan lain yang terbawa air irigasi ( Undang
Kurnia et. Al, 2003).
Pupuk serta pestisida sintetis yang merupakan salah satu
bahan pencemar yang menyebabkan unsur logam berat masuk ke lahan pertanian
mengandung banyak sekali logam berat yang sebenarnya berada di atas ambang
toleransi yang bisa diterima tanah.
Persoalan
yang muncul akibat akumulasi logam berat pada tanah antara lain:
-Masuknya logam berat ke tanah dapat mepengaruhi seluruh
kehidupan pada tanah yang merupakan factor penentu produktivitas tanah. Dengan
matinya mikrobia dalam tanah atau makhluk hidup yang ada ditanah akan ikut
mempengaruhi sifattanh terutama sifat biologi.
-Masuknya logam berat tanah juga menyebabkan penurunnan
kualitas sifat kimia tanah. Karena unsur hara yang ada di dalam tanah tidak
tersedia bagi tanaman dan menghambat penyerapan unsur hara.
-Dengan menurunnya produktifitas tanah maka hasil panen
tanaman akan menurun baik kualiatas maupun kuantiatas (Notohadiprawiro, 1991).
Tanah sawah yang telah tercemar logam berat dapat
ditanggulangi secara fisik melalui pencucian dan penggunaan bahan organik
(Sukmana, at el, 1986). Prinsip dari metode ini adalah dengan penghilangan
logam berat dengan pencucian atau dengan membuat logam berat itu tidak aktif
dengan bahan organik. Pencucian dilakukan dengan memasukkan air irigasi yang
tidak tercemar logam berat ke tanah yang sedang diolah, kemudian membuang air
tersebut melalui saluran drinase.
Perbaikan tanah dapat pula dilakukan dengan penggunaan bahan
organik. Mengingat bahan organik merupakan campuran beraneka senyawa organik
dari bermacam-macam asal, menyebabkan
susunan kimia bahan
organik tersebut sangat rumit.
Salah satu senyawa
khas penting ialah
gugus fungsional yang mampu
berperan dalam pembentukan
kompleks dan pertukaran
ion. Gugus fungsional yang
dimaksud adalah karboksil (-COOH), hidroksil (-OH), karbonit (=C=O), metoksil
(-OCH3), dan amino
(-NH2). Fraksi ini
merupakan pelaku penting dalam
pertukaran kation pemantapan
struktur tanah, penyediaan
N, metabolisme C dan
pengkompleksan logam (Notohadiprawiro, 1999).
Arsiati (2002) dalam penelitiannya menemukan bahwa pada kotoran ayam
terkandung fraksi humat sebesar 5,43 %. Adanya fraksi humat ini menunjukkan
adanya sifat kemasaman total. Sementara Tan (1991) menjelaskan bahwa kemasaman
total yang tinggi merefleksikan kompleksasi yang tinggi ataupun kapasitas
khelat yang tinggi, dan senyawa-senyawa humat yang terkandung di dalamnya efektif
dalam mengikat logam berat.
Selain penanggulangan pencemaran logam berat secara fisik
ada juga penanggulangan pencemaran logam berat secara kimia. Metode yang dapat
digunakan dalam penaggulangan secara kimia ini, yaitu dengan metode pengapuran.
Sebagian dari unsur logam berat terutama Pb dapat larut
ditanah atau tersedia bagi tanaman dalam keadaan tanah masam, sehingga dapat
menyebabkan tanaman menyerap Pb secara berlebihan dan bersifat racun bagi
tanaman itu sendiri. Dengan pengapuran tanah tidak akan terlalu masam sehingga
logam berat seperti Pb tidak akan berada ditanah dalam bentuk tersedia bagi
tanaman (Tan, 1991). Dalam keadaan basa terjadi penambahan muatan negatif jadi,
peningkatan pH tanah umumnya akan meningkatkan muatan negatif sehingga kemapuan
koloid tanah dalam menjerap kation akan meningkat (Priyono, 2005).
Ada pula penanggulangan pencemaran logam berat secara
biologi yaitu metode Fitoremediasi (
menggunakan tumbuhan untuk menyerap logam berat) dan metode Bioremediasi
(menggunakan mikrobia).
Metode Fitoremediasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan
tumbuhan yang dapat menyerap logam berat di tanah. Salah satu tumbuhan yang
dapat menyerap logam berat adalah Eceng Gondok (Eichormia crassipes). Walaupun
dalam petanian Eceng Gondok dikenal sebagi gulma namun tumbuhan ini dapat
menyerap logam berat dan resisten terhadap toksisitas logam berat tersebut.
Tumbuhan eceng gondok yang hidup di atas air dapat menyerap logam berat Pb sebanyak 5,167 ppm atau 96,4 % dan logam
berat Fe turun sebanyak 3,177 ppm atau 65,45 % dalam kurun waktu tujuh hari
(Hasim, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Sandra, S.A. (2006) tentang
penurunan logam berat pada tanah tercemar dengan menggunakan tanaman pengikat
logam yaitu eceng gondok, haramay, mendong dan akar wangi menunjukkan bahwa ada
pengaruh nyata pemberian keempat vegetasi terhadap serapan logam dalam daun.
Eceng gondok merupakan vegetasi tertinggi (1,2423 miligram/pot) dalam
mengakumulasi Pb di daun dibandingkan dengan mendong, akar wangi dan haramay.
Akan tetapi secara statistik eceng gondok tidak berbeda nyata bila dibandingkan
dengan akar wangi dan haramay, namun berbeda nyata dengan mendong. Selain Pb,
eceng gondok juga tertinggi (0,1577 miligram/pot) dalam mengakumulasi Cd di
daun dan berbeda nyata dengan mendong dan haramay namun tidak berbeda nyata
dengan akar wangi. Hal ini sejalan dengan penelitian Zhu et al., (1999) yang
menerangkan bahwa eceng gondok mampu mengakumulasi Cd dengan tinggi bahkan
hingga 61,7 mg/kg berat kering per hari. Tingginya kemampuan eceng gondok dalam
mengakumulasi logam berat diduga karena eceng gondok mempunyai vakuola yang
besar dalam struktur selnya sehingga mampu menyimpan logam berat dalam jaringan
tanaman.
Metode Bioremediasi memanfaatkan mikrobia sebagai perantara
reaksi kimia dan proses fisika yang berlangsung secara metabolic. Proses ini
mengubahn bahan kimia yang mengandung logam berat dalam danah menjadi tidak
berbahaya (Sklandany dan Metting, 1993). Mikroorganisme merupakan
bioremediatorn yang ampuh untuk memindahkan atau menghilangkan logam-logam
berat melalui mekanisme serapan ( transport) aktif maupun pasif (Volesky dan
Holand,1995).
Adapun bakteri yang bisa digunakan untuk metode ini adalah
bakteri Pseidomonas yang dapat mengguanakan senyawa yang mengandung logam berat
tersebut sebagai makanannya melalui mekanisme oksidasireduksi. Bakteri lain
yang dapat digunakan antara lain Bacillus, Thiobacillus dan bakteri penambat N.
Namun apabila unsur logam berat terlalu heterogen maka tidak semua unsur
tersebut dapat diolah oleh mikrobia tersebut.
Apabila konsentrasi logam berat terlalu tinggi mikrobia juga tidak bisa
mengolahnya menjadi makanannya bahkan akan bersifat racun bagi mikrobia itu
sendiri. Selain itu bakteri-bakteri yang dapat digunakan untuk menanggulangi
pencemaran logam berat tersebut sebagiannya adalah bakteri penyebab penyakit
bagi tanaman.
Logam berat berbahaya beracun yang ada dalam tanah sawah
menunjukkan wilayah tersebut mengalami masalah lingkungan. Masalah lingkungan
yang dapat mengakibatkan kerusakkan tanah tersebut menurut Dent (1993) dapat
dikelompokkan ke dalam kerusakan kimia tanah yang dicirikan hilangnya kesuburan
tanah dan terkandungnya unsur-unsur kimia yang tidak dibutuhkan tanaman dan
manusia pemakannya.
Logam berat memang sebagian besar berbahaya jika melebihi
batasnya baik bagi lingkungan maupun manusia. Kita selayaknya menjaga dan
melestarikan alam dengan cara tidak membuang limbah pada sembarang tempat atau
perairan karena akan mengganggu ekosistem alam yang ada, karena jika alam
rusak, maka manusia juga yang akan merasakan akibatnya.
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
loading...