Thursday, 8 November 2018

Berbagai ragam Manfaat Sitokinin – Hormon pada Tumbuhan sebagai Zat Pengatur Tumbuh


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...
                                 Berbagai ragam Manfaat Sitokinin

Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang irreversible (tidak dapat balik) karena adanya pembelahan mitosis atau pembesaran sel atau dapat pula disebabkan oleh keduanya. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif.

Kondisi memiliki tubuh tinggi merupakan ciri-ciri makhluk hidup yang  bukan hanya merajai oleh kalangan manusia saja. Di dalam tumbuhan, fenomena tinggi badan yang tinggi juga dapat di jumpai. Mengapa bisa terjadi?, sebab terdapat molekul dalam tubuh yang menyebabkan tumbuhan memiliki tinggi berbeda dari normalnya. Molekul tersebut berupa hormone yang mampu merangsang sel dan jaringan yang ada di dalam tubuh untuk berkembang dan terdiferensiasi tumbuh menjadi tinggi.

Tumbuhan akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan, dimana pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran tanaman tersebut yang bisa diukur dengan alat ukur , sedangkan perkembangan merupakan bagaimana setiap fungsi organ tanaman tersebut bekerja sesuai tahapannya yang tidak dapat diukur dengan alat ukur. Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman yaitu faktor internal dan eksternal. Dimana Faktor Eksternal Pertumbuhan mencakup suhu , air dan mineral, dan cahaya matahari. Sedangkan Faktor Internal Pertumbuhan antara lain Gen , Enzim dan ang terakhir Hormon.

Pertumbuhan menunjukkan pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik yang mencerminkan pertambahan protoplasma mungkin karena ukuran dan jumlahnya bertambah. Pertambahan protoplasma melalui reaksi dimana air, C02, dan garam-garaman organik dirubah menjadi bahan hidup yang mencakup; pembentukan karbohidrat (proses tbtosintesis), pengisapan dan gerakan air dan hara (proses absorbs dan translokasi), penyusunan perombakan protein dan lemak dari elemen C dari persenyawaan organik (proses metabolisme) dan tenaga kimia yang dibutuhkan didapat dari respirasi.

Meskipun faktor utama yang menentukan pertumbuhan tanaman adalah vitamin dan mineral-mineral yang ada di lingkungan, namun peran hormon juga tidak kalah penting karena fitohormonlah yang berperan sebagai pemacu pertumbuhan. Keberadaan hormon-hormon pertumbuhan menjadi penting karena berpengaruh terhadap banyak aspek mulai dari pertumbuhan akar, batang, daun, hingga pematangan buah.

Tumbuhan layaknya pula dengan manusia. Mereka hidup dengan di topang banyak hormon untuk membantu perkembangannya. Hormon di sini bekerja untuk membuat tanaman lebih peka terhadap rangsangan fungsi cahaya matahari  atau menumbuhkan akar lateral, atau melebatkan buah, atau juga bisa saja berguna untuk membuat tinggi tanaman tersebut. Nama dari hormon tersebut juga berbeda beda dan memiliki fungsi masing-masing seperti fungsi hormon auksin, fungsi hormon giberelin, fungsi hormon sitokinin, fungsi hormon etilen, fungsi hormon asam absisat dan lainnya.

Hormon ini pulalah yang menjadi molekul kimia yang ada dalam tubuh tumbuhan. Maka tidak salah jika hampir di semua bagian tanaman terdapat hormon yang berbeda beda, tergantung dengan hormon yang bekerja di sana. Untuk yang berada di ujung akar, maka terdapat hormon yang mamiliki peka terhadap rangsangan akar lateral.

Pada tumbuhan, ada banyak hormon yang bertanggung jawab untuk segala macam hal, seperti membantu tanaman merasakan cahaya, membentuk akar lateral, dan memicu perkembangan bunga dan perkecambahan. Tumbuhan bergantung pada hormon untuk menjadi utusan mereka. Hormon adalah sinyal molekul yang diproduksi dalam jumlah kecil dan dikirim ke bagian lain tubuh tanaman, seperti utusan kecil yang berlarian.

Hormon tanaman benar-benar penting dalam menciptakan dunia yang hijau di sekitar kita, dan memberikan buah-buahan yang kita makan dan produk tanaman lainnya yang kita nikmati setiap hari.

Perbedaan antara hormon dan ZPT ialah, hormon dihasilkan secara alami (alamiah) baik itu dari tumbuhan ataupun dari hewan. Sementara ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) adalah Zat yang dihasilkan secara buatan (sintetis) dengan campur tangan manusia ataupun melalui rekayasa dan biasanya ZPT ini berhubungan dengan kimia. Zat pengatur tumbuh (ZPT) menupakan senyawa organik yang dibutuhkan oleh tanaman selain unsur hara. Zat pengatur tumbuh sangat penting perannya bagi tanaman.

Konsentrasi yang sangat rendah dari hormon tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu atau menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan.

Namun, beberapa ilmuwan memberikan definisi  yang lebih terperinci terhadap istilah hormon yaitu senyawa kimia yang disekresi oleh suatu organ atau jaringan yang dapat mempengaruhi organ atau jaringan lain dengan cara khusus. Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada tumbuhan sering mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping mempengaruhi sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan  zat  pengatur tumbuh untuk membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak  jauh.

Sejarah hormon sitokinin
Hormon pada tumbuhan berperan penting untuk menjadi molekul kimia yang terdapat pada tubuh tumbuhan. Salah satu hormon yang berfungsi untuk merangsang pembelahn sel disebut dengan hormon sitokinin. Proses pembelahan sel ini disebut dengan proses sitokinesis. Sitokinn ini mampu di isolasi dari tumbuhan angeispoermae, gympospermae , jenis –  jenis tanaman paku serta jeis lumut –  lumutan. Zat ini sendiri mampu ditrasnportasikan melalui beberap bagian pada tumbuhan, seperti xilem, floe, dan juga sel parenkim.



Pada 1940, ahli botani Johannes van Overbeek melakukan penelitian yang menyimpulkan bahwa embrio tanaman tumbuh lebih cepat jika ditambahkan air buah kelapa. Air buah kelapa tersebut merupakan cairan endospermae buah kelapa yang banyak mengandung asam nukleat.

Pada tahun 1950, Skoog dan Miller mencoba mencampurkan DNA sperma yang berasal dari ikan hering dengan kultur jaringan tembakau. Hasilnya, sel sel kultur jaringan tersebut mampu membelah diri. Mereka berdua berusaha untuk mengisolasi zat yang mampu menyebabkan pembelahan sel tadi. Setelah mampu, mereka menyebutnya dengan zat kinetin. Dari kelompok kelompok kinetin inilah yang di sebut dengan sitokinin, yang mana mampu merangsang pembelahan sel atau di kenal dengan proses sitokinesis. Sitokinin ini mampu di isolasi dari tumbuhan angiospermae, gympospermae, jenis-jenis tanaman paku, serta lumut. Zat ini mampu di trasnportasikan melalui beberapa bagian tumbuhan seperti floem, xylem, serta sel parenkim. Jenis dari sitokinin ini ada 2, yakni tipe adenine (seperti kinetin, zeatin, serta BA) dan tipe fenilurea (seperti difenilurea dan tidiazzuron).

Setelah sekian lama melakukan percobaan, Skoog dan Miller berhasil mengisolasi zat yang menyebabkan pembelahan sel. Zat ini dinamai kinetin. Adapun kelompok zat kinetin ini disebut sitokinin karena zat tersebut merangsang pembelahan sel (sitokinesis). Selain kinetin, ditemukan juga sitokinin lain, seperti zeatin (dari jagung), zeatin ribosida, dan BAP (6-benzilaminopurin). Sitokinin diisolasi dari tumbuhan angiospermae, gymnospermae, lumut, dan tumbuhan paku. Pada angiospermae, sitokinin banyak terdapat pada biji, buah, dan daun muda.

Efek dari sitokinin berlawanan dengan auksin pada tumbuhan. Contoh jika sitokinin banyak diberikan pada tumbuhan maka akan banyak tumbuh tunas, tetapi jika sedikit diberikan pada tumbuhan maka akan terbentuk banyak akar. Hal ini terjadi karena sitokinin dapat menghentikan dominasi pertumbuhan kuncup atas (apikal) dan merangsang pertumbuhan kuncup samping (lateral).

Terdapat dua tipe sitokinin: tipe adenin dan tipe fenilurea. Tipe adenin diwakili oleh kinetin, zeatin, dan BA. Tipe fenilurea, misalnya adalah difenilurea dan tidiazuron (TDZ), tidak dibentuk oleh tumbuhan. Hampir semua sitokinin tipe adenin dibentuk di bagian perakaran. Jaringan kambium dan bagian-bagian yang sel-selnya masih aktif membelah juga membentuk sitokinin.

Merupakan hormon turunan dari tipe adenine yang memiliki struktur serupa. Kinetin merupakan sitokinin pertama yang pertama kali di temukan karena kemampuannya bisa membelah diri atau bersitokinesis. Hormon ini meskipun bersifat alami, tapi harus di tambahkan secara sintetik, seperti penambahan DNA dari kelapa atau di buat melalui pabrik. Letak hormon sitokinin ini berada di bagian akar, yang mana akan di transportasikan ke seluruh tubuh tanaman melalui jaringan xilem dan floem. Kemudian biosintesis sitokinin bisa terjadi melalui modifikasi adenine bio kimia. Dalam suatu produk mevalonate yang di namai dengan pirofosfat isopentil merupakan suatu isomer, yang mana dapat bereaksi dengan adenosine monophospate. Reaksi ini di butuhkan juga kerja dari enzim isopentenyl AMP syntase. Produk hasilnya adalah isopenthyl adenosin 5 fosfat (AMP isopenthyl). Jenis hormon sitokinin ini berbeda beda, misalnya pada tanaman jagung di sebut dengan zeatin, zeatin ribosida, serta BAP (6 benzilaminopurin).

Sitokinin,  adalah hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan ditranslokasi melalui pembuluh xylem. Aplikasi Untuk merangsang tumbuhnya tunas pada kultur jaringan atau pada tanaman induk, namun sering tidak optimal untuk tanaman dewasa. sitokinin memiliki struktur menyerupai adenin yang mempromosikan pembelahan sel dan memiliki fungsi yang sama lain untuk kinetin. Kinetin adalah sitokinin pertama kali ditemukan dan dinamakan demikian karena kemampuan senyawa untuk mempromosikan sitokinesis (pembelahan sel). Meskipun itu adalah senyawa alami, Hal ini tidak dibuat di tanaman, dan karena itu biasanya dianggap sebagai “sintetik” sitokinin (berarti bahwa hormon disintesis di tempat lain selain di pabrik).

Sitokinin telah ditemukan di hampir semua tumbuhan yang lebih tinggi serta lumut, jamur, bakteri, dan juga di banyak tRNA dari prokariota dan eukariota. Saat ini ada lebih dari 200 sitokinin alami dan sintetis serta kombinasinya.

Sitokinin umumnya ditemukan dalam konsentrasi yang lebih tinggi di daerah meristematik dan jaringan yang berkembang. Mereka diyakini disintesis dalam akar dan translokasi melalui xilem ke tunas. biosintesis sitokinin terjadi melalui modifikasi biokimia adenin.

Proses dimana sitokinin disintesis adalah sebagai berikut:
Sebuah produk jalur mevalonate disebut pirofosfat isopentil adalah isomer, isomer ini kemudian dapat bereaksi dengan adenosine monophosphate dengan bantuan sebuah enzim yang disebut isopentenyl AMP synthase, hasilnya adalah isopentenyl adenosin-5-fosfat (AMP isopentenyl).

Produk ini kemudian dapat dikonversi menjadi adenosin oleh isopentenyl pemindahan fosfat oleh fosfatase dan selanjutnya dikonversikan ke isopentenyl adenin dengan menghilangkan kelompok ribosa. Isopentenyl adenin dapat dikonversi ke tiga bentuk utama sitokinin alami. Degradasi sitokinin sebagian besar terjadi karena enzim oksidase sitokinin. Enzim ini menghapus rantai samping dan rilis adenin. Derivitives juga dapat dibuat tetapi jalur yang lebih kompleks dan kurang dipahami. Ada beberapa macam sitokinin yang telah diketahui, diantaranya kinetin, zeatin (pada jagung), Benziladenin (BA), Thidiazuron (TDZ), dan Benzyl Adenine atau Benzil Amino Purin (BAP). Sitokinin ditemukan hampir di semua jaringan meristem.

Fungsi hormon sitokinin
Kinerja sitokinin selalu dibantu dengan auksin. Jika hanya ada sitokinin tanpa auksin maka tidak dapat terjadi perangsangan terhadap proses pembelahan sel. Namun jika sitokinin bekerja bersama auksin maka akan merangsang terjadinya pembelahan dan diferensiasi sel.


Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah satu cara tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah akar yang banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin ini akan menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak.

Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang kompleks yaitu tunas lateralnya tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola pertumbuhan ini merupakan hasil interaksi antara auksin dan sitokinin dengan perbandingan tertentu. Sitokinin diproduksi dari akar dan diangkut ke tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di kuncup terminal kemudian diangkut ke bagian bawah tumbuhan. Auksin cenderung menghambat aktivitas meristem lateral yang letaknya berdekatan dengan meristem apikal sehingga membatasi pembentukan tunas-tunas cabang dan fenomena ini disebut dominasi apikal. Kuncup aksilar yang terdapat di bagian bawah tajuk (daerah yang berdekatan dengan akar) biasanya akan tumbuh memanjang dibandingkan dengan tunas aksilar yang terdapat dekat dengan kuncup terminal. Hal ini menunjukkan ratio sitokinin terhadap auksin yang lebih tinggi pada bagian bawah tumbuhan.

Setelah kita sudah mengetahui penjelasan mengenai sejarah hormon sitokinin dan apa itu hormon sitokinin. Sekarang kita akan menjelaskan mengenai fungsi hormon sitokinin. Berikut adalah penjelasannya:

-Membantu pembelahan sel (sitokinesis) dengan bantuan hormone auksin dan hormone giberelin.
Sitokinin, diproduksi dalam jaringan yang sedang tumbuh aktif, khususnya pada akar, embrio, dan buah. Sitokinin yang diproduksi di dalam akar, akan sampai ke jaringan yang dituju, dengan bergerak ke bagian atas tumbuhan di dalam cairan xylem.

Bekerja bersama-sama dengan auksin; sitokinin menstimulasi pembelahan sel dan mempengaruhi lintasan diferensiasi. Efek sitokinin terhadap pertumbuhan sel di dalam kultur jaringan, memberikan petunjuk tentang bagaimana jenis hormon ini berfungsi di dalam tumbuhan yang lengkap.

Ketika satu potongan jaringan parenkhim batang dikulturkan tanpa memakai sitokinin, maka selnya itu tumbuh menjadi besar tetapi tidak membelah. Sitokinin secara mandiri tidak mempunyai efek. Akan tetapi, apabila sitokinin itu ditambahkan bersama-sama dengan auksin, maka sel itu dapat membelah.

-Membantu diferesiensi mitosis.
-Merangsang pertumbuhan tunas pada kultur jaringan (namun tidak berhasil optimal pada tanaman yang sudah dewasa).
-Mampu menghentikan pertumbuhan kuncup atas (apikal).
Sitokinin, auksin, dan faktor lainnya berinteraksi dalam mengontrol dominasi apikal, yaitu suatu kemampuan dari tunas terminal untuk menekan perkembangan tunas aksilar.

Sampai sekarang, hipotesis yang menerangkan regulasi hormonal pada dominansi apikal, yaitu hipotesis penghambatan secara langsung, menyatakan bahwa auksin dan sitokinin bekerja secara antagonistis dalam mengatur pertumbuhan tunas aksilari.

Berdasarkan atas pandangan ini, auksin yang ditransportasikan ke bawah tajuk dari tunas terminal, secara langsung menghambat pertumbuhan tunas aksilari. Hal ini menyebabkan tajuk tersebut menjadi memanjang dengan mengorbankan percabangan lateral.

Sitokinin yang masuk dari akar ke dalam sistem tajuk tumbuhan, akan melawan kerja auksin, dengan mengisyaratkan tunas aksilar untuk mulai tumbuh. Jadi rasio auksin dan sitokinin merupakan faktor kritis dalam mengontrol penghambatan tunas aksilar.

Banyak penelitian yang konsisten dengan hipotesis penghambatan langsung ini. Apabila tunas terminal yang merupakan sumber auksin utama dihilangkan, maka penghambatan tunas aksilar juga akan hilang dan tanaman menjadi menyemak.

Aplikasi auksin pada permukaan potongan kecambah yang terpenggal, akan menekan kembali pertumbuhan tunas lateral. Mutan yang terlalu banyak memproduksi sitokinin, atau tumbuhan yang diberi sitokinin, juga bertendensi untuk lebih menyemak dibanding yang normal.

-Mampu merangsang pertumbuhan kuncup samping (lateral).
-Mampu merangsang morfogenesis atau inisiasi seperti pembentukan tunas pada suatu kultur jaringan.
-Membantu merangsang perluasan daun melalui pembesaran sel.
-Membantu merangsang pemanjangan di titik tumbuh daun.
Sitokinin, yang ditransportasi dari akar ke atas, berlawanan dengan auksin, menstimulasi pertumbuhan tunas aksilar. Hal inilah yang menjawab mengapa, pada kebanyakan tumbuhan, tunas aksilar di dekat ujung tajuk kurang pertumbuhannya dibanding dengan tunas aksilar yang dekat dengan akar.

-Membantu merangsang pembentukan akar cabang.
-Membantu pembukaan stomata pada beberapa jenis tumbuhan.
Pada metode kultur jaringan, penggunaan auksin dan sitokinin sudah banyak digunakan. Menurut Gunawan (1987) dalam Intan (2008) menyatakan bahwa jika konsentrasi auksin lebih besar daripada sitokinin maka kalus akan tumbuh, dan bila konsentrasi sitokinin lebih besar dibandingkan auksin maka tunas akan tumbuh.

Handayani (1999), melakukan penelitian mengenai pengaruh sitokinin dan triakontanol terhadap pertumbuhan sambungan manggis. Sitokinin 2 ppm cenderung nyata meningkatkan jumlah pecah tunas, pertambahan tinggi dan jumlah daun, namun cenderung menghambat pertambahan luas daun. Sedangkan pada pertambahan diameter batang perlakuan tersebut tidak berpengaruh. Setelah berumur 4 tahun, tanaman yang diberikan sitokinin 2 ppm masih menunjukkan tinggi tanaman dan jumlah daun yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman lain.

-Membantu untuk mengkonversi etioplasts ke kloroplas dengan stimulasi sintesis klorofil.
-Menghambat terjadinya proses penuaan pada daun (senescence).
Sitokinin, dapat menahan penuaan beberapa organ tumbuhan, dengan menghambat pemecahan protein, dengan menstimulasi RNA dan sintesis protein, dan dengan memobilisasi nutrien dari jaringan di sekitarnya.
Apabila daun yang dibuang dari suatu tumbuhan dicelupkan ke dalam larutan sitokinin, maka daun itu akan tetap hijau lebih lama daripada biasanya. Sitokinin juga memperlambat deteorisasi daun pada tumbuhan utuh.

Karena efek anti penuaan ini, para floris melakukan penyemprotan sitokinin untuk menjaga supaya bunga potong tetap segar.

Beberapa protein yang mengikat sitokinin secara agak khas telah ditemukan di berbagai bagian tumbuhan, namun hampir semua protein tersebut tidak terikat cukup khas atau tidak mempunyai afinitas yang cukup tinggi terhadap sitokinin aktif.Terdapat kekecualian yang menarik yaitu protein – pengikat pada daun jelai, yang mengikat zeatin dengan afinitas yang sangat tinggi dan mengikat sitokinin lain yang berhubungan dekat dengan aktifitas biologis (Samudin, 2009).

-Mematahkan terjadinya dominasi pada biji.
-Berpengaruh pada pertumbuhan kuncup tepi.
-Mengatur pertumbuhan tanaman.
-Merangsang pembentukan batang pada tanaman.
-Mengatur pembentukan bunga dan bagian-bagian bunga.
-Merangsang sintesis protein.
Pemacuan sitokinesis merupakan salah satu respons sitokinin yang terpenting,sebab hal itu menyebabkan sitokinin dimanfaatkan secara komersial dalam upaya perbanyakan mikro tanaman budidaya dari biakan jaringan.Aspek biokimia dari respons yang sudah lama diketahui itu sedang diteliti. Sitokinin mendorong pembelahan sel dalam biakan jaringan dengat cara meningkatkan peralihan dari G2 ke mitosis dan bahwa hal tersebut terjadi karena sitokinin menaikkan laju sintesis protein.Beberapa protein itu berupa protein pembangun atau enzim yang dibutuhkan untuk mitosis (Samudin, 2009)

-Mengatur sintesis RNA dan transkrip lain.
Chen dkk (1999) memperlihatkan bahwa benziladenin mengubah jenis mRNA yang terbentuk oleh irisan kotiledon labu kuning;sitokinin mendorong pembesaran sel,pembelhan sel,dan sintesis klorofil.Jumlah beberapa jenis mRNA ditingkatkan oleh benziladenin,sementara jenis lainnya diturunkan.Perubahan paling dini terlacak satu jam setelah sitokinin ditambahkan,dan biasanya dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengamati munculnya kerja sitokinin dalam organdan dibagian tumbuhan yang lain jauh lebih lama dibandingkan dengan munculnya efek auksin atau giberelin dibagian tumbuhan yang memberikan respons terhadap hormon ini.

-Merangsang transportasi garam mineral dan asam amino ke daun.
Beragamnya efek sitokinin menunjukan bahwa senyawa tersebut mungkin mempunyai beberapa macam mekanisme kerja dalam jaringan berbeda. Namun secara sederhana diduga bahwa satu efek utama yang umum sering diikuti oleh  sejumlah efek sekunder, yang bergantung pada keadaan fisiologis sel sasarannya. Seperti hormon lain, penguatan efek utama harus terjadi,karena sitokinin terdapat dalam konsentrasi sangat rendah (0,01 sampai 1 µM). Adanya efek pemacuan oleh sitokinin pada pembentukan RNA dan enzim sudah diduga sejak lama, antara lain karena efek sitokinin biasanya terhambat oleh zat penghambat sintesis RNA atau protein (Bhojwani dan Razdan, 1983 ).

Beberapa jenis tanaman yang mengandung hormon sitokinin; Tumbuhan jagung, Rebung bambu, Pohon pisang, Enceng gondok, Pohoh kelapa ( terutama pada bagian air ), Tomat.

Itulah beberapa tanaman yang mengandung hormon sitokinin. Tentunya hormon sitokinin memiliki manfaat penting untuk pertumbuhan tanaman tanaman tersebut mulai dari masa penanaman awal hingga proses terbentuknya buah atau pada pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
Konsep Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) diawali dari konsep hormon. Hormon tanaman atau fitohormon adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis terutama mengenai proses pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman.



Hormon tumbuh atau zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik dan bukan hara tanaman. Senyawa ini aktif dalam kosentrasi rendah yang bersifat merangsang, menghambat, atau merubah proses fisiologis tanaman secara kuantitatif atau kualitatif (Belakhir et al., 1998). Tingkat konsentrasi dan penggunaan jenis zat pengatur tumbuh tertentu sehingga dijadikan komponen medium mengatur arah pertumbuhan suatu tanaman (Karjadi dan Buchory, 2007; Nisa et al., 2011). Zat pengatur tumbuh dalam tanaman terdiri dari lima golongan, yaitu auksin, sitokinin, giberalin, etilen  dan asam absisat dengan ciri khas dan proses fisiologis yang berbeda-beda (Trisna et al., 2013).


Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan industri kimia banyak ditemukan senyawa-senyawa yang mempunyai fisiologis serupa dengan hormon tanaman. Senyawa ini dikenal dengan nama ZPT (Zat Pengatur Tumbuh).

Berdasarkan sumbernya, zat pengatur tumbuh dapat diperoleh secara alami atau sintetik. Contoh zat pengatur tumbuh alami yaitu air kelapa, urin sapi dan ekstraksi dari bagian tanaman (Leovici et al., 2014). Contoh zat pengatur tumbuh sintesis adalah Asam Asetat (IAA), Indol Asam Butirat (IBA), Naftalen Asam Asetat (NAA) dan 2,4 D Dikhlorofenoksiasetat (2,4-D), Gibberellic Acid (GA)1, GA2, GA3 dan GA4 (Hendaryono dan Wijayani, 2012; Istomo dan Kiswantara, 2012). Semua giberalin bersifat asam makanya dinamakan asam giberalat (GA) yang dinomori untuk membeda-bedakannya (Salisbury dan Ross, 1995).

Batasan tentang zat pengatur tumbuh pada tanaman (plant regulator), adalah senyawa organik yang tidak termasuk hara (nutrient), yang mempunyai 2 fungsi yaitu menstimulir dan menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sedangkan fitohormon adalah senyawa organik yang bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang disintetis pada bagian tertentu, yang umumnya ditranslokasikan ke bagian lain tanaman yang menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis.

Aplikasi sitokinin pada bidang pertanian
Pada penelitin yang dilakukan oleh Riyadi dan Tirtoboma (2004) terhadap embrio somatik kopi arabika, diperoleh hasil induksi terbaik untuk varietas Kartika-1 secara langsung dari kultur daun muda diperoleh pada media MS standar yang diberi 4 mg/l 2,4-D dan dikombinasikan dengan 0,1 mg/l kinetin yang dapat menginduksi seluruh eksplan dalam waktu empat minggu setelah kultur. Penggandaan embrio somatik kopi arabika terbaik diperoleh pada perlakuan 2 mg/l 2,4-D yang dikombinasikan dengan 0,1 mg/l kinetin yang dapat menghasilkan embrio somatik terbanyak dalam waktu enam minggu setelah subkultur.

Fahmi (2000), menyatakan bahwa pada kultur invitro tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) pemberian sitokinin BAP 1 ppm pada media MS menunjukkan perkembangan yang baik yaitu bisa terbentuk planlet yang sempurna yang sudah memiliki akar, batang dan daun.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto (2007) pada kultur invitro buah Makasar, pemberian sitokinin BAP dan auksin 2,4-D dengan berbagai taraf konsentrasi telah memberikan respon yang berbeda terhadap pertumbuhan eksplan biji buah makasar. Semakin tinggi konsentrasi BAP maupun 2,4 D maka semakin tinggi pula prosentase pembentukan kalus. BAP 1,5 mg/l merupakan konsentrasi yang optimum dalam pertumbuhan biji buah makasar secara invitro untuk tujuan perbanyakan.

Pada tanaman Pule pandak, pemberian pupuk organik 5 ton/ha meningkatkan pertumbuhan (jumlah daun), dan hasil (jumlah cabang akar dan diameter akar) dibanding kontrol. Pemberian sitokinin 100 ppm meningkatkan pertumbuhan (jumlah daun, luas daun, berat brangkasan, dan berat tanaman kering) dan hasil pule pandak. Terjadi interaksi antara pupuk organik dan sitokinin terhadap berat brangkasan dan berat akar pule pandak untuk umur 90 HST. Kombinasi pupuk organik 10 ton/ha dan sitokinin 100 ppm memberikan berat basah tajuk dan berat basah akar tertinggi (Arnita, 2008).

Pemberian konsentrasi sitokinin BAP yang berbeda pada tunas pucuk jeruk kanci secara invitro, memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prosentase eksplan yang mengalami multiplikasi dan saat muncul tunas. Perlakuan BAP pada konsentrasi 2,5 mg/l merupakan perlakuan terbaik terhadap prosentase eksplan yang mengalami multiplikasi saat muncul tunas. Terdapat interaksi yang nyata antara BAP 2,5 mg/l dengan NAA konsentrasi 0,5 dan 1,0 mg/l merupakan interaksi terbaik terhadap prosentase eksplan yang membentuk kalus (Fahmi, 2000).

Demikian ulasan mengenai hormon sitokinin pada tumbuhan. Terima kasih bagi  yang sudah meluangkan waktunya untuk berkunjung dan membaca artikel ini. Semoga artiel ini  bermanfaat serta bisa menjadi refrensi buat Anda semua.



beli sekarang
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.

pasang iklan disini




loading...