Thursday 25 January 2018

Penyakit Kresek dan Hawar Daun Bakteri


Kredit Motor Baru

Loading...
Loading...
               Penyakit Kresek dan Hawar Daun Bakteri

Petani padi Indonesia, sangat mengharapkan agar input produksi yang diperlukan seminimal mungkin. Hal ini dapat dipahami terutama karena komoditas padi bersifat strategis, sehingga memiliki nilai ekonomi yang banyak ditentukan oleh kebijakan Pemerintah. Di sisi lain, kompleks hama dan penyakit sering menuntut usaha pengendalian yang memerlukan biaya tinggi.

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu penyakit padi utama yang tersebar di berbagai ekosistem padi di negara-negara penghasil padi, termasuk di Indonesia. Penyakit disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Patogen ini dapat mengenfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai pesemaian sampai menjelang panen. Penyebab penyakit (patogen) menginfeksi tanaman padi pada bagian daun melalui luka daun atau lobang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun. Hal tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis yang apabila terjadi pada tanaman muda mengakibatkan mati dan pada tanaman fase generative mengakibatkan pengisian gabah menjadi kurang sempurna.

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh bakteri Xanthomnas oryzae pv. oryzae (Xoo), merupakan salah satu penyakit yang sangat penting di di Indonesia. Penyebab penyakit HDB memiliki banyak patotipe (strain) dan dapat menyerang padi pada berbagai stadia tumbuh, sehingga sulit dikendalikan. Penyebab penyakit  (patogen) menginfeksi tanaman padi pada bagian daun melalui luka daun atau lobang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun. Hal tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis.

Selama ini, pengendalian penyakit HDB dilakukan dengan memodifikasi kultur teknis, khususnya pengaturan dosis pupuk N, dan menanam varietas tahan. Taktik penggunaan varietas tahan cukup efektif dan sangat membantu petani padi. Akan tetapi, penggunaan varietas tahan dihadapkan kepada beragamnya patotipe bakteri Xoo yang menyebabkan ketahanan varietas dibatasi waktu dan tempat. Mengingat perkembangan penyakit HDB dipengaruhi oleh banyak factor, oleh karena itu cara pengendalian yang dianjurkan adalah dengan cara terpadu yaitu dengan memadukan berbagai cara yang kompatibel.

Gejala dan Dampak Penyakit

Bila serangan terjadi pada awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan mati, gejala ini disebut kresek. Gejala kresek sangat mirip dengan gejala sundep yang timbul akibat serangan penggerek batang pada fase tenaman vegetatif. Pada tanaman dewasa penyakit hawar daun bakteri menimbulkan gejala hawar (blight). Baik gejala kresek maupun hawar, gejala dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan dan lama-lama daun menjadi kering (Gambar 1). Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. Pada kondisi seperti ini kehilangan hasil mencapai 50-70 persen.



Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang tinggi sangat memacu perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu penyakit hawar daun bakteri sering timbul terutama pada musim hujan. Pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Oleh karena itu untuk menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri disarankan tidak memupuk tanaman dengan Nitrogen secara berlebihan, gunakan pupuk Kalium dan tidak menggenangi pertanaman secara terus menerus, sebaiknya pengairan dilakukan secara berselang (intermiten).

Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri Padi

Teknik Budidaya

•              Penanaman Benih dan bibit sehat
Mengingat pathogen penyakit HDB dapat tertular melalui benih maka sangat dianjurkan pertanaman yang terinfeksi penyakit HDB tidak digunakan sebagai benih. Bibit yang sudah terinfeksi/bergejala penyakit HDB sebaiknya tidak ditanam.

•              Cara tanam
Untuk memberikan kondisi lingkungan yang kurang mendukung terhadap perkembangan penyakit HDB sangat dianjurkan tanam dengan system Legowo dan .menggunakan system pengairan secara berselang (intermitten irrigation). Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban disekitar kanopi pertanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi dan gesekan daun antar tanaman sebagai media penularan pathogen.

•              Pemupukan
Pupuk Nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit HDB. Artinya pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Oleh karena itu agar perkembangan penyakit dapat ditekan dan diperoleh produksi yang tinggi disarankan menggunakan pupuk N dan K secara berimbang dengan menghindari pemupukan N terlalu tinggi.

•              Sanitasi lingkungan
Mengingat pathogen dapat bertahan pada inang alternative dan sisa-sisa tanaman maka sanitasi lingkungan sawah dengan menjaga kebersihan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternative dan membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi merupakan usaha yang sangat dianjurkan.

•              Pencegahan
Untuk daerah endemik penyakit HDB disarankan menanam varietas padi yang memiliki ketahanan terhadap penyakit HDB. Pencegahan penyebaran penyakit perlu dilakukan dengan cara antara lain tidak  menanam benih yang berasal dari pertanaman yang terserang penyakit, mencegah terjadinya infeksi bibit melalui luka dengan tidak melakukan pemotongan bibit dan menghindarkan  pertanaman dari naungan.

Cara Pengendalian Penyakit HDB dengan Varietas Tahan

Pengendalian penyakit hawar daun bakteri yang selama ini dianggap paling efektif adalah dengan varietas tahan. Namun teknologi ini dihambat oleh adanya kemampuan bakteri patogen membentuk patotipe (strain) baru yang lebih virulen yang menyebabkan ketahanan varietas tidak mampu bertahan lama. Adanya kemampuan pathogen bakteri Xoo membentuk patotipe baru yang lebih virulen juga menyebabkan pergeseran dominasi patotipe pathogen ini terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkab varietas tahan disuatu saat tetapi rentan di saat yang lain dan tahan di suatu wilayah tetapi rentan di wilayah lain.  Sehubungan dengan sifat-sifat yang demikian ini maka pemantauan dominasi dan komposisi patotipe bakteri Xoo di suatu ekosistem padi (spatial dan temporal) menjadi sangat diperlukan  sebagai dasar penentuan penanaman varietas tahan di suatu wilayah. Peta penyebaran patotipe dapat digunakan sebagai dasar penentuan penanaman suatu varietas disuatu wilayah berdasarkan kesesuaian sifat tahan varietas terhadap patotipe yang ada di wilayah tersebut. Mengingat tahan terhadap strain tertentu  bisa jadi tidak tahan (rentan) terhadap strain yang lain. Varietas padi dengan tingkat ketahanannya terhadap penyakit hawar daun bakteri tersaji pada Tabel 1. Sedangkan penyebaran patotipe (strain) di daerah sentra produksi padi di Pulau Jawa terrsaji pada gambar 2.


Tabel: Beberapa varietas padi dengan tingkat ketahanannya  terhadap penyakit hawar daun bakteri


Keterangan : T = tahan, AT = agak tahan, R = rentan, AR = agak rentan.




beli sekarang


*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini


beli sekarang gif

pasang iklan disini




loading...