Loading...
Sukses Budidaya Pare
Tanaman
pare
atau paria termasuk dalam tanaman herba. Tanaman ini tumbuh secara menjalar dan
merambat. Pare juga termasuk sayuran buah dengan daun yang berbentuk menjari.
Bunganya berwarna kuning. Permukaan buah pare berbintil dan rasanya pahit. Tanaman
pare termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan. Tumbuhnya tidak tergantung
musim. Sehingga jika Anda tertarik untuk budidaya pare, maka Anda bisa lakukan
penanaman pada musim apapun.
Pare
pahit merupakan tanaman yang sangat populer di Indonesia, bahkan
keberadaan tanaman ini sudah tidak asing lagi untuk ditanam di berbagai jenis
lahan yang dimiliki para penggemar dunia perkebunan sayur mayur.
Beberapa karakteristik dari tanaman pare secara umum
diantaranya yakni sistem perakarannya serabut, batangnya merambat mengikuti
lekukan-lekukan pada turus/para-para yang disediakan, batangnya tidak berkayu
karena termasuk tanaman monokotil (biji berkeping satu), daunnya kasar
berbentuk jantung memiliki lekuk 5-7, rasa buah dan daunnya pahit. Bunga pare
berwarna kuning, tergolong bunga majemuk, bunga betina dapat menghasilkan buah
pare baru. Buah pare berwarna hijau muda/hijau tua jika sudah dewasa dan siap
panen. Jika buah sudah sangat tua sekali buah akan berubah warna menjadi kuning
atau orange. Bijinya bergerombol dan berada pada barisan di dalam daging
buahnya yang berasa pahit.
Pare
pahit amat cocok ditanam baik di daerah berdataran rendah atau di
daerah berdataran tinggi dari ketinggian lahan 10 - 800 meter di bawah
permukaan air laut (mdpl). Pada beberapa kasus, penanaman pare pahit ini
dilakukan secara bersamaan dengan tanaman palawija di sekitarnya. Kondisi iklim/cuaca
yang sedang sangat memungkinkan untuk syarat tumbuh yang baik. Pare pahit
ditanam baik pada suhu 20 - 29 derajat celcius, kelembaban 80 - 90 %. Jenis tanah yang paling cocok untuk yakni
ditanam di tanah jenis aluvial, andosol, grumosol, tanah liat berhumus, atau
dapat pula menggunakan media tanah liat yang sebelumnya diolah dengan
mencampurkan pupuk kandang atau kompos. Syarat tumbuh lainnya yaitu terkait
dengan kondisi tingkat keasaman tanah (pH) sebaiknya ada pada kisaran pH 5,7 -
7,0. Jika pH tanah di bawah 5, Sebaiknya gunakan kapur/dolomit. Caranya
campurkan tanah hasil bajakan/cangkulan tersebut dengan dolomit, yakni untuk 2
ton dolomit digunakan untuk mencampuri lahan tanah bajakan seluas 1 hektar.
Curah hujan yang baik untuk bertani pare pahit (tanaman holtikultura) ini yakni
800 - 1.200 mm/tahun, dengan pencahayaan matahari yang cukup sepanjang hari
sehingga sangat tepat jika pelaksanaan penanaman pare pahit ini dilakukan pada
lahan terbuka misalnya daerah perkebunan, ladang-ladang.lereng pegunungan,
maupun sawah-sawah, daerah perbukitan, tegalan, daerah miring (terassering).
Dari segi metodologi, cara budidaya tanaman pare pahit
terbilang cukup mudah dilakukan oleh semua kalangan profesi (baik itu pelajar,
mahasiswa, masyarakat umum, guru, dosen, karyawan kantor, dan lainnya).
Pertanian pare pahit semakin diminati oleh banyak negara-negara di Asia
Tenggara, Afrika, dan beberapa di daerah Eropa dan Amerika. Di beberapa negara,
pertanian pare pahit maupun jenis pare hijau, pare belut dilakukan secara
organik, artinya menggunakan pupuk-pupuk organik (kandang/kompos) serta
meminimalisir penggunaan pestisida, yang pada produktivitas pertanian
holtikultura seperti buah dan sayur tidak lagi tercemar oleh senyawa kimia
beracun dari pestisida yang terakumulasi di dalam daging buah atau organ sayur
mayur. Pertanian organik pada era orde lama penggunaanya tidak terkendali, sebagai
akibatnya banyak terjadi pencemaran udara maupun pencemaran tanah dan
pencemaran air di lahan pertanian mereka, sehingga banyak sekali cara yang
dapat ditempuh oleh petani untuk menjalani serangkaian kiat-kiat sukses untuk
membudidaya tanaman pare yang lebih cepat menghasilkan buah, menguntungkan, dan
ramah terhadap lingkungan.
Bagi Anda yang tertarik budidaya pare, dibawah ini adalah
langkah - langkah bagaimana cara memulai budidaya pare.
Persiapan Benih
Dalam melakukan suatu budidaya tanaman, gunakanlah selalu
benih yang unggul dan kualitas terbaik. Begitu pula dalam budidaya pare,
gunakanlah benih pilihan.
Pare
pahit banyak dibudidaya oleh masyarakat petani secara generatif
menggunakan biji. Biji pare pahit dapat diperoleh langsung dengan membeli bibit
di toko atau kios penjualan bibit tanaman holtikultura. Jika pembelian di toko,
sebaiknya baca kemasan pastikan bahwa bibit telah terverifikasi di dinas
pertanian atau lembaga kementerian pertanian Republik Indonesia terkait.
Pastikan juga bibit tahan terhadap penyakit.
Memperoleh bibit
(benih) pare pahit juga dapat diperoleh dari kebun milik sendiri, yakni dengan
membiarkan buah pare yang telah tua matang di pohonnya, setelah buah pare
matang pecahkanlah terlebih dahulu dengan menggunakan gunting kecil atau
potongan kuku. Potong kulit luarnya pada bagian pangkal benih agar lebih cepat
berkecambah setelah itu rendamlah benih (hanya biji tenggelam yang diambil
sementara itu untuk biji yang terapung/melayang sebaiknya dibuang saja sebab
biji tersebut tentu tidak produktif untuk ditanam), biji-biji yang sudah
dikumpulkan dalam satu wadah tersebut dijemur di terik matahari. Biji-biji yang
telah kering dikumpulkan dalam satu wadah dan kemudian disimpan pada toples
atau botol kaca lalu tutup botol dengan busa gabus. Penutupan botol dengan
gabus agar terjadi penguapan dan sirkulasi udara yang ada di dalam botol dengan
lingkungan luar. Satu hari sebelum penanaman benih di lahan terbuka, alangkah
baiknya kecambahkan benih terlebih dahulu, caranya yakni dengan merendam benih
pare pada air hangat selama 23 jam, lalu keesokan harinya benih siap untuk
ditanam.
Pengolahan lahan
Pengolahan
lahan tanam pare (baik itu di tanah kebun, di sawah, atau tegalan, ladang, dan
sebagainya) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
• Bersihkan
rumput liar/semak terlebih dahulu hingga benar-benar pada akarnya. Lalu,
bajak/cangkul tanah hingga halus dan gembur dengan kedalam 30 cm. Biarkanlah
tanah yang telah diolah tersebut setidaknya lebih kurang 7 - 10 hari;
• Membuat
guludan/bedengan ukuran lebar 150 - 200 cm, sementara panjang
bedengan/guludannya disesuaikan saja dengan luas lahan yang ada.
• Antara
guludan/bedengan satu dengan bedengan lain sebaiknya dibuatkan parit lebar 40 -
80 cm serta kedalaman paritnya dapat mencapai ketinggian 30 - 50 cm.
• Arah
pembuatan bedengan/guludan, pasang mulsa pada permukaan bedengan panjang mulsa sesuaikan panjang bedengan. sebaiknya bedengan membujur dari arah utara ke arah selatan
dengan maksud agar tanaman pare pahit lebih mudah terkena sinar matahari hal ini sangat bagus untuk membantu tanaman pare dalam melakukan proses
fotosintesis.
Proses Penanaman
Proses
penanaman dalam budidaya pare ada beberapa cara, antara lain:
• Cara
pertama, benih langsung dimasukkan ke dalam lubang tanam. Kemudia bisa Anda
tutup dengan abu jerami.
• Cara
kedua, benih bisa Anda rendam dahulu di dalam air bersih selama setengah hari.
setelah itu tiriskan dan bibit di peram dalam handuk basah. Peram sampai keluar
akar pertama. Jika akar sudah keluar segera dipindahkan ke dalam lubang tanam.
Untuk posisi penanaman, akar berada di bawah kemudia ditutup dengan abu jerami.
• Cara
ketiga, hampir sama dengan cara kedua. Jika cara kedua ketika akar tumbuh
kemudian ditanam dalam lubang tanam, maka cara ketiga bibit dipindahkan dulu ke
media plastik yang telah diisi tanah dan kompos. Anda bisa menggunakan plastik
dengan ukuran 6 x 10. Setelah bibit tumbuh berdaun dua, Anda bisa memindahkan
ke lubang tanam. Lakukan pemindah tanaman pada sore hari. Hal ini mencegah
terjadinya layu pada bibit karena terkena sinar matahari.
Ketiga cara di atas sebaiknya disesuaikan juga dengan
keadaan musim dan kondisi lahan yang ada. Sebaiknya jika penanaman hendak
dilakukan pada musim kemarau sebaiknya benih terlebih dahulu ditanam di dalam
wadah polybag atau wadah jenis lainnya supaya terjamin ketercukupan jumlah
airnya. Apabila penamanan pare dilakukan pada musim penghujan sangat tepat jika
penanaman biji pare dilakukan secara langsung di tanam di
bedengan-bedengan/guludan yang telah disiapkan sebelumnya, sebab pada musim
hujan, proses perkecambahan biji pare semakin optimal dan petani tidak
direpotkan dengan aktivitas penyiraman tanaman secara rutin.
Lubang
tanam yang bisa Anda gunakan:
• Lubang
tanam sejajar. Lubang tanam dibuat sejajar lurus. Tepat ditengan guludan dengan
jarak lubang tanam 40 – 60 cm.
• Lubang
tanam dua jajar. Disini Anda membuat lubang tanam dua jajar pada pinggir
guludan. Gunakan jarak tanam seperti model tanam sejajar. Dengan lubang tanam
model dua jajar memungkinkan Anda untuk memasang ajir model gawang.
Perawatan
Dalam budidaya pare, perawatan adalah hal penting yang harus
Anda lakukan secara rutin. Adapun beberapa cara perawatan yang bisa Anda
lakukan adalah sebagai berikut:
Penyiraman.
Anda bisa melakukan penyiraman tanaman pare apabila tanah
guludan dalam kondisi kering. Penyiraman pada budidaya pare bisa Anda lakukan
pada pagi atau sore hari.
Penyulaman.
Anda bisa melakukan penyulaman pada tanaman yang rusak atau
mati dengan tanaman pare yang baru. Lakukan penyulaman sesegera mungkin untuk
menjaga keseragaman tumbuh pada tanaman pare.
Penyiangan.
Pembersihan tanaman gulma sangat penting dalam budidaya
pare. Agar persaingan memperebutkan unsur hara dalam tanah bisa dikurangi.
Lakukan penyiangan secara berkala.
.
Pemasangan ajir
Tanaman budidaya jenis pare pahit yang telah mencapai tinggi 50 cm, sebaiknya
segera dibuatkan para-para/turus/lanjaran dengan bahan utama batang berkayu
atau bilah bambu yang dipotong-potong memanjang. Para-para dibuat setinggi 2 -
3 meter (sesuai kebutuhan) bertujuan untuk menjalarkan sulursulur rambatan dari
tanaman pare tersebut. Perambatan sulur pare dilakukan dengan bantuan lanjaran/turus/tiang ajir penyanga dengan
cara petani holtikultura membantu merambatkannya memakai tangan.
Untuk
pemasangan ajir pada budidaya pare, Anda bisa melakukan dengan dua cara:
• Ajir
bisa Anda pasang seperti cara biasa. Ajir ditancapkan dipinggir guludan dan
bisa Anda ikat dengan menggunakan tali plastik.
• Ajir
dipasang seperti model gawang. Ajir ditancapkan di tiap pinggir guludan.
Setelah itu satukan dengan ajir dari guludan lain dengan menggunakan ajir lagi
sebagai penghubung sehingga mirip seperti gawang.
Pemupukan
Ada
beberapa tahap pemupukan pada budidaya pare. Tahapan tersebut antara lain:
• Pemupukan
pertama bisa Anda lakukan pada umur 15 – 20 hari setelah proses pindah tanam. Pemberian
pupuk bisa dilakukan dengan sistem dikucur.
• Pemupukan
kedua Anda lakukan pada 8 – 10 hari setelah pemupukan pertama. Cara pemupukan juga
bisa dengan metode kucur.
• Selanjutnya
Anda bisa melanjutkan pemupukan setiap 8 – 10 hari. Cara pemupukan bisa ditabur
atau bisa juga dikucur.
• Jangan
lupa untuk melakukan pemupukan susulan. Jarak untuk pupuk susulan sekitar 10 cm
dari tanaman. Pemupukan pada saat umur 15hst serta lakukan pemupukan juga pada
umur 55 hst. Pada fase vegetatif Anda bisa menyemprotkan pupuk dengan kadar N tinggi. Sedangkan pada masa generatif Anda
bisa menyemprotkan pupuk dan dengan kandungan P tinggi. Untuk mempercepat proses munculnya
buah Anda bisa menggunakan ZPT.
Penanggulangan hama penyakit
Lakukan pengamatan hama penyakit terhadap budidaya pare
Anda. Lakukan secara rutin dan teliti. Jika terdapat tanda – tanda serangan
hama dan penyakit segeralah lakukan tindakan pengendalian.
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman pare amatlah
penting guna menunjang keberlangsungan hidup tanaman seutuhnya sampai
benar-benar menghasilkan produktivitas pertanian yang memadai.
Berikut
ini akan dijelaskan beberapa jenis hama serta penyakit yang sering menyerang
pare diantaranya yaitu:
• Ulat grayak: Ulat
ini menyerang daun saat malam hari, dan waktu siang hari kegiatan ulat ini
menurun sebab mereka banyak bersembunyi di bawah lubang tanah yang dibuatnya.
Dalam serangan hebat, hampir semua daun pare habis dimakan, karena jenis hama
ini banyak memakan daun tanaman. Adakalnya daun yang telah dimakan ulat grayak
menjadi berlubang-lubang tidak teratur (bopeng-bopeng), warna daun pucat pasi,
daun mudah rontok, dan pada akhirnya daunnya pasti mati
• Kumbang dari spesies Aulacophora
silimis: Akibatnya kerusakan daun akibat dimakan kumbang, pada
serangan akar tanaman biasanya ditunjukan ciri yakni kelayuan pada organ
tanaman baik pada organ akar, batang, maupun daun. Pada beberapa kasus, larva
kumbang ini mampu memakan serta merusak struktur jaringan pada akar tanaman
pare tersebut.
• Lembing (Epilacma sparsa):
Lembing sering merusak struktur luar daun dari tanaman pare akibatnya daun
menjadi rusak dan berlubang, dan atau kadang hanya disisakan pertulangan daun
saja. Adanya lembing ini daun menjadi lebih cepat cokelat, menggulung, lalu
kering dan pada akhirnya rontok secara massal. Hama merugikan jenis ini
berbentuk lembing bulat, memiliki permukaan luar tubuh berwara merah atau
orange dengan bercak-bercak hitaman sebanyak 12 - 26 buah.
• Penyakit Antraknosa:
Disebabkan oleh cendawan Collectrichum sp. Gejala yang muncul yakni daun pare
bernoda hitam. Penyakit ini dapat menyerang pada organ batang maupun organ
buah, sehingga akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan buah sehingga
jadi tidak normal. Serangan penyakit
antraknosa ini paling sering terjadi saat musim penghujan.
• Penyakit Layu Fusarium: Tidak
heran lagi jika penyakit ini seringkali menyerang tanaman buah maupun sayur
mayur holtikultura (termasuk pare). Penyakit layu fusarium disebabkan oleh
Fusarium sp. Cirinya yakni tanaman akan mati secara mendadak sejak beberapa
saat setelah terinfeksi oleh racunnya. Bagian daun yang terserang, umumnya
memberi tanda-tanda yaitu seluruh daun terinfeksi menjadi mengerut,
menggulung-gulung, lalu mengering dan pada akhirnya akan sel-sel daunnya
menjadi mati.
• Penyakit Karena Virus CMV: CMV
atau Cucumber mosaik virus adalah jenis virus yang patogen pada tanaman pare
pahit. Serangan yang serius dari CMV ini dapat membahayakan sekitar 30% tanaman
muda, biji yang sedang berkecambah, atau pada tanaman dewasa yang sudah atau
mulai menghasilkan buah.
Pemanenan
Setelah (pasca) pare pahit berusia 2,5 - 3 bulan, umumnya
telah mengalami masa pembungaan relatif cepat. Pada saat itu, batang tanaman
pare telah menjalar sempurna dan telah ditumbuhi banyak buah-buah pare yang
siap petik. Pada usia tersebut (2,5 -3 bulan) buah pertama sudah dapat dipetik.
Buah sebaiknya dipetik secara bertahap, yakni mengambil buah yang sudah cukup
tua dan sesuai untuk dijual di pasaran. Buah dapat dipetik tiap 3 hari hingga 4
hari sekali sesuai kebutuhan. Buah yang dipetik lalu dimasukan ke dalam
keranjang/bakul.
Pemetikan buah pare pahit sebaiknya menggunakan pisau tajam.
Hindari pemetikan buah dengan cara diplintir, ditarik, sebab akibatnya akan
mengganggu terutama apabila buah yang berdekatan dengan bunga, jika pemetikan
buah dengan ditarik atau di puntir, tentu hal ini akan merugikan dan efeknya
yaitu kemungkinan bunga disampingnya akan rontok atau nantinya bakal gagal
menghasilkan buah yang lain.
Buah yang sudah dipetik selanjutnya disusun dan diangkut
secara perlahan, sebab buah pare pahit ini sangat mudah rusak apabila proses
penyimpanan dan peletakannya tidak tepat. Sebelum hendak dijual di pasaran,
pare disiram dengan air agar nampak lebih segar. Pare kemudian diangin
keringkan, lalu dimasukkan ke dalam bentuk paket-paket tertentu.
Demikian artikel tentang Budidaya Pare. Semoga bermanfaat dan
salam sukses.
loading...