Loading...
Indonesia merupakan salah satu negara pembudidaya tanaman
kakao dan termasuk negara penghasil kakao terbesar ketiga setelah Ivory-Coast
dan Ghana, yang nilai produksinya mencapai 1.315.800 ton/tahun. Usaha budidaya
tanaman kakao memiliki prospek yang cukup baik karena kebutuhan biji kakao baik
dalam dan luar negeri yang terus bertambah dan belum bisa terpenuhi serta harga
jual yang cenderung tinggi pada setahun terakhir (Republika, 2014). Salah satu
permasalahan yang terdapat pada usaha budidaya tanaman ini adalah serangan hama
dan penyakit. Hama dan penyakit tanaman kakao ini dapat mengakibatkan turunnya
hasil panen atau bahkan kematian pada tanaman. Mengingat skala usaha budidaya
tanaman ini masih kecil dan sederhana jika serangan hama dan penyakit tidak
cepat dikendalikan. Hal ini akan memperparah akibat serangan hama dan penyakit
pada tanaman kakao.
Organisme pengganggu tanaman yang menyebabkan penurunan
hasil produksi perkebunan kakao adalah serangga. Hama yang banyak ditemukan
pada tanaman kakao, diantaranya hama penggerek buah kakao (Conopomopha
cramerella) dan kepik pengisap buah (Helopeltis spp.). Hama ini merupakan hama
utama pada tanaman kakao (Siswanto dan Karmawati, 2012). Salah satu spesies
Helopeltis spp yang berperan dalam penurunan hasil produksi pada perkebunan
kakao adalah Helopeltis theivora.
Secara alami serangga hama akan
mampu memilih sumber makanan yang disenangi. Serangga akan mempunyai suatu
kecenderungan tertentu dalam mengakses sumber makanannya. Perbedaan dalam hal
tekstur dan struktur, jenis varietas dan komposisi kimia yang terkandung dalam
suatu bahan akan berpengaruh besar pada sifat prefensi tersebut (Yasin, 2009). Hampir
50% dari serangga adalah pemakan tumbuhan (fitofagus), selebihnya pemakan
serangga lain atau sisa-sisa tumbuhan dan
binatang (Sodiq, 2009).
Helopeltis theivora termasuk ke dalam ordo Hemiptera, sub
ordo Cimicomorpha, famili Miridae, genus Helopeltis (Borror, 1992). Helopeltis
theivora merupakan salah satu hama utama kakao yang banyak dijumpai hampir
di seluruh provinsi di Indonesia. Jenis
Helopeltis yang menyerang tanaman kakao diketahui lebih dari satu spesies,
yaitu H. antonii, H. theivora dan H. Claviver (Karmawati dkk., 2010). Selain
menyerang buah, serangga ini juga menyerang pucuk tanaman kakao dengan cara
menghisap cairan bagian tanaman tersebut. Serangan pada buah tua tidak terlalu
merugikan, sedangkan serangan pada buah muda dan pucuk dapat menyebabkan
kematian pucuk dan buah muda tersebut.
Tanaman selain kakao yang sering dijadikan inang oleh kepik
pengisap buah di antaranya adalah Teh (Camellia sinensis), Kina (Cinchona sp.),
Kapuk (Ceiba petandra), Kayu manis (Cinnamomum burmanni), Rambutan (Nephellium
lappaceum), Tephrosia spp dan Jambu Mete (Anacardium occidentale).
Telur helopeltis diletakkan di dalam jaringan tanaman , telur
berwarna putih berbentuk lonjong, diletakkan pada tangkai buah, jaringan kulit
buah, tangkai daun, buah atau ranting. Tetapi pada umumnya telur Helopeltis diletakkan
pada buah. Telur diletakkan dengan alat
peletak telurnya (ovipositor) ke dalam jaringan tanaman sedalam kira-kira 2-3
m. Pada setiap tempat terdapat 2-3 telur . Tempat-tempat telur diletakkan
berbekas noda coklat tua ,dan selain itu juga
di tandai dengan keluarnya sepasang benang halus berwarna putih yang
muncul dari setiap ujung telur. Masa inkubasi telur rata-rata 6,4 (6-7) hari. Perkembangan
dari telur hingga menjadi dewasa 21-27 hari.
Helopeltis muda ( nimfa ) dan dewasa ( imago ) menyerang
kakao dengan cara menusuk dan menghisap cairan sel. Akibatnya timbul
bercak-bercak cekung berwarna cokelat-kehitaman ( nekrosis ). Serangan pada
buah muda dapat menimbulkan kematian, atau berkembang tetapi permukaan kulitnya
menjadi retak dan bentuknya tidak
normal, sehingga menghambat pembentukan biji. Serangan pada ranting dan pucuk
menyebabkan layu dan mati ( die back ).
Setelah menetas, nimfa segera menghisap cairan tanaman pada
bagian tanaman yang masih lunak , misalnya buah, ujung ranting muda, dan
tunas-tunas muda. Pada nimfa muda tidak diketemukan ciri khusus, hanya dijumpai
beberapa tonjolan yang tumbuh tegak lurus pada punggungnya. Ujung tonjolan
tersebut membengkak seperti gada. selain dicirikan oleh tonjolan, gerakan nimfa
lamban dan tidak memiliki sayap serta jarang meninggalkan buah tempat mereka
makan. Rata-rata stadium nimfa berlangsung
11,7 (11-13) hari. Nimfa mengalami lima kali pergantian kulit. Nimfa
kurang menyukai cahaya matahari langsung. Untuk itu mereka cenderung
bersembunyi di bagian-bagian buah dan tunas yang terlindung dan gelap.
Serangga muda (nimfa) dan imago Helopeltis spp. dapat
menimbulkan kerusakan terhadap tanaman kakao dengan cara menusukkan alat
mulutnya (stylet) ke dalam jaringan tanaman untuk mengisap cairan sel-sel di
dalamnya. Bersamaan dengan tusukan stylet itu, Helopeltis spp. akan
mengeluarkan cairan yang bersifat racun dari dalam mulutnya yang dapat
mematikan jaringan disekitar tusukan.
Akibatnya, timbul bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman.
Pada Helopeltis dewasa ditandai dengan keluaranya sayap, dan
sebuah tonjolan tumpul yang tumbuh tegak lurus pada pungunggnya. Seluruh
tubuhnya berwarna hitam, hanya pada bagian abdomen (ekor) belakang di sebelah bawah
yang terdapat warna putih. Serangga ini terbang seperti nyamuk . Serangga
jantan lebih ramping sedangkan yang betina dicirikan oleh abdomen yang gemuk .
Lama hidup serangga betina rata-rata 17,6
(11-28) hari, sedangkan serangga jantan rata-rata 22,1 (11-40) hari.
Seekor Helopeltis betina dapat menghasilkan telur rata-rata 121,9 (67-229)
butir.
Serangan pada buah muda dapat menyebabkan buah mati. Bercak pada buah yang terserang berat akan
menyatu, sehingga jika buah dapat berkembang terus, permukaan kult buah menjadi
retak dan terjadi perubahan bentuk (malformasi) yang dapat menghambat
perkembangan biji di dalam buah. Serangan Helopeltis spp. pada pucuk/ranting
menyebabkan bercak-bercak cekung di tunas ranting. Bercak mula-mula bulat dan berwarna coklat
kehitaman, kemudian memanjang seiring pertumbuhan tunas itu sendiri. Akibatnya,
ranting tanaman akan layu, kering dan mati.
Pada serangan berat, daun-daun gugur dan ranting meranggas.
Serangan Helopaltis spp. Dapat menurunkan produksi 36% pada tahun yang sama
sejak penyerangan, sedangkan pada tahun berikutnya dapat mencapai 61-75% .
serangan yang berulang setiap tahun dapat menimbulkan kerugian sangat besar,
karena tanaman tidak sempat tumbuh normal.
Kepik berkembangbiak ketika
banyak makanan. Saat makanan langka, mereka bersembunyi pada inang sementara
yang berupa gulma di sekitar lahan. Begitu bibit ditanam, kepik akan langsung
menyerbu. Tanaman yang diserang oleh kepik ini akan menunjukkan gejala daun dan
tunas mengkeriting, kering, dan layu. Buah dan polong muda rusak kemudian
rontok. Runas mendadak mengeriting dan layu. Pentil buah mengkriput dan tidak
berkembang sempurna atau bentuknya menjadi tidak beraturan. Jika diamati terdapat
lubang bekas tusukan pada pangkal. Racun yang dikeluarkan oleh kelenjar ludah
kepik akan membuat bagian yang terkena mati atau rusak. Menurut
Jumar (2000) makanan merupakan sumber gizi yang diperlukan oleh serangga untuk
hidup dan berkembang, jika makanan tersedia dalam kualitas yang cocok dan
kuantitas yang cukup, maka populasi serangga akan naik dengan cepat. Sebaliknya,
jika keadaan makanan berkurang maka populasi serangga juga akan menurun.
Menurut Susniahti dkk., (2005) Perkembangan Helopeltis
banyak dipengaruhi oleh keadaan iklim dan ketersediaan makanan. Pada umumnya
keadaan cuaca yang panas dengan kelembaban relatif sekitar 70%-80% cocok bagi
perkembangan Helopeltis theivora sehingga populasinya bertambah banyak.
Serangan hama ini banyak terjadi pada musim penghujan dan berkurang pada musim
kemarau.
Populasi dan serangan hama penghisap buah kakao umumnya meningkat
saat musim hujan karena pada musim hujan intensitas penyinaran matahari semakin
kecil, kelembaban udara semakin tinggi, dan kecepatan angin semakin rendah.
Kondisi seperti ini sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan Helopeltis
spp. Fluktuasi populasi Helopeltis theivora sangat dipengaruhi oleh sumber
makanan dan curah hujan, dimana terdapat korelasi positif antara keduanya (Rita
dan Fee, 1992).
Helopeltis spp. merupakan hama pengisap buah kakao yang menyerang
tanaman dengan cara menusuk dan menghisap cairan buah muda sehingga menyebabkan
matinya buah tersebut. Serangan pada buah berumur sedang mengakibatkan
terbentuknya buah abnormal. Akibat serangan hama ini daya hasil dan mutu kakao
menurun. Serangan berat Helopeltis spp.dalam satu musim dapat menurunkan daya
hasil rata-rata 42% selama tiga tahun berturut-turut. Selain menyerang buah
Helopeltis spp. juga menyerang tunas-tunas muda atau pucuk. Serangan berat dan
berulang-ulang pada pucuk dapat menekan produksi kakao sekitar 36-75%.
Pengendalian Helopeltis spp pada zaman dahulu adalah dengan
cara menangkap secara manual. Biasanya dilakukan oleh anak-anak dan dibayar
menurut berapa banyaknya serangga yang ditangkap. Selain itu dengan cara
menyuluh, dengan memakai bambu panjang yang ujungnya dilengkapi dengan kaleng
yang berisi sehelai kain yang direndam dengan minyak tanah. Alat ini
diayun-ayunkan pada buah-buah dan kadang-kadang juga pada cabang dan ranting.
Apabila terdapat banyak Helopeltis di tempat-tempat tersebut binatang akan mati
karenanya. Namun kedua cara tersebut kurang efektif. Selain itu Anda juga dapat
melakukan metode penyelubungan buah. Penyelubungan buah dengan kantong plastik
dapat dilakukan pada buah yang berukuran 8-12 cm dan salah satu ujung lainnya dibiarkan
terbuka (Atmadja, 2012).
Pemberian pupuk secara tepat dan teratur dapat mengendalikan
Helopeltis spp. karena akan meningkatkan pertumbuhan serta ketahanan tanaman.
Lakukan pemupukan sesuai dosis dan jangan melakukan pemberian pupuk yang
berlebihan.Pemberian unsur hara yang tidak seimbang juga akan mempengaruhi
kondisi tanaman. Pemupukan N yang berlebihan mengakibatkan jaringan tanaman
menjadi lunak dan mengandung asam amino yang tinggi sehingga disenangi oleh
Helopeltis spp. Tanaman yang memperoleh unsur P dalam jumlah cukup lebih tahan
terhadap serangan hama dan penyakit karena unsur P akan mempertinggi daya
regenerasi tanaman dari kerusakan. Unsur K berperan penting pada proses
asimilasi dan bertindak sebagai katalisator. Fungsi lain dari unsur K yaitu
untuk memperkuat jaringan tanaman (Atmadja, 2012).
Pada tanaman kakao, Melakukan pemangkasan pada tanaman kakao
dapat dilakukan dengan cara membuang tunas air (wiwilan) yang tumbuh di sekitar
perempatan dan cabang-cabang utama, karena tunas air akan mengganggu
pertumbuhan tanaman dan akan menjadi pesaing dalam pengambilan zat hara dan
air. Serangga Helopeltis spp. meletakkan telurnya pada jaringan tanaman yang
lunak termasuk tunas air, maka pembuangan tunas secara teratur setiap 2 minggu,
akan mengurangi populasi Helopeltis spp.
Anda juga dapat melakukan penanggulangan
hama kepik dengan membersihkan gulma di sekitar tanaman utama. Serta melakukan
sanisati lahan sebelum penanaman. Anda disarankan pula untuk melakukan tanam
secara serentak dan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang. Tanam
serempak dalam satu wilayah administratif untuk menghindari terjadinya populasi
tinggi.
Penggunaan predator kepik juga
dapat Anda lakukan, Semut rangrang (Oecophylla smaragdina), semut-
semut ini merupakan predator dari Helopeltis theivora, adanya semut ini dapat
mengurangi perkembangan Helopeltis theivora yang ada pada tanaman kakao.
Menurut Siswanto dan Karmawati (2012) Semut hitam (Dolichoderus thoracicus)
atau semut rangrang (Oecophylla smaragdina) merupakan predator dari Helopeltis
theivora. Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus) merupakan salah satu musuh
alami yang dapat digunakan untuk mengendalikan Helopeltis spp. Jenis semut hitam ini merupakan bagian dari
agroekosistem perkebunan kakao di Indonesia
yang sudah dikenal sejak lebih dari 80 tahun yang lalu sebagai musuh
alami Helopeltis spp., D. thoracicus selalu hidup bersama atau bersimbiosis
dengan kutu putih (Planococcus spp.) karena sekresi yang dikeluarkan oleh kutu
putih tersebut rasanya manis sehingga sangat disukai semut hitam, sedangkan
semut hitam secara sengaja atau tidak sengaja turut membantu menyebarkan nimfa
kutu putih. Aktivitas semut hitam yang selalu berada dipermukaan buah
menyebabkan Helopeltis spp. tidak sempat menusukkan stiletnya atau bertelur di
atas buah kakao sehingga buah pun terbebas dari serangan Helopeltis spp. Wiryadiputra
(2007) mengatakan, metode pemapanan semut hitam menggunakan sarang daun kelapa
yang dikombinasi dengan inokulasi kutu putih menggunakan sayatan kulit buah
kakao yang mengandung kutu putih dan perlakuan kutu putih yang diletakkan dalam
kantong daun kakao adalah yang paling baik dan paling cepat untuk pengembangan
semut dan kutu putih. Keefektifan predator dalam mengendalikan Helopeltis spp.
membutuhkan waktu sekitar dua tahun. Peran predator dalam mengendalikan
Helopeltis spp. telah diteliti di beberapa negara. Di Malaysia. Jenis semut
yang dominan adalah Dolichoderus thoracicus (Khoo dan Ho 1992), di Australia
jenis semut rangrang yang dominan adalah Oecophyla smaragdina. Di India, selain
jenis semut, musuh alami yang banyak ditemukan di lapang adalah parasitoid
Telenomus sp. dan Chaetricha (Sundararaju 1992). Wijngaarden (2005) menyatakan
bahwa Persentase kerusakan buah akibat serangan Helopeltis spp. dengan
keberadaan semut yang melimpah di pohon kakao secara signifikan lebih rendah
dibandingkan dengan pohon-pohon tanpa semut Oecophylla longinoda. jumlah buah yang
rusak adalah sekitar 50 % lebih rendah dibandingkan dengan pohon tanpa semut O.
longinoda. Menurut Nanopriatno (1978), semut hitam jenis
Dolichoderus bituberculatus mempunyai kemampuan untuk mengusir Helopeltis spp.
dari tanaman kakao. Predator tersebut pernah diteliti pada tahun 1904 di
perkebunan Silowuk Sawangan dan pada tahun 1938 di Kediri. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat serangan Helopeltis spp. pada buah kakao yang sering
dikunjungi semut hitam lebih rendah dari pada yang tidak dikunjungi semut.
Pengendalian biologis Helopeltis spp. juga dapat dilakukan
dengan Penyemprotan agen hayati berupa jamur entomopatogen, Beauveria bassiana,
juga dapat dilakukan sebagai cara menggendalikan hama ini. Helopeltis spp. yang
disemprot akan terinfeksi B. bassiana dan mati setelah 2-5 hari setelah
dilakukan penyemprotan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa B. bassiana isolate
Bby-725 dengan dosis 25-50 gram spora/ha cukup efektif untuk mengendalikan
Helopeltis spp. Penyemprotan pada imago Helopeltis spp. mampu menyebabkan
mortalitas 100 %, tetapi penyemprotan pada nimfa menyebabkan mortalitas yang
rendah (70 %). Hal ini dikarenakan nimfa mengalami ganti kulit. Spora yang
mengenai tubuh nimfa Helopeltis spp. akan berkecambah dan melakukan penetrasi. Proses
perkecambahan spora tersebut berlangsung cukup lama, yaitu sekitar 12 jam. Apabila
proses ganti kulit nimfa berlangsung kurang dari 12 jam setelah penyemprotan,
jamur yang telah berkecambah dan menembus kutikula akan terlepas bersama dengan
kulit yang lama sehingga jamur tersebut tidak dapat mematikan nimfa (Wahyudi,
2008).
Jika Anda melakukan penanganan
menggunakan pestisida maka sangat disarankan untuk menggunakan pestisida hayati
dan nabati yang mulai semakin berkembang akan sangat efektif untuk
mengendalikan Helopeltis spp.. Berdasarkan hasil pengamatan secara dini, sampai
saat ini pengendalian hama Helopeltis spp. menggunakan insektisida pada areal
yang terbatas merupakan cara yang umum digunakan karena dianggap paling
efektif, hemat dan dapat mengurangi kemungkinan timbulnya pengaruh sampingan yang
tidak menguntungkan. Lakukan pengamatan setiap 7 hari terhadap seluruh populasi
tanaman dalam suatu areal tertentu untuk mengetahui ada tidaknya serangan
serangga pada buah. Apabila ditemukan serangan, semua buah pada pohon disemprot
dengan insektisida, begitu juga terhadap beberapa pohon disekelilingnya. Dan bila
pohon yang diserang lebih dari 15%, penyemprotan dapat dilakukan secara
menyeluruh. Penggunaan insektisida kimia sintetis memiliki resiko tinggi untuk
digunakan, baik terhadap tenaga pelaksana maupun terhadap agroekosistemnya. Oleh
karena itu, penggunaannya harus bijaksana, yaitu harus tepat jenis, tepat dosis,
tepat cara dan tepat waktu. Sebaiknya penggunaan insektisida hendaknya menjadi
alternatif terakhir dan dilakukan bila ambang kendali telah dilampaui.
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
loading...