Loading...
Ulat Grayak ( Spodoptera litura
) merupakan salah satu hama yang
menyerang hampir semua tanaman :
Tebu, Jeruk, Padi, Jagung, Bawang, Cabai, Tomat, Kubis, Buncis, Tembakau,
Kapas, Terung, Kentang, Kedelai, Kacang tanah, Kangkung, Bayam, Pisang dan
Sayuran lainnya. Ulat ini yang tidak berbulu biasa disebut oleh petani sebagai
ulat tentara yang umumnya melakukan serangan terhadap tanaman pada malam hari,
sedangkan pada siang hari ulat ini bersembunyi dibawah tanaman, mulsa atau
dalam tanah. Pada umumnya, ulat grayak menyerang satu tanaman secara
bersama-sama sampai seluruh daun tanaman tersebut habis, baru kemudian ke
tanaman lain. Ulat ini berumur 20 hari selama hidupnya menyerang tanaman. Hama
ini bersifat polifag (mempunyai kisaran inang yang cukup luas). Jika daun suatu
tanaman rusak, maka tanaman tidak dapat fotosintesis dan tidak dapat
meningkatkan produktivitas tanaman tersebut. Ulat grayak juga menyerang
berbagai gulma, seperti Limnocharis sp., Passiflora foetida, geratum sp., Cleome sp., Clibadium sp., dan
Trema sp.
Hama ulat grayak menyerang daun
dan juga buah – buahan holtikultura. Serangannya ditandai dengan daun-daun yang
terlihat berwarna agak putih, karena yang tertinggal hanya selaput daun bagian
atas. Bagian daging daun sebelah bawah telah dimakan oleh ulat ini. Pada
serangan awal terlihat daun berlubang-lubang, dan kemudian jika dibiarkan
akhirnya hanya tertinggal tulang-tulang daun. Hama ini menyerang secara bergerombol karenanya disebut ulat
tentara. Hama ini tersebar di Asia, Pasifik dan Australia sedangkan di
Indonesia propinsi yang melaporkan adanya serangan hama ini adalah DI Aceh,
Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Nusa
Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya. Ulat
grayak tersebar pada hampir seluruh propinsi di Indonesia, hampir seluruh
kabupaten di Jawa Timur, dan hampir seluruh kabupaten di Lampung (Ditlintan-ATA
1989; Tengkano et a l. 1991; Tengkano et a l. 2003).
Serangan berat, biasanya
terjadi saat musim kemarau, ketika ulat yang masih kecil sangat aktif
makan yang mengakibatkan bagian daun
tanaman yang tersisa tinggal epidermis bagian atas dan tulang daunnya saja,
kemudian jika ulat sudah besar akan memakan semua tulang daun sehingga
menyebabkan tanaman menjadi gundul.
Serangan parah hama ulat grayak
juga menyerang tanaman jagung petani di Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa
Timur, dan diprediksi menurunkan produksi jagung petani hingga 20 persen. "Kalau
yang diserang hama, pertumbuhan jagungnya tidak bisa bagus, bahkan bisa
puso," kata Petugas Organisme Penganggu Tanaman (POPT) Kecamatan Gurah,
Yusuf Tri Wahyono mengungkapkan. Tingginya serangan ulat pada tanaman jagung
petani ini karena perubahan cuaca yang tidak menentu. Kupu-kupu penyebar hama
dengan mudahnya meletakkan telur pada daun-daun jagung dan tumbuh.
Wabah ulat grayak juga meresahkan
petani bawang merah di Probolinggo, Jawa Timur. Serangan ulat ini tergolong
cepat dan sporadis. Hanya dalam beberapa saat, tanaman yang diserang langsung
layu. Daun bawang lantas menguning dan mati.Tidak hanya merusak daun, serangan
ulat juga merusak biji (buah) bawang sehingga tidak laku dijual. "Sudah
hampir sepekan ini ulat muncul. Serangannya begitu cepat. Malam diserang,
paginya sudah layu dan kuning. Padahal tinggal dua pekan lagi panen," kata
Manen (4/7/2018), salah seorang pemilik lahan. "Rugi besar kalau sudah
terserang ulat seperti ini. Bila dikalkulasi ruginya bisa Rp100 juta per
hectare,” tambahnya.
Ulat grayak juga pernah menyerang
ribuan hektar tanaman padi di Kabupaten Pandeglang, Banten. Daun padi yang terserang
hama akan berwarna putih dan kemudian mengering. Bila tidak segera diatasi,
ulat grayak yang memakan daun tanaman padi dengan cepat akan menyerang batang
dan akar. Sedangkan di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, hama ulat grayak juga
menyerang sedikitnya 350 hektare tanaman cabai milik petani setempat.
Stadium yang membahayakan dari
Ulat grayak ( Spodoptera litura ) ini adalah stadium larva (ulat) karena
menyerang secara bersama-sama dalam jumlah yang sangat besar dan sangat aktif dalam
mencari makan untuk menunjang metamorfosisnya. Ulat/larva menjadi pupa kemudian
berubah menjadi Imago atau gengat atau kupu - kupu.
Serangga dewasa jenis
Spodoptera litura betina disebut sebagai Imago atau ngengat atau kupu-kupu dapat
bertelur 2.000 – 3.000 butir dalam bentuk
kelompok-kelompok, tersusun atas ±11 kelompok dengan rata-rata 25 -200 butir
per kelompok. Telur Spodoptera litura berbentuk hampir bulat dengan bagian
dasar melekat pada daun (kadang- kadang tersusun dua lapis), berwarna coklat
kekuningan. telur – telur tersebut diletakkan pada daun, bentuk telurpun bervariasi.
Dan kelompok telur tersebut tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari
bulu- bulu tubuh bagian ujung ngengat betina, 3 hari kemudian telur menetas
menjadi ulat/larva dan tinggal untuk sementara waktu di tempat telur diletakkan.
Beberapa hari kemudian ulat tersebut mulai berpencaran.
Larva memiliki 5 instar dengan
ukuran instar 1 panjang 1,0 mm dan instar 5 panjang 40 – 50 mm dan setelah 20 –
26 hari berwarna coklat sampai coklat kehitaman dengan bercak-bercak kuning dan
berumur 20 - 26 hari. Sepanjang badan pada kedua sisinya masing-masing terdapat
2 garis coklat muda. Ciri khas ulat grayak ini adalah terdapat bintik-bintik
segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Sedangkan
ulat dewasa berwarna abu-abu gelap atau cokelat. Warna dan perilaku ulat instar
terakhir mirip ulat tanah, namun terdapat perbedaan yang cukup mencolok, yaitu
pada ulat grayak terdapat tanda bulan sabit berwarna hijau gelap dengan garis
punggung gelap memanjang. Larva kemudian berubah menjadi pupa (kepompong) yang
dibentuk di bawah permukaan tanah membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon),
berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,60 cm. Daur hidup dari telur
menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 – 61 hari dan umumnya aktif pada malam
hari, sementara pada siang hari serangga dewasa/Imago/Ngengat/Kupu – kupu ini
diam ditempat yang gelap dan bersembunyi. Kemampuan terbang ngengat pada malam
hari mencapai 5 km. Ngengat memiliki sayap bagian depan berwarna coklat atau
keperakan, dan sayap belakang berwarna keputihan dengan bercak hitam.
Berdasarkan siklus hidup ulat
grayak, maka perlu kita ketahui bahwa semua ini bermula dari Imago/gengat yang
menghasilkan telur pada daun dan kemudian telur tersebut menetas menjadi
ulat/larva dan menjadi hama yang sangat aktif
memakan tanaman terutama pada malam hari. Periode ini hanya berlaku selama
20-26 hari. Dan kemudian hama ini beristrahat membentuk pupa/kepompong yang
siap untuk menjadi Imago/gengat baru yang siap menghasilkan telur baru dan
kemudian menjadi hama baru dalam waktu pendek 30 – 61 hari.
Dari pemahaman tentang siklus hidup hama ini, maka untuk
mengendalikan dapat dilakukan dengan cara:
-Pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun dari gulma
dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyia hama, serta melakukan
rotasi tanaman. Pembersihan gulma dilakukan dengan tujuan supaya tidak menjadi
tempat berkembang biak dan berembunyi ngengat dan ulat.
-Kendalikan Imago/gengat/kupu - kupu sehingga tidak menghasilkan telur. Jika cara ini sukses, maka tidak akan ada telur dan tidak akan ada Ulat/Larva.
-Pengendalian telur, Jika
pada areal tanaman sudah terlanjur ditemukan banyak telur maka gunakan pestisida
yang mampu membuat telur-telur tersebut mati dan tidak menetas.
Pengendalian telur juga dapat dilakukan
secara mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya kemudian langsung
membunuhnya. Dapat pula dilakukan dengan pemangkasan daun yang telah menjadi
sarang telur ngengat dan membakarnya.
-Mengendalikan Larva, jika
terlanjur banyak larva ditemukan karena telur sudah menetas, maka kendalikan
larva tersebut dengan pestisida yang tepat, penyemprotan akan efektif dilakukan
pada waktu malam hari sesudah matahari terbenam atau pagi hari sebelum matahari
terbit. Jika penyemprotan dilakukan pada pagi hari, maka diarahkan ke tanah
tempat ulat bersembunyi.
Pembuatan perangkap ulat grayak
dapat dilakukan dengan cara pembuatan parit sepanjang sisi kebun dengan lebar
60 cm dan dalam 45 cm. Ulat grayak yang masuk ke dalam parit dimatikan dengan
menggulung kayu bulat yang digerakkan maju mundur di atas ulat grayak. Cara
lain adalah paritnya diisi dengan jerami atau bahan lainnya yang mudah
terbakar, lalu dibakar hingga ulat grayak mati.
Pengolahan tanah dengan cara yang
baik dapat membunuh kepompong ulat grayak yang bersembunyi di dalam tanah.
Teknologi lampu perangkap bisa
menjadi langkah alternatif yang ampuh mengurangi populasi ulat grayak. Caranya,
lampu perangkap dinyalakan pada malam hari, kemudian ulat-ulat grayak akan
mendekat dan jatuh ke dalam wadah yang berisi air yang berada di bawah lampu.
Anda juga dapat menyemprotkan Bacillus
thuringienis atau Borrelinavirus litura sebagai agen hayati untuk mengendalikan
Ulat grayak.
-Pengendalian secara kimiawi, dapat dilakukan dengan cara pemasangan sex pheromone, yaitu
perangkap ngengat (kupu-kupu) jantan. Sex pheromone merupakan aroma yag
dikeluarkan oleh serangga betina dewasa yang dapat menimbulkan rangsangan
seksual (birahi) pada serangga jantan dewasa untuk menghmapiri dan melakukan
perkawinan sehingga membuahkan keturunan. Sex pheromone ini sangat efektif
untuk dijadikan perangkap kupu-kupu dewasa dari ulat grayak (S. litura). Cara
pemasangan Sex pheromone ini adalah dimasukkan ke dalam botol bekas Aqua yang
diberi lubang kecil untuk tempat masuknya ngengat jantan. Perangkap ini akan
diisi air sabun untuk mencegah serangga jantan bisa terbang lagi. Satu hektar
kebun cukup dipasang 5 buah hingga 10 buh Sex pheromone dengan cara
digantungkan sedikit lebih tinggi di atas tanaman holtikultura. Daya tahan
(efektivitas) Sex pheromone ini ±tiga minggu dan tiap malam bekerja efektif
sebagai perangkap ngengat jantan. Keuntungan penggunaan metode ini, antara
lain, adalah aman bagi manusia dan ternak, tidak berdampak negatif tehadap
lingkungan, dapat menekan penggunaan insektisida yang dapat menimbulkan
kekebalan pada hama, dan dapat memperlambat perkembangan hama tersebut. Dalam
semalam, perangkap feromon mampu menangkap hingga 400 lebih serangga jantan.
Pertumbuhan populasi ulat grayak (Spodoptera litura) sering
dipicu oleh situasi dan kondisi lingkungan, yakni:
Cuaca panas
Pada kondisi kering dan suhu
tinggi, metabolisme serangga hama meningkat sehingga memperpendek siklus hidup.
Akibatnya jumlah telur yang dihasilkan meningkat dan akhirnya mendorong
peningkatan populasi.
Penanaman tidak serentak dalam satu areal yang luas
Penanaman tanaman seperti
kedelai yang tidak serentak menyebabkan tanaman berada pada fase pertumbuh- an
yang berbeda-beda sehingga makanan ulat grayak selalu tersedia di lapangan.
Akibatnya, pertumbuhan populasi hama makin meningkat kare- na makanan tersedia
sepanjang musim.
Aplikasi insektisida
Penggunaan insektisida yang
kurang tepat baik jenis maupun dosisnya, dapat mematikan musuh alami dari ulat
grayak (Spodoptera litura).
*Tombol-tombol diatas mengandung iklan. Untuk menuju artikel yang diinginkan silahkan tunggu 5 detik hingga muncul tombol "skip ad" kemudian klik tombolnya, jika tidak muncul tombol "skip ad" harap refresh halaman tersebut (dimohon keikhlasannya demi eksistensi website ini). Iklan-iklan yang muncul bukanlah virus, Apabila terbuka jendela iklan yang baru (POP UP) silahkan tutup halaman tersebut (tekan tombol kembali untuk pengguna android). Jika tombol tidak bisa diklik silahkan refresh halaman ini.
loading...